Anda di halaman 1dari 2

Keputusan Bisnis

Perilaku adalah sikap, sementara perbuatan adalah tindakan. Perilaku diwujudkan dalam perbuatan,
sedangkan perbuatan adalah hasil dari suatu pengambilan keputusan. Jika logika ini diterapkan dalam
kegiatan bisnis, dapat juga dikatakan bahwa kegagalan suatu perusahaan akan tergantung pada
keputusan keputusan bisnis yang dibuat oleh setiap individu dalam perusahaan tersebut. Tentu saja
pendapat ini tidak bersifat absolut. Faktor-faktor lain seperti karakter individu pengambil keputusan,
pengaruh kondisi ekonomi, dan faktor-faktor lingkungan tidak boleh dinafikan sebagai penyebab
terjadinya kegagalan bisnis. Etika tercermin dalam perilaku dan perbuatan. Jadi, pelaksanaan etika akan
terlihat dalam pengambilan keputusan yang etis. Keputusan etis melekat dalam setiap pengambilan
keputusan bisnis. Oleh karena itu, pertimbangan etis harus dilakukan dalam setiap pengambilan
keputusan bisnis. Bagi perusahaan, keputusan etis adalah jika hak dan kepentingan stakeholder telah
dipertimbangkan dalam proses yang bersangkutan. Sampai seberapa jauh atau seberapa besar
pertimbangan yang diberikan untuk etika akan berbeda untuk tiap-tiap stakeholder dan
kepentingannya. Hal itu disesuaikan dengan jenis dan sifat keputusan bisnis

RASIONALITAS DALAM ASPEK SUBSTANTIF

Keputusan bisnis yang baik harus memenuhi dua kriteria utama, yaitu keputusan itu harus berintegritas
dan beretika. Keputusan demikian akan sulit untuk diganggu gugat oleh pihak lain. Keputusan
berintegritas berasal dari proses pengambilan keputusan yang berintegritas integrity decision making).
Sementara itu, keputusan beretika (ethical decision making) adalah keputusan yang telah
memperhatikan unsur-unsur etika di dalamnya. Keputusan berintegritas dan keputusan beretika
merupakan dua sisi dalam satu keping mata uang. Dua-duanya harus diterapkan dalam perusahaan.

Ada dua aspek yang perlu diperhatikan dalam setiap pengambilan keputusan, yaitu aspek yang bersifat
substantif dan aspek administratif. Kedua aspek ini menentukan apakah prinsip kehati hatian telah
diterapkan dalam pengambilan keputusan. Aspek substantif berhubungan dengan materi pengambilan
keputusan. Ia mencakup elemen-elemen substantif yang harus diperhatikan agar pengambilan
keputusan menjadi rasional.

Pengambilan keputusan selalu mempunyai komponen permasalahan, alternatif untuk memecahkan


masalah dan pemilihan alternatif yang terbaik. Aspek administratif berkaitan dengan prosedur yang
harus ditempuh untuk memilih alternatif terbaik. Termasuk dalam aspek administratif adalah proses
penelitian dan pemeriksaan yang saksama (due process) oleh pihak yang independen terhadap pengusul
keputusan. Keputusan bisnis yang baik harus mencakup pelaksanaan yang baik atas dua aspek tersebut.

Hal pertama yang perlu diingat adalah bahwa proses pengambilan keputusan harus didasarkan pada
pemikiran (nalar) yang rasional. Rasionalitas membuktikan bahwa pengambilan keputusan telah
dilakukan melalui proses pemilihan alternatif yang terbaik sehingga akan mendukung munculnya
keputusan yang berintegritas. Pengambilan keputusan yang rasional menunjukkan bahwa proses
tersebut telah menyediakan berbagai alternatif, menggunakan metode tertentu, memperhatikan faktor-
faktor yang memengaruhi, dan mendasarkan pada informasi yang andal dan relevan. Rasionalitas
pemikiran dalam pengambilan keputusan sebaiknya didokumentasikan untuk dijadikan sebagai bukti
bahwa pengambilan keputusan telah melalui suatu kajian yang cukup dan memadai. Dalam sebuah
permasalahan yang kompleks, kajian dapat berbentuk proposal resmi yang cukup rumit dan
komprehensif.

Dengan menggunakan contoh di bidang keuangan, Moix (2001: 6) menjabarkan, secara sederhana, arti
dari pengambilan keputusan. Bahwa pengambilan keputusan (decision making) dibuat pada waktu awal
(initial date), t = 0, sementara konsekuensi keuangan (monetary consequences) dari pengambilan
keputusan diukur pada waktu akhir (terminal date) T, dimana T > 0. Dalam proses pengambilan
keputusan, nilai akhir (pada waktu T) dari konsekuensi harus sudah dapat diprediksikan pada saat
keputusan diambil (t = 0). Nilai dari konsekuensi dipengaruhi oleh variabel pengambilan keputusan
(decision variables), misalnya jenis dan komposisi aset yang akan di koleksi dan variabel empiris
(empirical variables), misalnya faktor risiko (risk factor). Variabel pengambilan keputusan fapat
dikendalikan oleh pengambilan keputusan, sedangkan variabel empiris tidak.

Faktor risiko merupakan cerminan dari ketidakpastian (uncertainty) yang diukur berdasarkan
probabilitas kejadiannya. Cerminan probabilitas dari suatu ketidakpastian dinyatakan dalam sebuah
himpunan kondisi (state of condition) yang mungkin terjadi. Hasil dari tiap-tiap kondisi sebagai akibat
dari faktor risiko merupakan alternatif konsekuensi keuangan dari suatu variabel pengambilan
keputusan yang dipilih. Variabel empiris merupakan hasil dari keputusan banyak pihak lain di luar
perusahaan. Variabel ini memengaruhi nilai aset yang dipilih pada waktu T. Pengambilan keputusan
adalah pemilihan satu dari beberapa alternatif yang tersedia.

Nicholson (1998: 19) mengatakan bahwa pengambilan keputusan dilakukan secara rasional dan
didasarkan atas preferensi (preference) masing-masing individu. Perilaku rasional ditandai oleh sifat-
sifat (properties), yaitu kelengkapan (completeness), transitivitas (transitivity), dan kontinuitas
(continuity). Properti kelengkapan menghindari situasi tidak ada keputusan (indecision). Preferensi akan
memeringkat semua alternatif secara mutually exclusive dan collectively exhaustive sehingga tidak ada
ambiguitas di dalamnya. Properti kelengkapan dapat diberikan contoh sebagai berikut.

Anda mungkin juga menyukai