Disusun oleh :
Kelompok 4 ( 5-B2 )
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan Rahmat Nya penulis dapat menyelesaikan tugas makalah mata
kuliah Perpajakan yang berjudul “ Pajak Bumi dan Bangunan”
Penulis juga menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan oleh
karena itu penulis minta maaf jika ada kesalahan dalam penulisan dan penulis juga
mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna kesempurnaan makalah
ini. Makalah ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan pihak-pihak yang
terkait begitu juga mungkin dalam penyajiannya jauh dari kesempurnaan karena
masih banyak terdapat kekurangan serta kelemahan dalam penyusunan makalah
ini.
Akhir kata penulis ucapkan terima kasih semoga dapat bermanfaat dan
bisa menambah pengetahuan bagi pembaca.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................ ii
DAFTAR ISI ……………………………………………………………... iii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Bumi yang kita pijak ini sebenarnya merupakan hak kita tetapi kita
memiki kewajiban tersendiri pula untuk membayar atas apa yang telah kita
baik bentuk, warna dan tarif pajak serta susunanya karena menyesuaikan
akan tergantungkepada berapa banyak aset yang dimiliki serta berapa besar
1
1.2 Rumusan Masalah
Cangkupan dari Pajak Bumi dan Bangunan sangatlah luas. Mulai dari
dasar hukum, Asas, Objek dan subjek PBB, Tarif pajak, Cara menghitung
Pajak, hingga Pengurangan wajib pajak bumi dan Bangunan. Makalah ini
1.3 Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.2 Asas
2.3 Pengertian-Pengertian
Bumi adalah permukaan bumi dan tubuh bumi yang ada di bawahnya.
oleh wajib pajak untuk melaporkan data objek menurut ketentuan Undang-
3
pajak terutang kepada Wajib Pajak. Direktorat Jendral Pajak menerbitkan
NJOP adalah harga rata-rata yang diperoleh dari transaksi jual beli yang
terjadi secara wajar, dan bilamana tidak terdapat transaksi jual beliNJOP
ditentukan melalui perbandingan harga dengan obyek lain yang sejenis atau
sejenisnya
timbal balik.
4
e. Digunakan oleh badan atau perwakilan organisasi internasional
1. Yang menjadi subjek pajak adalah orang atau badan usaha yang secara
3. Dalam hal atas suatu objek pajak belum jelas diketahui Wajib Pajaknya,
menentukan subjek pajak apabila suatu objek pajak belum jelas wajib
pajaknya.
5. Bila keterangan yang diajukan oleh Wajib Pajak dalam no.4 disetujui,
5
6. Bila keterangan yang diajukan itu tidak disetujui, maka Dirjen Pajak
alasannya.
Tarif pajak yang dikenakan atas objek pajak adalah sebesar 0,5%.
Besarnya pajak terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif pajak dengan
NJKP :
NJOPTKP)]
6
2.10 Tahun Pajak, Saat dan Tempat Yang Menentukan Pajak Terutang
2. Saat yang menentukan pajak yang terutang adalah menurut keadaan objek
A. SPOP
Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) adalah sarana bagi Wajib Pajak
(WP) untuk mendaftarkan Objek Pajak yang akan dipakai sebagai dasar
untuk menghitung Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) yang terutang.
7
5. Menunjuk orang/pihak lain selain pegawai Direktorat Jenderal
Pajak dengan surat kuasa khusus bermeterai, sebagai kuasa
Wajib Pajak untuk mengisi dan menandatangani SPOP.
6. Mengajukan permohonan tertulis mengenai penundaan
penyampaian SPOP sebelum batas waktu dilampaui dengan
menyebutkan alasan-alasan yang sah.
c. Sanksi
1. Sanksi Administrasi
a. Dalam hal WP tidak menyampaikan kembali SPOP pada
waktunya dan setelah ditegur secara tertulis tidak
disampaikan sebagaimana ditentukan dalam Surat
Teguran, maka akan diterbitkan Surat Ketetapan Pajak
8
(SKP) dengan sanksi berupa denda administrasi sebesar
25% dari PBB yang terutang.
b. Apabila pengisian SPOP setelah diteliti atau diperiksa
ternyata tidak benar (lebih kecil), maka akan diterbitkan
SKP dengan sanksi berupa denda administrasi sebesar
25% dari selisih besarnya PBB yang terutang.
2. Sanksi Pidana
a. Barang siapa karena kealpaannya tidak mengembalikan
SPOP atau mengembalikan SPOP tetapi isinya tidak
benar atau tidak lengkap dan atau melampirkan
keterangan yang tidak benar sehingga menimbulkan
kerugian bagi negara, dipidana dengan pidana kurungan
selama-lamanya 6 (enam) bulan atau denda setinggi-
tingginya 2 (dua) kali lipat pajak yang terutang :
b. Barang siapa karena dengan sengaja:
a. tidak mengembalikan atau menyampaikan SPOP
kepada Direktorat Jenderal Pajak;
b. menyampaikan SPOP tetapi isinya tidak benar atau
tidak lengkap dan/atau melampirkan keterangan
yang tidak benar;
c. memperlihatkan surat palsu atau dipalsukan atau
dokumen lain yang palsu atau dipalsukan
seolaholah benar;
d. tidak memperlihatkan atau tidak meminjamkan
surat atau dokumen lainnya;
e. tidak menunjukkan data atau tidak menyampaikan
keterangan yang diperlukan :
9
(dua) tahun atau denda setinggi-tingginya sebesar 5
(lima) kali pajak yang terutang.
B. SPPT
Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT) adalah Surat yang digunakan
oleh Direktorat Jenderal Pajak untuk memberitahukan besarnya Pajak
Bumi dan Bangunan yang terhutang kepada wajib pajak.
10
Mendapatkan resi/struk ATM/bukti pembayaran PBB
lainnya (sebagai bukti pelunasanpembayaran PBB yang sah
sebagai pengganti STTS dilakukan melalui fasilitas
ATM/fasilitas perbankan elektronik lainnya.
11
d. Tata Cara Pembayaran PBB
ATM dan Counter Teller Bank DKI untuk objek pajak yang berada
di wilayah Propinsi DKI Jakarta;
ATM dan Counter Teller Bank Jatim untuk objek pajak yang
berada di wilayah Propinsi Jawa Timur;
12
ATM dan Counter Teller Bank Bukopin untuk objek pajak di
seluruh Indonesia;
Internet Banking, Phone Plus, ATM dan Teller BNI untuk objek
pajak di seluruh Indonesia;
C. SKP
13
- Tidak disampaikan kembali dalam jangka waktu 30
hari dan setelah ditegur secara tertulis tidak
disampaikan sebagaimana ditentukan dalam surat
teguran.
3. Pemerintah Daerah.
14
d. Batas Waktu Pelunasan SKP
SKP harus dilunasi dalam jangka waktu 1 (satu) bulan sejak SKP
diterima oleh WP.
1. Keberatan
Setidaknya terdapat tiga syarat dalam mengajukan keberatan pajak yang
tertuang dalam Pasal 103 ayat (2) sampai dengan ayat (4).
15
Pertama, keberatan diajukan secara tertulis dalam Bahasa
Indonesia dengan disertai alasan-alasan yang jelas.
Kedua, keberatan harus diajukan dalam jangka waktu paling lama
tiga bulan sejak tanggal surat, tanggal pemotongan atau
pemungutan. Namun, jangka waktu tersebut dapat dikesampingkan
apabila wajib pajak dapat menunjukkan bahwa jangka waktu
tersebut tidak dapat dipenuhi karena keadaan di luar kekuasaannya
(force majeur).
Ketiga, keberatan dapat diajukan apabila wajib pajak telah
membayar paling sedikit sejumlah yang telah disetujui wajib pajak.
Apabila pengajuan keberatan tidak memenuhi tiga persyaratan
tersebut maka keberatan tidak dapat dipertimbangkan.
Selanjutnya, tanda penerimaan surat keberatan yang diberikan oleh kepala
daerah atau pejabat yang ditunjuk atau tanda pengiriman surat keberatan
melalui surat pos, tercatat sebagai tanda bukti penerimaan surat keberatan.
Dalam jangka waktu paling lama dua belas bulan sejak tanggal surat
keberatan diterima, kepala daerah harus memberi keputusan atas keberatan
yang diajukan. Dalam hal jangka waktu tersebut telah lewat dan kepala
daerah tidak memberi suatu keputusan, keberatan yang diajukan tersebut
dianggap dikabulkan. Keputusan keberatan tersebut dapat berupa menerima
seluruhnya atau sebagian, menolak, atau menambah besarnya pajak yang
terutang.
2. Banding
16
Dalam konteks pajak daerah, wajib pajak dapat mengajukan
permohonan banding hanya kepada Pengadilan Pajak terhadap keputusan
mengenai keberatannya yang ditetapkan oleh kepala daerah sesuai dengan
Pasal 105 ayat (1) UU PDRD. Dengan demikian, upaya hukum banding
hanya dapat diajukan setelah melalui proses keberatan terlebih dahulu.
17
putusan banding dikurangi dengan pembayaran pajak yang telah dibayar
sebelum mengajukan keberatan.
atau Pembatalan atas Surat Tagihan Pajak (STP) dan Surat Ketetapan Pajak
denda administrasi Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) karena hal-hal tertentu.
18
o akhir tahun kalender sebelum tahun pengajuan permintaan
pengurangan denda administrasi PBB, dalam hal Wajib Pajak
melakukan pencatatan
d. terjadi bencana alam atau kejadian luar biasa lainnya sehingga Wajib
Pajak tidak dapat memenuhi kewajiban perpajakannya atau
e. hal-hal lain berdasarkan pertimbangan Direktur Jenderal Pajak.
Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan adalah pajak atas
bumi dan/atau bangunan yang dimiliki, dikuasai, dan/atau dimanfaatkan oleh
orang pribadi atau Badan, kecuali kawasan yang digunakan untuk kegiatan
usaha perkebunan, perhutanan, dan pertambangan.
Bumi adalah permukaan bumi yang meliputi tanah dan perairan pedalaman
serta laut wilayah kabupaten/kota.Bangunan adalah konstruksi teknik yang
ditanam atau dilekatkan secara tetap pada tanah dan/atau perairan pedalaman
dan/atau laut.
19
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
20
21
DAFTAR PUSTAKA
https://bapenda.kamparkab.go.id/bapendaweb/tarif-pajak-pbb-pedesaan-dan-
perkotaan/#:~:text=Pajak%20Bumi%20dan%20Bangunan%20Perdesaan,perkebu
nan%2C%20perhutanan%2C%20dan%20pertambangan.
https://www.wibowopajak.com/2020/09/pengurangan-atau-pembatalan-
ketetapan.html#:~:text=Penolakan%20atas%20permohonan%20pembatalan%20y
ang,Atau%20Pembatalan%20Ketetapan%20Pajak%20adalah%3A&text=Pengura
ngan%20atau%20pembatalan%20Surat%20Tagihan,Tentang%20KUP%20yang%
20tidak%20benar.
22