HAKEKAT IBADAH
1. PENGERTIAN IBADAH
‘Ibadah secara bahasa berarti Taat (aththaa’ah), Tunduk (alkhudhuu’), Hina (adzdzulun) dan
pengambdian (attanassuku).
1) Menurut Ibnu Taimiyah: Ibadah sebagai puncak ketaatan dan ketundukan yang di
dalamnya terdapat unsur cinta (al-hubb). Ketaatan tanpa unsur cinta maka tidak bisa
diartikan sebagai ibadah dalam arti sebenarnya. Dari sini pula dapat dikatakan bahwa
akhir dari perasaan cinta yang sangat tinggi adalah penghambaan diri, sedangkan
awalnya adalah ketergantungan.
2) Menurut Muhammadiyah: Bertaqarrub (mendekatkan diri) Kepada Allah de
ngan jalan mentaati segala perintahNya menjauhi segala laranganNya dan
mengamalkan segala yang dizinkan Allah SWT
3) Menurut Ulama Ulama Fiqih: “Apa yang dikerjakan untuk mendapatkan keridhaan
Allah SWT dan mengharap pahalaNya di akhirat”
ْ ُ َُۡۡ ْ ُ َ ۡ ََۡ َ َ َ ۡ َ ُ ُ َ َ ل َ ل ََ َ َ
b) Ibadah tanpa perantara. Sebagaimana firman Allah SWT (QS. Al-Baqarah/2:186)
ِ َّ َ َ َ َ
جيبوا ِِل وۡلؤ ِمنوا
ِ جيب دعوة ٱدلاع إِذا دَع ِنِۖ فليست ِ ِإَوذا سألك عِبادِي ع ِّن فإِ ِّن قرِيبَۖ أ
َ ُ َّ َ
ِِب ل َعل ُه ۡم يَ ۡرش ُدون
186. Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka
(jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan
orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu
memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar
mereka selalu berada dalam kebenaran.
(QS. Qaf/50:16)
ۡ ۡ َ ۡ َۡ ُ ََۡ ُ َۡ َ ُ ُ َۡ ُ َ َ َّٰ َ ۡ َ ۡ َ َ ۡ َ َ َ
نس َن َون ۡعل ُم َما ت َو ۡسو ِ ُس بِه ِۦ نفسه َۖۥ وَنن أقرب إِۡله ِ مِن حب ِل ٱلورِي ِد
َ ٱۡل
ِ ولقد خلقنا
16. Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang
dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya,
c) Ikhlas sebagai sendi ibadah yang diterima Allah SWT. Hanya mengharap ridho Allah.
Keikhlasan adalah jiwa dari ibadah.
ۡ ُ َ َّ ْ ُ ُ ۡ َ َّ ْ ٓ ُ ُ ٓ َ َ
(QS. Al-Bayyinah/98:5)
َ ۡ ُ َ َّٰ َ َ َ َّٰ َ َّ ْ ُ ۡ ُ َ َ َّٰ َ َّ ْ ُ ُ َ َ ٓ َ َ ُ َ َ َ ُ ل
ِِين ٱلق لي ِ َمة ٱَّلل ُمل ِِصني َل ٱدلِين حنفاء ويقِيموا ٱلصلوة ويؤتوا ٱلزكوة َۚ وذل ِك د وما أمِروا إَِل ِۡلعبدوا
5. Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan
memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya
mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama
yang lurus.
Hadis Nabi: “Inna llaha laa yaqbalu minal’amali illa maakaanalahu khalishaan
wabtughiya bihi”
“Allah tidak menerima amalan kecuali dikerjakan dengan ikhlas dan hanya mencari
ridhoNya” (HR. An-Nasaa’i)
7. Hikmah Ibadah
1. Tidak Syirik,
َ َ ُ َوْۤاوُدُجۡسٱ ِ ََّّللِِۤ َّٱَّلِي َخلَ َق ُه َّن إن ُك....
نت ۡم إِيَّاهُ ت ۡع ُب ُدون ِ
..dan melainkan bersujudlah kepada Allah, yang telah menciptakan mereka, jika
benar-benar hanya kepada Nya kamu menyembah (beribadah) [QS. As Sajdah 41:37].
Seorang hamba yang sudah berketapan hati untuk senantiasa beribadah menyembah
kepada Nya, maka ia harus meninggalkan segala bentuk syirik. Ia telah mengetahui
segala sifat-sifat yang dimiliki Nya adalah lebih besar dari segala yang ada, sehingga
tidak ada wujud lain yang dapat mengungguli Nya dan dapat dijadikan tempat
bernaung.
ْ ۡ ُ َّ َ ُّ َ َٰٓ َ
2. Memiliki ketakwaan,
َ ُ َّ َ ُ َّ َ ُ َ َ ك ۡم َو َّٱَّل
ِين مِن ق ۡبل ِك ۡم ل َعلك ۡم تتقون
ُ ََ َ َّ ُ
اس ٱع ُب ُدوا َر َّبك ُم ٱَّلِي خلق يأيها ٱنل
21. Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang
yang sebelummu, agar kamu bertakwa, [Al Baqarah 2:21].
Ada dua hal yang melandasi manusia menjadi bertakwa, yaitu karena cinta atau karena
takut. Ketakwaan yang dilandasi cinta timbul karena ibadah yang dilakukan manusia
setelah merasakan kemurahan dan keindahan Allah SWT. Setelah manusia melihat
kemurahan dan keindahan Nya munculah dorongan untuk beribadah kepada Nya.
Sedangkan ketakwaan yang dilandasi rasa takut timbul karena manusia menjalankan
ibadah dianggap sebagai suatu kewajiban bukan sebagai kebutuhan. Ketika manusia
menjalankan ibadah sebagai suatu kewajiban adakalanya muncul ketidak ikhlasan,
terpaksa dan ketakutan akan balasan dari pelanggaran karena tidak menjalankan
kewajiban.
3. Terhindar dari kemaksiatan,
َ ۡ ٓ َ َ ۡ َ َّٰ َ ۡ َ َ َّٰ َ َّ َّ
..... َِۗه ع ِن ٱلف ۡحشاءِ َوٱل ُمنك ِرإِن ٱلصلوة تن....
45. ….. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan
mungkar. ….[Al Ankabut 29:45]
Ibadah memiliki daya pensucian yang kuat sehingga dapat menjadi tameng dari
pengaruh kemaksiatan, tetapi keadaan ini hanya bisa dikuasai jika ibadah yang
dilakukan berkualitas. Ibadah ibarat sebuah baju yang harus selalu dipakai dimanapun
manusia berada.
4. Berjiwa sosial, ibadah menjadikan seorang hamba menjadi lebih peka dengan keadaan
lingkungan disekitarnya, karena dia mendapat pengalaman langsung dari ibadah yang
dikerjakannya. Sebagaimana ketika melakukan ibadah puasa, ia merasakan rasanya
lapar yang biasa dirasakan orang-orang yang kekurangan. Sehingga mendorong hamba
tersebut lebih memperhatikan orang-orang dalam kondisi ini.
ۡ َ ۡ َ َ ۡ ُ َ ُ ُ ْ ُّ َ ُ َ َّ ۡ َ ۡ َّ
5. Tidak kikir,
َ ۡ ٱَّلل ِ َو
ٱۡل ۡو ِم ٱٓأۡلخ ِِر
َّ َ َ َ ۡ َ َّ ۡ َّ َّٰ َ َ
ب ولكِن ٱل ِِب من ءامن ِب ر
ۡ َۡ َ
غ م ٱل و ق
ِ ِ ۞ليس ٱل ِِب أن تولوا وجوهكم ق ِبل ٱلم
ۡش
ِ ِ
ِني َو ۡٱب َن َ سك َّٰ َ َم َوٱل ۡ َم َ ۡ َب َو
َّٰ َ َّٰٱۡل َت
ۡ
َّٰ َ لَع ُح لبِهِۦ َذوِي ٱل ُق ۡر َّٰ َ َ اَت ٱل ۡ َم َال َ َ َ َ َ ۡ َ َ َٰٓ َ َ ۡ َ َّٰ َ َّ ل
بۧن وء ِ ِ ب وٱنلِ وٱلملئِكةِ وٱلكِت
ْ
َّٰ َّ ون ب َع ۡه ِده ِۡم إ َذا َع َّٰ َه ُد َۖوا َو ۡ
َ ُ ُ َ َ َّ َ َ َ َ َ َ ٓ َّ َ ٱلسب
َ ٱلصِب َ َ َ َّ َ َ َ َٱلرق ل َّ
ين ِِ ِ ِ اب وأقام ٱلصل َّٰوة وءاَت ٱلزك َّٰوة وٱلموف ِ ِ يل وٱلسائِل ِني و ِِفِ ِ
َ ُ ۡ ُ َ َٰٓ َ ُ ْ ُ َ ك َّٱَّل َ َٰٓ َ ْ ُ ۡ َ ۡ َ َ ِ ٓ َّ َّ َ ِ ٓ َ ۡ َ ۡ
ِين َص َدق َۖوا َوأ ْولئِك ه ُم ٱل ُم َّتقون ِ س أولئ ِۗ ِ ِِف ٱۡلأساء وٱلَّضاء وحِني ٱۡلأ
177. Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan,
akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian,
malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya
kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan
pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba
sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati
janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan,
penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar
(imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa. [Al Baqarah 2:177].
Harta yang dimiliki manusia pada dasarnya bukan miliknya tetapi milik Allah SWT
yang seharusnya diperuntukan untuk kemaslahatan umat. Tetapi karena kecintaan
manusia yang begita besar terhadap keduniawian menjadikan dia lupa dan kikir akan
hartanya. Berbeda dengan hamba yang mencintai Allah SWT, senantiasa dawam
menafkahkan hartanya di jalan Allah SWT, ia menyadari bahwa miliknya adalah
bukan haknya tetapi ia hanya memanfaatkan untuk keperluanya semata-mata sebagai
bekal di akhirat yang diwujudkan dalam bentuk pengorbanan harta untuk keperluan
umat.
6. Merasakan keberadaan Allah SWT, Yang Dia melihatmu sewaktu kamu berdiri
(shalat) dan bolak balik dalam sujud Ketika seorang hamba beribadah, Allah SWT
benar-benar berada berada dihadapannya, maka harus dapat merasakan/melihat
kehadiran Nya atau setidaknya dia tahu bahwa Allah SWT sedang memperhatikannya.
ۡ ۡ َ َ ۡ َ َّ ُ َ
7. Meraih martabat liqa Illah,
َۚيد ٱَّلل ِ فوق أيدِي ِهم
10. …. Tangan Allah di atas tangan mereka, ….[Al Fath 48:11].
Dengan ibadah seorang hamba meleburkan diri dalam sifat-sifat Allah SWT,
menghanguskan seluruh hawa nafsunya dan lahir kembali dalam kehidupan baru yang
dipenuhi ilham Ilahi. Dalam martabat ini manusia memiliki pertautan dengan Tuhan
yaitu ketika manusia seolah-olah dapat melihat Tuhan dengan mata kepalanya sendiri.
Sehingga segala inderanya memiliki kemampuan batin yang sangat kuat memancarkan
daya tarik kehidupan suci. Dalam martabat ini Allah SWT menjadi mata manusia yang
dengan itu ia melihat, menjadi lidahnya yang dengan itu ia bertutur kata, menjadi
tangannya yang dengan itu ia memegang, menjadi telinganya yang dengan itu ia
mendengar, menjadi kakinya yang dengan itu ia melangkah.
َ ََ َ َ
ُ ك ع َِبادِي َع لّن فَإ لّن قَريب أُج
8. Terkabul Doa-doanya,
ْ ۡ ۡ ْ ُ َ ۡ ََۡ َ َ َ َّ َيب َد ۡع َوة
يبوا ِِل َوۡلُؤ ِم ُنوا ِِب ج
ِ ت س يل ف ن
ِِۖ َعد اذِ إ ِ
اعٱدل ِ َۖ ِ ِِ ِ ِإَوذا سأل
َ ُ َّ َ
ل َعل ُه ۡم يَ ۡرش ُدون
ۡ ُ َ َّ ْ ُ ُ ۡ َ َّ ْ ٓ ُ ُ ٓ َ َ
11. Berhati ikhlas,
َ ۡ ُ َ َّٰ َ َ َ َّٰ َ َّ ْ ُ ۡ ُ َ َ َّٰ َ َّ ْ ُ ُ َ َ ٓ َ َ ُ َ َ َ ُ ل
ِِين ٱلق لي ِ َمة ٱَّلل ُمل ِِصني َل ٱدلِين حنفاء ويقِيموا ٱلصلوة ويؤتوا ٱلزكوة َۚ وذل ِك د وما أمِروا إَِل ِۡلعبدوا
5. Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan
memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan
supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah
agama yang lurus. [Al Bayyinah 98:5].
Allah SWT menilai amal ibadah hambanya dari apa yang diniatkan, lakukanlah dengan
ikhlas dan berkwalitas. Jangan berlebihan karena Allah SWT tidak menyukainya.
12. Memiliki kedisiplinan, Ibadah harus dilakukan dengan dawam (rutin dan teratur),
khusyu’ (sempurna), terjaga dan semangat.
13. Sehat jasmani dan rohani, hamba yang beribadah menjadikan gerakan shalat sebagai
senamnya, puasa menjadi sarana diet yang sehat, membaca Al Qur an sebagai sarana
terapi kesehatan mata dan jiwa. Insya Allah hamba yang tekun dalam ibadah
dikaruniakan kesehatan