Anda di halaman 1dari 29

1

EVALUASI PENILAIAN KINERJA BEDASARKAN BALANCED

SCORECARD PADA KANTOR BADAN KEPENDUDUKAN DAN

KELUARGA BERENCANA KABUPATEN MADIUN

PROPOSAL

SENDY DWI HARYANTO

14 241 091

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PGRI MADIUN

2018
2

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pentingnya pelayanan jasa sektor publik yang bermutu dan berkualitas

harus ditingkatkan seiring dengan semakin meningkatkan pertumbuhan

pendudukan. Setiap unit pelayanan publik dituntut untuk meningkatkan mutu

dan bekerja lebih efektif dan efisien agar mendapatkan hasil yang optimal

sehingga tetap dapat melayani kebutuhan masyarakat.

Dalam UU No 52 Tahun 2009 Pasal 1 menyebutkan bahwa

perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga adalah upaya

terencana untuk mewujudkan penduduk tumbuh seimbang dan

mengembangkan kualitas penduduk pada seluruh dimensi penduduk.

Perkembangan kependudukan adalah kondisi yang berhubungan dengan

perubahan keadaan kependudukan yang dapat berpengaruh dan dipengaruhi

oleh keberhasilan pembangunan berkelanjutan.

Menurut Mardiasmo (2009: 2) Istilah “sektor publik” sendiri memiliki

pengertian yang bermacam-macam. Hal tersebut merupakan konsekuensi dari

luasnya wilayah publik, sehingga setiap disiplin ilmu (ekonomi, politik,

hukum dan sosial) memiliki cara pandang dan definisi yang berbeda-beda.

Dari sudut pandang ilmu ekonomi, sektor publik dapat dipahami sebagai

suatu entitas yang aktivitasnya berhubungan dengan usaha untuk


3

menghasilkan barang dan pelayanan publik dalam rangka memenuhi

kebutuhan dan hak publik.

Menurut Moeheriono (2010 : 60) pengertian kinerja atau performance

merupakan gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu

program kegiatan atau kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, visi dan

misi organisasi yang dituangkan melalui perencanaan strategis suatu

organisasi.

Era pemerintahan saat ini, sudah mulai ada perhatian yang lebih besar

terhadap penilaian kelayakan praktik manajemen pemerintahan yang

mencakup kinerja finansial dan non- finansial. Perlunya kelayakan praktik

manajemen pemerintahan yang baik perlu dilakukan perbaikan sistem

akuntansi manajemen, sistem akuntansi keuangan, perencanaan keuangan dan

pembangunan, sistem pengawasan dan pemeriksaan.

Sistem pengukuran kinerja sektor publik adalah suatu sistem yang

bertujuan untuk membantu manajer publik menilai pencapaian suatu strategi

melalui alat ukur finansial dan non finansial. Sistem pengukuran kinerja dapat

dijadikan sebagai alat pengendalian organisasi, karena pengukuran kinerja

diperkuat dengan menetapkan reward dan punishment.

Kinerja sektor publik bersifat multidimensional, sehingga tidak ada

indikator tunggal yang dapat digunakan untuk menunjukkan kinerja secara

komprehensif. Berbeda dengan sektor swasta, karena sifat output yang

dihasilkan sektor publik lebih banyak bersifat intangible output, maka ukuran

finansial saja tidak cukup untuk mengukur kinerja sektor publik. Oleh karena

itu perlu dikembangkan ukuran kinerja non-finansial.


4

Menurut Moeheriono (2010 : 61) pengukuran kinerja (performance

measurement) mempunyai pengertian suatu proses penilaian tentang

kemajuan pekerjaan terhadap tujuan dan sasaran dalam pengelolaan sumber

daya manusia untuk menghasilkan barang dan jasa termasuk efesiensi serta

efektivitas tindakan dalam mencapai tujuan organisasi.

Saat ini, pengukuran kinerja perusahaan lebih berorientasi kepada

pencapaian kinerja keuangan. Seiring berjalannya waktu yang menuntut

meningkatkan kinerja yang efektif dan efisien maka berkembang pula metode

pengukuran kinerja. Sebenarnya pengukuran kinerja pada perusahaan yang

berorientasi pencapaian kinerja keuangan tidak secara penuh mengambarkan

kondisi perusahaan tersebut, karena perusahaan tidak menilai kinerja non-

finansialnya. Pengukuran kinerja yang baik ialah perusahaan

mempertimbangkan pengukuran kinerja pada sisi keuangan dan non-

keuangan yang dapat mengambarkan kondisi perusahaan yang seimbang

antara keuangan dan non-keuangan.

Menurut Peraturan Bupati No 25 Tahun 2015 Pasal 1 ayat 1

menyebutkan bahwa pengukuran kinerja adalah proses sistematis dan

berkesinambungan untuk menilai keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan

kegiatan sesuai dengan program, kebijakan, sasaran dan tujuan yang telah

ditetapkan dalam mewujudkan visi, misi, dan strategi, atau kegiatan

manajemen yang membandingkan tingkat kinerja yang dicapai dengan

standar, rencana, atau target sebagaimana indikator kinerja yang telah

ditetapkan.
5

Menurut Kaplan dan Norton dalam (Ramadhani, Titisari dan Sayekti :

2017) Sistem pengukuran balanced scorecard ini dapat mengukur

keberhasilan organisasi dalam menerjemahkan misi dan strateginya, sehingga

organisasi dapat berjalan sesuai dengan visi yang telah ditetapkannya. Dalam

pendekatan BSC, ukuran kinerja organisasi diperluas ke perspektif non

keuangan seperti kepuasan customers, produktivitas dan costeffectiveness

proses bisnis/intern, dan pembelajaran dan pertumbuhan.

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional merupakan

lembaga pemerintah non-kementrian yang bertanggung jawab kepada

Presiden dan memiliki tugas dalam rangka pengendalian pendudukan dan

pembangunan keluarga nasional. Dalam rangka pemerataan perkembangan

penduduk dan pembangunan keluarga di daerah, pemerintah daerah

membentuk Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Daerah di tingkat

provinsi dan kabupaten/kota. ( UU No 52 Pasal 53 dan 54 Tahun 2009)

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Daerah Kabupaten

Madiun merupakan badan pengendalian kependudukan dan keluarga

berencana di daerah kabupaten Madiun. Sesuai kondisi geografis kabupaten

Madiun yang cukup luas sehingga perlu adanya pelayanan jasa yang

berkualitas bagi masyarakat sehingga perlu adanya penyusunan visi, misi,

tujuan, sasaran serta indikator keberhasilan yang diselesaikan dalam bentuk

sistematis.

Sesuai hasil penelitian sebelumnya tentang pengukuran kinerja pada

sektor publik bahwa dengan penerapan balanced scorecard dalam organisasi

khusunya pada sektor publik menunjukkan peningkatan kinerja yang


6

mencapai target yang telah disusun tahun anggaran sebelumnya. Balanced

scorecard pada sektor publik akan mampu menjelaskan misinya kepada

masyarakat dan dapat mengindentifikasi proses kerja dan kualitas sumber

daya manusia yang dimiliki.

Penelitian relevan yang pertama dilakukan oleh (Ramadhani, dkk : 2017)

tentang penilaian kinerja keuangan dan non keuangan pada kantor KB

Kabupaten Situbondo. Dalam penelitian tersebut menitikberatkan bahwa

penilaian kinerja pada sektor publik tidak hanya fokus pada kinerja keuangan

tetapi juga kinerja nonkeuangan. Adapun lingkup penelitian yang dilakukan

meliputi empat perspektif dalam model balanced scorecard dan metode

penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Hasil penelitian ini

bahwa pelaksanaan empat perspektif sudah terlaksana dengan baik tetapi

pencapaian target di kantor KB Kabupaten Sitobondo disisi perpektif

keuangan dan perpektif pelanggan perlu adanya modifikasi agar dapat

mengintegrasikan prinsip penilaian kinerja melalui balanced scorecard.

Penelitian yang relevan kedua dilakukan oleh Triadi, H dan Budi (2013)

tentang analisis kinerja pegawai Badan Kependudukan dan Keluarga

Berencana Nasional. Dalam penelitian ini menitikberatkan penerapan

penilaian kinerja pada individu (karyawan) dan per divisi/biro dalam Badan

Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, model analisis yang

digunakan dalam penilain kinerja yaitu, kuantitas kinerja, kualitas kerja,

pengetahuan kerja, kreativitas, kerja sama, keandalan, inisiatif dan kualitas

pribadi. Metode penelitian yang digunakan adalah mix methods yaitu

perpaduan antara metode penelitian kualitatif dan metode kuantitatif, dalam


7

proses pengumpulan data berupa kuesioner kepada pegawai dan wawancara

mendalam kepada pegawai. Hasil penelitian bahwa yang mempengarui

kinerja adalah motivasi, faktor kepemimpinan, serta hubungan antar pegawai

kemudian penilaian kinerja secara individu belum diterapkan.

Dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui pengukuran kinerja di

kantor Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Daerah Kabupaten

Madiun dalam pencapaian target disetiap tahunnya, sebuah pencapaian target

tidak lepas dari strategi organisasi dari visi, misi dan kinerja sumber daya

manusia yang dimiliki oleh organisasi tersebut. Perbedaan penelitian yang

akan dilakukan dengan penelitian sebelumnya adalah pertama, fokus pada

kualitas kinerja yang dihasilkan oleh adanya penerapan balanced scorecard

sebagai pengukuran kinerja. Kedua, adanya modifikasi di sisi perspektif

pelanggan yaitu perlunya peningkatan kualitas dan kuantitas penyuluh dari

BKKBD Kabupaten Madiun untuk dapat memberikan layanan yang terbaik

bagi pengguna layanan.

Untuk harapan pemerintah pusat untuk birokrasi yang bersih, produktif,

efisien, efektif, transparan dan akuntabel sudah pasti sangat didambakan oleh

masyarakat, maka perlu adanya ukuran kinerja yang dapat menggambarkan

kondisi kualitas pelayanan di kantor BKKBD di Kabupaten Madiun. Dari

latar belakang diatas, maka dalam penelitian ini peneliti tertarik untuk

membahas mengenai “Evaluasi Penilaian Kinerja Bedasarkan Balanced

Scorecard Pada Kantor Badan Kependudukan Dan Keluarga Berencana

Kabupaten Madiun”.
8

B. FOKUS PENELITIAN

Bedasarkan latar belakang diatas, peneliti memfokuskan penelitian untuk

pembahasan permasalahan yaitu :

1. Pencapaiaan harapan pemerintah tentang tercapainya reformasi birokrasi

sebagai upaya untuk melakukan pembaharuan dan perubahan

fundamental atau mendasar terhadap sistem penyelenggaraan

pemerintahan, terutama menyangkut aspek organisasi, tatalaksana dan

sumber daya manusia.

2. Ketercapaian penerapan balanced scorecard sebagai alat ukur kinerja

pada Kantor Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Kabupaten

Madiun dan mencapai pengukuran kinerja yang seimbang antara kinerja

keuangan dan kinerja non-keuangan pada kantor tersebut.

C. RUMUSAN MASALAH

Bedasarkan fokus penelitian diatas, peneliti merumuskan rumusan

masalah untuk pembahasan permasalahan yaitu :

1. Bagaimana analisis kebutuhan pengukuran kinerja organisasi

menggunakan balance scorecard pada Kantor Badan Kependudukan

dan Keluarga Berencana Kabupaten Madiun ?

2. Bagaimana rancangan model balanced scorecard untuk mengukur

kinerja organisasi pada pada Kantor Badan Kependudukan dan

Keluarga Berencana Kabupaten Madiun ?


9

3. Bagaimana evaluasi penilaian kinerja bedasarkan balanced

scorecard pada kantor badan kependudukan dan keluarga berencana

kabupaten madiun?

D. TUJUAN PENELITIAN

Bedasarkan rumusan masalah diatas, peneliti merumuskan tujuan

penelitian sebagai berikut :

1. Mengetahui analisis kebutuhan pengukuran kinerja organisasi

menggunakan balanced scorecard pada Kantor Badan

Kependudukan dan Keluarga Berencana Kabupaten Madiun

2. Mengetahui rancangan model balanced scorecard untuk mengukur

kinerja organisasi pada pada Kantor Badan Kependudukan dan

Keluarga Berencana Kabupaten Madiun

3. Mengetahui evaluasi penilaian kinerja bedasarkan balanced

scorecard pada kantor Badan Kependudukan Dan Keluarga

Berencana Kabupaten Madiun

E. MANFAAT HASIL PENELITIAN

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagi Penulis

a. Dapat memberikan analisis kebutuhan pengukuran kinerja

organisasi menggunakan balanced scorecard pada Kantor Badan

Kependudukan dan Keluarga Berencana Kabupaten Madiun


10

b. Dapat memberikan evaluasi penilaian kinerja bedasarkan

balanced scorecard pada kantor badan kependudukan dan

keluarga berencana kabupaten madiun

2. Bagi Kantor Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana

Kabupaten Madiun

a. Dapat mengetahui alat ukur kinerja yang dapat meningkatkan

produktivitas kinerja karyawan yang memiliki etos kerja dan

disiplin yang tinggi

b. Memudahkan proses pengambilan keputusan dimasa yang akan

datang melalui hasil kinerja keuangan dan kinerja non-keuangan

dengan model balanced scorecard.

3. Bagi Universitas PGRI Madiun

a. Sebagai tambahan informasi dan sumber referensi bagi

perpustakaan Universitas PGRI Madiun

b. Sebagai sumber dan bahan perbandingan bagi mahasiswa yang

akan meneliti tentang balanced scorecard pada sektor publik

lainnya.

4. Bagi Pembaca

Memberikan pengetahuan tentang pengukuran kinerja

menggunakan model balanced scorecard dapat mengambarkan

kondisi perusahaan yang sebenarnya.


11

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

2.1 Definisi Kinerja dan Penilaian Kinerja

Menurut Moeheriono (2010 : 60) menyebutkan “ pengertian

kinerja atau performance merupakan gambaran mengenai tingkat

pencapaian pelaksanaan suatu program kegiatan atau kebijakan dalam

mewujudkan sasaran, tujuan, visi dan misi organisasi yang dituangkan

melalui perencanaan strategis suatu organisasi ”. Menurut Mahsun (2013

25) menyebutkan “ kinerja (performance) adalah gambaran mengenai

tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijakan dalam

mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi yang tertuang dalam

strategic planning suatu organisasi.” Menurut Tubagus (2015 : 105 )

menyebutkan “kinerja mempunyai pengertian akan adanya suatu tindakan

atau kegiatan yang ditampilkan oleh seorang dalam melaksanakan

aktivitas tertentu yang menjadi tugasnya.”

Dari beberapa pendapat para ahli maka peneliti dapat

menyimpulkan bahwa kinerja merupakan suatu gambaran pencapaian

suatu kegiatan yang sesuai visi, misi dan tujuan organisasi sesuai dengan

perencanaan strategis organisasi. Kinerja dipengaruhi oleh keterampilan,

kemampuan, motivasi dan sifat individu masing-masing, sehingga kinerja


12

setiap individu dalam organisasi mempunyai kemampuan dalam

kinerjanya.

Kinerja sering digunakan untuk mengambarkan seberapa tinggi

prestasi atau tingkat keberhasilan individu maupun kelompok dalam

organisasi. Kinerja dapat diketahui jika organisasi memiliki kriteria

pencapaian yang telah ditetapkan, kriteria tersebut berupa tujuan atau

target yang hendak dicapai suatu organisasi. Tanpa adanya kriteria atau

target yang ditetapkan maka tidak bisa dipungkiri bahwa kinerja akan

menjadi tidak terarah dan tidak ada pencapaian yang dapat diukur.

Kinerja sektor publik bersifat multidimensional, sehingga tidak ada

indikator tunggal yang dapat digunakan untuk menunjukkan kinerja secara

komprehensif. Berbeda dengan sektor swasta, karena sifat output yang

dihasilkan sektor publik lebih banyak bersifat intangible output, maka

ukuran finansial saja tidak cukup untuk mengukur kinerja sektor publik,

oleh karena itu perlu dikembangkan ukuran kinerja non-finansial.

Kinerja suatu organisasi hendaknya merupakan hasil yang dapat

diukur agar bisa mengambarkan kondisi emperik suatu organisasi dari

berbagai ukuran capaian yang telah ditetapkan. Agar mengetahui kinerja

yang dicapai perlu dilakukan penilaian kinerja melalui pengukuran kinerja

secara berkelanjutan. Pengukuran kinerja dilakukan untuk mengetahui

bagaimana progres yang dilakukan organisasi apakah sesuai apa yang

direncanakan dengan kenyataan, kinerja yang sesuai jadwal atau melebihi

jadwal yang telah ditentukan dan apakah hasil kinerja organisasi sesuai

harapan atau tidak sesuai dengan harapan.


13

Menurut Dessler (2015 : 330) penilaian kinerja (performance

appraisal) berarti mengevaluasi kinerja karyawan di masa sekarang

dan/atau di masal lalu secara relatif terhadap standart kinerjanya. Penilaian

kinerja juga membutuhkan penetapan standar kinerja, dan berasumsi

bahwa karyawan menerima pelatihan, umpan balik dan insentif yang

dibutuhkan untuk menghilangkan defiensi kinerja.

Menurut Tubagus (2015 : 120) penilaian kinerja pada dasarnya

memiliki dua tujuan, yaitu tujuan evaluasi dan tujuan pengembangan.

Untuk tujuan yang pertama, manajer memberi penilaian atas kinerja

karyawan dengan menggunakan rating deskriptif. Tujuan penilaian kinerja

tersebut di antaranya untuk pengambilan keputusan-keputusan promosi,

demosi, terminasi dan kompensasi.

Menurut Moeheriono (2010 : 61) pengukuran kinerja (performance

measurement) mempunyai pengertian suatu proses penilaian tentang

kemajuan pekerjaan terhadap tujuan dan sasaran dalam pengelolaan

sumber daya manuasia untuk menghasilkan barang dan jasa termasuk

efesiensi serta efektivitas tindakan dalam mencapai tujuan organisasi.

Menurut Robertson ( dalam Mahsun : 2013 ) mengungkapkan”

pengukuran kinerja (performance measurement) adalah suatu proses

penilaian kemajuan pekerjaan terhadap tujuan dan sasaran yang telah

ditentukan sebelumnya, termasuk informasi atas : efisiensi penggunaan

sumber daya dalam menghasilkan barang dan jas; kualitas barang dan jasa

(seberapa baik barang dan jasa diserahkan kepada pelanggan dan sampai
14

seberapa jauh pelanggan terpuaskan; hasil kegiatan dibandingkan dengan

maksud yang diinginkan; dan efektivitas tindakan dalam mencapai tujuan.

Menurut Lohman (dalam Mahsun: 2013) mengungkapkan

“pengukuran kinerja merupakan suatu aktivitas penilaian pencapaian

target-target tertentu yang diderivasi dari tujuan strategis organisasi”.

Pengukuran kinerja dilakukan setiap periode bermanfaat dalam menilai

kemajuan yang telah dicapai organisasi. Syarat atau kriteria yang

digunakan dalam pengukuran kinerja adalah tujuan yang telah ditetapkan.

Dalam proses pengukuran kinerja terdapat perbaikan-perbaikan kinerja

secara berkelanjutan dari periode-periode sebelumnya untuk menilai

kemajuan organisasi tersebut.

Sistem pengukuran kinerja merupakan bagian dari manajemen

strategi di sektor publik untuk mengevaluasi pencapaian tujuan organisasi

dan nilai efektivitas strategi organisasi di sektor publik. Dengan adanya

sistem pengukuran kinerja, diharapkan organisasi sektor publik dapat

meningkatkan hasil kerjanya dan meningkatkan nilai-nilai perbaikan

pelayanan publik serta dapat memperbaiki akuntabilitas pemerintah pada

aspek informasi.

Keberhasilan suatu organisasi dengan berbagai ragam kinerja

tergantung kepada kinerja seluruh anggota organisasi tersebut, dan unsur

sumber daya manuasia memegang peranan paling penting dan menentukan

keberhasilan organisasi. Pengukuran kinerja bukanlah tujuan akhir

melainkan merupakan alat agar dihasilkan manajemen yang lebih efesien

dan terjadi peningkatan kinerja. Hasil dari pengukuran kinerja akan


15

memberitahu yang telah terjadi, bukan mengapa hal itu terjadi atau apa

yang harus dilakukan.

Sebelum membahas tentang pengukuran kinerja perlu kita ketahui

bahwa adanya indikator kinerja dalam proses pengukuran kinerja untuk

mengetahui pencapaian kinerja suatu organisasi. Setiap organisasi baik

sektor publik atau organisasi bisnis akan memerlukan indikatot kinerja

untuk mengukur kinerja. Indikator kinerja harus valid dan tidak

menyesatkan, karena informasi yang dihasilkan indikator kinerja

mempengaruhi tindakan manajemen untuk organisasi.

Menurut Moeheriono (2010 : 74) mengungkapkan bahwa ”

indikator kinerja (performance indicator) mengacu pada penilaian kinerja

secara tidak langsung, yaitu hal-hal yang bersifat hanya merupakan

indikasi kinerja saja sehingga bentuknya cenderung kualitatif atau tidak

dapat dihitung”. Menurut Mardiasmo (2009 : 125) mengungkapkan bahwa

“indikator kinerja kunci merupakan sekumpulan indikator yang dapat

dianggap sebagai ukuran kinerja kunci baik bersifat finansial maupun

nonfinansial untuk melaksanakan operasi dan kinerja unit bisnis. Indikator

ini dapat digunakan oleh manajer untuk mendeteksi dan memonitor

capaian kinerja.”

Indikator kinerja sangat penting untuk mengetahui apakah aktivitas

yang dikerjakan dalam organisasi dilakukan secara efektif dan efisien

dalam mencapai target organisasi. Indikator setiap divisi organisasi

berbeda karena tergantung dari tipe pelayanan yang dihasilkan oleh divisi

organisasi. Pengukuran kinerja di sektor publik merupakan suatu proses


16

dari penetapan indikator-indikator, target kinerja dan pengumpulan hasil

kinerja aktual untuk dievaluasi bahwa pengukuran kinerja perlu dilakukan

untuk meningkatkan pelayanan publik dan meningkatkan akuntabilitas

pemerintahan.

2.2 Balanced Scorecard untuk sektor publik

Menurut Mardiasmo (2009: 2) Istilah “sektor publik” sendiri

memiliki pengertian yang bermacam-macam. Hal tersebut merupakan

konsekuensi dari luasnya wilayah publik, sehingga setiap disiplin ilmu

(ekonomi, politik, hukum dan sosial) memiliki cara pandang dan definisi

yang berbeda-beda. Dari sudut pandang ilmu ekonomi, sektor publik dapat

dipahami sebagai suatu entitas yang aktivitasnya berhubungan dengan

usaha untuk menghasilkan barang dan pelayanan publik dalam rangka

memenuhi kebutuhan dan hak publik.

Organisasi sektor publik berhubungan langsung dengan penyediaan

services and goods untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan

masyarakat. Dalam hal ini masyarakat merupakan pelanggan yang harus

dilayani dengan baik sehingga dalam rangka memenuhi customer

satisfaction, sangat perlu ditanamkan pola pikir (mind set) terhadap para

pengelola organisasi layanan publik tentang bagaimana meningkatkan

kepuasan pelanggan (masyarakat).

Pentingnya pelayanan jasa sektor publik yang bermutu dan

berkualitas harus semakin ditingkatkan seiring dengan semakin

meningkatkan pertumbuhan pendudukan. Setiap unit pelayanan publik

dituntut untuk meningkatkan mutu dan bekerja lebih efektif dan efisien
17

agar mendapatkan hasil yang optimal sehingga tetap dapat melayani

kebutuhan masyarakat.

Kinerja sektor publik bersifat multidimensional, sehingga tidak ada

indikator tunggal yang dapat digunakan untuk menunjukkan kinerja secara

komprehensif. Berbeda dengan sektor swasta, karena sifat output yang

dihasilkan sektor publik lebih banyak bersifat intangible output, maka

ukuran finansial saja tidak cukup untuk mengukur kinerja sektor publik.

Oleh karena itu perlu dikembangkan ukuran kinerja non-finansial.

Kinerja organisasi publik harus dilihat secara luas dengan

mengindentifikasi keberhasilan organisasi tersebut dalam memenuhi

kebutuhan masyarakat. Pendekatan dalam pengukuran kinerja bisa

dimodifikasi agar layak digunakan untuk menilai kinerja akuntanbilitas

publik dengan menggunakan balanced scorecard agar mampu mendeteksi

ketercapaian organisasi publik dalam melayani pelanggan (masyarakat).

Balanced scorecard merupakan alat manajemen kontemporer

yang didesain untuk meningkatkan kemampuan perusahaan dalam

melipatgandakan kinerja keuangan, yang dihasilkan sangat luar biasa

secara berkesinambungan (sustainable outstanding financial performance)

karena perusahaan itu pada dasarnya sebagai institusi pencipta kekayaan.

Moeheriono 2010: 122).

Pada dasarnya balanced scorecard merupakan sistem pengukuran

kinerja yang mencoba untuk mengubah misi dan strategi organisasi

menjadi tujuan dan ukuran-ukuran yang lebih berwujud. Ukuran finasial

dan non-finansial yang dirumuskan dalam perspektif balanced scorecard


18

sebenarnya adalah derivasi (penurunan) dari visi dan strategi organisasi.

Hasil pengukuran dengan balanced scorecard dapat mengetahui tingkat

pencapaian organisasi atau visi dan strategi yang telah ditetapkan.

Organisasi publik mempunyai tujuan utama yaitu pengukuran

kinerjanya adalah mengevaluasi keefektivitasan layanan jasa yang

diberikan kepada masyarakat. Oleh karena itu, kepuasan pelanggan

menjadi sangat penting dibandingan keuntungan yang diperoleh. Kinerja

organisasi sektor publik yang perlu diperhatikan bukan dari proses

pengolahan dari input menjadi output, tetapi penilaian seberapa manfaat

dan sesuai untuk memenuhi kebutuhan pelanggan (masyarakat).

Balanced scorecard digunakan sebagai alat pendukung untuk

komunikasi, motivasi dan mengevaluasi strategi organisasi utama, dengan

model ini manajemen bisa lebih efektif. Balanced scorecard dapat

diterapkan secara efektif sebagai inti sistem manajemen strategik pada

semua organisasi. Balanced scorecard dapat memberikan kerangka yang

jelas yang jelas dan masuk akal bagi seluruh karyawan maupun personel

untuk menghasilkan kinerja keuangan melalui perwujudan berbagai

kinerja non-keuangan.

B. Kajian Penelitian Yang Relevan

No Penulis Judul Jurnal Hasil Saran Peneliti


1 Dwi Ayu Penilaian Jurnal Bisnis - Perspektif Keuangan, - Mengkaji peningkatan
R, Kinerja dan melalui SIRKA kinerja melalui Balance
Purnami Keuangan Dan Manajemen (Sistem Informasi Scorecard
Titi S, Non Vol. 11, No. 2 Keuangan Akrual) terutama pada instansi
Yosefa Keuangan Mei 2017 keuangan telah dapat pemerintah, hendaknya
Sayekti Pada Kantor dikelola secara juga mengkaji peraturan
Keluarga mudah, cepat dan yang
Berencana tepat pada program. digunakan sebagai dasar
Kabupaten - Perspektif Pelanggan, instansi tersebut
Situbondo pelayanan KB di melakukan
Kantor KB Situbondo pengembangan
19

telah berjalan organisasinya.


sesuai dengan - Memerlukan
harapan. modifikasi, terutama
- Perspektif bisnis pada Perspektif
internal, pada bidang Keuangan dan Perspektif
KB, tujuan Kantor Pelanggan.
KB sudah tercapai - Pemerintah
secara maksimal dan mengintergrasikan
pencapaian di bidang prinsip-prinsip penilaian
KB sudah berjan kinerja kedalam Balance
dengan baik. Scorecard, sehingga
- Pada Perspektif terlaksananya penilaian
Pertumbuhan dan kinerja yang lebih
pembelajaran, menyeluruh yang dapat
Minimnya tenaga menunjang perencanaan
SDM menjadi strategis pemerintahan
hambatan dalam
pelaksanaan program,
tetapi hal ini dapat
diatasi dengan
peningkatan peran
Pembantu Penyuluh
KB Desa yang telah
tersebar di seluruh
desa di Situbondo.
2 Radhitya Analisis Fakultas Ilmu - BKKBN Pusat belum - Penilaian kinerja secara
T, Kusnar Kinerja Sosial dan terdapat alat individu harus segera
Budi Pegawai Politik, pengukuran kinerja diaplikasikan
Badan Universitas pegawai per individu
Kependuduka Indonesia, yang ada hanya per
n Berencana 2013 divisi/biro
Nasional menggunakan
balanced scorecard
dan mencapai target
sesuai dengan tahun
2011
3 Wahyudin Penerapan AUDI Melalui BSC,
Nor Balanced Jurnal organisasi pemerintah
Scorecard Akuntansi & atau sektor publik akan
pada Bisnis Vol. 7, mampu
pemerintahan No. 2, Juli menjelaskan misinya
daerah 2012 kepada masyarakat
dan dapat
mengidentifikasi
indikator
kepuasan masyarakat
secara lebih
transparan, objektif,
dan terukur serta
mampu
mengidentifikasi proses
kerja dan
kualitas sumber daya
manusia yang
dibutuhkannya dalam
mencapai misi dan
strateginya.
20

C. Kerangka Berfikir

BKKBN
Kabupaten Madiun

VISI MISI

STRATEGI

Penerapan
Balanced scorecard

Non-Finansial Financial

- Learning and Growth - Realisasi Anggaran


- Internal Bussines Process
- Biaya Pelayanan
- Customer

Implementasi

Perwujudan Reformasi
Birokarasi di BKKBN
Kabupaten Madiun yang
bersih, produktif, efisien,
efektif, transparan dan
akuntabel

Sumber : diolah peneliti , 2018


21

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan untuk melakukan penelitian ini adalah

jenis penelitian kualitatif. Menurut Sugiyono (2013: 24) bahwa metode

penelitian yang berlandaskan pada filsafat pospositivisme digunakan untuk

meneliti pada kondisi objek yang amaliah, (sebagai lawannya eskperimen)

dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, pengambilan sampel sumber

data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat

induktif/kualitatif, dan hasil penelitian lebih menekankan makna dari pada

generalisasi.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Dalam melaksanakan penelitian, penulis mengambil lokasi pada kantor

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Kabupaten Madiun. Organisasi

ini merupakan organisasi yang melaksanakan tugas dalam rangka pengendalian

penduduk dan penyelenggaraan keluarga berencana di daerah Kabupaten

Madiun. Lokasinya terletak di Jalan Raya Solo 71 Jiwan Madiun.

C. Sumber Data

Menurut Sugiyono (2010 : 62) sumber data terdiri dari sumber primer dan

sumber sekunder, yaitu :


22

1. Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan data

kepada pengumpul data, berupa data yang diperoleh dari kegiatan

wawancara kepada karyawan kantor Badan Kependudukan dan

Keluarga Berencana Kabupaten Madiun sebanyak 3-5 responden,

penyuluh program KB sebanyak 3-5 responden dan masyarakat

pengguna pelayanan KB sebanyak 3-5 responden, kemudian dari

kegiatan observasi terhadap lingkungan kerja yang ada di kantor Badan

Kependudukan dan Keluarga Berencana Kabupaten Madiun.

2. Data sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data

kepada pengumpul data berupa, laporan keuangan periode 2014-2016

untuk mengetahui kinerja keuangan, kemudian dokumentasi untuk

melengkapi sumber data yang relevan berupa foto, rekaman suara

wawancara, dan video.

D. Teknik Pengumpulan Data

Menurut Sugiyono (2010 : 62 ) teknik pengumpulan data merupakan

langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari

penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan

data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data

yang ditetapkan.

1. Observasi

Observasi digunakan sebagai teknik pengumpulan data untuk

melakukan pengumpulan data secara nyata, sesuai kondisi yang

sebenarnya tanpa ada rekayasa dan memahami konteks data dalam

situasi sosial. Teknik yang digunakan dalam observasi adalah


23

observasi terus terang atau tersamar. Menurut Sugiyono (2010 : 66)

mengungkapkan bahwa observasi terus terang atau tersamar adalah

peneliti dalam melakukan pengumpulan data menyatakan terus terang

kepada sumber data, bahwa ia sedang melakukan penelitian. Jadi

mereka yaang diteliti mengetahui sejak awal melakukan penelitian.

Tetapi dalam suatu saat peneliti juga tidak terus terang atau tersamar

dalam observasi, hal ini untuk menghindari kalau suatu data yang

dicari merupakan data yang masih dirahasiakan.

2. Wawancara

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila

peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk melakukan

permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin

mengetahui hal-hal dariresponden yang lebih mendalam dan jumlah

respondennya sedikit. Teknik wawancara yang digunakan adalah teknik

wawancara tak berstruktur (unstructured interview). Menurut Sugiyono

(2010 : 74) mengungkapkan bahwa “wawancara tak berstruktur

(unstructured interview) adalah wawancara yang bebas di mana peneliti

tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun seacara

sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara

yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang

ditanyakan.“

Responden yang akan terlibat dalam proses wawancara adalah :

a. Kepala dinas/wakil kepala dinas/posisi dibawahnya di kantor

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Kabupaten


24

Madiun, kriteria yang diperhitungkan untuk responden ialah

responden mengetahui dan memahami tujuan organisasi,

mengetahui dan memahami visi, misi organisasi dan program yang

hendak dicapai.

b. Karyawan pada kantor Badan Kependudukan dan Keluarga

Berencana Kabupaten Madiun, kriteria yang diperhitungkan untuk

responden ialah responden merupakan pegawai yang menangani

divisi tentang kinerja keuangan dan divisi tentang kinerja non-

keuangan.

c. Penyuluh program KB pada kantor Badan Kependudukan dan

Keluarga Berencana Kabupaten Madiun, kriteria yang

diperhitungkan untuk responden ialah responden merupakan

sebagai kunci utama dalam pelayanan program KB kepada

masyarakat dan mengetahui dan memahami proses pelayanan

program KB kepada masyarakat.

d. Masyarakat pengguna layanan KB pada Kabupaten Madiun,

kriteria yang diperhitungkan untuk reponden ialah responden

merupakan pengguna layanan KB pada Kabupaten Madiun.

3. Dokumentasi

Menurut Sugiyono (2010 : 82) mengungkapkan bahwa “ Dokumen

merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk

tulisan, gambar, karya monumental seseorang.” Peneliti ingin

mendapatkan beberapa dokumentasi, yaitu berupa dokumen yang

berbentuk tulisan ( laporan keuangan, peraturan-peraturan pemerintah dan


25

kebijakan-kebijakan pemerintah) dan dokumen yang berbentuk gambar

(foto atau gambar pelaksanaan program KB).

4. Trianggulasi

Teknik pengumpulan data menggunakan triangulasi untuk

menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data.

Menurut Sugiyono (2010 : 127) mengungkapkan beberapa jenis

trianggulasi :

a. Trianggulasi Sumber, untuk menguji kredibilitas data yang

dilakukan dengan cara mengecek data yang telah dieproleh melalui

beberapa sumber.

b. Trianggulasi teknik, untuk menguji kredibilitas data yang dilakukan

dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik

yang berbeda.

c. Trianggulasi Waktu, untuk melakukan pengecekan dengan

wawancara, observasi atau teknik lain dalam waktu atau situasi yang

berbeda.

E. Prosedur Penelitian

1. Survey pendahuluan dan pengajuan izin penelitian pada kantor Badan

Kependudukan dan Keluarga Berencana Kabupaten Madiun.

2. Mengumpulkan data berupa hasil wawancara, studi pendahuluan dan

dokumen

3. Mengetahui dan menganalisis kebutuhan pengukuran kinerja

organisasi
26

4. Mengetahui dan menganalisis alat ukur kinerja organisasi

5. Menganalisis model balanced scorecard sebagai alat ukur kinerja

organisasi

6. Mengevaluasi penilaian kinerja melalui penerapan balanced scorecard

pada Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Kabupaten

Madiun

7. Menyusun laporan penelitian dari hasil observasi, wawancara dan

dokumentasi peneliti dalam proses penelitian.

F. Teknik Keabsahan Data

Menurut Sugiyono (2010: 121) uji keabsahan data dalam penelitian

kualitatif meliputi uji credibility (validitas internal), transferability (validitas

eksternal), depenability (reliabilitas), dan confirmability (obyektivitas).

1. Uji Kredibilitas (Validitas internal), uji kredibiltas data atau

kepercayaan terhadap data hasil penelitian dengan melakukan

perpanjangan proses perolehan data/pengamatan, peningkatan

ketekunan, trianggulasi, diskusi dengan orang yang mengetahui

tentang penelitian yang sama, dan member check.

2. Uji Keteralihan (Validitas ekternal), uji keteralihan menunjukkan

derajat ketepatan atau dapat diterapkan hasil penelitian ke populasi

dimana sampel tersebut diambil.

3. Uji Depenability (Reliabilitas), uji depenability dilakukan dengan

mengaudit terhadap keseluruhan. Sehingga data yang diperoleh benar-


27

benar berasal dari lapangan bukan mengada-ada atas data yang

diperoleh.

4. Uji Konfirmability (Objektivitas), uji konfrimability berarti menguji

hasil penelitian dikaitkan dengan proses yang dilakukan.

G. Teknik Analisis Data

Menurut Sugiyono (2010: 89) analisis data adalah proses mencari dan

menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan

lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam

kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke

dalam pola, pilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat

kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri sendiri maupun orang lain.

Analisis data penelitian kualitatif, dilakukan pada saat pengumpulan data

berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu.

Model interaktif dalam analisis data ditunjukkan pada gambar,

Pengumpulan Penyajian
Data Data

Kesimpulan
Reduksi Data dan Verifikasi

Sumber : Sugiyono (2010 : 92) dimodifikasi peneliti


28

DAFTAR PUSTAKA

Baihaqi Indriatmoko. 2015. Pengembangan Balanced Scorecard Untuk

Pengukuran Kinerja Organisasi Berdasarkan Tingkat Kepuasan

Mahasiswa Dalam Layanan Akademik Di Fakultas Teknik Universitas

Negeri Yogyakarta. Skirpsi. Program Studi Pendidikan Teknik Elektro

Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta. (Diunduh Pada

24/01/2018)

Dessler, G. 2015. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : Salemba Empat.

Dwi Ayu Ramadhani, Purnami Titisari Dan Yosefa Sayekti. 2017. Penilaian

Kinerja Keuangan Dan Non Keuangan Pada Kantor Keluarga

Berencana Kabupaten Situbondo. Bisma Jurnal Bisnis Dan

Manajemen Vol. 11, No. 2 Mei 2017 Hal. 237 – 247.

Www.Jurnalunej.Ac.Id/ Diunduh Pada 24/01/2018.

Mardiasmo. 2009. Akuntansi Sektor Publik. Yogjakarta : ANDI-Yogjakarta

Mohamad Mahsun. 2014. Pengukuran Kinerja Sektor Publik Edisi Pertama.

Yogjakarta : BPFE-Yogjakarta

Radhitya Triadi dan Kusnar Budi. 2013. Analisis Kinerja Pegawai Badan

Kepenedudukan dan Keluarga Berencana. Falkutas Sosial dan Ilmu

Politik. Universitas Indonesia. (www.lib.ui.ac.id/ diunduh pada

24/01/2018)
29

Sugiyono. 2010. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta

. 2013. Cara Mudah Menyusun : Skripsi, Tesis dan Disertasi. Bandung :

Alfabeta

Tubagus Achmad Darodjat. 2015. Konsep-konsep Dasar Manajemen Personalia

Masa Kini. Bandung : Refika Aditama.

Wahyudin Nor. 2012. Penerapan Balanced Scorecard Pada Pemerintah Daerah.

Jurnal Akuntansi & Bisnis Audi Vol. 7, No. 2, Juli 2012. Fakultas

Ekonomi Universitas Palangka Raya.

Zaskia Tristiana dan Elva Nuraina. 2014. Penerapana Balnced Scorecard Sebagai

Alat Ukur Kinerja Pada Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Harjono

Ponorogo. Jurnal Akuntansi dan Pendidikan. ASSET Vol 3, No 2,

Oktober 2014 Hal 75-178. ISSN 2302-6251. Pendidikan Akuntansi

FPIPS IKIP PGRI Madiun.

Anda mungkin juga menyukai