Anda di halaman 1dari 9

PENGARUH AKUNTANSI MANAJEMEN PEMERINTAH DAERAH

TERHADAP KUALITAS SUMBERDAYA INTERNAL PADA ORGANISASI


PEMERINTAH DAERAH

Disusun oleh:
FIkih Soekarno Heruanto
20140420011

Ade Amel Al Farisi


20140420019

Husam Faris Al Azhar


20140420340

Tugas:
Tugas ini dikerjakan sebagai syarat untuk mengikuti mata kuliah Akuntansi
Manajemen Pemerintah Daerah kelas G pada Program Studi Akuntansi Fakultas
Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta pada tahun akademik 2016/2017

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2016
Latar Belakang

Dalam memperbaiki sistem manajemen pada organisasi pemerintah daerah


kususnya sumber daya internal pada organisasi pemerintah daerah banyak cara yang
dapat dilakukan oleh oraganisasi tersebut guna meningkatkan kualitas sumberdaya
internalnya salah satunya dengan menerapkan metode balance score car.

Kartu skor berimbang atau yang sering disebut balanced scorecard sebagai
alat akuntansi manajemen telah berkembang dari suatu sistem pengukuran kinerja
menjadi suatu sistem manajemen strategi. Hal ini berarti organisasi swasta maupun
organisasi pemerintah yang inovatif dapat menggunakan balanced scorecard tidak
hanya untuk menjelaskan dan mengkomunikasikan strategi, melainkan juga untuk
mengelola strateginya dalam jangka panjang.

Balanced scorecard telah diterapkan secara bertahap oleh kementrian


keuangan sejak tahun 2008, penerapan dini dilakukan mulai dari level atas hingga
pada level bawah ( Ministry of Finance Republic of Indonesia, 2016, Kementrian
Keuangan dan Balanced Scorecard, http://www.kemenkeu.go.id/en/node/50658,
diakses tanggal 27 Maret 2017 ). Keputusan Menteri Keuangan (KMK) No. 12 Tahun
2010 tentang Pengelolaan Kinerja di Lingkungan Departemen Keuangan yang
kemudian diganti dengan KMK No. 454/KMK.1/2011, dan diganti lagi dengan KMK
No. 467/KMK.01/2014 sebagaimana kemudian diubah dengan KMK No.
556/KMK.01/2015. Adanya program reformasi birokrasi berskala nasional
melatarbelakangi penerapan konsep BSC pada mentri keuangan sebagaimana diatur
di dalam Instruksi Presiden (Inpres) No. 5 Tahun 2004 tentang Percepatan
Pemberantasan Korupsi.

Visi dan strategi organisasi kedalam tujuan konkrit telah dijelaskan secara
mendalam oleh balance score card dan terorganisasi di sepanjang jalur 4 perspektif
yang berbeda: finansial, pelanggan, proses internal, dan pembelajaran dan

2
pertumbuhan. Hasil yang diselesaikan oleh karyawan pada waktu tertentu dapat
dikatan sebagai kinerja. Dikatan sebagai kinerja karena mengeluarkan suatu output
atau hasil dari suatu pekerjaan. Perilaku karyawan dalam bekerja juga mempengaruhi
kinerja yang dilakukan. motivasi dan kemampuan seseorang untuk menyelesaikan tugas
atau pekerjaannya merupakan fungsi dari kinerja.

Kinerja bagi seorang karyawan adalah hal yang individual dimana


kemampuan setiap individu karayan yang berbeda-beda sehingga menghasilkan suatu
hasil yang berbeda-beda pula dalam melaksanakan tugasnya. Pengukuran kinerja
merupakan salah satu cara untuk mengetahui ketercapaian kierja karyawan yang baik.

Permasalahan dalam penerapan pengukuran kinerja dalam organisasi sektor


publik sendiri dilihat dari bagaimana output yang dihasilkan pemerintah dapat
dirasakan oleh masyarakat secara puas. Berbeda dengan oragnisasi yang berfokus
pada laba yang dapat dengan mudah menentukan ukuran keberhasilan kinerja yang
dihasilkan. Pengukurannya sendiri lebih berfokus pada kualitatif masyarakat.

Pengukuran kinerja pada sektor publik mempunyai indikator yang sangat


banyak karena pelayanan yang dilakukan atau output yang diberikan kepada
masyarakat. Masyarakat yang dilayani oleh pemerintah sangat beragam dimana
banyak dimensi didalamnya sehingga pemerintah harus menyesuaikan keinginan
berbagai dimensi masyarakat.

Untuk meningkatkan kinerja organisasi, maka diperlukan suatu sistem


berbasis kinerja. Kinerja yang baik harus mempunyai sistem pengukuran kinerja yang
andal dan berkualitas, sehingga diperlukan penggunaan ukuran kinerja yang tidak
hanya mengandalkan aspek keuangan saja tetapi juga memperhatikan aspek-aspek
non-keuangan. Hal ini mendorong Kaplan dan Norton (2000) untuk merancang suatu
sistem pengukuran kinerja yang lebih komprehensif yang disebut dengan Balanced
Scorecard.

3
Rumusan Masalah
1. Berapa besar hubungan antara pertumbuhan sumber daya yang dimiliki
terhadap bisnis internal?
2. Berapa besar hubungan antara pengaruh akuntansi manajemen pemerintah
daerah terhadap kualitas sumber daya internal?

Tujuan
1. Untuk mengetahui hubungan antara pertumbuhan sumber daya terhadap bisnis
internal
2. Untuk mengetahui hubungan antara pengaruh akuntansi manajemen
pemerintah daerah terhadap kualitas sumber daya internal?

4
TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Balanced Scorecard

Balanced Scorecard terdiri dari dua kata yaitu balance dan score. Score
memiliki makna yaitu penghargaan atas poin-poin yang dihasilkan ( seperti dalam
permainan ) jika dipandang sebagai kata benda, tapi jika dilihat dari kata kerja maka
score berarti memberikan angka. Score dalam padangan kita pada Balanced
Scorecard adalah kartu keseimbangan yang mencerminkan suatu kinerja dari sekian
banyak aspek yang dilakukan oleh organisasi.

Pengukuran Kinerja

Sebagaimana dikemukakan Carter (1991), kinerja merupakan konsep yang


luas yang didalamnya tercakup memiliki arti yang beragam, untuk audiens yang
berbeda, dan konteks yang berbeda.
Menurut Mardiasmo, sistem pengukuran kinerja sektor publik adalah suatu
sistem yang bertujuan untuk membantu manajer publik menilai pencapaian suatu
strategi melalui alat ukur finansial dan nonfinansial ( 2004 : 121).
Teague dan Eilon (1973) dalam Wilson (2000:127), mengemukakan bahwa
menurut pandangan tradisional, pengukuran kinerja memiliki tiga tujuan penting
yaitu: menjamin pencapaian tujuan atau sasaran, mengevaluasi, mengendalikan dan
meningkatkan prosedur dan proses, serta untuk membandingkan dan menilai kinerja
organisasi, tim dan individu yang berbeda.

5
PEMBAHASAN

Bubungan Antara Pertumbuhan Sumber Daya yang Dimiliki terhadap Bisnis


Internal

Bisnis internal terdiri dari struktur (structure), budaya (culture), sumber daya
(resources). Lingkungan bisnis internal perlu dianalisis untuk mengetahui kekuatan
(strength) dan kelemahan (weaknesses) yang ada dalam perusahaan. Struktur adalah
bagaimana perusahaan diorganisasikan yang berkenaan dengan komunikasi,
wewenang dan arus kerja. Struktur sering juga disebut rantai perintah dan
digambarkan secara grafis dengan menggunakan bagan organisasi.

Budaya merupakan pola keyakinan, pengharapan, dan nilai-nilai yang


dibagikan oleh anggota organisasi. Norma-norma organisasi secara khusus
memunculkan dan mendefinisikan perilaku yang dapat diterima anggota dari
manajemen puncak sampai karyawan operatif. Sumber daya adalah aset yang
merupakan bahan baku bagi produksi barang dan jasa organisasi. Aset ini dapat
meliputi sumber modal, kemampuan manajerial, SDM, pengetahuan keuangan,
produksi, teknologi, kemampuan, dan bakat manajerial seperti aset keuangan dan
fasilitas perusahaan dalam wilayah fungsional.

Untuk mengetahu hubungan antara sumber daya internal yang dimiliki


terhadap bisnis internal dapat menggunakan analisis SWOT, di mana analasis SWOT
ini menjelaskan dan menjabarkan apa saja yang harus diperlukan oleh sumber daya
internal untuk mengatasi permasalahan yang ada pada bisnis internal.

Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan

6
(Strengths) dan peluang (opportunities) namun secara bersamaan dapat
meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan ancaman (threats). Proses pengambilan
keputusan strategis selalu berkaitan dengan pengembangan misi tujuan, strategi
dan kebijaksanaan perusahaan. Dengan demikian perencanaan strategi harus
menganalisis faktor-faktor strategis perusahaan (kekuatan, kelemahan, peluang dan
ancaman). Dalam kondisi yang ada saat ini analisis SWOT membandingkan antara
faktor eksternal peluang (opportunities) dan ancaman (threats) dengan faktor internal
kekuatan dan kelemahan (weakness).

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa baik buruknya


pengaruh hubungan antara sumber daya internal terhadap bisnis internal dapat
diketahui melalui analisis SWOT.

Berapa Besar Hubungan antara Pengaruh Akuntansi Manajemen Pemerintah


Daerah Terhadap Kualitas Sumber Daya Internal

Fungsi dari kegiatan akuntansi baik di sektor privat atau sektor


pemerintahan atau publik adalah memberikan informasi tentang transaksi dan
kinerja keuangan baik kepada pihak internal atau eksternal entitas. Untuk dapat
menyediakan informasi secara tepat dan akurat dibutuhkan suatu sistem yang
dapat digunakan dalam rangka penyediaan informasi tadi (Abdul Halim, 2002 :
37). Keputusan Kepala BKN No. 46A Tahun 2007 menyebutkan bahwa
Kompetensi adalah kemampuan dan karakteristik yang dimiliki seorang
Pegawai Negeri Sipil berupa pengetahuan, keterampilan, dan sikap perilaku
yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas jabatannya, sehingga Pegawai
Negeri Sipil tersebut dapat melaksanakannya tugasnya secara profesional,
efektif dan efisien. Kemudian membagi kompetensi menjadi kompetensi dasar

7
dan kompetensi bidang.

Pengelolaan pemerintah daerah secara akuntabilitas, tidak lepas dari


anggaran pemerintah daerah. Hal ini sesuai dengan pendapat Mardiasmo
(2002), bahwa wujud dari penyelenggaraan otonomi daerah adalah sumber
daya yang dilakukan secara ekonomis, efisien, efektif, adil dan merata untuk
mencapai akuntabilitas publik. Anggaran diperlukan dalam pengelolaan
sumber daya tersebut dengan baik untuk mencapai kinerja yang diharapkan
oleh masyarakat dan untuk menciptakan akuntabilitas terhadap masyarakat.
Anggaran merupakan elemen penting dalam sistem pengendalian manajemen
karena anggaran tidak saja sebagai alat perencanaan keuangan, tetapi juga
sebagai alat pengendalian, koordinasi, komunikasi, evaluasi kinerja dan
motivasi ( Kenis, 1979). Namun demikian, pelaksanaan anggaran dengan
kinerja belum tentu sesuai yang diharapkan dalam pencapaian tujuan. Oleh
karena itu, efektiftas sistem pengendalian intern pada suatu organisasi perlu
ditingkatkan agar pengendalian baik pengendalian keuangan maupun
pengendalian kinerja dapat terlaksana secara efektif dan efisien. Adanya sistem
pengendalian intern yang baik dapat juga mengatasi tingkat kecurangan (fraud)
dari karyawan serta diharapkan sistem pengendalian intern dapat
mengendalikan proses penganggaran sesuai dengan sasaran anggaran yang
telah ditetapkan.

Soeseno (2009) menyatakan dengan adanya pengedalian intern maka


seluruh proses kegiatan audit, reviw, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan
pengawasan lain terhadap organisasi dalam rangka memberikan keyakinan
yang memadai bahwa kegiatan telah dilaksanakan sesuai dengan tolak ukur
yang telah ditetapkan secara efektif dan efisiensi untuk kepentingan pimpinan

8
dalam mewujudkan tata kepemerintahan yang baik. Oleh karena itu diharapkan
dengan sistem pengendalian intern yang efektif akan berpengaruh terhadap
kinerja aparat pemerintah daerah.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa baik buruknya


pengaruh hubungan antara akuntansi penmerintahan daerah terhadap Kualitas
Sumber Daya dapat diketahui bahwa pengaruh dari peraturan yang ada dapat
memberikan pemahaman atau gambaran yang harus dikerjakan oleh sumber
daya internal.

Anda mungkin juga menyukai