Anda di halaman 1dari 4

A.

SOLUSI MENGHINDARI SENGKETA PAJAK

Salah satu pengelolaan perpajakan yang akan dijauhkan dari masalah pajak yaitu
ketika kita menyajikan atau melaporkan SPT tahunan kita dengan benar. Salah satu pokok
masalah dari sengketa pajak adalah penyusunan laporan SPT yang tidak valid, yang tidak
cerdas dan yang tidak cermat. Untuk menghindari sengketa perpajakan ini adalah profil dari
diri kita harus tersaji di dalam SPT kita, kalau itu tidak singkron dalam profil kita dengan
SPT pajak kita maka akan ada masalah. Contoh : orang jualan jus tetapi membeli rumah
seharga 2 milyar rupiah dengan omset jus yang hanya jutaan tetapi dia berutang hingga
milyaran seperti itu profile dan laporan SPT tidak sesuai.

Kantor pajak mempunyai sistem yang sangat canggih yaitu sistem pajak yang dapat
menginput dari wajib pajak sendiri untuk perorangan maupun badan yang melaporkan SPT.
SPT mempunyai 3 unsur yaitu penghasilan, harta, dan hutang. Ketiga ini saling menjelaskan
contohnya seperti orang jualan jus tadi yang beli rumah milyaran.

Kantor pajak mempunyai amsumsi tersendiri kepada para pelapor pajak yang
mempunyai SPT tidak sesuai dengan profilenya. Dan kantor pajak juga mepunyai analisa
seperti perbankan yaitu berhutang 2,4 milyar rupiah dengan cicilan 5 tahun dan perbulan
membayar 30 juta berarti diberikan cicilan 30 juta dan kantor pajak berasumsi
penghasilannya 3 kali lipat. Maka dari itu SPT harus dapat menjelaskan dari 3 unsur tadi.
Atau contoh lainnya yaitu aset kita dimana-mana, penghasilan 200 juta misalkan
setahun,hutang kita tidak punya. Orang pajak bisa menilai ini gak mungkin bisa beli
apartemen seharga 2 milyar. Orang pajak menguncinya dari situ.

Contoh lainnya lagi yaitu Cuma melaporkan pendapatan saja sebanyak 200 juta tanpa
ada hutang dan tanpa ada harta. Tetapi kantor pajak bisa tahu dengan mendapatkan data dari
notaris atau penjual properti (developer) dengan mereka bilang saya menjual kepada si A dan
coba liat SPT nya ada atau tidak dibagian kekayaan. Dan setelah di check kantor pajak
ternyata tidak ada. Itu juga dapat menimbulkan masalah.

B. PERHITUNGAN PPh ORANG PRIBADI


1. Wajib Pajak Orang Pribadi sebagai subjek pajak dalam negeri diatur dalam Undang-
Undang Pajak Penghasilan (UU PPh) Nomor 36 Tahun 2008. Kriteria Wajib Pajak
subjek Dalam Negeri adalah sebagai berikut:

 Orang Pribadi yang bertempat tinggal atau menetap di Indonesia


 Orang Pribadi yang berada di Indonesia lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12
bulan, atau
 Orang Pribadi yang dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat
untuk bertempat tinggal di Indonesia.
2. Berdasarkan penghasilan yang diterima oleh orang pribadi, maka Wajib Pajak
Orang Pribadi dapat dibagi menjadi :

 Wajib Pajak Orang Pribadi yang semata-mata menerima penghasilan dari pekerjaan.
Contoh : 
1. Pegawai Swasta
a. Jika Anda memiliki penghasilan per bulan Rp 5.000.000, maka penghasilan
kotor per tahunnya mencapai Rp 60.000.000.
b. Bila Anda masih bujangan, maka Anda masuk dalam kategori PTKP poin
pertama yakni Rp 54.000.000.
c. Penghasilan kotor-PTKP = penghasilan bersih yakni Rp 60.000.000-Rp
54.000.000 = Rp 6.000.000. Penghasilan bersih Anda adalah Rp 6.000.000.
d. Dari penghasilan ini, Anda bisa menghitung besarnya pajak yang akan Anda
bayarkan. Cara menghitung pajak penghasilan dengan penghasilan bersih Rp
6.000.000 maka Anda akan mengikuti poin tarif pajak yang kedua yakni 15%.
e. Pajak penghasilan = 15% x Rp 6.000.000 = Rp 900.000. Jadi, pajak
penghasilan per tahun yang harus Anda setor ke negara adalah Rp 900.000
atau Rp 75.000 per bulan.

 Wajib Pajak Orang Pribadi yang semata-mata menerima penghasilan dari Usaha.
Contoh :
1. Pengusaha Toko Emas.
Penghasilan perbulan = Rp. 20.0000.000,00
Penghasilan Neto setahun = Rp. 240.000.000,00

PTKP (TK/0) = Rp.   54.000.000,00 (-)

PKP = Rp.   186.000.000,00

PPh Terutang= 15% x Rp. 186.000.000,00 = Rp.     27.900.000,00

besarnya angsuran PPh Pasal 25 setiap bulannya


= Rp.        2.325.000,00
adalah = 1/12 x Rp.27.900.000,00

 Wajib pajak orang pribadi yang semata-mata menerima penghasilan dari Pekerjaan
bebas.
Contoh :
1. Dokter.
Penghasilan perbulan = Rp. 10.000.000,00

Penghasilan Neto setahun = Rp. 120.000.000,00

Biaya Pensiun & Jabatan = Rp. 8.400.000,00


PTKP (TK/0) = Rp.   54.000.000,00 (-)
PKP = Rp.   57.600.000,00

PPh Terutang= 15% x Rp. 57.600.000,00 = Rp.     8.640.000,00

besarnya angsuran PPh Pasal 25 April 2019 adalah


= Rp.        720.000,00
= 1/12 x Rp. 8.460.000,00

 Wajib Pajak Orang Pribadi yang semata-mata menerima penghasilan lain yang tidak
bersifat final (sehubungan dengan pemodalan).
Contoh :
1. Penghasilan dari Persewaan Mobil yang bukan usaha pokoknya. 
Penghasilan perbulan = Rp. 15 .0000.000,00
Penghasilan Neto setahun = Rp. 180.000.000,00

PTKP (TK/0) = Rp.   54.000.000,00 (-)

PKP = Rp.   126.000.000,00

PPh Terutang= 15% x Rp. 126.000.000,00 = Rp.     18.900.000,00

besarnya angsuran PPh Pasal 25 April 2019


= Rp.        1.575.000,00
adalah = 1/12 x Rp. 18.900.000,00

 Wajib Pajak Orang Pribadi yang semata-mata menerima penghasilan yang bersifat
final.
Contoh :
1. Hadiah undian.
hadiah perbulan = Rp. 8 .0000.000,00
Penghasilan Neto setahun = Rp. 96.000.000,00

PTKP (TK/0) = Rp.   54.000.000,00 (-)

PKP = Rp.   42.000.000,00

PPh Terutang= 15% x Rp. 42.000.000,00 = Rp.     6.300.000,00

besarnya angsuran PPh Pasal 25 April 2019


= Rp.        525.000,00
adalah = 1/12 x Rp. 6.300.000,00
3.

Anda mungkin juga menyukai