Anda di halaman 1dari 48

MAKALAH

Regulasi Terkait Sektor Publik

Disusun untuk memenuhi tugas

Dalam Mata Kuliah Seminar Akuntansi Sektor Publik

Dosen Pengampu : Tapi Rumondang Sari Siregar, SE., M.Acc

Disusun Oleh :

Kelompok I

Anna Lestari (7181220001)

Taufan Ansari (7181220002)

Monalisa Veronica (7183520006)

Rosliana P Tumanggor (7183520038)

Akuntansi B 2018

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2021
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
selesainya makalah untuk bahan presentasi kelompok 1 yang berjudul “REGULASI
TERKAIT SEKTOR PUBLIK” mata kuliah Seminar Akuntansi Sektor Publik. Atas
dukungan moral dan materi yang diberikan dalam peyusunan makalah ini, maka
penulis mengucapkan terima kasih.

Penulis menyadari bahwa makalah ini belumlah sempurna. Oleh karena itu,
saran dan kritik yang membangun dari rekan-rekan sangat dibutuhkan untuk
penyempurnaan makalah ini. Semoga materi ini dapat bermanfaat dan menjadi
sumbangan pemikiran bagi pihak yang membutuhkan, khususnya bagi penulis
sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai.

Medan, September 2021


Penyusun

Kelompok 1

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................................2
C. Tujuan.................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................3
A. Pengertian Regulasi Sektor Publik.....................................................................3
B. Teknik Penyusunan Regulasi Publik..................................................................3
C. Contoh Masalah Tentang Akuntansi Sektor Publik...........................................4
D. Perkembangan Regulasi Di Sektor Publik..........................................................5
E. Perkembangan Standar Di Sektor Publik.........................................................10
BAB III REVIEW JURNAL.......................................................................................13
A. Jurnal Internasional...........................................................................................13
B. Jurnal Nasional.................................................................................................26
BAB IV PENUTUP.....................................................................................................44
A. Kesimpulan.......................................................................................................44
B. Saran.................................................................................................................44
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................45

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Regulasi merupakan suatu cara yang digunakan untuk mengendalikan masyarakat


dalam aturan tertentu. Regulasi banyak digunakan untuk menggambarkan peraturan
yang terjadi dalam kehidupan masyarakat. Istilah regulasi memiliki artian yang cukup
luas. Regulasi banyak diterapkan pada peraturan hukum negara, perusahaan dan
organisasi.
Terminologi keuangan publik yaitu dapat diartikan sebagai keuangan negara.
Keuangan negara yang artinya aktivitas finansial pemerintah. Keuangan negara
menurut UU 17/2003 “semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan
uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang dapat
dijadikan milik negara berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut.
Ketika kita memahami apa maksud dari regulasi serta keuangan publik maka kita
mungkin akan langsung mengarahkan pandangan kita pada peraturan-peraturan yang
mengatur regulasi tersebut. Namun, untuk membuat peraturan tersebut harus ada
dasar hukum, dan harus memahami lebih dalam bagaimana cara penyusunannya, apa
saja yang terkait, serta memahami etika pengelolaan keuangan publik.
Selama ini kita melihat beberapa regulasi keuangan sector publik memiliki
permasalahan contohnya alokasi anggaran pelayanan publik, jumlah pencairan dana
tidak sesuai dengan anggaran. Berdasarkan contoh tersebut, maka diperlukan
kedudukan dan peran oleh pihak pemerintah dalam memperbaiki kualitas pelayanan
publik. Jika peran tersebut berjalan dengan baik maka akan menghasilkan kualitas
publik yang baik terutama di Indonesia.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari “Regulasi Publik”?
2. Bagaimana teknik penyusunan “Regulasi Publik”?
3. Bagaimana penyusunan “Regulasi Publik”?
4. Apa saja masalah tentang akuntansi sektor publik?
5. Bagaimana perkembangan regulasi di sektor publik?
6. Bagaimana perkembangan standar di sektor publik?
7. Bagaimana jurnal penelitian terkait regulasi sektor publik?

C. Tujuan
1. Mampu memahami pengertian dari regulasi public
2. Mampu memahami bagaimana teknik penyususnan regulasi sector public
3. Mampu memahami penyusunan regulasi sektor public
4. Mampu memahami apa saja masalah tentang akuntansi sector public
5. Mampu memahami perkemabangan regulasi di sektor publik
6. Mampu memahami perkembangan standar di sector publik

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Regulasi Sektor Publik

Regulasi berasal dari bahasa Inggis, yakni Regulation atau peraturan. Dalam
kamus bahasa Indonesia (Reality publisher, 2008), kata “peraturan” mengandung arti
kaidah yang dibuat untuk mengatur, petunjuk yang dipakai untuk menata sesuatu
dengan aturan, dan ketentuan yang harus dijalankan serta dipatuhi. Jadi, regulasi
publik adalah ketentuan yang harus dijalankan dan dipatuhi dalam proses pengelolaan
organisasi publik, baik pada organisasi pemerintahan pusat, pemerintahan daerah,
partai politik, yayasan, LSM, organisasi keagamaan/tempat peribadatan, maupun
organisasi sosial masyarakat lainnya.

B. Teknik Penyusunan Regulasi Publik

Teknik penyusunan regulasi publik berupa rangkaian alur tahapan, sehingga


regulasi publik tersebut siap disusun dan kemudian ditetapkan serta diterapkan.

1. Pendahuluan. Perencanaan regulasi publik harus mampu mendeskribsikan


latar belakang perlunya disusun regulasi publik.
2. Alasan penyusunan regulasi public. Sebuah regulasi publik disusun karena
adanya berbagai isu terkait, yang membutuhkan tindakan khusus dari
organisasi publik.
3. Permasalahan dan misi. Sebuah regulasi publik disusun dan ditetapkan jika
solusi alternatif atau suatu permasalahan telah dapat dirumuskan. Selain itu,
penyusunan dan penetapan regulasi publik juga dilakukan dengan misi
tertentu sebagai wujud komitmen serta langkah organisasi publik menghadapi
rumusan solusi permasalahan yang ada.
4. Dengan apa diatur. Di setiap jenjang struktur pemerintahan dikenal regulasi
tersendiri, seperti peraturan daerah atau keputusan keputusan kepala daerah
sebagai aturan di daerah, bentuk aturan lainnya adalah Undang-Undang Dasar,

3
Undang-Undang, Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang, Peraturan
Pemerintah dan Peraturan Presiden.
5. Bagaimana mengaturnya. Subtansi regulasi publik yang disusun harus bisa
menjawab pertanyaan berbagai solusi atas permasalahan yang ada.
6. Diskusi/musyawarah. Materi regulasi publik harus disusun dan dibicarakan
melalui mekanisme forum diskusi atau pertemuan khusus publik yang
membahas regulasi publik.
7. Catatan. Catatan yang dimaksud adalah hasil dari proses diskusi yang
dilakukan sebelumnya.

C. Contoh Masalah Tentang Akuntansi Sektor Publik

Tahapan Siklus ASP Permasalahan Pihak Terkait


Perencanaan Publik Ketimpangan pelayanan Bagian perencanaan,
public (kesehatan, bagian program,
pendidikan) stakeholder

Penganggaran Alokasi anggaran Bagian anggaran, bagian


Publik pelayanan publik minimal keuangan

Realisasi Anggaran Jumlah pencairan dana Bagian anggaran, bagian


Publik tidak sesuai dengan keuangan
anggaran

Pengadaan Barang Informasi tidak transparan Bagian pengadaan,


dan Jasa Publik organisasi penyedia
layanan barang dan jasa

Pelaporan Keuangan Ketidaktepatan waktu Bagian keuangan


Sektor Publik pelaporan

Audit Sektor Bank Kurangnya bukti Audit internal, audit


eksternal

Pertanggungjawaba Keterbatasan Kepala organisasi,


pendistribusian informasi

4
n Publik legislatif

D. Perkembangan Regulasi Di Sektor Publik

Regulasi di sektor publik dibagi dalam dua bagian besar, yaitu Perkembangan
Regulasi yang terkait dengan Organisasi Nirlaba dan Instansi Pemerintah. Kedua
jenis perkembangan ini perlu dibedakan mengingat sifat regulasi di sektor publik
bersifat spesifik untuk setiap jenis organisasi. Selain itu, di instansi pemerintah,
regulasi yang digunakan juga cenderung lebih rumit dan detail.

1. Perkembangan Regulasi Terkait Organisasi Nirlaba


a. Regulasi Tentang Yayasan

Yayasan adalah badan hukum yang terdiri atas kekayaan yang dipisahkan
dan diperuntukkan untuk mencapai tujuan tertentu di bidang sosial,
keagamaan, dan kemanusiaan yang tidak mempunyai anggota. Yayasan dapat
melakukan kegiatan usaha untuk mencapai maksud dan tujuannya dengan
mendirikan badan usaha dan ikut serta dalam suatu badan usaha dengan
persyaratan-persyaratan tertentu.

Regulasi yang terkait dengan yayasan adalah Undang-undang RI Nomor


16 Tahun 2001 Tentang yayasan. Undang-undang ini dimaksudkan untuk
menjamin kepastian dan ketertiban hukum agar yayasan dapat berfungsi
sesuai dengan maksud dan tujuannya berdasarkan prinsip keterbukaan dan
akuntabilitas kepada masyarakat.

b. Regulasi Tentang Partai Politik

5
Regulasi tentang partai politik telah dikembangkan sejak lama, tetapi
berkembangnya dengan pesat sejak era reformasi dengan sistem
multipartainya. Undang-undang yang pertama ada setelah era reformasi
adalah Undang-undang Nomor 12 Tahun 1999 Tentang Partai Politik. Seiring
dengan perkembangan masyarakat dan perubahan sistem ketatanegaraan yang
dinamis di awal-awal era reformasi, undang-undang ini diperbaharui dengan
keluarnya undang-undang Nomor 13 Tahun 2002 Tentang Partai Politik.

c. Regulasi Tentang Badan Hukum Milik Negara dan Badan Hukum


Pendidikan

Badan Hukum Milik Negara (BHMN) adalah salah satu bentuk badan
hukum di indonesia yang awalnya di bentuk untuk mengakomodasi kebutuhan
khusus dalam rangka “privatisasi” lembaga pendidikan yang memiliki
karakteristik tersendiri, khususnya sifat non-profit meski berstatus sebagai
badan usaha.

d. Regulasi Tentang Badan Layanan Umum

Badan Layanan Umum (BLU) adalah instansi di lingkungan pemerintah


yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa
penyediaan barang atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari
keuntungan. Dalam melakukan kegiatannya BLU didasarkan pada prinsip
efisiensi dan produktifitas.

Dalam tataran pengatur regulasi, BLU di atur oleh direktorat pembinaan


pengelolaan Keuangan BLU yang ada dibawah Direktorat Jendral
Perbendaharaan yang ada di departemen keuangan. Wacana tentang BLU
dalam regulasi di level undang-undang disebut dalam undang-undang nomor
1 tahun 2004 tentang pembendaharaan negara. Level regulasi dibawahnya
yang secara khusus menjelaskan tentang BLU adalah Peraturan Pemerintah

6
Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan
Umum.

2. Perkembangan Regulasi Terkait Keuangan Negara


a. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara

UU 17 Tahun 2003 adalah tonggak sejarah penting yang mengawali


reformasi keuangan negara indonesia menuju pengelolaan keuangan yang
efisien dan modern. Berikut beberapa hal penting yang diatur dalam UU ini.

1) Kekuasaan atas Pengelolaan Keuangan Negara


2) Penyusunan dan Penetapan APBN
3) Penyusunan dan Penetapan APBD
4) Hubungan Keuangan abtara Pemerintah Pusat dan Bank Sentral,
Pemerintah Daerah, serta Pemerintah/lembaga Asing
5) Hubungan Keuangan antara Pemerintah dan Perusahaan Negara,
Perusahaan Daerah, Perusahaan Swasta, serta Badan Pengelola Dana
Masyarakat
6) Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBN dan APBD

b. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Pembendaharaan Negara

Pembendaharaan Negara dalam UU ini adalah penegelolaan dan


pertanggungjawaban keuangan negara, termasuk investasi dan kekayaan yang
dipisahkan yang ditetapkan dalam APBN dan APBD. Sesuai dengan
pengertian tersebut, UU Nomor 1 Tahun 2004 ini mengatur :

1) Ruang lingkup dan asas umum pembendaharaan Negara


2) Kewenangan pejabat perbendaharaan Negara
3) Pelaksanaan pendapatan dan belanja Negara
4) Pengelolaan uang negara/daerah
5) Pengelolaan piutang dan utang negara/daerah

7
6) Pengelolaan investasi dan barang milik negara/daerah
7) Penata usahaan dan pertanggungjawaban APBN/APBD
8) Pengendalian intern pemerintah
9) Penyelesaian kerugian negara/daerah
10) Pengelolaan keuangan badan layanan umum

Kekayaan badan layanan umun merupakan kekayaan negara yang tidak


dipisahkan serta dikelola dan dimanfaatkan sepenuhnya untuk
menyelenggarakan kegiatan badan layanan umum yang bersangkutan.
Berkenaan dengan itu, rencana kerja dan anggaran serta laporan keuangan dan
kinerja badan layanan umum disusun dan disajikan sebagai bagian yang tidak
terpisahkan dari rencana kerja dan anggaran serta laporan keuangan
kementrian negara/lembaga/pemerintah daerah.

c. Undang-undang Nomor 15 Tahun 2004 Pemeriksaan Penegelolaan dan


Tanggung jawab Keuangan Negara

Pemeriksaan keuangan negara meliputi pemeriksaan atas pengelolaan


negara dan pemeriksaan atas tanggung jawab keuangan negara. Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK) yang melaksanakan pemeriksaan atas
pengelolaan dan tanggungjawab keuangan negara.

Pemeriksaan terdiri atas pemeriksaan keuangan, yaitu pemeriksaan atas


laporan keuangan; pemeriksaan kinerja yaitu pemeriksaan atas pengendalian
keuangan negara yang terdiri atas pemeriksaan aspek ekonomi dan efisiensi
serta pemeriksaan aspek efektifitas; dan pemeriksaan dengan tujuan tertentu.
Ketiga pemeriksaan tersebut dilaksanakan berdasarkan standar pemeriksaan
yang disusun oleh BPK setelah berkonsultasi dengan pemerintah.

8
3. Perkembangan Regulasi Terkait Otonomi Daerah

Dalam kaitannya dengan otonomi daerah sesuai dengan amanat UUD RI


tahun 1945, pemerintah daerah dinyatakan berwenang mengatur dan mengurus
sendiri urusan pemerintah menurut asas otonomi dan tugas pembantuan. Jadi,
Tahun 2001 tepatnya setelah diberlakukan UU Nomor 22 Tahun 1999 tentang
pemerintah daerah, pemerintah melaksanakan otonomi daerah dalam rangka
penyelenggaraan urusan pemerintah yang lebih efisien, efektif, dan
bertanggungjawab.

Selama tiga tahun pelaksanaan otonomi daerah dengan diberlakukan UU


tersebut, pemerintah menyadari masih terdapat aspek yang menjadi kelemahan
sekaligus celah dalam peraturan perundang-undangan yang sering menimbulkan
kerancuan. Selain itu, isi Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 sudah tidak
sesuai lagi dengan perkembangan keadaan, ketatanegaraan dan tuntutan
penyelenggaraan otonomi daerah yang lebih efisien. Dengan demikian
dikeluarkan undang-undang berikut :

a) Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah


UU Nomor 32 Tahun 2004 tantang pemerintah daerah merupakan
perubahan dan penyempurnaan terhadap UU Nomor 22 Tahun 1999
dengan perihal yang sama. Secara keseluruhan, UU 32/2004 mengatur
pokok-pokok tentang:
1) pembentukan daerah dan kawasan khusus,
2) pembagian urusan pemerintah,
3) pemerintah daerah,
4) perangkat daerah,
5) keuangan daerah,
6) peraturan daerah dan peraturan kepala daerah,
7) kepegawaian daerah,
8) pembinaan dan pengawasan, serta

9
9) desa.

Dalam konteks pertanggungjawaban dan akuntabilitas keuangan UU


32/2004 sejalan dengan UU 17/2003. Dalam UU tentang Keuangan
Negara terdapat penegasan di bidang peneglolaan keuangan yaitu
kekuasaan pengelolaan keuangan negara adalah sebagai bagian dari
kekuasaan pemerintahan; dan sebagian kekuasaan penegelolaan keuangan
negara dari presiden diserahkan kepada gubernur/bupati/walikota selaku
kepala pemerintah daerah untuk mengelola keuangan daerah dan mewakili
pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan.

b) Undang-undang Nomor 33 Tahun Tentang Perimbangan Keuangan antara


Pusat dan daerah
Perimbangan keuangan antara pemerintah dan pemerintah daerah
mencakup pembagian keuangan antara pemerintah dan pemerintahan
daerah secara proporsional, demokratis, adil, dan transparansi dengan
memperhatikan potensi, kondisi, dan kebutuhan daerah.

E. Perkembangan Standar Di Sektor Publik

Di indonesia, beberapa upaya untuk membuat sebuah standar yang relevan


dengan praktik-praktik akuntansi di organisasi sektor publik telah di lakukan, baik
oleh ikatan Akuntan Indonesia (IAI) maupaun oleh pemerintah sendiri.

Untuk organisasi nirlaba (yang dimiliki perorangan/swasta), IAI telah


menentukan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Nomor 45 tentang
“Organisasi Nirlaba”. PSAK berisi tentang kaidah-kaidah serta prinsip yang harus
diikuti oleh organisasi nirlaba dalam membuat laporan keuangan.

Pada lingkup internasional, telah terdapat standar akuntansi bagi organisasi sektor
publik yang disusun oleh IFAC (International Federation Of Accountants). Standar

10
itu disebut standar internasional akuntan sektor publik/IPSAS (International Public
Sector Accounting Standards).

1. Standar Internasional Akuntansi Sektor Publik/IPSAS (International Public


Sector Accounting Standards)
IPSAS adalah standar akuntansi bagi organisasi sektor publik yang berlaku
secara internasional dan dapat di jadikan acuan oleh negara-negara diseluruh
dunia untuk mengembangkan standar akuntansi khusus sektor publik di
negaranya.
IPSAS bertujuan :
a) Meningkatkan kualitas dari tujuan utama dalam melaporkan keuangan
sektor publik,
b) Menginformasikan secara lebih jelas pembagian alokasi sumber daya yang
dilakukan oleh entitas sektor publik,
c) Meningkatkan transparasi dan akuntabilitas entitas sektor publik.
Cakupan yang diatur dalam IPSAS meliputi seluruh organisasi sector publik,
termasuk lembagan pemerintah, baik pemerintah pusat, pemerintah regional
(provinsi), pemerintah daerah (kabupaten/kota), maupun komponenkomponen
kerjanya (dinas-dinas).
2. PSAK 45
Beberapa hal yang diatur dalam PSAK 45 :
a) Tujuan utama laporan keuangan
Tujuan laporan keuangan bagi organisasi nirlaba adalah menyediakan
informasi yang relavan yang memenuhi kepentingan para penyumbang,
anggota organisasi, kreditor, dan pihak lain yang menyediakan sumber
daya bagi organisasi nirlaba.
b) Jenis-jenis laporan keuangan organisasi nirlaba
1) Laporan keuangan organisasi nirlaba meliputi laporan posisi keuangan
pada akhir periode tahunan, laporan aktivitas serta laporan arus kas
untuk suatu periode pelaporan, dan catatan atas laporan keuangan.

11
2) contoh bentuk laporan keuangan organisasi nirlaba

PSAK 45 memberikan contoh format laporan keuangan untuk oerganisasi


nirlaba.
3. Standar Akuntansi Pemerintah (SAP)
SAP diterapkan di lingkup pemerintahan, baik di pemerintah pusat dan
departemen-departemennya maupun di pemerintah daerah dan dinas-dinasnya.
Penerapan SAP diyakini akan berdampak pada peningkatan kualitas pelaporan
keuangan di pemerintah pusat dan daerah. Ini berarti informasi keuangan
pemerintahan akan dapat menjadi dasar pengambilan keputusan di pemerintah
serta terwujudnya transparansi dan akuntabilitas.
4. Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN)
SPKN ini mengatur mengenai hal-hal yang belum diatur oleh standar
profesional akuntan publik (SPAP) yang merupakan standar audit bagi
perusahaan, aturan-aturan tambahan tersebut diperlukan mengingat
karakteristik organisasi pemerintahan yang berbeda dengan organisasi
lainnya. SPKN memuat persyaratan profesional yang harus dipenuhi oleh
setiap pemeriksa/auditor, mutu pelaksanaan pemeriksaan/audit kepada SPKN,
kredibilitas informasi dilaporkan oleh entitas yang diperiksa. SPKN ini
berlaku untuk :
a) Badan Pemeriksa Keuangan RI
b) Akuntan publik/pihak lainnya yang melakukan pemeriksaan atas
pengelolaan dan tanggungjawab keuangan negara untuk dan atas nama
BPK-RI,
c) Aparat Pengawas Internal Pmerintah (APIP) termasuk satuan pengawas
intern (SPI) BUMN/BUMD sebagai acuan dalam menyusun standar
pemeriksaan sesuai dengan kedudukan, tugas pokok, dan fungsi
masingmasing,
d) Pihak-pihak lain yang ingin menggunakan SPKN.

12
BAB III
REVIEW JURNAL
A. Jurnal Internasional

Judul penelitian : The Conformity of the Hungarian Public Sector Accounting


Regulation with the EPSAS Conceptual Framework

Jenis penelitian : Journal of legal theory

Penulis : Laszlo Vertesy

Tahun terbit : 2020

Volume :2

Halaman : 55-73

ISSN : 1588-080X

Permasalahan yang diangkat dalam jurnal : Penulis ingin membuktikan bahwa


prinsip akuntansi yang berada di Hungaria sudah memenuhi
karakteristik kualitatif EPSAS

Ringkasan Penelitian :

1. Pendahuluan
Akuntansi, transparansi dan akuntabilitas masih menjadi topik
quotidian dalam keuangan publik, makro ekonomi dan hukum publik,
administrasi. Saat ini, satu-satunya sistem akuntansi sektor publik yang diakui
secara internasional adalah Standar Akuntansi Sektor Publik Internasional
yang dikembangkan oleh Dewan Standar Akuntansi Sektor Publik
Internasional.
Di Uni Eropa, dalam apa yang disebut tata kelola Ekonomi UE “Six-
Pack”, arahan dewan 2011/85/EU menetapkan dasar-dasar persyaratan untuk
kerangka angaran negara-negara anggota, dan secara singkat membahas
keuangan publik, akuntansi dan pelaporan pemerintah. Pengadilan Eropa

13
pertama kali mengartikulasikan doktrin efek langsung dalam kasus Van
Gend&Loos, dan menetapkan kriteria (kriteria Van Gend) untuk menetapkan
efek langsung. Berikut ini tantangan utama dalam penerapan seperangkat
prinsip akuntansi yang umum:

Akuntansi Tingkat Pendidikan: Pengetahuan yang terbatas tentang


Kebutuhan Pelatihan akuntansi akrual mencirikan
sejumlah negara baik di kalangan
politisi dan pegawai negeri,
sementara di negara lain kemajuan
telah dicapau dalam budaya
akuntansi berkat reformasi terbaru.
Informasi Kecukupan Sistem Implementasi sistem akuntansi baru
seringkali membutuhkan adopsi
sistem TI baru, yang meningkatkan
kesulitan perubahan untuk semua
pengguna dan membuat proses
reformasi menjadi mahal.
Kedewasaan Sistem Akuntansi Di beberapa negara yang lebih
“dewasa” kemungkinan mengikuti
IPSAS telah ditolak, karena prinsip-
prinsip ini belum dianggap sesuai
untuk memenuhi kebutuhan
informasi sektor publik, atau karena
penggunaan tradisional biaya historis
untuk evaluasi aset masih lebih
disukai daripada logika nilai wajar
yang disiratkan oleh IPSAS.
Dukungan Politik Sejumlah besar negara-negara Eropa
menunjukkan motivasi politik yang
rendah untuk reformasi akuntansi

14
yang mencakup pertimbangan
standar akuntansi internasional.
Perundang-undangan Kejelasan Keragaman dapat menciptakan
Aturan hambatan lebih lanjut yang harus
diperhitungkan oleh lembaga
supranasional jika kemauan untuk
mengadopsi seperangkat standar
akuntansi internasional yang berlaku
di Eropa.
Penerapan Biaya Dalam periode keterbatasan
anggaran, hal ini dapat menciptakan
hambatan lebih lanjut untuk
perubahan dalam akuntansi sektor
publik, terutama di negara-negara
dengan tingkat kematangan yang
rendah dalam sistem akuntansi dan
dimana kebutuhan untuk melatih
pegawai negeri dan mengadaptasi
sistem TI tinggi
Konsultasi Kebutuhan/Teknis Situasi di berbagai negara juga
Mendukung menunjukkan peran yang kuat dari
aturan yang ditetapkan oleh Uni
Eropa: kebutuhan untuk mematuhi
Pakta Stabilitas memerlukan
peningkatan koordinasi fiskal antar
tingkat pemerintahan; berkomitmen
pada aturan fiskal baru; kerangka
anggaran jangka menengah;
persyaratan pelaporan.

2. Metodologi

15
Penelitian ini didasarkan pada metodologi hukum dan ekonomi karena
sifat topik yang lintas displin. Bahkan pendekatan hukum dan keuangan itu
penting (Schnyder, 2016). Metode hukum berdasarkan pada jenis interpretasi
klasik (tata bahasa, sejarah, logis, sistematis) supranasional yang relevan dan
untuk beberapa kasus praktis hukum nasional sumber, yang dilengkapi dengan
kesesuaian teleologis dan konstitusi.
Ada dua tipe dasar akuntansi sektor publik: : sistem akuntansi berbasis
akrual dan kas. Menurut tren dan standar internasional dan Eropa umum,
sistem akuntansi berbasis akrual secara bertahap menggantikan sistem
akuntansi tunai. Di bawah berbasis akrual transaksi akuntansi dan peristiwa
lain diakui dalam laporan keuangan pada saat terjadinya dan bukan pada saat
kas atau setara kas diterima atau dibayarkan. Oleh karena itu, peristiwa dan
transaksi yang relevan harus dicatat dengan mengikuti aturan pembukuan
berpasangan dan diakui dalam laporan keuangan pada periode yang
bersangkutan. Secara umum, kita dapat mengatakan bahwa penggunaan
akuntansi akrual dalam sistem akuntansi lebih diterima dan lebih luas
daripada dalam penyusunan anggaran.15 Tradisional berbasis uang tunai
sistem akuntansi pemerintah tidak mampu menunjukkan konsumsi sumber
daya, memberikan informasi yang komprehensif tentang situasi keuangan
entitas publik, dan memfasilitasi perbandingan lintas batas berdasarkan
kinerja serta indikator keuangan. Namun, mungkin ada sejumlah bahaya yang
terlibat dalam memperkenalkan akrual dalam sistem penyelesaian, tetapi tidak
dalam anggaran.
Reformasi keuangan publik diluncurkan pada 2011 di Hongaria.
Proses dan ketentuan rinci dapat dengan mudah diikuti pada hierarki sumber
hukum. Undang-undang ini benar-benar selaras dengan Council Directive
2011/85/EU, dan mencakup secara komprehensif dan konsisten semua
subsektor pemerintahan umum. Ini berisi informasi yang diperlukan untuk
menghasilkan data akrual dengan tujuan menyiapkan data berdasarkan standar
ESA 95. Sistem akuntansi publik tunduk pada pengendalian internal dan audit

16
independen. Menurut situasi aktual organisasi sektor publik Hungaria, dapat
diverifikasi bahwa proses reformasi akuntansi berjalan sangat lambat.
Sayangnya, adopsi IPSAS tidak ada dalam agenda.
a) Dasar Konstitusional
Dasar-dasar akuntansi publik dapat ditemukan di: Hukum Dasar Hongaria.
Pasal N) menyatakan, bahwa Hungaria harus mematuhi prinsip
pengelolaan anggaran yang seimbang, transparan dan berkelanjutan.
Dalam menjalankan tugasnya, Mahkamah Konstitusi, pengadilan,
pemerintah daerah, dan organ negara lainnya wajib menghormati asas ini.
Bab Keuangan Publik menyatakan bahwa Majelis Nasional mengadopsi
undang-undang tentang anggaran pusat dan tentang pelaksanaan anggaran
pusat untuk setiap tahun (prinsip akuntansi tahunan; dalam EPSAS:
periode pelaporan). Usulan legislasi tentang anggaran pusat dan
pelaksanaannya memuat pengeluaran dan penerimaan negara dalam
struktur yang sama, transparan, dan terinci secara wajar (prinsip
materialitas, prinsip “pandangan yang benar dan adil”, prinsip konsistensi;
dalam EPSAS: relevansi, representasi/keandalan yang setia, dapat
dipahami, dapat dibandingkan, konsistensi).
b) UU Keuangan Publik
Pada tingkat berikutnya, UU CXCV Tahun 2011 tentang Keuangan Publik
(ht.) dapat ditemukan di bawah Hukum Dasar. IPSAS adalah titik awal
untuk pengembangan EPSAS, dan proses ini diharapkan secara signifikan
membentuk praktik akuntansi negara-negara anggota UE, dan dengan
demikian memiliki dampak penting pada akuntansi anggaran Hungaria.
Sebagai konsekuensi dari supremasi hukum UE dan penerapan langsung
yang moderat dari arahan tersebut, Bagian 13, 22-24, 29 dan 29/A, 90 dan
103. Metode ini selaras dengan EPSAS CF 2018 karena otoritas fiskal
pusat dan daerah dapat diidentifikasi sebagai Entitas Pelapor Sektor
Publik dengan

17
1) Kemampuan untuk mengambil keputusan ekonomi dan terlibat dalam
kegiatan ekonomi yang menjadi tanggung jawab dan akuntabilitas
mereka;
2) Hak untuk memiliki dan mentransaksikan aset dalam haknya sendiri;
3) Kemampuan untuk menimbulkan kewajiban atas namanya sendiri,
untuk mengambil kewajiban lain atau komitmen lebih lanjut.

Saat ini, EPSAS CF 2018 hanya memberikan konsep umum tentang


Entitas Pelapor Sektor Publik , yang nantinya akan didasarkan pada
pertimbangan pengambilan keputusan dan akuntabilitas dengan
memperhatikan keadaan entitas yang lebih kecil dan kurang berisiko. Di
Hongaria, entitas anggaran adalah badan hukum yang didirikan untuk
melaksanakan tugas publik sebagaimana didefinisikan dalam undang-
undang atau dalam instrumen pendirian.

UU C tahun 2000 tentang Akuntansi terutama mengatur ketentuan


umum tentang akuntansi bisnis, tetapi untuk beberapa topik misalnya
definisi dan terminologi (klaim tidak mungkin, harga beli, harga jual,
penilaian, pengukuran), prinsip dasar, teknik, proses, undang-undang
sektor publik (undang-undang dan peraturan) merujuk kembali padanya.
NS Undang- undang CLXXVIII tahun 2015 tentang penerapan penerapan
Standar Pelaporan Keuangan Internasional di Hongaria untuk tujuan
pelaporan individu dan modifikasi undang-undang keuangan tertentu yang
diterapkan dan memasukkan aturan terperinci tentang IFRS ke dalam
Undang-undang Pajak Perusahaan dan Pajak Daerah, selain Undang-
Undang Akuntansi dengan tanggal efektif 1 Januari 2016.

c) Peraturan Pelaksana
Ketentuan singkat yang disajikan di atas dirinci oleh: Peraturan
Pemerintah No. 368/2011. (XII. 31.) tentang Pelaksanaan Undang-
Undang Keuangan Negara (vr.) Bagian 156162. Perbendaharaan membuat
Laporan Anggaran Perbendaharaan setiap bulan. Laporan ini dipecah oleh

18
entitas anggaran, alokasi terpusat, alokasi yang dikelola bab, dan alokasi
dana negara yang dialokasikan, dana jaminan sosial, berdasarkan data
yang diketahui pada hari terakhir bulan yang bersangkutan untuk setiap
item. Hirarki hukum multilevel akhirnya menghasilkan satu sumber
hukum, di mana Peraturan Pemerintah No. 4/2013. (I. 11.) tentang
Akuntansi Keuangan Publik (hsz.) mengatur semua ketentuan yang
relevan untuk akuntansi pemerintah. Ini mulai berlaku 1 Januari 2014,
dengan 58 bagian dan 17 lampiran.
Sistem akuntansi publik terdiri dari dua subsistem pembukuan double-
entry, sistem akuntansi sektor publik berbasis kas (akuntansi anggaran)
dan sistem akuntansi keuangan berbasis akrual (akuntansi keuangan).
Selanjutnya, titik awal untuk prinsip - prinsip akuntansi adalah pandangan
yang benar dan wajar dari posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas
entitas pelapor, di mana GPFR harus sesuai dengan karakteristik kualitatif,
prinsip aplikasi, dan batasan yang diakui dalam EPSAS CF 2018.
Keputusan Pemerintah No. 4/2013 mencerminkan kembali ke 14 prinsip
dalam UU C tahun 2000 tentang Akuntansi:
1) Dalam Pasal 15: asas kelangsungan usaha, asas kelengkapan, asas
“pandangan yang benar dan adil”, asas kejelasan, asas konsistensi,
asas kontinuitas, asas kecocokan, asas kehati-hatian, asas grossing up
2) Dalam Bagian 16: prinsip penilaian berdasarkan item per item, prinsip
akrual, prinsip substansi di atas bentuk, prinsip materialitas, prinsip
biaya-manfaat.

Untuk menerapkannya dengan cara yang tepat, beberapa modifikasi


dan interpretasi sederhana diperlukan. Dalam hal prinsip kelangsungan
usaha, perubahan organisasi dan tugas selama periode pelaporan juga
harus diperhitungkan. Dalam akuntansi anggaran, prinsip kelengkapan
berlaku sedemikian rupa sehingga anggaran disusun untuk satu tahun
kalender. Perlu membandingkan prinsip-prinsip ini dengan karakteristik

19
kualitatif, prinsip aplikasi, kendala di EPSAS CF 2018. Sebagian besar
persyaratan Eropa dan prinsip Hungaria saling mematuhi. Mereka
memiliki ciri-ciri umum seperti yang semuanya berdiri sendiri, saling
membatasi satu sama lain, dan tidak ada hierarki di antara mereka.
Netralitas dan ketepatan waktu perlu diterapkan, sedangkan sensitivitas
presentasi dan keseimbangan antara karakteristik kualitatif individu dan
prinsip aplikasi dipertanyakan karena dapat menyebabkan penyimpangan
dan perbedaan sewenang-wenang dalam rezim nasional.

EPSAS memperkenalkan terminologi Laporan Keuangan Bertujuan


Umum (GPFR) yang terdiri dari General Purpose Financial Statements
(GPFSs) dan laporan lain yang menyajikan informasi keuangan dan non-
keuangan. Ini termasuk laporan seperti laporan posisi keuangan atau
neraca, laporan kinerja keuangan atau laporan laba rugi, laporan arus kas,
laporan perubahan aset bersih/ekuitas, dan catatan pengungkapan atas
laporan tersebut. Lampiran Peraturan Pemerintah No. 4/2013. tentukan
detailnya struktur dokumen keuangan : neraca tunggal atau konsolidasi,
laporan laba rugi tunggal atau konsolidasi (laporan laba rugi), laporan sisa,
bagan akun yang seragam, laporan perubahan aset tidak berwujud, aset
berwujud, konsesi dan manajemen aset dll. Untuk prinsip konsistensi dan
kejelasan, pembagian lebih lanjut dari pos-pos dalam neraca atau laporan
laba rugi; penyatuan item dan pengenalan item baru tidak diizinkan. Isi
dan tujuan akuntansi keuangan sangat dekat dengan General Purpose
Financial Reports (GPFRs) dan Statements (GPFSs) yang didefinisikan
oleh EPSAS CF 2018, karena mencakup pernyataan seperti laporan posisi
keuangan atau neraca, pernyataan kinerja keuangan atau laporan laba rugi,
laporan arus kas, laporan perubahan aset/ekuitas bersih, (laporan laba rugi
komprehensif), dan catatan pengungkapan atas laporan tersebut atas dasar
akrual. Tetapi jika ada akuntansi berbasis kas selain akuntansi akrual,
yang terakhir tidak mengambil alih peran sistem informasi utama.

20
d) Keistimewaan Pemerintah Daerah
Bagi pemerintah daerah, titik tolaknya bahkan adalah UU Pokok. Selaras
dengan ketentuan Piagam Eropa tentang Pemerintahan Sendiri Lokal
(1985) Pasal 32 mengatur, bahwa dalam pengelolaan urusan publik lokal
dan dalam kerangka Undang-undang pemerintah lokal, yaitu:
1) Menentukan anggaran mereka dan secara mandiri mengelola urusan
mereka atas dasar itu;
2) Dapat terlibat dalam kegiatan kewirausahaan dengan menggunakan
aset dan pendapatan mereka yang tersedia untuk tujuan ini, tanpa
membahayakan pelaksanaan tugas wajib mereka;
3) Menentukan jenis dan tarif pajak daerah.

Untuk melestarikan anggaran berimbang di tingkat lokal, Undang-


undang Dasar dan Undang-Undang CXCIV tahun 2011 tentang Stabilitas
Ekonomi Hongaria mengatur bahwa, untuk setiap pinjaman atau untuk
melakukan komitmen lain oleh pemerintah daerah sejauh ditentukan oleh
hukum, kondisi tertentu dan persetujuan dari Pemerintah diperlukan.
Pemerintah daerah hanya dapat melakukan transaksi yang menghasilkan
utang jika dengan keputusan daerah telah memperkenalkan pajak bisnis
daerah atau setidaknya salah satu jenis pajak properti atau pajak komunal
orang pribadi sesuai dengan Undang-Undang Pajak Daerah. Jadi, bahkan
sebelum pengenalan akuntansi akrual, pemerintah daerah harus
menyajikan jadwal kewajiban jangka panjang mereka saat meminjam,
serta saat merencanakan anggaran tahunan. Bab VI dari Undang-Undang
CLXXXIX tahun 2011 tentang Pemerintah Daerah di Hongaria (Mötv.)
berkaitan dengan landasan ekonomi pemerintah daerah . Aturan-aturan itu
stabil karena merupakan tindakan kardinal, oleh karena itu adopsi dan
amandemennya membutuhkan suara dua pertiga dari Anggota Majelis
Nasional yang hadir. Untuk anggaran daerah yang berimbang, defisit
operasional tidak dapat direncanakan dalam regulasi keuangan.

21
3. Kesimpulan
Kerangka Konseptual EPSAS 2018 adalah ringkasan yang berguna dari tujuan
utama dan isuisu utama dalam akuntansi sektor publik, karena mengumpulkan
semua topik yang relevan di tingkat umum. Serupa dengan IPSAS, standar ini
juga belum mengikat, tetapi negara-negara anggota UE perlu mempersiapkan
aplikasi sesegera mungkin. Langkah pertama adalah mewujudkan kesesuaian
sistem nasional saat ini dengan standar.
Proses penganggaran, perencanaan jangka menengah memenuhi persyaratan
Eropa. Dalam kasus reformasi akuntansi sektor publik, perubahan besar
adalah pengenalan akuntansi berbasis akrual, yang menggantikan sistem
akuntansi kas yang dimodifikasi sebelumnya. Untuk kelengkapan, terdapat
dikotomi: sistem akuntansi masih terdiri dari dua subsistem pembukuan
berpasangan, sistem akuntansi sektor publik berbasis kas (akuntansi anggaran)
dan sistem akuntansi keuangan berbasis akrual (akuntansi keuangan). Neraca,
laporan laba rugi, laporan Perbendaharaan, laporan konsolidasi dan
penganggaran dasar sesuai dengan Laporan dan Laporan Keuangan Bertujuan
Umum. Badan anggaran adalah badan hukum yang dibentuk untuk
melaksanakan tugas publik sebagaimana didefinisikan dalam undang-undang
atau dalam instrumen penggabungan dengan
a) Kemampuan untuk mengambil keputusan ekonomi dan terlibat dalam
kegiatan ekonomi yang menjadi tanggung jawab dan akuntabilitas mereka;
b) Hak untuk memiliki dan mentransaksikan aset;
c) Kemampuan untuk menimbulkan kewajiban atas namanya sendiri, untuk
mengambil kewajiban lain atau komitmen lebih lanjut. Konsep ini cukup
luas untuk mencakup seluruh spektrum belanja publik dan memenuhi
konsep umum Entitas Pelapor Sektor Publik.

Prinsip akuntansi Hongaria sangat memenuhi karakteristik kualitatif


EPSAS, prinsip aplikasi, dan batasan. Mereka memiliki ciri-ciri yang sama,

22
misalnya semuanya berdiri sendiri, saling membatasi satu sama lain, dan tidak
ada hierarki di antara mereka.

Secara keseluruhan sistem akuntansi sektor publik Hungaria umumnya


sesuai dengan EPSAS, oleh karena itu siap untuk menerapkan standar. Hanya
beberapa perubahan konseptual dan teknis yang perlu dilakukan di bidang TI,
profesional, kebijakan, dan tanggung jawab. Pengalaman internasional
menunjukkan bahwa lama implementasi dapat sangat bervariasi (2-3 atau
lebih dari 3 tahun), karena cakupan dan implementasi reformasi sangat
berbeda. Meskipun kedua sistem mampu melayani persyaratan dasar
transparansi dan akuntabilitas di tingkat keuangan dan sosial, tetapi untuk
keseragaman standar Eropa diperlukan

Kaitannya dengan buku :

Dalam buku Akuntansi Sektor Publik yang ditulis oleh Jamaluddin Majid,
ditampilkan teknik penyusunan regulasi publik yang terdiri dari:

a) Pendahuluan. Perencanaan regulasi publik harus mampu


mendeskripsikan latar belakang perlunya disusun regulasi publik.
b) Alasan penyusunan regulasi publik. Sebuah regulasi publik disusun
karena adanya erbagai isu terkait, yang membutuhkan tindakan khusus
dari organisasi publik.
c) Permasalahan dan misi. Sebuah regulasi publik disusun dan ditetapkan
jika solusi alternatif atau permasalahan telah dapat dirumuskan. Selain itu,
penyususnan dan penetapan regulasi publik juga dilakukan dengan misi
tertentu sebagai wujud komtimen serta langkah organisasi publik
menghadapi rumusan solusi permasalahan yang ada
d) Dengan apa diatur. Di setiap jenjang struktur pemerintahan dikenal
regulasi tersendiri, seperti peraturan daerah atau keputusan-keputusan
kepala daerah sebagai aturan di daerah, bentuk aturan lainya adalah

23
Undang-Undang Dasar, Undang-Undang, Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang, Peraturan Pemerintah dan Peraturan Presiden.
e) Bagaimana mengaturnya. Susbtansi regulasi publik yang disusun harus
bisa menjawab pertanyaan berbagai solusi atas permasalahan yang ada.
f) Diskusi/musyawarah. Materi regulasi publik harus disusun dan
dibicarakan melalui mekanisme forum diskusi atau pertemuan khusus
publik yang membahas regulasi publik.
g) Catatan. Catatan yang dimaksud adalah hasil proses diskusi yang
dilakukan sebelumnya.

Dan di dalam jurnal yang di ambil, sudah terdapat teknik-teknik penyusunan


regulasi publik tersebut, dimana:

a) Pendahuluan yang ditampilkan di awal jurnal,untuk memberi tahu


pembaca bagaimana latar belakang perlunya dilakukan regulasi publik
tersebut.
b) Alasan penyusunan regulasi publik karena ingin membuktikan bahwa
penerapan prinsip akuntansi di Hungaria sudah memenuhi karakteristik
kualitatif EPSAS
c) Permasalahan dan misi yang dihadapi adalah proses reformasi akuntansi
berjalan sangat lambat dan juga tidak mencantumkan adopsi IPSAS di
dalam agenda
d) Dengan apa di atur. Akuntansi sektor publik diatur dalam Undang-Undang
Hungaria, sebagai berikut:

Konstitusi • Hukum Dasar Hongaria


Tindakan • UU CXCV Tahun 2011 tentang Keuangan Publik

• UU C tahun 2000 tentang Akuntansi

• Undang-undang CLXXVIII tahun 2015 tentang penerapan penerapan


Standar Pelaporan Keuangan Internasional di Hongaria untuk tujuan
pelaporan individu dan modifikasi undang-undang keuangan tertentu
Menerapkan Peraturan Pemerintah No. 368/2011. (XII. 31.) tentang Pelaksanaan UU

24

Peraturan tentang Keuangan Publik;

• Peraturan Pemerintah No. 369/2011. (XII. 31.) tentang Perubahan


Pergub Des No. 249/2000. (XII. 24.) tentang fitur khusus dari kewajiban
pelaporan dan akuntansi organisasi keuangan publik dan Pemerintah No.
Des. 240/2003. (XII.
17.) tentang kekhasan pelaporan dan kewajiban akuntansi rekening
treasury

• Keputusan Pemerintah no. 370/2011. (XII. 31.) tentang Sistem


Pengendalian Intern dan Audit Internal Organisasi Anggaran
• Peraturan Pemerintah No. 4/2013. (I. 11.) tentang Akuntansi Keuangan
Publik
• Keputusan NGM No. 38/2013. (IX. 19.) tentang akuntansi wajib untuk
peristiwa ekonomi tertentu yang lebih sering dalam keuangan publik
• Keputusan NGM No. 68/2013. (XII. 29.) tentang Penggolongan Fungsi
Pemerintah, Keuangan Negara dan Cabang

B. Jurnal Nasional

25
Judul Jurnal : Kajian Literatur : Studi Pemetaan Sistematis Indikator

Inovasi Sektor Publik

Jenis Penelitian : Jurnal Litbang Sukowati

Penulis : Lesmana Rian Andhika

Tahun Terbit : 2020

Volume : Vol 3 No 2

Halaman : 107 – 125

ISSN : 2614 – 3356

Permasalahan yang Diangkat Dalam Jurnal : Bagaimana Organisasi Sektor


Publik Berperan Sebagai Alat Pembelajaran dan
Perbaikan

Ringkasan Penelitian :

1. Pendahuluan
Studi tentang inovasi telah menjadi bagian penting dalam dekade terakhir,
teori inovasi sebagian besar di bentuk dari studi inovasi berbasis teknologi di
sektor manufaktur, namun diterapkan dalam semua konteks (Kattel,
Cepilovs, Lember, &Tõnurist,2019). Pada awal nya inovasi yang
sebenarnya adalah sebuah aplikasi di bidang ekonomi dan bisnis, dari
teori yang lebih luas tentang bagaimana perubahan evolusioner terjadi di
masyarakat. Dengan sifat kebaruan yang melekat pada inovasi memberikan
arah tindakan yang sering tidak konvensional. Oleh para praktisi dan
akademisi telah memetakan apa saja yang menjadi defenisi dan kategori
inovasi, setidaknya terdapat enam puluh (60) definisi dan kategori (lihatlebih
lanjut Baregheh, Rowley,& Sambrook, 2009). esuksesan sebuah inovasi
terletak pada keterbukaan terhadap sudut pandang alternative. Di sisi yang

26
lain inovasi tidak disajikan sebagai sarana untuk menentukan inovasi
berhasil atau tidak. Namun filosofi inovasi (inovasi sektor publik) akan
menyediakan kerangka kerja untuk menilai pendekatan organisasi atau
individu untuk inovasi.Inovasi dipandang sebagai pendorong daya saing
yang mengarah kepada pembaharuan produk layanan sektor publik (Blok,
2018). Idenya adalah kewajiban negara untuk terus menghadirkan produk
dan layanan publik yang inovatif untuk merangsang keadilan dan
kesejahteraan bagi seluruh lapisan masyarakat.
Di Indonesia berbagai kebijakan telah dikeluarkan oleh pemerintah untuk
memberikankerangka acuan untuk melakukan inovasi. Sebagai contoh
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah pada
BAB XXI pada pasal 386 menjelaskan bahwa dalam rangka peningkatan
kinerja penyelenggaraan Pemerintahan Daerah, Pemerintah Daerah dapat
melakukan inovasi. Kebijakan lain misal nya tertuang dalam Peraturan
Bersama Menteri Riset dan Teknologi Republik Indonesia dan Menteri
Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 03-06 Tahun 2012 tentang
Penguatan Sistem Inovasi Daerah,mengisyaratkan pemerintah daerah
melakukan berbagai bentuk inovasi dalam aktivitas pemerintah.Di sisi yang
lain untuk menumbuhkan minat institusi pemerintah melakukan inovasi,
pemerintah setiap tahun nya melakukan pemilihan “Top 99 Inovasi
Pelayanan Publik”. Pada tahun 2019 Kemenpan RB mencatat 1.651 inovasi
terdaftardari berbagai institusi pemerintah telah berpartisipasi untuk
menunjukkan berbagai inovasi yang telah dilakukan. Untuk mendorong
inovasi disetiap daerah Kemendagri juga mengukur tingkat inovasi disuatu
daerah melalui indeks inovasi daerah Beberapa fakta diatas merupakan respon
dari Global Competitiveness Index2018 yang menempatkan Indonesia pada
ranking 45 dan masih dibawahNegara tetangga Thailand, Malaysia, dan
Singapura. Walaupun masih dibawah Thailand, Malaysia, dan Singapura
berbagai upaya terus dilakukan pemerintah untuk mendorong berbagai
inovasi dalam sektor publik.

27
2. Metodologi
Penelitian ini menggunakan systematic mapping study(SMS) yang mana
merupakan studi sekunder, dan SMS berakar pada study literature review/
SLRs (Kitchenham, et al.,2010). Systematic mapping study(SMS)
dikembangkan dalam ilmu-ilmu sosial sebagai tanggapan terhadap kurang nya
data empiris ketika menjawab pertanyaan penelitian menggunakan metode
ulasan sistematis, dan kebutuhan akan metode untuk menggambarkan
literatur diseluruh subjek yang menarik (James, Randall, & Haddaway, 2016).
Systematic mapping study(SMS) tidak berupaya menjawab pertanyaan
spesifik seperti hal nya tinjauan sistematis, melainkan menyusun,
menjelaskan, dan membuat katalog bukti yang tersedia (misalnya data
primer,sekunder, dan teoritis) yang berkaitan dengan topik atau pertanyaan
yang menarik (Petersen, Vakkalanka, & Kuzniarz, 2015; James, Randall, &
Haddaway, 2016). Systematic mapping study(SMS) digunakan untuk
menyusun wilayah penelitian, sementara tinjauan sistematis (SLRs)
difokuskan pada pengumpulan dan sintesis bukti (Petersen, Vakkalanka, &
Kuzniarz, 2015). Untuk mengidentifikasi bagaimana proses systematic
mapping study(SMS) dilakukan (termasuk pencarian, pemilihan studi,
analisis dan penyajian data, dll), penelitian ini menggunakan petunjuk SMS
yang dikembangkan oleh Catal & Mishra (2013).

3. Hasil
Teori klasik inovasi dimulai dari pemikiran “Schumpeterian”yang
beranggapan inovasi sebagai dimensi kritis perubahan untuk
mengembangkan produk dan proses baru (Sengupta, 2014). Inovasi
merupakan respon terhadap perubahan mendasar yang diakibatkan oleh
buruk nya kinerja pemerintah dalam memberikan pelayanan publik. indikator
yang dapat menjadi acuan dalam merancangdan melaksanakan tindakan
inovasi yang dimaksudkan untuk menghasilkan berbagai perubahan dalam

28
pelayanan publik. Oleh sebab itu untuk menghasilkan wawasan yang lebih
komprehensif tentang tema penelitian dengan penelusuran data sekunder,
akan dibahas terlebih dahulu tentang teori inovasi sektor publik.Kemudian
dihadirkan beberapa temuan systematic mapping studydengan kriteria yang
telah dirancang sebelumnya.
a) Ikhtisar Teori Inovasi Sektor Publik
Inovasi juga mencakup aspek-aspek adopsi, asimilasi, dan ekploitasi
kebaruan sebagai nilai tambah untuk organisasi. Inovasi akan bermakna
dan menjadi sukses ketika inovasi pada organisasi menjadi sebuah
budaya yang terus dipelihara dan menjadi kebiasaan. Ketika inovasi
sudah menjadi budaya yang tertanam, kreatifitas akan tumbuh dan
berkembang menjadi role model. Inovasi juga semestinya harus didukung
oleh proses, tata kelola yang baik, iklim organisasi yang kondusif,
kebijakan, sumber daya, dan sikap pemimpin yang menunjukkan
dukungan terhadap inovasi (Merrill, 2015). Di sisi yang lain tidak
mudah untuk mengenali potensi dari sebuah inovasi. Arti nya, sebuah
inovasi muncul harus mengumpulkan dan memroses informasi untuk
memahami alasan dibalik inovasi dan aplikas nya sebagai dasar strategi.
Semua strategi merupakan dorongan proses pelaksanaan, memerlukan
struktur organisasi, sistem, tata kelola yang tepat, dan orang-orang yang
berkompetensi.
b) Pelaporan Systematic Mapping Study
Memberikan informasi bahwa tinjauan dalam literatur yang terpilih
terdapat dua kategori. Dimana masing-masing kategori memiliki peran
dan fungsi yang berbeda, misalnya dalam kategori 1 pengelolaan
inovasi dalam konsep inovasi dari berbagai pandangan praktisi dan
akademisi memerlihatkan bahwa salah satu cara untuk mengelola inovasi
perlu strategi. Strategi inovasi tidak lain adalah komitmen yang didasari
kepada seperangkat kebijakan, proaktif pimpinan, governansi inovasi, dan
budaya inovasi (Merrill, 2015).

29
c) Objek dan Metode Penelitian
Strategi, proses atau teknik yang digunakan dalam pengumpulan data
atau bukti untuk analisis dengan mengungkapkan informasi baru dengan
pemahaman yang lebih baik tentang suatu topik. Oleh sebab itu objek
dan metode penelitian yang teridentifikasi dari systematic mapping
studydiilustrasikan pada Tabel 4. Memberikan informasi bahwa dari 17
jurnal yang teridentifikasi, 12 jurnal diantaranya dilakukan dengan
metode kualitatif atau 76,48%, dan hanya 4 jurnal atau 23,52% dilakukan
dengan metode kuantitatif. Hal ini mengandung arti bahwa penyelidikan
terhada“public sector innovation” OR “public sector innovation
indicators”terus berkembang dan menjadi minat kajian administrasi
publik. Kajian teoritis menjadi dominan dalam metode kualitatif, hal ini
memberikan tanda bahwa konsep yang tersedia masih perlu digali
dan dipelajari dengan membandingkan inovasi sektor swasta, karena
inovasi dan atribut yang melekat masih dominan dilakukan oleh
swasta.

4. Kesimpulan
Indikator dapat menetapkan target dan menjadi standar yang ditetapkan.
Juga diakui bahwa diperlukan ada upaya yang lebih sistematis untuk
memromosikan inovasi. Walaupun dari database jurnal yang lain diyakini
masih banyak membahas tentang indikator inovasi sektor publik. Artikel
yang terdeteksi sesuai dengan kriteria inklusipada umumnya
merupakan pengelolaan inovasi sektor publik dengan indikator
perencanaan, kolaboratif, teknologi, kualitas, motivasi dan strategi. Namun
berbeda ketika inklusi inovasi sektor publik pemerintah,
kecenderungan indikator utama mengarah kepada kebijakan.Karena
kebijakan merupakan petunjuk bagi pemerintah ketika menjalankan
pengukuran indikator, juga berhubungan dengan anggaran termasuk
penelitian dan pengembangan. Untuk itu inovasi membutuhkan anggaran

30
yang tidak sedikit untuk memunculkan ide-ide baru inovasidengan
indikator yang berbeda.
Hasil systematic mapping studyini merekomendasikan hal-hal sebagai
berikut untuk penelitian masa depan diantaranya 1). Para praktisi dan
akademisi yang tertarik pada inovasi harus menghubungkan penelitian
mereka dengan aliran literatur lainnya. Dengan cara seperti itu, para praktisi
dan akademisi inovasi dapat mengembangkan penelitian yang relevan bagi
masyarakat, menelusuri berbagai atribut yang melekat serta
pemanfaatannya sebagai tujuan utama dari inovasi; 2). Perlu penelitian lebih
banyak tentang indikator inovasi sektor publik, karena hasil penelusuran
jurnal yang teridentifikasi terdapat hubungan seperti yang berfokus pada
tata kelola jaringan, kepemimpinan dan pemikiran desain. Oleh sebeb itu
dimungkinkan mengkonseptualisasikan indicator dari berbagai sumber yang
relevan; 3). Pengembangan kerangka kerja dan konsep baru, pada
dasarnya konsep baru yang tercipta mengindikasikan bahwa terjadi
pergeseran pengetahuan sesuai dengan fakta penelitian.Oleh sebab itu perlu
diuji secara empiris agar menghasilkan pengetahuan baru.

Judul jurnal : Pembaruan Regulasi Sektor Jasa Keuangan Dalam

Pembentukan BANK Wakaf di Indonesia

31
Jenis Penelitian : Jurnal Bina Mulia Hukum

Penulis : Lesmana Rian Andhika

Tahun Terbit : 2020

Volume : Vol 5 No 1

Halaman :-

ISSN : 2540 -- 9034

Permasalahan yang Diangkat Dalam Jurnal : Apakah Penerapan Metode Akuntansi


Keuangan Daerah Transparansi Publik dan Kegiatan
Pengendalian Berpengaruh Terhadap Akuntabilitas
Keuangan di Kantor Kecamatan Kota Medan

1. Pendahuluan
Maqasid syariah merupakan segenap tujuan dari hukum-hukum yang
disyariatkan Allah SWT terhadap hamba-Nya, yang tidak lain adalah
untuk menciptakan kemaslahatan.
a) Maqasid Syariahdalam kegiatan perekonomian syariah adalah
untuk menciptakan kesejahteraan bagi umat manusia dengan
menyeimbangkan peredaran harta benda, sehingga harta benda
tidak diperkenankan hanya terpusat pada kelompok atau orang tertentu
saja, peredarannya harus dapat seimbang dan berkeadilan. Keadilan yaitu
memberikan setiap hak kepada para pemiliknya masing-masing tanpa
melebihkan dan mengurangi.
b) Keadilan di dalam Islam dilihat dari sisi kesesuaian dan
ketidaksesuaiannya dengan ajaran agama seperti yang telah digariskan
di dalam AlQuran dan Sunnah. Oleh karena itu, kepedulian kepada
orang yang miskin dan tertindas dalam Islam akan dilihat sebagai
sebuah praktik keadilan karena hal demikian diperintahkan oleh

32
agama (Q.S. al-Tawbah (9):61). Wakaf sebagai salah satubentuk dari
Keuangan Sosial Islam (Islamic Social Finance) memiliki potensi yang
sangat besar untuk membantu menyeimbangkan peredaran harta
benda di dalam masyarakat tersebut. Wakaf di zaman Islam telah
dimulai bersamaan dengan dimulainya masa kenabian Muhammad
Shallahu Alaihi wa Sallamdi Madinah yang ditandai dengan
pembangunan masjid Quba, yaitu masjid yang dibangun atas dasar takwa
sejak dari pertama, agar menjadi wakaf pertama dalam islam untuk
kepentingan agama.
c) Prinsip di dalam pengelolaan wakaf yang menyatakan "tahan
pokoknya, bagikan hasilnya ("Tahbiisul Ashl wa Tasbiilul Manfa’ah")
mampu membentuk dana abadi yang dapat terus dikelola secara produktif.
Pengelolaan harta benda wakaf secara produktif tersebut mampu
memberikan maslahah bagi masyarakat banyak, selain itu juga wakaf
merupakan salah satu bentuk implementasi dari hifz al-malatau menjaga
harta benda yang merupakan salah satu unsur dari maqasid syariah,
sehingga wakaf merupakan salah satu ruang lingkup ekonomi syariah
yang memiliki potensi besar dalam menyejahterakan rakyat banyak.
Undang-Undang Wakaf beserta peraturan pelaksanaannya
menjadi dasar hukum pelaksanaan Wakaf di Indonesia. Pasal 1
Angka 1 Undang-Undang No. 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf
(selanjutnya ditulis Undang-Undang Wakaf) mendefisikan wakaf
sebagai perbuatan hukum wakif untuk memisahkan dan/atau
menyerahkan sebagian harta benda miliknya untuk dimanfaatkan
selamanya atau untuk jangka waktu tertentu sesuai dengan
kepentingannya guna keperluan ibadah dan/atau kesejahteraan umum
menurut syariah.Jumhur Ulama memberikan definisi mengenai wakaf
yaitu menahan suatu benda yang dapat dimanfaatkan, sementara
‘ainaset tetap, tidak hilang dan berkurang, karena diambil benefitnya
sepanjang penggunaan harta itu diperbolehkan menurut hukum Islam.

33
2. Metodologi Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode pendekatan yuridis normatif.Metode
pendekatan yuridis normatif adalah metode yang menitikberatkan
penelitian terhadap data-data sekunder yang terdiri dari bahan-bahan
hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier. Data
sekunder memiliki ruang lingkup yang sangat luas, meliputi peraturan
perundang-undangan, buku-buku literatur, jurnal-jurnal hukum, koran,
majalah, sampai pada dokumen-dokumen resmi yang dikeluarkan oleh
pemerintah.Spesifikasi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah deskriptif analitis. Penelitian deskripsi bertujuan memecahkan
masalah-masalah aktual yang dihadapi sekarang dengan mengumpulkan
data atau informasi untuk disusun, dijelaskan, dan dianalisis.9Data-data
tersebut dikumpulkan dan dianalisi terkait permasalahan yang akan dikaji
yaitu mengenai pembaruan regulasi sektor jasa keuangan dalam
pembentukan bank wakaf di Indonesia.

3. Pembahasan
Regulasi wakaf merupakan ujung tombak terlaksananya kegiatan
perwakafan yang diharapkan mampu mencapai tujuan negara sebagaimana
diamanatkan di dalam UUD 1945 tersebut. Regulasi tersebut akan
menjadi guidelinesbagi pihak-pihak terkait dalam melakukan wakaf,
seperti wakif, nazhir, mauquf alaih dan juga pemerintah. Saat ini
Undang-Undang Wakaf menjadi payung hukum dalam kegiatan
perwakafan di Indonesia, berbagai peraturan pelaksanaannya pun
sudah disahkan dan berlaku diantara nya adalah Peraturan Pemerintah No. 42
Tahun 2006 Tentang Pelaksanaan Undang-Undang No. 41 Tahun 2004
Tentang Wakaf (selanjutnya ditulis PP Wakaf) yang merupakan peraturan
pelaksanaan dari Undang-Undang Wakaf. Ruang lingkup wakaf yang
selama ini dipahami secara umum cendereung terbatas pada benda tidak

34
bergerak seperti tanah dan bangunan, setelah disahkannya undang-undang
ini semakin luas tidak hanya meliputi benda-benda tidak bergerak namun
juga meliputi benda-benda bergerak termasuk uang.
Uang berdasarkan undang-undang ini dikategorikansebagai benda
bergerak yang dapat menjadi harta benda wakaf. Saat ini Indonesia
belum memiliki payung hukum kegiatan perekonomian syariah secara
umum. Ketentuan yang dibuat masih secara parsial untuk bidang-bidang
tertentu saja, seperti Undang-Undang Wakaf yang khusus mengatur
mengenai Wakaf dan Undang-Undang Perbankan Syariah yang
khusus mengatur tentang perbankan syariah. Dibentuknya payung
hukum perundang-undangan untuk ekonomi syariah menjadi urgensi
tersendiri mengingat praktik perekonomian syariah diindonesia sudah
semakin luas, selain itu Indonesia menganut dual economic
systemdimana sistem perekonomian syariah dilakukan berdampingan
dengan sistem perekonomian konvensional, sehingga pembentukan payung
hukum ekonomi syariah menjadi suatu hal yang sangat mendesak.
Pembaruan regulasi di sektor jasa keuangan merupakan hal yang tidak dapat
dielakan dalam pembentukan bank wakaf tersebut di Indonesia, terutama
regulasi di bidang perbankan syariah dan wakaf. Pembaruan berdasarkan
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) diartikan sebagai proses, cara,
perbuatan membarui, atau proses mengembangkan kebudayaan, terutama
dalam lapangan teknologi dan ekonomi, sosial, gerakan umum atau hasil
khusus untuk menghapuskan kesalahan fungsi sistem sosial atau
bagiannya. Dokumen narasi RPJMN IV 2020-2024 revisi per 28 Juni
2019 sasaran pilar Kelembagaan Politik dan Hukum yang Mantap
sebagaimana penjelasan di dalam dokumen tersebut ditetapkan untuk
bidang hukum adalah penataan regulasi dan pembaruan substansi hukum.
Pembaruan regulasi merupakan bagian dari pembaruan substansi hukum
yang dapat dicapai melalui perubahan perundang-undangan.

35
4. Kesimpulan
Pembaruan regulasi sektor jasa keuangan dalam pembentukan bank
wakaf di Indonesia adalah dengan melakukan perubahan perundang-
undangan terkait wakaf uang yang khususnya meliputi Undang-Undang
Perbankan Syariah dan Undang-Undang Wakaf beserta peraturan
pelaksanaannya.Sebaiknya pembaruan regulasi di bidang sektor jasa
keuangan dalam pembentukan bank wakaf ini dilakukan dengan membentuk
forum koordinasi antar lembaga-lembaga terkait meliputi Kementrian
Agama, BWI, OJK, BI, dan Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan
Syariah (KNEKS), terutama terhadap ketentuan-ketentuan yang berkaitan
langsung dengan pengelolaan wakaf uang di Indonesia dengan membuat
aturan khusus mengenai bank wakaf sebagai peraturan pelaksanaan dari
Undang-Undang Perbankan Syariah dan Undang-Undang Wakaf yang
sudah diperbarui yang memuat aturan secara terperinci mengenai operasional
bank wakaf.

36
Judul Jurnal : Pengaruh Regulasi, Politik Anggaran, Perencanaan Anggaran,
Sumber Daya Manusia, Dan Pengadaan Barang/Jasa Terhadap
Penyerapan Anggaran Belanja Pada OPD Provibsi Sumatera
Barat

Nama Penelitian : Jurnal Eksplorasi Akuntansi

Penulis : Rifka Ramadhani, Mia Angelina Setiawan

Tahun Terbit : 2019

Volume : Vol 1 No 2

Halaman :-

ISSN : 2656 - 3649

Permasalahan yang Diangkat Dalam Jurnal : Menganalisis pengaruh Regulasi,


Perencanaan Anggaran dan Pengadaan Barang/ Jasa
terhadap penyerapan anggaran belanja pada OPD
Provinsi Sumatera Barat, dan pengaruh Politik
Anggaran dan Sumber Daya Manusia terhadap
penyerapan anggaran belanja pada OPD Provinsi
Sumatera Barat.

1. Pendahuluan
Anggaran suatu negara merupakan alat penggerak yang digunakan oleh
pemerintah untuk menjalankan roda pemerintahan. National Committe on
Govermental Accounting (NGGA), yang saat ini telah diubah menjadi
Goverment Accounting Standards Board (GASB) menjelaskan bahwa
anggaran adalah rencana operasi keuangan yang mencakup estimasi
pengeluaran yang diusulkan dan sumber pendapatan yang diharapkan untuk
membiayainya dalam periode waktu tertentu (Bastian, 2010: 191). Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan wujud pengelolaan

37
keuangan daerah yang ditetapkan setiap tahun dengan peraturan daerah,dalam
Permendagri Nomor 21 tahun 2011 disebutkan bahwa segala bentuk
Penerimaan Daerah maupun Pengeluaran Daerah harus dicatat dan dikelola
dalam APBD.
Proses penyusunan anggaran sesuai dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun
2015 tentang Pemerintah Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004
tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Daerah menjadi dasar dalam pelaksanaan otonomi daerah. Dengan adanya
Undang-Undang tersebut, pemerintah pusat memberikan kewenangan kepada
pemerintah daerah dengan pemberian bantuan dana untuk menjalankan
tersebut. Penerapan undang-undang tersebut diharapan agar pemerintah
mampu meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam menyelenggarakan
pemerintahan yang lebih baik. Penyerapan anggaran merupakan salah satu
indikator yang menunjukkan keberhasilan program atau kebijakan yang telah
dilakukan suatu pemerintah (Anfujatin, 2016). Rasio pada realisasi terhadap
anggaran membuktikan telah terserapnya anggaran dalam berbagai program
yang telah ditetapkan. Penyerapan anggaran yang dibahas pada penelitian ini
adalah keberhasilan Pemerintah Daerah dalam merealisasikan anggaran sesuai
dengan yang sudah ditetapkan didalam APBD.
Berdasarkan penelitian terdahulu masih terdapat ketidakkonsistenan hasil
penelitian atas faktor-faktor yang mempengaruhi penyerapan anggaran
sehingga peneliti merasa perlu menguji ulang variabel ini kembali dengan
jumlah sampel dan periode waktu yang berbeda. Peneliti menggunakan
periode yang terbaru yaitu tahun anggaran 2018 dengan jumlah sampel dan
responden pada Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Provinsi Sumatera Barat
yang berbeda dengan penelitian sebelumnya. Karena adanya fenomena yang
terjadi mengenai penyerapan anggaran belanja yang masih lambat dan tidak
merata sampai akhir tahun. Sehingga peneliti ingin mengetahui apakah faktor
regulasi, politik anggaran, perencanaan anggaran, sumber daya manusia dan
pengadaan barang/jasa mempengaruhi penyerapan anggaran belanja, agar

38
OPD di Pemerintah Provinsi Sumatera Barat dapat mengevaluasi hal-hal apa
saja yang dapat ditingkatkan agar maksimal dalam penyerapan anggaran
belanja. Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Pengaruh Regulasi, Politik Anggaran, Perencanaan
Anggaran, Sumber Daya Manusia dan Pengadaan Barang/Jasa Terhadap
Penyerapan Anggaran Belanja Pada OPD Provinsi Sumatera Barat.

2. Metodologi Penelitian
a) Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini tergolong penelitian kausalitas. Penelitian kausalitas
bertujuan untuk mengetahui hubungan serta pengaruh variabel independen
terhadap variabel dependen.
b) Populasi dan Sampel
Populasi adalah seluruh kumpulan elemen yang menunjukkan ciri-ciri
tertentu yang dapat digunakan dengan membuat kesimpulan. Populasi
pada penelitian ini adalah 39 OPD Provinsi Sumatera Barat. Berdasarkan
data yang diperoleh dari Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah Provinsi
Sumatera Barat yang terdiri dari Dinas, Badan, Sekretariat dan
Inspektorat. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan
teknik purposive sampling yaitu pemilihan sampel berdasarkan kriteria
tertentu.
c) Jenis dan Teknik Pengumpulan Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan
data sekunder. Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian
ini menggunakan kuesioner terstruktur terdiri dari pertanyaan tertutup
berupa suatu pernyataan yang diberikan kepada responden untuk diisi
berdasarkan pendapat masing-masing. Dari data responden diatas, maka
peneliti akan mengajukan 4 buah kuesioner kepada 39 OPD Provinsi
Sumatera Barat. Sehingga total kuesioner yang akan disebarkan adalah
sejumlah 156 kuesioner.

39
3. Hasil
Berdasarkan hasil penelitian dan pengujian hipotesis yang telah dilakukan
maka hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut :
a) Regulasi, Perencanaan Anggaran dan Pengadaan Barang/ Jasa dalam
pengujian hipotesis berpengaruh positif signifikan terhadap penyerapan
anggaran belanja pada OPD Provinsi Sumatera Barat.
b) Sedangkan Politik Anggaran dan Sumber Daya Manusia dalam pengujian
hipotesis tidak berpengaruh positif signifikan terhadap penyerapan
anggaran belanja pada OPD Provinsi Sumatera Barat.

40
Judul Jurnal : Perkembangan Penelitian Akuntansi Sektor Publik Di
Indonesia

Nama Penelitian : Jurnal Akuntansi Dan Pendidikan

Penulis : Harumi Puspa Rizky, Doddy Setiawan

Tahun Terbit : 2019

Volume : Vol 8 No 2

Halaman : 94-116

ISSN : 2302 - 6251

Permasalahan yang Diangkat Dalam Jurnal : Memberikan gambaran terkait


perkembangan penelitian akuntansi sektor publik di
Indonesia (Topik akuntansi keuangan pada sektor
publik menjadi topik terbanyak yang diteliti
dikarenakan akuntansi pada sektor publik masih
menjadi perhatian khusus dan masih banyak pemerintah
daerah yang terkendala pelaporan keuangan. Sementara
itu dari topik penelitian yang paling sedikit dilakukan
dari tujuh kategori adalah topik mengenai perpajakan
dan sistem akuntansi).

1. Pendahuluan

Beberapa tahun belakangan ini penelitian mengenai akuntansi sektor publik


mulai menarik perhatian banyak pihak. Hal ini dibuktikan dengan
meningkatnya penelitian di sektor publik pada jurnal-jurnal terakreditasi di
Indonesia. Penelitian mengenai akuntansi sektor publik telah banyak diteliti di
Indonesia maupun di Luar Negeri.

41
Penelitian ini juga termotivasi oleh penelitian yang dilakukan oleh Hesford et
al. (2007) yang meneliti mengenai bibliografi di bidang akuntansi manajemen.
Di Indonesia penelitian dengan model serupa juga dilakukan oleh Dewi,
Fitriana and Setiawan (2018) mengenai pengungkapan di Indonesia. Selain
itu, Herawati and Bandi (2017) meneliti mengenai akuntansi perpajakan
dengan metode yang serupa. Pada penelitian ini peneliti mengkaji dengan
menggunakan hasil penelitian dari 137 artikel tentang akuntansi sektor publik
pada 22 jurnal terakreditasi di Indonesia per Maret 2019. Artikel yang dipilih
merupakan artikel yang terbit selama tahun 2010-2018. Jurnal terakreditasi
dipilih sebagai objek pengamatan dikarenakan telah melalui seleksi yang ketat
sehingga artikel mempunyai kualitas dan kredibilitas yang baik. Oleh karena
itu, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perkembangan
penelitian mengenai akuntansi sektor publik di Indonesia.

2. Metodologi Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode “charting the
field” yang dikembangkan oleh Hesford et al. (2007). Pada penelitian ini,
peneliti memilih beberapa hasil penelitian mengenai akuntansi sektor publik
yang diterbitkan di 22 jurnal terakreditasi per Maret 2019, kemudian
mengidentifikasi berdasarkan topik dan metode. Jurnal yang terpilih
merupakan jurnal terakreditasi pada sinta 2 per Maret tahun 2019 dengan kata
kunci akuntansi, bisnis, dan business. Daftar jurnal yang digunakan oleh
peneliti dapat dilihat pada tabel 2. Artikel yang dipilih dalam artikel ini
berdasarkan penelitian pada tahun 2010-2018 yang berarti penelitian ini
menggunakan artikel tentang akuntansi sektor publik dalam kurun waktu 9
tahun dan tersedia online. Penelitian ini akan membagi penelitian dalam dua
dekade yaitu dekade tahun 2010-2014 dan dekade tahun 2015-2018. Dari
proses seleksi dan indentifikasi artikel akuntansi sektor publik dari 22 jurnal
terakreditasi pada sinta2 diperoleh 137 artikel.

42
Tahapan pada proses pemilihan artikel dalam penelitian ini adalah peneliti
mencari data mengenai jurnal yang terakreditasi pada laman sinta 2 milik
kemenristekdikti dengan kata kunci akuntansi, bisnis, dan business. Dari
ketiga kata kunci tersebut diperoleh 22 jurnal yang terakreditasi yang
selanjutnya peneliti membuka lamannya satu per satu. Pada setiap laman
jurnal peneliti memasukkan kata kunci “sektor publik” dan “pemerintah” pada
kolom pencarian. Selanjutnya apabila pada satu jurnal tidak ditemukan artikel
mengenai akuntansi sektor publik maka tidak dimasukkan dalam populasi
penelitian dan apabila ditemukan penelitian mengenai akuntansi sektor publik
maka peneliti mengunduh setiap artikel. Setelah semua diunduh maka
selanjutnya adalah mengidentifikasi setiap artikel berdasarkan jurnal, judul,
tahun, penulis dan juga variabel yang digunakan.

3. Hasil

Dari ketujuh kategori topik sektor publik pada penelitian ini selama 9 tahun
terakhir, penelitian mengenai perpajakan menjadi topik paling sedikit yang
telah diteliti. Hal ini dapat menjadi peluang bagi peneliti, misalnya mengenai
sunset policy. Selain itu topik mengenai sistem akuntansi juga dapat menjadi
peluang penelitian mengingat sistem akuntansi merupakan suatu hal penting
dalam pelaporan keuangan dalam sektor publik maupun swasta. Selain itu
penelitiaan selanjutnya dapat mengambil topik mengenai revolusi 4.0 karena
topik tersebut adalah topik yang sedang banyak dibicarakan. Topik tersebut
dapat mengambil masalah mengenai apakah revolusi 4.0 dapat memengaruhi
pelayanan pada pemerintah mengingat tujuan utama dari pemerintah adalah
melayani masyarakat. Lalu sistem akuntansi seperti apa yang akan diterapkan
apabila dikaitkan dengan revolusi 4.0 tersebut.

43
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan

Regulasi publik adalah ketentuan yang harus dijalankan dan dipatuhi dalam
proses pengelolaan organisasi publik, baik pada organisasi pemerintah pusat,
pemerintah daerah, partai politik, yayasan, LSM, organisasi keagamaan tempat
peribadatan, maupunorganisasi sosial masyarakat lainnya.Peraturan publik disusun
dan ditetapkan terkait beberapa hal, yaitu yangpertama,regulasi publik yang dimulai
dengan adanya berbagai isu yang terkait.Kedua, tindakanyang diambil terkait dengan
isu yang ada adalah berbentuk regulasi atau aturan yangdapat diinterprestasikan
sebagai wujud dukungan penuh organisasi publik. Ketiga, peraturan adalah hasil dari
berbagai aspek dan kejadian

B. Saran

Sebaiknya permasalahan regulasi keuangan publik di Indonesia dapat


diatasidengan memberikan sanksi yang sesuai dengan penyebabnya. Sehingga
Regulasi publikyang ada di Indonesia dapat dipatuhi dalam proses pengelolaan
organisasi publik. Penulis berharap agar para pembaca bisa menggali ilmu
pengetahuan sedalam-dalamnya.

44
DAFTAR PUSTAKA
Jamaluddin Majid. 2019. Akuntansi Sektor Publik. Sulawesi Selatan:Pusaka Almaida.
Bab 14, hlm 281

Muhammad Yusra. 2016. Akuntansi Sektor Publik. Lhokseumawe: Universitas


Malikussaleh. Bab 1, hlm 8

Laszlo Vertesy. 2020. The Conformity of the Hungarian Public Sector Accounting
Regulation with the EPSAS Conceptual Framework. Journal of legal theory, 2,
1-21.

Andhika, Lesmana Rian. 2020. Kajian Literatur : Studi Pemetaan Sistematis Indikator
Inovasi Sektor Publik. Jurnal Litbang Sukowati, 3(2), 107-125.

Nun Harrieti, Lastuti Abubakar. 2020. Pembaruan Regulasi Jasa Keuangan Dalam
Pembentukan Bank Wakaf Di Indonesia. Jurnal Bina Mulia Hukum, 5(1), 1-14.

Rifka Ramadhani, Mia Angelina Setiawan. 2019. Pengaruh Regulasi, Politik


Anggaran, Perencanaan Anggaran, Sumber Daya Manusia Dan Pengadaan
Barang/Jasa Terhadap Penyerapan Anggaran Belanja Pada OPD Provinsi
Sumatera Barat. Jurnal Eksplorasi Akuntansi, 1(2), 710-726.

Harumi Puspa Rizky, Doddy Setiawan. 2019. Perkembangan Penelitian Akuntansi


Sektor Publik Di Indonesia. Jurnal Akuntansi Dan Pendidikan, 8(2), 94-116.

https://www.academia.edu/35442765/MAKALAH_REGULASI_KEUANGAN_SEK
TOR_PUBLIK

45

Anda mungkin juga menyukai