Disusun oleh:
Kelompok 6
1. Debora Gracia Sinaga (7183520052) 4. Lori Evaronika Sihaloho (7181220007)
FAKULTAS EKONOMI
2021
KATA PENGANTAR
Rasa syukur kami sampaikan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya, kami
dapat menyelesaikan tugas Rekayasa Ide ini untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengauditan II. Pada
kesempatan ini penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada Bapak Muhammad Ridha Habibi
Z, S.E., M.Si., Ak., CA. dan semua rekan-rekan yang telah memberikan saran, pengarahan, bantuan
serta dukungan kepada penulis secara langsung maupun tidak langsung.
Penulis sangat berharap hasil Rekayasa Ide ini dapat berguna bagi semua orang. Kami juga
menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan. Oleh sebab itu, penulis
berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah penulis buat di masa yang
akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah hasil Rekayasa Ide sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang
lain. Sebelumnya penulis mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan
kami memohon kritik dan saran yang membangun dari Anda demi perbaikan makalah hasil Rekayasa
Ide diwaktu yang akan datang.
Tim Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
barang sebesar Rp 23,9 miliar, pada unit Pedagang Besar Farmasi berupa overstated
persediaan sebesar Rp 8,1 miliar dan overstated penjualan sebesar Rp 10,7 miliar.
Aktivitas manipulasi pencatatan laporan keungan yang dilakukan manajemen tidak
terlepas dari bantuan akuntan. Akuntan yang melakukan hal tersebut memberikan
informasi yang menyebabkan pemakai laporan keuangan tidak menerima informasi yang
fair. Akuntan sudah melanggar etika profesinya.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Permasalahan Kasus Skandal Manipulasi Laporan Keuangan PT. Kimia Farma Tbk.
Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) melakukan pemeriksaan atau penyidikan baik
atas manajemen lama direksi PT Kimia Farma Tbk. Ataupun terhadap akuntan publik
Hans Tuanakotta dan Mustofa (HTM). Dan akuntan publik (Hans Tuanakotta dan
Mustofa) harus bertanggung jawab, karena akuntan publik ini juga yang mengaudit
Kimia Farma tahun buku 31 Desember 2001 dan dengan yang interim 30 Juni tahun
2002. Keterkaitan Akuntan Terhadap Skandal PT Kimia Farma Tbk. Mengidentifikasi
dan menilai risiko etika. Dampak Terhadap Profesi Akuntan Menurut Darmawati,
Khomsiyah dan Rika (2004), Corporate governanace merupakan salah satu elemen kunci
3
dalam meningkatkan efesiensi ekonomis, yang meliputi serangkaian hubungan antara
manajemen perusahaan, dewan komisaris, para pemegang saham dan stakeholders
lainnya. Corporate Governance juga memberikan suatu struktur yang memfasilitasi
penentuan sasaran-sasaran dari suatu perusahaan, dan sebagai sarana untuk menentukan
teknik monitoring kinerja.
Setelah dilakukan audit ulang, pada 3 Oktober 2002 laporan keuangan Kimia Farma
2001 disajikan kembali (restated), karena telah ditemukan kesalahan yang cukup
mendasar. Pada laporan keuangan yang baru, keuntungan yang disajikan hanya sebesar
Rp 99,56 miliar, atau lebih rendah sebesar Rp 32,6 milyar, atau 24,7% dari laba awal
yang dilaporkan. Kesalahan itu timbul pada unit Industri Bahan Baku yaitu kesalahan
berupa overstated penjualan sebesar Rp 2,7 miliar, pada unit Logistik Sentral berupa
overstated persediaan barang sebesar Rp 23,9 miliar, pada unit Pedagang Besar Farmasi
berupa overstated persediaan sebesar Rp 8,1 miliar dan overstated penjualan sebesar Rp
10,7 miliar.
Kesalahan penyajian yang berkaitan dengan persediaan timbul karena nilai yang ada
dalam daftar harga persediaan digelembungkan. PT Kimia Farma, melalui direktur
produksinya, menerbitkan dua buah daftar harga persediaan (master prices) pada tanggal
1 dan 3 Februari 2002.
Daftar harga per 3 Februari ini telah digelembungkan nilainya dan dijadikan dasar
penilaian persediaan pada unit distribusi Kimia Farma per 31 Desember 2001. Sedangkan
kesalahan penyajian berkaitan dengan penjualan adalah dengan dilakukannya pencatatan
4
ganda atas penjualan. Pencatatan ganda tersebut dilakukan pada unit-unit yang tidak
disampling oleh akuntan, sehingga tidak berhasil dideteksi. Berdasarkan penyelidikan
Bapepam, disebutkan bahwa KAP yang mengaudit laporan keuangan PT Kimia Farma
telah mengikuti standar audit yang berlaku, namun gagal mendeteksi kecurangan
tersebut.
Menurut pendapat saya, kasus manipulasi laporan keuangan pada PT.Kimia Farma
Tbk. disebabkan karena adanya kesalahan-kesalahan pencatatannya maupun
perhitungannya, namun ada juga pihak yang melakukan kecurangan dan kecurangan
tersebut yang pada awalnya tidak berhasil terdeteksi, namun pada akhirnya dapat
terdeterksi.
Kecurangan yang terjadi pada kasus manipulasi laporan keuangan PT.Kimia Farma
Tbk. ini pasti tidak terlepas dari bantuan akuntan yang mengerti, yang memahami, yang
mengelola laporan keuangan. Karena akuntan adalah orang yang ahli dalam mengatur
dan mengelola laporan keuangan, dengan keahliannya justru disalah gunakan untuk
dilakukannya manipulasi pada laporan keuangan tersebut.
Hal seperti manipulasi laporan keuangan ini harusnya tidak terjadi apabila akuntan
yang melakukan penyajian laporan keuangan ini mempunyai pemahaman, pengetahuan
dan menerapkan etika profesi yang dijalaninya sebagai seorang akuntan yang bekerja
5
secara profesional. Namun dikembalikan kepada masing-masing individu tersebut, dia
melakukan pekerjaannya secara profesional atau tidak, bersikap jujur atau tidak.
Dari sisi karakter akuntan yang mendasari timbulnya pengakuan profesional, dengan
adanya kasus ini berari akuntan tersebut tidak diakui lagi keprofesionalitasnya karena
sudah tidak dipercaya lagi baik oleh organisasi perusahaan tersebut, perusahaan lain,
pemerintah, dan masyarakat.
Dalam kasus ini juga akuntan tidak melakukan kehati-hatian profesional. Dimana
akuntan yang seharusnya melakukan jasa profesionalnya dengan hati-hati dan tekun,
namun akuntan tersebut tidak melakukan kehati-hatian profesional tersebut dengan kata
lain dengan sengaja melakukan kecurangan.
1. Dalam kasus ini, adanya kesalahan penyajian tersebut dilakukan oleh direksi periode
1998-2002, berarti adanya kelalaian dalam pemeriksaan laporan keuangan tersebut.
Jadi sebaiknya proses laporan keuangan selalu di kontrol, dilakukan pemeriksaan, dan
evaluasi disetiap bulannya. Karena jika dilakukan pemeriksaan hanya setiap
6
periodenya atau pertahunnya menjadi tidak terkontrol, dan sulit untuk mendeteksi
kecurangan yang dilakukan.
2. Tidak hanya proses laporan keuangannya saja, namun pihak-pihak yang terlibatnya
pun selalu dikontrol setiap proses laporan keuangan tersebut, diperiksa kemanakah
uang tersebut dialirkan baik uang yang keluar maupun uang yang masuk diperiksa
secara detail dan rinci agar tidak adanya celah untuk melakukan kecurangan
manipulasi dalam laporan keuangan tersebut.
3. Dibuatnya struktur organisasi yang jelas, agar tugas-tugas yang dilakukan setiap
anggota organisasi lebih terarah dengan baik, sehingga tidak ada satu sama lain yang
mencampuri tugas pokok antar anggota, dengan demikian tidak ada campur tangan
pihak lain yang terlibat maupun mempengaruhi sehingga proses dalam perusahaan
dapat berjalan secara efektif dan efisien.
4. Mengawasi setiap kinerja karyawan baik akuntan, auditor, dan organisasi perusahaan
lainnya. Dengan adanya sturktur organisasi yang jelas, tidak berjalan dengan baik juga
jika tidak dilakukannya pengawasan. Pengawasan yang dilakukan agar setiap anggota
organisasi perusahaan dapat melakukan tugasnya secara baik, dan takut untuk
melakukan kecurangan karena selalu diawasi.
5. Adanya hukuman dan sanksi yang tegas baik para organisasi perusahaan yang
melakukan pelanggaran, dan kecurangan yang merugikan berbagai pihak
diperusahaan.
6. Pemerintah memperbaiki kinerja perusahaan, selalu melakukan
pengawasan/monitoring, pemeriksaan, dan evaluasi setiap anggota organisasi
perusahaan agar tidak ada celah untuk melakukan kecurangan lagi.
7. Pemerintah membuat aturan yang mengatur profesi akuntan dengan maksud
mencegah adanya praktik yang akan melanggar etika profesi. Diharapkan aturan
tersebut juga dapat dijalankan secara tegas, dan pihak yang melanggar etika dihukum
dan diberi sanksi yang adil.
7
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kimia Farma adalah perusahaan industri farmasi pertama di Indonesia yang
didirikan oleh Pemerintah Hindia Belanda tahun 1817. Pada tanggal 4 Juli 2001, PT
Kimia Farma (Persero) kembali mengubah statusnya menjadi perusahaan publik, PT
Kimia Farma (Persero) Tbk.
Dengan pengalaman selama puluhan tahun Kimia Farma Perseroan telah
berkembang menjadi perusahaan dengan pelayanan kesehatan terintegrasi dan terpercaya
di Indonesia. Kimia Farma Perseroan kian diperhitungkan kiprahnya dalam
pengembangan dan pembangunan bangsa, khususnya pembangunan kesehatan
masyarakat Indonesia.
Pada audit tanggal 31 Desember 2001, manajemen Kimia Farma melaporkan adanya
laba bersih sebesar Rp 132 milyar, dan laporan tersebut di audit oleh Hans Tuanakotta &
Mustofa (HTM). Akan tetapi, Kementerian BUMN dan Bapepam menilai bahwa laba
bersih tersebut terlalu besar dan mengandung unsur rekayasa.
Dari sisi etika profesi kecurangan yang terjadi pada kasus manipulasi laporan
keuangan PT.Kimia Farma Tbk. ini pasti tidak terlepas dari bantuan akuntan yang
mengerti, yang memahami, yang mengelola laporan keuangan.
Pada manipulasi laporan keuangan adanya kecurangan yang dilakukan oleh akuntan.
Akuntan tersebut sudah melanggar etika profesi, karena yang harusnya bekerja secara
profesional justru dia bekerja untuk kepentingan pribadi maupun pengaruh dari pihak
lain sehingga dia bekerja secara tidak profesional. Akuntan tersebut juga tidak memiliki
rasa tanggung jawab akan profesinya sebagai akuntan dan bekerja secara tidak jujur
karena sengaja melakukan kecurang sehingga dia memanipulasi laporan keuang tersebut
agar kecurangannya tidak terdeteksi.
3.2 Saran
8
Pemerintah memperbaiki kinerja perusahaan, selalu melakukan
pengawasan/monitoring, pemeriksaan, dan evaluasi setiap anggota organisasi perusahaan
agar tidak ada celah untuk melakukan kecurangan lagi.
Adapun profesi yang ditekuni, harus berdasarkan etika yang berlaku. Etika profesi
itu sendiri memiliki tujuan seperti standar etika menjelaskan dan menetapkan tanggung
jawab kepada lembaga dan masyarakat umum, membantu para profesional dalam
menetukan apa yang harus mereka perbuat dalam menghadapi dilema pekerjaan mereka,
standar etika bertujuan untuk menjaga reputasi atau nama profesional, untuk menjaga
kelakuan dan integritas para tenaga profesi..
9
DAFTAR PUSTAKA
https://davidparsaoran.wordpress.com/2009/11/04/skandal-manipulasi-laporan-keuangan-
pt-kimia-farma-tbk/
http://www.kompasiana.com/www.bobotoh_pas20.com/kasus-kimia-farma-etika-
bisnis_5535b4d46ea839b26da42eb
http://nukepermatasari.blogspot.co.id/2015/01/kasus-manipulasi-laporan-keuangan-pt.html
http://yusrinadirayati.blogspot.co.id/2015/10/kasus-skandal-manipulasi-laporan.html
10