Anda di halaman 1dari 14

KATA PENGANTAR

...‫ﺒﺳﻢﷲﺍﻠﺮﺍﺤﻤﻦﺍﻠﺮﺍﺤﻴﻢ‬

Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT. karena telah
melimpahkan rahmat, karunia, dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyusun
makalah ini.

Makalah ini kami buat dengan segala kekurangannya, namun dikandung


harapan sebagai bahan pembelajaran progam studi Pendidikan Ekonomi karena
masalah yang akan di bahas dalam makalah ini mengenai “Kasus Manipulasi
Laporan Keuangan di Indonesia yaitu PT. Kimia Farma Tbk.”

Demikian yang dapat kami sampaikan, ada pun kami sangat mengharapkan
kritik dan saran yang kiranya membangun sebagai bahan masukan kami dalam
menyusun makalah selanjutnya.

Dan kami mohon maaf apabila dalam membuat makalah ini terdapat
kekurangan, karena kami menyadari, bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna.
Dan tak lupa pula kami ucapkan terimakasih untuk semua pihak yang telah
membantu terselesaikannya makalah ini.

Semarang, 17 Desember 2018

Penyusun
Daftar Isi

Kata Pengantar............................................................................................... i

Daftar isi......................................................................................................... ii

BAB I

Pendahuluan.......................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang........................................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah.................................................................................. 3

1.3 Tujuan......................................................................................................... 3

BAB II

Pembahasan.............................................................................................. 4

2.1 Kasus Manipulasi Laporan Keuangan PT.Kimia Farma Tbk............................... 4

2.3 Kronolosi Kasus Manipulasi Laporan Keuangan PT.Kimia Farma Tbk.............. 6

2.3 Analisis Kasus dari Sisi Etika Profesi.................................................................. 8

2.4 Langkah-langkah yang diambil agar kasus tidak terulang................................. 10

BAB III

Penutup.................................................................................................. ...... 12

3.1 Simpulan..................................................................................................... ...... 12

3.2 Saran.................................................................................................................. 13

Daftar Pustaka...........................................................................................................13
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada awalnya Kimia Farma adalah perusahaan industri farmasi pertama di


Indonesia yang didirikan oleh Pemerintah Hindia Belanda tahun 1817. Nama Kimia
Farma pada awalnya adalah NV Chemicalien Handle Rathkamp & Co. Berdasarkan
kebijaksanaan nasionalisasi atas eks perusahaan Belanda di masa awal
kemerdekaan, pada tahun 1958, Pemerintah Republik Indonesia melakukan
penyatuan sejumlah perusahaan farmasi menjadi PNF (Perusahaan Negara
Farmasi) Bhinneka Kimia Farma. Kemudian pada tanggal 16 Agustus 1971, bentuk
badan hukum PNF diubah menjadi Perseroan Terbatas, sehingga nama perusahaan
berubah menjadi PT Kimia Farma (Persero).

Pada tanggal 4 Juli 2001, PT Kimia Farma (Persero) kembali mengubah


statusnya menjadi perusahaan publik, PT Kimia Farma (Persero) Tbk, dalam
penulisan berikutnya disebut Perseroan. Bersamaan dengan perubahan tersebut,
Perseroan telah dicatatkan pada Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya
(sekarang kedua bursa telah merger dan kini bernama Bursa Efek Indonesia).

Dengan pengalaman selama puluhan tahun Kimia Farma Perseroan telah


berkembang menjadi perusahaan dengan pelayanan kesehatan terintegrasi dan
terpercaya di Indonesia. Kimia Farma Perseroan kian diperhitungkan kiprahnya
dalam pengembangan dan pembangunan bangsa, khususnya pembangunan
kesehatan masyarakat Indonesia.

Pada audit tanggal 31 Desember 2001, manajemen Kimia Farma


melaporkan adanya laba bersih sebesar Rp 132 milyar, dan laporan tersebut di audit
oleh Hans Tuanakotta & Mustofa (HTM). Akan tetapi, Kementerian BUMN dan
Bapepam menilai bahwa laba bersih tersebut terlalu besar dan mengandung unsur
rekayasa. Setelah dilakukan audit ulang, pada 3 Oktober 2002 laporan keuangan
Kimia Farma 2001 disajikan kembali (restated), karena telah ditemukan kesalahan
yang cukup mendasar. Pada laporan keuangan yang baru, keuntungan yang
disajikan hanya sebesar Rp 99,56 miliar, atau lebih rendah sebesar Rp 32,6 milyar,
atau 24,7% dari laba awal yang dilaporkan. Kesalahan itu timbul pada unit Industri
Bahan Baku yaitu kesalahan berupa overstated penjualan sebesar Rp 2,7 miliar,
pada unit Logistik Sentral berupa overstated persediaan barang sebesar Rp 23,9
miliar, pada unit Pedagang Besar Farmasi berupa overstated persediaan sebesar Rp
8,1 miliar danoverstated penjualan sebesar Rp 10,7 miliar.

Aktivitas manipulasi pencatatan laporan keungan yang dilakukan


manajementidak terlepas dari bantuan akuntan. Akuntan yang melakukan hal
tersebut memberikan informasi yang menyebabkan pemakai laporan keuangan
tidak menerima informasi yang fair. Akuntan sudah melanggar etika profesinya.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah kronologi terjadinya kasus manipulasi laporan keuangan PT.Kimia


Farma Tbk. dari sisi Etika Profesi?

2. Apa langkah-langkah yang harus dilakukan agar kasus serupa tidak terulang ?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui dan memahami kronologi terjadinya kasus manipulasi laporan


keuangan PT.Kimia Farma Tbk. dari sisi Etika Profesi.

2. Dapat merumuskan langkah-langkah yang yang harus dilakukan agar kasus serupa
tidak terulang
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Kasus Manipulasi Laporan Keuangan PT.Kimia Farma Tbk.

Kimia Farma adalah perusahaan industri farmasi pertama di Indonesia yang


didirikan oleh Pemerintah Hindia Belanda tahun 1817. Nama perusahaan ini pada
awalnya adalah NV Chemicalien Handle Rathkamp & Co. pada tahun 1958,
Pemerintah Republik Indonesia melakukan peleburan sejumlah perusahaan farmasi
menjadi PNF (Perusahaan Negara Farmasi) Bhinneka Kimia Farma.
Kemudian pada tanggal 16 Agustus 1971, bentuk badan hukum PNF diubah
menjadi PerseroanTerbatas, sehingga nama perusahaan berubah menjadi PT Kimia
Farma (Persero).

Upaya yang dilakukan pemerintah dalam mewujudkan prinsip-prinsip good


corporate governance guna memperbaiki kinerja perusahaan, khususnya BUMN di
Indonesia adalah dengan dikeluarkannya Keputusan Menteri Negara Badan Usaha
Milik Negara Nomor KEP-117/M-MBU/2002, tentang Penerapan Praktik
goodcorporate governance pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Pasal 2 yang
mewajibkan BUMN menerapkan good corporate governance secara konsisten.
tanggal 31 Desember 2001, manajemen Kimia Farma melaporkan adanya laba
bersih sebesar Rp 132 milyar, dan laporan tersebut di audit oleh Hans Tuanakotta
& Mustofa (HTM). Akan tetapi, Kementerian BUMN dan Bapepam menilai bahwa
laba bersih tersebut terlalu besar dan mengandung unsur rekayasa.
Setelah dilakukan audit ulang, pada 3 Oktober 2002 laporan keuangan Kimia
Farma 2001 disajikan kembali (restated), karena telah ditemukan kesalahan
Pembahasan Dari Sisi Akuntan Publikg cukup mendasar.

Permasalahan Kasus Skandal Manipulasi Laporan Keuangan PT. Kimia


Farma Tbk. Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) melakukan
pemeriksaan atau penyidikan baik atas manajemen lama direksi PT Kimia Farma
Tbk. Ataupunterhadap akuntan publik Hans Tuanakotta dan Mustofa (HTM). Dan
akuntan publik(Hans Tuanakotta dan Mustofa) harus bertanggung jawab, karena
akuntan publik ini juga yang mengaudit Kimia Farma tahun buku 31 Desember
2001 dan dengan yanginterim 30 Juni tahun 2002. Keterkaitan Akuntan Terhadap
Skandal PT Kimia FarmaTbk. Mengidentifikasi dan menilai risiko etika. Dampak
Terhadap Profesi Akuntan Menurut Darmawati, Khomsiyah dan Rika
(2004), Corporate governanace merupakan salah satu elemen kunci dalam
meningkatkan efesiensi ekonomis, yang meliputi serangkaian hubungan antara
manajemen perusahaan, dewan komisaris, para pemegang saham dan stakeholders
lainnya. Corporate Governance juga memberikan suatu struktur yang memfasilitasi
penentuan sasaran-sasaran dari suatu perusahaan, dan sebagai sarana untuk
menentukan teknik monitoring kinerja.

Aktivitas manipulasi pencatatan laporan keungan yang dilakukan


manajementidak terlepas dari bantuan akuntan. Akuntan yang melakukan hal
tersebut memberikan informasi yang menyebabkan pemakai laporan keuangan
tidak menerima informasi yang fair. Akuntan sudah melanggar etika profesinya.

2.2 Kronologi Kasus Manipulasi Laporan Keuangan PT.Kimia Farma Tbk

Awalnya audit pada tanggal 31 Desember 2001, manajemen Kimia Farma


melaporkan adanya laba bersih sebesar Rp 132 milyar, dan laporan tersebut di audit
oleh Hans Tuanakotta dan Mustofa (HTM). Akan tetapi, Kementerian BUMN dan
Bapepam menilai bahwa laba bersih tersebut terlalu besar dan mengandung unsur
rekayasa.

Setelah dilakukan audit ulang, pada 3 Oktober 2002 laporan keuangan


Kimia Farma 2001 disajikan kembali (restated), karena telah ditemukan kesalahan
yang cukup mendasar. Pada laporan keuangan yang baru, keuntungan yang
disajikan hanya sebesar Rp 99,56 miliar, atau lebih rendah sebesar Rp 32,6 milyar,
atau 24,7% dari laba awal yang dilaporkan. Kesalahan itu timbul pada unit Industri
Bahan Baku yaitu kesalahan berupa overstated penjualan sebesar Rp 2,7 miliar,
pada unit Logistik Sentral berupa overstated persediaan barang sebesar Rp 23,9
miliar, pada unit Pedagang Besar Farmasi berupa overstated persediaan sebesar Rp
8,1 miliar dan overstated penjualan sebesar Rp 10,7 miliar.

Kesalahan penyajian yang berkaitan dengan persediaan timbul karena nilai


yang ada dalam daftar harga persediaan digelembungkan. PT Kimia Farma, melalui
direktur produksinya, menerbitkan dua buah daftar harga persediaan (master prices)
pada tanggal 1 dan 3 Februari 2002.

Daftar harga per 3 Februari ini telah digelembungkan nilainya dan dijadikan
dasar penilaian persediaan pada unit distribusi Kimia Farma per 31 Desember 2001.
Sedangkan kesalahan penyajian berkaitan dengan penjualan adalah dengan
dilakukannya pencatatan ganda atas penjualan. Pencatatan ganda tersebut dilakukan
pada unit-unit yang tidak disampling oleh akuntan, sehingga tidak berhasil
dideteksi. Berdasarkan penyelidikan Bapepam, disebutkan bahwa KAP yang
mengaudit laporan keuangan PT Kimia Farma telah mengikuti standar audit yang
berlaku, namun gagal mendeteksi kecurangan tersebut.

Pihak Bapepam selaku pengawas pasar modal mengungkapkan


tentang kasus PT.Kimia Farma. Dalamrangka restrukturisasi PT.Kimia Farma
Tbk, Ludovicus Sensi W selaku partner dari KAP Hans Tuanakotta dan Mustofa
yang diberikan tugas untuk mengaudit laporan keuangan PT.Kimia Farma untuk
masa lima bulan yang berakhir 31 Mei 2002, tidak menemukan dan melaporkan
adanya kesalahan dalam penilaian persediaan barang dan jasa dan kesalahan
pencatatan penjualan untuk tahun yang berakhir per 31 Desember 2001.
Selanjutnya diikuti dengan pemberitaan dalam harian Kontan yang menyatakan
bahwa kementrian BUMN memutuskan penghentian proses divestasi saham milik
pemerintah di PT.Kimia Farma setelah melihat adanya indikasi penggelembungan
keuntungan dalam laporan keuangan pada semester I tahun 2002.

2.3 Analisis Kasus dari Sisi Etika Profesi

Menurut pendapat saya, kasus manipulasi laporan keuangan pada PT.Kimia


Farma Tbk. disebabkan karena adanya kesalahan-kesalahan pencatatannya maupun
perhitungannya, namun ada juga pihak yang melakukan kecurangan dan
kecurangan tersebut yang pada awalnya tidak berhasil terdeteksi, namun pada
akhirnya dapat terdeterksi.

Kecurangan yang terjadi pada kasus manipulasi laporan keuangan PT.Kimia


Farma Tbk. ini pasti tidak terlepas dari bantuan akuntan yang mengerti, yang
memahami, yang mengelola laporan keuangan.
Karena akuntan adalah orang yang ahli dalam mengatur dan mengelola
laporan keuangan, dengan keahliannya justru disalah gunakan untuk dilakukannya
manipulasi pada laporan keuangan tersebut.

Hal seperti manipulasi laporan keuangan ini harusnya tidak terjadi apabila
akuntan yang melakukan penyajian laporan keuangan ini mempunyai pemahaman,
pengetahuan dan menerapkan etika profesi yang dijalaninya sebagai seorang
akuntan yang bekerja secara profesional. Namun dikembalikan kepada masing-
masing individu tersebut, dia melakukan pekerjaannya secara profesional atau
tidak, bersikap jujur atau tidak.

Dengan dilakukannya manipulasi pada laporan keuangan tersebut maka


akuntan tersebut jelas-jelas melanggar etika profesi. Akuntan tersebut tidak
memiliki rasa tanggung jawab lagi akan profesinya sebagai akuntan yang
seharusnya melakukan penyajian laporan keuangan secara benar dan akurat,
melainkan menyajikan laporan keuangannya dengan adanya rekayasa keuangan.

Dari sisi karakter akuntan yang mendasari timbulnya pengakuan


profesional, dengan adanya kasus ini berari akuntan tersebut tidak diakui lagi
keprofesionalitasnya karena sudah tidak dipercaya lagi baik oleh organisasi
perusahaan tersebut, perusahaan lain, pemerintah, dan masyarakat.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada manipulasi laporan


keuangan adanya kecurangan yang dilakukan oleh akuntan. Akuntan tersebut sudah
melanggar etika profesi, karena yang harusnya bekerja secara profesional justru dia
bekerja untuk kepentingan pribadi maupun pengaruh dari pihak lain sehingga dia
bekerja secara tidak profesional.

Akuntan tersebut juga bekerja secara tidak jujur karena sengaja melakukan
kecurang sehingga dia memanipulasi laporan keuang tersebut agar kecurangannya
tidak terdeteksi. Karena akuntan tidak berkerja secara jujur maka akuntan tersebut
tidak bisa dipercaya lagi karena bisa saja dia melakukan manipulasi pada laporan
keuangan pada periode selanjutnya.

Dalam kasus ini juga akuntan tidak melakukan kehati-hatian profesional.


Dimana akuntan yang seharusnya melakukan jasa profesionalnya dengan hati-hati
dan tekun, namun akuntan tersebut tidak melakukan kehati-hatian profesional
tersebut dengan kata lain dengan sengaja melakukan kecurangan.

2.3.1 langkah-langkah yang diambil agar kasus tidak terulang

1. Dalam kasus ini, adanya kesalahan penyajian tersebut dilakukan


oleh direksi periode 1998-2002, berarti adanya kelalaian dalam pemeriksaan
laporan keuangan tersebut. Proses laporan keuangan selalu di kontrol,
dilakukan pemeriksaan, dan evaluasi disetiap bulannya. Karena jika
dilakukan pemeriksaan hanya setiap periodenya atau pertahunnya menjadi
tidak terkontrol, dan sulit untuk mendeteksi kecurangan yang dilakukan.

2. Tidak hanya proses laporan keuangannya saja, namun pihak-


pihak yang terlibatnya pun selalu dikontrol setiap proses laporan keuangan
tersebut, diperiksa kemanakah uang tersebut dialirkan baik uang yang
keluar maupun uang yang masuk diperiksa secara detail dan rinci agar tidak
adanya celah untuk melakukan kecurangan manipulasi dalam laporan
keuangan tersebut.

3. Dibuatnya struktur organisasi yang jelas, agar tugas-tugas yang


dilakukan setiap anggota organisasi lebih terarah dengan baik, sehingga
tidak ada satu sama lain yang mencampuri tugas pokok antar anggota,
dengan demikian tidak ada campur tangan pihak lain yang terlibat maupun
mempengaruhi sehingga proses dalam perusahaan dapat berjalan secara
efektif dan efisien.

4. Mengawasi setiap kinerja karyawan baik akuntan, auditor, dan


organisasi perusahaan lainnya. Dengan adanya sturktur organisasi yang
jelas, tidak berjalan dengan baik juga jika tidak dilakukannya pengawasan.
Pengawasan yang dilakukan agar setiap anggota organisasi perusahaan
dapat melakukan tugasnya secara baik, dan takut untuk melakukan
kecurangan karena selalu diawasi.

5. Adanya hukuman dan sanksi yang tegas baik para organisasi


perusahaan yang melakukan pelanggaran, dan kecurangan yang merugikan
berbagai pihak diperusahaan.
6. Pemerintah memperbaiki kinerja perusahaan, selalu melakukan
pengawasan/monitoring, pemeriksaan, dan evaluasi setiap anggota
organisasi perusahaan agar tidak ada celah untuk melakukan kecurangan
lagi.

7. Pemerintah membuat aturan yang mengatur profesi akuntan


dengan maksud mencegah adanya praktik yang akan melanggar etika
profesi. Diharapkan aturan tersebut juga dapat dijalankan secara tegas, dan
pihak yang melanggar etika dihukum dan diberi sanksi yang adil.

BAB III

PENUTUP
3.1 Simpulan

Kimia Farma adalah perusahaan industri farmasi pertama di Indonesia yang


didirikan oleh Pemerintah Hindia Belanda tahun 1817. Pada tanggal 4 Juli 2001,
PT Kimia Farma (Persero) kembali mengubah statusnya menjadi perusahaan
publik, PT Kimia Farma (Persero) Tbk.

Dengan pengalaman selama puluhan tahun Kimia Farma Perseroan telah


berkembang menjadi perusahaan dengan pelayanan kesehatan terintegrasi dan
terpercaya di Indonesia. Kimia Farma Perseroan kian diperhitungkan kiprahnya
dalam pengembangan dan pembangunan bangsa, khususnya pembangunan
kesehatan masyarakat Indonesia.

Pada audit tanggal 31 Desember 2001, manajemen Kimia Farma


melaporkan adanya laba bersih sebesar Rp 132 milyar, dan laporan tersebut di audit
oleh Hans Tuanakotta & Mustofa (HTM). Akan tetapi, Kementerian BUMN dan
Bapepam menilai bahwa laba bersih tersebut terlalu besar dan mengandung unsur
rekayasa.

Dari sisi etika profesi kecurangan yang terjadi pada kasus manipulasi
laporan keuangan PT.Kimia Farma Tbk. ini pasti tidak terlepas dari bantuan
akuntan yang mengerti, yang memahami, yang mengelola laporan keuangan.

Pada manipulasi laporan keuangan adanya kecurangan yang dilakukan oleh


akuntan. Akuntan tersebut sudah melanggar etika profesi, karena yang harusnya
bekerja secara profesional justru dia bekerja untuk kepentingan pribadi maupun
pengaruh dari pihak lain sehingga dia bekerja secara tidak profesional. Akuntan
tersebut juga tidak memiliki rasa tanggung jawab akan profesinya sebagai akuntan
dan bekerja secara tidak jujur karena sengaja melakukan kecurang sehingga dia
memanipulasi laporan keuang tersebut agar kecurangannya tidak terdeteksi.

3.2 Saran

Sebaiknya proses laporan keuangan selalu di kontrol, dilakukan


pemeriksaan, dan evaluasi disetiap bulannya. Karena jika dilakukan pemeriksaan
hanya setiap periodenya atau pertahunnya menjadi tidak terkontrol, dan sulit untuk
mendeteksi kecurangan yang dilakukan.

Pemerintah memperbaiki kinerja perusahaan, selalu melakukan


pengawasan/monitoring, pemeriksaan, dan evaluasi setiap anggota organisasi
perusahaan agar tidak ada celah untuk melakukan kecurangan lagi.

Pemerintah membuat aturan yang mengatur profesi akuntan dengan maksud


mencegah adanya praktik yang akan melanggar etika profesi. Diharapkan aturan
tersebut juga dapat dijalankan secara tegas, dan pihak yang melanggar etika
dihukum dan diberi sanksi yang adil

Adapun profesi yang ditekuni, harus berdasarkan etika yang berlaku. Etika
profesi itu sendiri memiliki tujuan seperti standar etika menjelaskan dan
menetapkan tanggung jawab kepada lembaga dan masyarakat umum,
membantu para profesional dalam menetukan apa yang harus mereka perbuat
dalam menghadapi dilema pekerjaan mereka, standar etika bertujuan untuk
menjaga reputasi atau nama profesional, untuk menjaga kelakuan dan integritas
para tenaga profesi.

DAFTAR PUSTAKA
https://davidparsaoran.wordpress.com/2009/11/04/skandal-manipulasi-laporan-
keuangan-pt-kimia-farma-tbk/

http://www.kompasiana.com/www.bobotoh_pas20.com/kasus-kimia-farma-etika-
bisnis_5535b4d46ea8349b26da42eb

http://nukepermatasari.blogspot.co.id/2015/01/kasus-manipulasi-laporan-
keuangan-pt.html

http://yusrinadirayati.blogspot.co.id/2015/10/kasus-skandal-manipulasi-
laporan.html

MAKALAH AUDITING
KASUS MANIPULASI LAPORAN KEUANGAN PT KIMIA
FARMA TBK
DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 8

1. LIN SURUROH B.231.16.0330


2. YUNU KURNELIA B.211.16.0254
3. YEMIMA ADHELINA B.211.16.0076
4. NABILA HIDAYAH H B.211.16.0079
5. NABILA RIZKYKA H B.211.16.0080
6. DITA APRILIA B.211.16.0176
7. ANTA N. AQWAN B.211.16.0262

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEMARANG
2018

Anda mungkin juga menyukai