Dalam penyusunan APBN dan APBD harus didasarkan pada tiga asas yang harus
dilakukan, yaitu sebagai berikut :
(1) Belanja rutin Belanja rutin adalah pengeluaran yang secara rutin
dibelanjakan oleh pemerintah daerah. Misalnya, untuk belanja gaji, barang,
pemeliharaan, dan perjalanan dinas.
(2) Belanja pembangunan
e. Penyusunan APBN dan APBD
Keputusan mengenai penyusunan dan penetapan APBN/APBD dalam Undang
Undang meliputi penegasan tujuan dan fungsi penganggaran pemerintah, penegasan
peran DPR/DPRD dan pemerintah dalam proses penyusunan dan penetapan ang garan
pengintegrasian sistem akuntabilitas, penyatuan anggaran, dan penggunaan kerangka
pengeluaran jangka menengah dalam penyusunan anggaran.
Mekanisme pembahasan APBN diawali dengan penyampaian pokok-pokok
kebijakan fiskal dan kerangka ekonomi makro oleh pemerintah kepada DPR dalam
tenggang waktu selambat-lambatnya pertengahan bulan Mei tahun berjalan. Selanjut
nya, pemerintah dan DPR membahas kerangka ekonomi makro dan pokok-pokok
kebijakan fiskal tersebut dalam pembicaraan pendahuluan. Berdasarkan kerangka
ekonomi makro dan pokok-pokok kebijakan fiskal, pemerintah bersama DPR
membahas kebijakan umum dan prioritas anggota untuk dijadikan acuan penyusunan
usulan anggaran
Dalam rangka penyusunan rancangan APBN, menteri/pimpinan lembaga selaku
pengguna anggaran/pengguna barang menyusun rencana kerja dan anggaran kemen
terian negara (lembaga). Rencana kerja dan anggaran disusun berdasarkan prestasi
kerja yang akan dicapai disertai dengan perkiraan belanja untuk tahun berikutnya
setelah tahun anggaran yang sedang disusun. Rencana kerja dan anggaran tersebut lalu
disampaikan kepada DPR untuk dibahas dalam pembicaraan pendahuluan Rancangan
Undang-Undang (RUU) tentang APBN
Selanjutnya, pemerintah mengajukan RUU tentang APBN, disertai uangan dan
dokumen-dokumen pendukungnya kepada DPR pada bulan Agustus. Pembahasan
RUU tentang APBN dilakukan sesuai dengan Undang-Undang yang dan pe mengatur
susunan dan kedudukan DPR. Dalam pembahasan tersebut, DPR dapat mengajukan
usul yang mengakibatkan perubahan jumlah penerimaan dan pengeluaran dalam RUU
tentang APBN.
Pengambilan keputusan oleh DPR mengenai RUU tentang APBN dilakukan
selambat-lambatnya dua bulan sebelum tahun anggaran yang bersangkutan
dilakanakan. APBN yang disetujui oleh DPR teperinci sampai dengan unit organisasi,
fungsi, program, kegiatan, dan jenis belanja. Apabila DPR tidak menyetujui RUU
tersebut, pemerintah dapat melakukan pengeluaran setinggi-tingginya sebesar angka
APBN tahun anggaran sebelumnya.
Jadi, tahapan dalam proses perencanaan dan penyusunan APBN dapat dijelaskan
sebagai berikut.
1) Tahap Pendahuluan
Tahap ini diawali dengan persiapan rancangan APBN oleh pemerintah yang
meliputi penentuan asumsi dasar APBN, perkiraan penerimaan dan pengeluaran.
skala prioritas, dan penyusunan budget exercise. Pada tahap ini juga diadakan
rapat antarkomisi dengan mitra kerjanya (departemen/lembaga teknis). Tahap ini
diakhiri dengan proses finalisasi penyusunan RAPBN oleh pemerintah
2) Tahap Pengajuan, Pembahasan, dan Penetapan APBN
Tahapan dimulai dengan pidato presiden sebagai pengantar RUU APBN dan
Nota Keuangan. Selanjutnya, dilakukan pembahasan, baik antara menteri
keuangan dan Panitia Anggaran DPR, maupun antara komisi-komisi dengan
departemen/ lembaga terkait.
Hasil dari pembahasan ini adalah UU APBN yang di dalamnya memuat satuan
anggaran (dahulu satuan 3, sekarang analog dengan anggaran satuan kerja di
departemen dan lembaga) sebagai bagian tidak terpisahkan dari Undang-Undang
(UU) tersebut.
Satuan anggaran adalah dokumen anggaran yang menetapkan alokasi dana per
departemen/lembaga, sektor, subsektor, program, dan proyek/kegiatan. Untuk
membiayai tugas umum pemerintah dan pembangunan, departemen/lembaga
mengajukan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/Lembaga (RKAKL)
kepada Departemen Keuangan (Depkeu) dan Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional (Bappenas) untuk dibahas menjadi Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran
(DIPA) dan diversifikasi sebelum proses pembayaran. Proses ini harus diselesai
kan dari Oktober hingga Desember.
Dalam pelaksanaan APBN, dibuat petunjuk berupa Keputusan Presiden
(Kepres) sebagai Pedoman Pelaksanaan APBN. Dalam melaksanakan
pembayaran, kepala kantor/pemimpin proyek di masing-masing kementerian dan
lem baga mengajukan Surat Permintaan Pembayaran kepada Kantor Wilayah
Perbendaharaan Negara (KWPN).
3) Tahap Pengawasan APBN
Fungsi pengawasan terhadap pelaksanaan APBN dilakukan oleh pengawas
fungsional, baik eksternal maupun internal pemerintah. Sebelum tahun anggaran
berakhir (sekitar bulan November), pemerintah, dalam hal ini, Menkeu membuat
laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN dan melaporkannya dalam
bentuk Rancangan Undang-Undang Perhitungan Anggaran Negara (RUU PAN).
Laporan tersebut dilaporkan paling lambat lima belas bulan setelah berakhirnya
pelaksanaan APBN tahun anggaran yang bersangkutan.
Laporan ini disusun atas dasar realisasi yang telah diaudit oleh Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK). Apabila hasil pemeriksaan perhitungan dan
pertanggung jawaban pelaksanaan yang dituangkan dalam RUU PAN disetujui
oleh BPK. RUU PAN tersebut diajukan ke DPR guna mendapat pengesahan oleh
DPR menjadi Undang-Undang Perhitungan Anggaran Negara (UU PAN) tahun
ang garan berkenaan.
3. Penggunaan Anggaran dalam Perusahaan
a. Bagian Utang
Berikut prosedur yang terdapat di bagian utang.
1) Bagian utang dalam perusahaan melakukan penerimaan dokumen-dokumen
pendukung seperti surat order pembelian, laporan penerimaan barang, faktur
pembelian, surat permintaan pengisian kas kecil, daftar gaji, dan sebagainya.
2) Membuat dokumen yang dengan bukti pengeluaran kas dalam perusahaan.
Dokumen dalam perusahaan berfungsi sebagai buku pembantu utang. Adapun
pada lembar kedua disampaikan kepada unit buku pembantu untuk dilakukan
pencatatan dalam buku pembantu yang terkait.
3) Melakukan pencatatan bukti pengeluaran kas dalam daftar bukti pengeluaran kas.
4) Perusahaan mengeluarkan bukti transaksi pengeluaran kas lembar pertama dan
lembar ketiga yang telah jatuh tempo pembayarannya dan dokumen pendukung
dari map pengeluaran kas.
5) Menerima kembali bukti pengeluaran kas pada lembar pertama.
6) Melakukan pecatatan nomor cek dan tanggal pembayaran yang tercantum dalam
anggaran.
7) Menyusun pembuatan laporan penyerahan bukti pengeluaran kas dalam per
usahaan.
b. Bagian Kas
Berikut prosedur yang harus dilakukan pada bagian kas dalam perusahaan.
1) Bagian kas dalam perusahaan menerima bukti pengeluaran kas pada lembar
pertama yang kemudian dilaksanakan pencatatan pada lembar kedua.
2) Menyiapkan cek dengan jumlah uang yang terbatas dan tertulis dalam bukti
pengeluaran kas kemudian ditandatangai sebagai bagian dari pembayaran.
3) Melakukan penyerahan bukti pengeluaran kas pada lembar pertama dan ketiga
dengan rincian sebagai berikut.
a) Pada lembar pertama, setelah dilakukan cap lunas, diserahkan kepada bagian
utang dalam perusahaan.
b) Adapun pada lembar ketiga, diserahkan kepada pihak kreditor yang ber
sangkutan bersama dengan yang telah dilakukan penandatanganan sebagai
bagian dari proses pembayaran.
c. Bagian Jurnal dan Laporan
Berikut ini merupakan prosedur yang terdapat dalam bagian jurnal dan laporan
keuangan.
1) Menerima bukti pengeluaran kas pada lembar pertama dengan dokumen pen
dukungnya.
2) Melakukan pencatatan pengeluaran kas dalam bentuk register cek yang fungsinya
sebagai buku jurnal pengeluaran kas.
3) Melakukan kegiatan pengarsipan bukti pengeluaran kas bersama dengan doku men
pendukung berdasarkan urutan nomor bukti pengeluaran kas dalam bentuk map
khusus. Adapun map tersebut merupakan arsip yang sudah dibayarkan.
Referensi :
Mekari. (n.d.). jurnal.id. (M. Jurnal, Producer, & Mekari) Retrieved Juli 2022, from Jurnal
Enterpreneur: https://www.jurnal.id/id/blog/administrasi-keuangan/
Purwani, T. (2019). Otomatisasi Tata Kelola Keuangan Kompetensi Keahlian Otomatisasi dan
Tata Kelola Perkantoran. (T. Rianto, Ed.) Jakarta: PT Bumi Aksara. Retrieved Juli 2022
Widayati, W. (2017). Otomatisasi Tata Kelola Keuangan 2. (R. W. Sari, Ed.) Surakarta: Putra
Nugraha. Retrieved Juli 2022