Anda di halaman 1dari 46

MAKALAH PENGANTAR BISNIS KELOMPOK 13

STRATEGY, CORPORATE RESPONSIBILITY, AND ETHICS

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengantar Bisnis

Disusun Oleh:

Fanesa Meliana Yulianti 11220810000035

Halimatus Sa’diah 11220810000042

Alfiyyah Nur Fatiha 11220810000104

Khoerudin 11220810000109

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF HIDAYATULLAH


JAKARTA
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
makalah mata kuliah pengantar bisnis yang berjudul “Strategy, Corporate
Responsibility, and Ethics” tepat pada waktunya.

Kami juga menyampaikan terima kasih kepada Bapak Dr. H. Moch. Jasin
selaku dosen mata kuliah Pengantar Bisnis, yang telah memberikan tugas kepada
kami sehingga kami dapat belajar lebih banyak tentang materi ini. Tentunya
penyusunan makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan terdapat beberapa
kekurangan didalamnya baik dalam penyusunannya ataupun penggunaan tata
bahasanya. Untuk itu apabila ada kritik dan saran yang ingin disampaikan, kami
dengan senang hati menerimanya. Semoga makalah ini bisa bermanfaat untuk
pembaca sekalian dan dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Jakarta, 13 Desember 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................i

DAFTAR ISI......................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN..................................................................1

1.1 Latar Belakang..........................................................................1


1.2 Rumusan Masalah.....................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan.......................................................................2
1.4 Manfaat Penulisan.....................................................................2

BAB 2 PEMBAHASAN.....................................................................3

2.1 The Importance of Strategy..........................................................3


2.1.1 What Is Strategy................................................................3
2.1.2 Strategy and Structure.......................................................3
2.1.3 Strategy and People..........................................................4
2.1.4 Strategy and Culture.........................................................4
2.2 Organisational Goals.....................................................................5
2.3 Objectives and Policy...................................................................6
2.3.1 Corporate Guidelines........................................................7
2.4 Organisational Ideologies and Principles.....................................8
2.4.1 An Organisation’s “Signature” Ideology.........................10
2.5 Vision and Mission Statements....................................................10
2.5.1 Value of Mission Statements...........................................11
2.6 The Profit Objectives – Not a Sufficient Criterion......................12
2.6.1 Fallacy of The Single Objective......................................13
2.7 Organisational Values and Behaviour.........................................14
2.7.1 Ethical Leadership...........................................................15
2.8 Corporate Social Responsibilities................................................16
2.8.1 Growing Attention to Social Responsibilities.................17
2.9 Organisational Stakeholders........................................................18
2.9.1 A Blurred Distinction.......................................................18

ii
2.10 The UN Global Compact.........................................................18
2.11 Values and Ethics....................................................................19
2.11.1 Moral Compass................................................................19
2.11.2 Ethics and Business.........................................................19
2.12 Ethics and CSR........................................................................20
2.12.1 Differing Assumptions About a Business........................20
2.12.2 “Goodness” Of Proposed Action.....................................21
2.12.3 Intelligent Self-interest....................................................21
2.12.4 Offshoring Example.........................................................22
2.13 Ethics and Corporate Purpose..................................................22
2.13.1 Reliance On Regulators...................................................23
2.13.2 Moral Reflection in Ethical Decision-making.................24
2.14 Business Ethics........................................................................25
2.14.1 No Single of Right or Wrong...........................................25
2.14.2 Informing Our Views.......................................................26
2.14.3 Ethical Decision-making at Work....................................26
2.15 Codes of Business Conduct (or Ethics)...................................27
2.16 An Integrated Approach..........................................................28
2.16.1 A Culture of Ethics, Integrity, and Compliance..............28
2.16.2 Related Legislation..........................................................29

CASE STUDY...................................................................................31

BAB 3 PENUTUP.............................................................................38

3.1 Kesimpulan.............................................................................38
3.2 Saran.......................................................................................39

DAFTAR PUSTAKA........................................................................40

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Arah keseluruhan organisasi ditentukan oleh sifat strategi perusahaannya.
Strategi menghubungkan struktur, proses manajemen dan penerapan perilaku
organisasi. Strategi yang dipilih sebuah perusahaan adalah bagian dari
lingkungan yang mempengaruhi desain sistem pengendalian manajemen.
Tiap organisasi memiliki strategi yang berbeda-beda, dan pengendalian harus
disesuaikan dengan syarat stratetgi spesifik. Strategi yang berbeda
memerlukan prioritas tugas berbeda, faktor penentu keberhasilan berbeda dan
keterampilan, prespektif, dan perilaku yang berbeda pula. Organisasi
memainkan peran utama dan semakin penting dalam kehidupan kita semua
dan memiliki tanggung jawab kepada banyak pemangku kepentingan.
kekuatan dan pengaruh organisasi bisnis harus diredam oleh keputusan yang
berkaitan dengan kewajiban sosial dan tanggung jawab serta etikanya yang
lebih luas. Sebuah perusahaan bisnis yang baik harus memiliki etika dan
tanggung jawab sosial yang baik.
Akhir-akhir ini makin banyak dibicarakan tentang perilaku bisnis terutama
dalam mekanisme bebas pasar. Dalam mekanisme pasar bebas penjual
diberikan kebebasan luas kepada seluruh pelaku bisnis untuk melakukan
kegiatan dan mengembangkan diri dalam pembangunan ekonomi. Hal ini
terjadi akibat penjual yang cenderung mencari keuntungan semata, sehingga
terjadi penyimpangan norma-norma etis. Bahkan, pelanggaran etika bisnis
dan persaingan tidak sehat dalam upaya penguasaan pasar terasa semakin
memberatkan para pengusaha menengah kebawah yang kurang memiliki
kemampuan bersaing Oleh karena itu, perlu adanya sanksi yang tegas
mengenai larangan praktik monopoli dan usaha yang tidak sehat agar dapat
mengurangi terjadinya pelanggaran etika bisnis dalam dunia usaha.

1
Strategi yang dipilih
sebuah perusahaan adalah
bagian dari
lingkungan yang
mempengaruhi desain
sistem pengendalian
manajemen. Tiap
organisasi
memiliki strategi yang
berbeda-beda, dan
pengendalian harus
disesuaikan dengan
syarat
stratetgi spesifik.

2
Strategi yang berbeda
memerlukan prioritas
tugas berbeda, faktor
penentu
keberhasilan berbeda dan
keterampilan, prespektif,
dan perilaku yang berbeda
pula. Strategi yang dipilih sebuah perusahaan adalah bagian dari lingkungan
yang mempengaruhi desain sistem pengendalian manajemen. Tiap organisasi memiliki
strategi yang berbeda-beda, dan pengendalian harus disesuaikan dengan syarat stratetgi
spesifik. Strategi yang berbeda memerlukan prioritas tugas berbeda, faktor penentu
keberhasilan berbeda dan keterampilan, prespektif, dan perilaku yang berbeda pula.
Organisasi memainkan peran utama dan semakin penting dalam kehidupan kita semua
dan memiliki tanggung jawab kepada banyak pemangku kepentingan. kekuatan dan
pengaruh organisasi bisnis harus diredam oleh keputusan yang berkaitan dengan
kewajiban sosial dan tanggung jawab etisnya yang lebih luas.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang sebelumnya sudah dijelaskan di atas,
dapat dibuat rumusan masalah antara lain:
1. Apa yang dimaksud sifat dan pentingnya strategi organisasi?
2. Bagaimana cara menilai signifikansi dari tujuan, sasaran dan kebijakan
organisasi?
3. Apa pentingnya ideologi, prinsip dan nilai organisasi?
4. Bagaimana konsep dan ruang lingkup tanggung jawab sosial perusahaan?
5. Bagaimana pendekatan detail untuk pertimbangan nilai-nilai dan etika
organisasi?

3
6. Apa pentingnya etika dan tujuan perusahaan dan etika bisnis?
7. Bagaimana sifat dan dampak kode etik atau etika?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Mampu menjelaskan sifat dan pentingnya strategi organisasi
2. Mampu menilai signifikansi tujuan, sasaran dan kebijakan organisasi
3. Mampu memperdebatkan pentingnya ideologi, prinsip dan nilai organisasi
mampu meninjau konsep dan ruang lingkup tanggung jawab sosial
perusahaan
4. Mampu memahami pendekatan detail untuk pertimbangan nilai-nilai dan
etika organisasi
5. Mampu mengevaluasi pentingnya etika dan tujuan perusahaan dan etika
bisnis
6. Mampu meninjau sifat dan dampak kode etik atau etika.

1.4 Manfaat Penulisan


Adapun manfaat dari makalah ini adalah memberikan berbagai macam
wawasan kepada para pembaca dan penulis mengenai “Strategy, Corporate
Responsibility, and Ethics” yang akan bermanfaat bagi masa sekarang
ataupun masa yang akan datang. Selain itu juga, dapat memberikan informasi
mengenai strategi apa dan etika apa yang akan dipakai dalam suatu
perusahaan.
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 The Importantce of Strategy
Mendasari manajemen orang yang efektif adalah persyaratan untuk
pemahaman yang jelas tentang sifat bisnis yang dijalankan organisasi dan cara
terbaik untuk memberikan kepuasan pelanggan atau konsumen. Kami melihat
sebelumnya, konteks pengaturan organisasi adalah pusat penerapan perilaku
organisasi dan proses manajemen. Ini adalah interaksi orang-orang untuk
mencapai tujuan yang membentuk dasar dari organisasi tertentu. Fitur integral

4
dari studi perilaku organisasi adalah pemahaman tentang sifat strategi
perusahaan untuk organisasi formal secara keseluruhan.

2.1.1 What is Strategy?


Definisi strategi Johnson dkk.melihat strategi dalam istilah
sederhana tentang isu-isu kunci untuk masa depan organisasi dan arah
jangka panjang organisasi. Beberapa penulis membedakan istilah yang
berbeda dan berbagai tingkat 'strategi', tetapi strategi perusahaan Dilihat di
sini sebagai istilah umum yang berkaitan dengan tujuan yang mendasari
organisasi dan merangkul hubungan antara struktur, proses manajemen
dan penerapan perilaku organisasi. Bagi beberapa penulis, sepertin
andrews,'manajemen strategis muncul sebagai istilah yang lebih populer
daripada strategi perusahaan. Manajemen strategis adalah pola tujuan
utama, maksud atau tujuan dan kebijakan penting atau rencana untuk
mencapai tujuan tersebut, dinyatakan sedemikian rupa untuk menentukan
apa bisnis perusahaan atau akan berada di dan jenis perusahaan itu atau
akan menjadi seperti apa.

2.1.2 Strategy and Structure


Jelas ada hubungan yang erat antara strategi dan struktur
organisasin (dibahas dalam Bab 11). Melalui struktur organisasi itulah
tujuan dan sasarannya tercapai. Lynch menunjukkan bahwa sifat dari
hubungan ini, dan apakah struktur mengikuti strategi atau strategi
mengikuti struktur, tidak jelas. Perdebatan besar telah berlangsung selama
30 tahun terakhir mengenai hubungan antara strategi dan struktur
organisasi. Di masa lalu, dianggap bahwa strategi diputuskan terlebih
dahulu baru kemudian diikuti struktur organisasi Penelitian terbaru telah
mempertanyakan pendekatan ini dan mengambil pandangan bahwa strategi
dan struktur saling terkait Meskipun tidak mungkin untuk menentukan
mana yang lebih dulu, ada kebutuhan untuk memastikan bahwa strategi
dan struktur konsisten satu sama lain.

5
2.1.3 Strategy and People
Allen dan Helms menunjukkan bahwa berbagai jenis praktik
penghargaan mungkin lebih dekat melengkapi strategi generik yang
berbeda dan secara signifikan terkait dengan tingkat kinerja organisasi
yang dirasakan lebih tinggi. BerdasarkanBuritan,tampaknya dapat diterima
lagi untuk mengakui faktor manusia dalam bisnis: 'Kebaikan kembali
populer, setidaknya untuk beberapa waktu. Orang-orang berbicara tentang
strategi tidak hanya dalam hal visioner tetapi juga dalam hal emosional.
'Gratton menarik perhatian orang-orang di pusat kesuksesan bisnis dan
pentingnya strategi yang berpusat pada orang. Menciptakan strategi yang
berpusat pada orang adalah salah satu cara organisasi menyeimbangkan
kebutuhan jangka pendek dengan kebutuhan jangka panjang, serta
menyeimbangkan modal keuangan dengan potensi manusia. Strategi orang
yang kreatif dan menarik, pada intinya, memiliki pemahaman tentang
bagaimana visi dan tujuan bisnis dapat disampaikan melalui orang, dan
tindakan khusus yang perlu diambil dalam jangka pendek dan panjang
untuk menjembatani dari kenyataan ke aspirasi.

2.1.4 Strategy and Culture


Schneider dan Barsouxmendiskusikan hubungan erat antara budaya
dan strategi dan menjawab pertanyaan seperti: bagaimana budaya nasional
mempengaruhi strategi; bagaimana pendekatan strategi yang berbeda
mencerminkan asumsi budaya dasar yang berbeda; bagaimana manajer
dari budaya yang berbeda menanggapi lingkungan bisnis yang serupa; dan
dengan cara apa budaya memengaruhi konten dan proses pengambilan
keputusan? Di antara contoh-contoh yang dikutip oleh Schneider dan
Barsoux adalah perusahaan Jepang yang menentang pandangan Barat
tentang manajemen strategis dan mengadopsi gagasan strategi yang lebih
luas; manajer dari negara-negara Nordik dan Anglo yang cenderung
melihat lingkungan tidak pasti; dan manajer dari negara-negara di Eropa

6
Latin atau Asia yang cenderung merasakan ketidakpastian yang lebih besar
ketika dihadapkan pada lingkungan dan persepsi yang serupa.

2.2 Organisational Goals


Kegiatan organisasi diarahkan untuk mencapai tujuannya. Tujuan
adalah harapan masa depan, keadaan masa depan yang diinginkan, sesuatu
yang ingin dicapai oleh organisasi. Oleh karena itu tujuan merupakan fitur
penting dari organisasi kerja. Tujuan organisasilebih spesifik daripada fungsi
organisasi. Sasaran akan menentukan sifat input dan outputnya, serangkaian
kegiatan yang melaluinya output tersebut dicapai dan interaksi dengan
lingkungan eksternalnya. Sejauh mana suatu organisasi berhasil mencapai
tujuannya merupakan dasar untuk evaluasi kinerja dan efektivitas organisasi.
Agar efektif, tujuan harus ditekankan, dinyatakan dengan jelas dan
dikomunikasikan kepada semua anggota organisasi. Pada tingkat individu,
pencapaian tujuan adalah pengaruh yang mendwasari motivasi. Pergerakan
menuju pendelegasian dan pemberdayaan yang lebih besar melalui hirarki
berarti bahwa staf di semua tingkatan harus sadar akan tugas dan tindakan
utama mereka, dan persis apa yang diharapkan dari mereka dan
departemen/bagian mereka. Misalnya, teori penetapan tujuan (dibahas dalam
Bab 7) diakui secara luas sebagai sarana yang berhasil untuk meningkatkan
motivasi kerja dan kinerja.
Berdasarkan Reeves, beberapa tujuan yang dipilih dengan baik dalam
penetapan tujuan dapat mempertajam fokus dan meningkatkan produktivitas,
tetapi terlalu banyak dapat menyebabkan stres dan bahkan bencana. Tujuan
yang jelas yang dinyatakan sebagai tujuan spesifik harus meningkatkan
kinerja, tetapi pengukuran tidak boleh disamakan dengan penetapan target,
dan masalah terjadi ketika ada terlalu banyak target dan terkait erat dengan
kinerja individu.
Semakin banyak kebebasan yang dimiliki individu atas cara
pekerjaannya dilakukan, semakin tinggi produktivitasnya dan semakin besar
imbalan yang diperoleh oleh perusahaan tempat mereka bekerja. Orang-orang

7
perlu mengetahui tujuan organisasi mereka dan bagaimana kinerja mereka
berkontribusi pada mereka. Keterlibatan karyawan jauh lebih mungkin
mengikuti otonomi daripada serangkaian target yang didiktekan manajemen.

2.3 Objectives and Policy


Selain melakukan beberapa fungsi, semua organisasi memiliki beberapa
insentif untuk keberadaan dan operasi mereka. Tujuan organisasi
diterjemahkan ke dalam tujuan dan kebijakan. Penggunaan kedua istilah
tersebut bervariasi tetapi tujuan dilihat di sini sebagai 'apa' dan kebijakan
sebagai 'bagaimana', 'di mana' dan 'kapan' sarana yang mengikuti tujuan:
 Tujuan menetapkan lebih spesifik tujuan organisasi, tujuan yang akan
dicapai dan hasil akhir yang diinginkan.
 Aturan dikembangkan dalam kerangka tujuan. Ini memberikan dasar
untuk pengambilan keputusan dan tindakan yang harus diikuti untuk
mencapai tujuan.
Pilihan tujuan adalah bagian penting dari strategi perusahaan dan proses
pengambilan keputusan yang melibatkan tindakan di masa depan. Tujuan
mungkin hanya implisit, tetapi formal, definisi eksplisit akan membantu
komunikasi dan mengurangi kesalahpahaman, dan memberikan kriteria yang
lebih bermakna untuk mengevaluasi kinerja organisasi. Dinyatakan dengan
jelas, tujuan yang baik dapat membantu memberikan kesatuan arah dan
membantu keterlibatan dan komitmen karyawan. Namun, tujuan tidak boleh
dinyatakan sedemikian rupa sehingga mengurangi pengenalan kemungkinan
peluang baru, area bahaya potensial, inisiatif staf atau kebutuhan akan inovasi
atau perubahan.
Kebijakan adalah pedoman untuk tindakan organisasi dan implementasi
tujuan dan sasaran. Kebijakan diterjemahkan ke dalam aturan, rencana dan
prosedur; itu berkaitan dengan semua kegiatan organisasi dan semua tingkatan
organisasi. Dinyatakan dengan jelas, kebijakan dapat membantu memperkuat
fungsi utama organisasi, membuat konsistensi dan mengurangi ketergantungan
pada tindakan masing-masing manajer. Kebijakan memperjelas peran dan

8
tanggung jawab manajer dan anggota staf lainnya dan memberikan pedoman
untuk perilaku manajerial. Beberapa keputusan kebijakan secara langsung
dipengaruhi oleh faktor eksternal misalnya, undang-undang pemerintah tentang
peluang dan keragaman yang sama.

2.3.1 Corporate Guidelines


Apapun jenis organisasinya, perumusan tujuan dan kebijakan
merupakan fungsi yang diperlukan dalam setiap organisasi dan merupakan
bagian integral dari proses manajemen. Dalam hal pendekatan sistem,
tujuan organisasi terkait dengan siklus masukan-konversikeluaran. Untuk
mencapai tujuannya dan memenuhi tujuannya, organisasi mengambil input
dari lingkungan, melalui serangkaian aktivitas mengubah atau mengubah
input tersebut menjadi output dan mengembalikannya ke lingkungan
sebagai input ke sistem lain. Organisasi beroperasi dalam pengaturan yang
dinamis dan keberhasilan dalam mencapai tujuannya akan dipengaruhi
oleh banyaknya interaksi dengan lingkungan (melihatGambar 14.1).
Bersama-sama, tujuan dan kebijakan memberikan pedoman
perusahaan untuk operasi dan manajemen organisasi. Tujuan yang
didefinisikan dengan jelas dan disepakati adalah tahap pertama dalam
desain struktur organisasi dan membantu memfasilitasi sistem interaksi
dan komunikasi antara berbagai bagian organisasi. Mnemonik yang biasa
digunakan untuk meringkas karakteristik tujuan yang baik adalah
'SMART':
 Specific – jelas terperinci dan dapat dipahmi tentang apa yang
dibutuhkan
 Measurable – untuk memantau dan mebngukur kemajuan menuju
pencapaian
 Achievable – menantang tetapi tidak tercapai oleh orang kompeten
 Realistic – relevan dengan tujuan organisasi dengan fokus pada
hasil pencapaian

9
 Timebound – hasil yang ingin dicapai dalam skala waktu yang
telah ditentukan

2.4 Organisational Ideologies and Principles


Tujuan organisasi dapat dikejar sesuai dengan ideologi atau filosofi yang
mendasarinya, berdasarkan keyakinan, nilai, dan sikap. Ini ideologi organisasi
menentukan 'budaya' organisasi dan menyediakan seperangkat prinsip yang
mengatur keseluruhan pelaksanaan operasi organisasi, kode perilaku,
pengelolaan orang dan urusan dengan organisasi lain. 11 Serangkaian prinsip
ini dapat diakui dan diterapkan secara informal sebagai 'konvensi yang
diterima' organisasi atau dinyatakan secara formal secara tertulis. Empat
puluh tahun yang lalu,Brechmenulis tentang ideologi organisasi yang
berkaitan dengan gagasan landasan etis dan landasan organisasi atau
operasional:
 Landasan etis, mewujudkan prinsip-prinsip dasar yang mengatur
hubungan eksternal dan internal organisasi. Hubungan eksternal
menyangkut standar perdagangan yang adil dan hubungan dengan,

10
misalnya, pelanggan, pemasok, dan masyarakat umum. Hubungan
internal berkaitan dengan standar kerja yang adil dan hubungan
dengan anggota organisasi, termasuk perwakilan serikat pekerja yang
berwenang.
 Landasan organisasi atau operasional, berkaitan dengan struktur,
operasi dan pelaksanaan kegiatan organisasi. Aspek eksternal terkait
dengan misalnya, metode perdagangan dan saluran distribusi. Aspek
internal meliputi metode produksi, penggunaan peralatan dan praktik
manajerial yang berkaitan dengan kinerja organisasi, produktivitas,
dan profitabilitas
Dalam beberapa tahun terakhir, organisasi telah memberikan perhatian
yang semakin besar pada serangkaian nilai perusahaan yang dinyatakan yang
ditampilkan secara mencolok untuk dilihat semua
orang.Lucasmempertanyakan apakah pernyataan besar dari prinsip perusahaan
benar-benar berarti dan menyimpulkan bahwa mereka benar-benar memiliki
poin dan nilai dapat digunakan dengan sukses: 'Seperangkat nilai jelas
merupakan hal yang baik untuk dimiliki oleh organisasi; sesuatu untuk
disematkan di papan pengumuman. Tetapi bagi organisasi yang telah belajar
untuk melakukan apa yang dikatakan, nilai-nilai yang tertanam secara
mendalam dapat menarik orang yang tepat, menopang bisnis di saat krisis dan
memberikan arahan untuk masa depan. Cloke dan Gold smith berpendapat
bahwa organisasi dapat meningkatkan integritas, koherensi dan integrasi
mereka, dan meningkatkan kinerja mereka dengan mencapai konsensus
tentang nilai-nilai bersama. Mereka dapat memperkuat hubungan berbasis
nilai dengan mengenali dan mendorong perilaku yang menjunjung tinggi nilai-
nilai mereka; mengkomunikasikan dan mempublikasikan nilai-nilai mereka,
dan mendorong tanggung jawab individu dan tim untuk menerapkannya; dan
mengembangkan metode untuk memantau kepatuhan terhadap nilai-nilai,
memberikan umpan balik, dan mengidentifikasi potensi konflik kepentingan.
Yang paling penting, konsensus tentang nilai-nilai bersama berarti organisasi

11
dapat mencapai tujuan ini tanpa moralisasi, berkhotbah, memaafkan, atau
memaksakan nilai-nilai mereka pada orang lain.

2.4.1 An Organisation’s “Signature” Ideology


Aspek-aspek tertentu dari filosofi organisasi mungkin begitu
dominan sehingga menjadi 'ciri khas' organisasi tersebut dan membatasi
area atau bentuk kegiatan lain. Misalnya, ciri khas mobil Rolls-Royce
dengan kualitas terbaik mungkin akan menghalangi masuknya pasar
produksi massal yang lebih murah. Dengan Perusahaan Walt Disney,
layanan berkualitas tertanam dalam budaya perusahaannya.
Grattonmengacu pada proses 'tanda tangan' dari perusahaan yang sangat
sukses yang merupakan perwujudan langsung dari sejarah dan nilai-nilai
perusahaan dan tim eksekutif puncaknya, dan potensi mereka untuk
menciptakan energi untuk mendorong kinerja tinggi. Proses tanda tangan
ini, yang berbeda secara signifikan dari pandangan umum tentang praktik
terbaik, dapat diterima di dalam perusahaan tempat mereka berkembang
karena hubungannya dengan semangat dan nilai tim eksekutif, dan
merupakan bagian dari tatanan dan cara berperilaku.

2.5 Vision and Mission Statements


Menjadi semakin populer bagi organisasi untuk menghasilkan pernyataan
misi dan 'visinya' yang menetapkan tujuan dan arah umum organisasi.
Kadang-kadang ada ketidakpastian yang jelas atas perbedaan antara istilah
'misi' dan 'visi', yang cenderung digunakan secara bergantian. Tampaknya
diterima secara umum bahwa visi memberikan kerangka acuan keseluruhan
tentang apa yang ingin dicapai oleh organisasi dan bagaimana tampilannya.
Dalam visi ini, pernyataan misi mendefinisikan apa yang ingin dicapai oleh
organisasi, dan bisnis inti serta aktivitasnya.

2.5.1 Value Of Mission Statements

12
Keinginan untuk mengidentifikasi dengan sebanyak mungkin pemangku
kepentingan berarti bahwa banyak pernyataan misi mencakup semuanya
dengan kata-kata yang hambar dan abstrak. Namun, nilai dari pernyataan misi
tergantung pada sejauh mana hal itu dipahami dan diterima di seluruh
organisasi, dan diterjemahkan dalam istilah yang berarti bagi semua anggota
staf termasuk mereka yang berada di tingkat operasional. Pernyataan misi
hanya akan bernilai jika organisasi benar-benar mempraktekkan apa yang
diajarkannya. Tujuan (strategi) dan prinsip panduan Kemitraan John Lewis
diuraikan di bawah ini.

Kemitraan John Lewis – prinsip-prinsip yang menentukan:


 Tujuan–tujuan utama kemitraan adalah kebahagiaan semua anggotanya,
melalui pekerjaan mereka yang bermanfaat dan memuaskan dalam bisnis
yang sukses. karena kemitraan dimiliki dengan kepercayaan bagi para
anggotanya, mereka berbagi tanggung jawab kepemilikan serta
imbalannya atas keuntungan, pengetahuan, dan kekuasaan.
 Kekuasaan–mitra kami dapat mempengaruhi bisnis mereka di semua
tingkat kemitraan melalui struktur demokrasi dan badan perwakilan yang
ditetapkan dalam kami konstitusi. Kekuasaan dalam kemitraan dibagi
antara tiga otoritas pemerintahan: Dewan kemitraan, Dewan kemitraan
dan Ketua.
 Laba–kemitraan bertujuan untuk mendapatkan keuntungan yang cukup
dari operasi perdagangannya untuk mempertahankan vitalitas
komersialnya dan membiayai pengembangannya yang berkelanjutan,
untuk memungkinkannya melakukan kegiatan lain yang sesuai dengan
tujuan akhirnya dan untuk mendistribusikan bagian dari keuntungan itu
setiap tahun kepada para anggotanya. Kesuksesan kami bergantung pada
kerjasama dan kontribusi mitra kami yang menerima bagian dari
keuntungan dalam bentuk bonus kemitraan.

13
 Pengetahuan–kami memberi mitra kami pengetahuan yang mereka
butuhkan untuk melaksanakan tanggung jawab mereka secara efektif
sebagai pemilik bersama kemitraan.
 Anggota–kemitraan ini bertujuan untuk mempekerjakan orang-orang
yang memiliki kemampuan dan integritas yang berkomitmen untuk
bekerja sama dan mendukung prinsip-prinsipnya. hubungan didasarkan
pada rasa saling menghormati dan kesopanan, dengan kesetaraan di antara
anggotanya sebanyak perbedaan tanggung jawab memungkinkan.
kemitraan bertujuan untuk mengakui kontribusi individu mereka dan
menghargai mereka secara adil.
 Pelanggan–kemitraan ini bertujuan untuk berurusan secara jujur dengan
pelanggannya dan mengamankan kesetiaan dan kepercayaan mereka
dengan memberikan pilihan, nilai dan layanan yang luar biasa.
 Hubungan bisnis–kemitraan ini bertujuan untuk menjalankan semua
hubungan bisnisnya dengan integritas dan kesopanan untuk menghormati
setiap perjanjian bisnis dengan cermat.
 Komunitas–kemitraan ini bertujuan untuk mematuhi semangat serta surat
hukum dan untuk memberikan kontribusi bagi kesejahteraan masyarakat
di mana ia beroperasi.

2.6 The Profit Objective – Not a Sufficient Criterion


Untuk organisasi bisnis, tujuan maksimalisasi keuntungan tidak diragukan
lagi sangat penting tetapi tidak dengan sendirinya merupakan kriteria yang
cukup untuk manajemen yang efektif. Ada banyak pertimbangan dan motivasi
lain yang mempengaruhi asumsi yang mendasari ekonomi teori perusahaan.
Makna 'maksimalisasi keuntungan' dengan sendirinya tidak terlalu jelas.
Pertimbangan harus diberikan pada jangkauan dan kualitas produk atau
layanan organisasi, dan pengaruh lingkungan. Mengurangi perhatian pada
'investasi' jangka panjang, seperti kualitas dan layanan purna jual, penelitian
dan pengembangan, promosi penjualan, pengembangan manajemen, dan
kondisi ketenagakerjaan staf, dapat meningkatkan profitabilitas dalam jangka

14
pendek, tetapi cenderung membahayakan pertumbuhan dan pengembangan di
masa mendatang, dan bahkan mungkin kelangsungan hidup organisasi.
Argumen ini dapat diklarifikasi sampai batas tertentu dengan mendefinisikan
kembali tujuan bisnis sebagai maksimalisasi nilai pemilik (pemegang saham),
bukan 'keuntungan'. Konsep nilai didefinisikan sebagai penggabungan jangka
pendek, menengah dan panjang melalui proses pendiskontoan (pengurangan
nilai) arus kas masa depan kembali ke nilai sekarang. Dengan demikian,
manajer yang ingin memaksimalkan nilai memiliki alasan yang baik untuk
melakukan investasi dalam aktivitas bisnis yang akan menghasilkan
keuntungan di masa depan, bahkan jika biayanya langsung dan manfaatnya
beberapa tahun lagi. Organisasi bisnis harus menyediakan beberapa komoditas
atau layanan yang dengannya berkontribusi pada kebutuhan ekonomi dan/atau
sosial masyarakat. Ini juga memiliki tanggung jawab sosial yang lebih luas
kepada masyarakat. Laba dapat dilihat sebagai insentif bagi organisasi untuk
menjalankan aktivitasnya secara efektif. Laba setidaknya memberikan ukuran
efektivitas yang luas dan menyoroti kesulitan dalam mengevaluasi efektivitas
organisasi nirlaba, seperti rumah sakit NHS, penjara atau universitas.

2.6.1 Fallacy Of Single Objective


Kenyataannya adalah bahwa manajer biasanya dihadapkan pada tantangan
beberapa tujuan yang sering bersaing dan/atau saling bertentangan. Drucker
telah mengacu pada kekeliruan dari tujuan tunggal bisnis. Pencarian untuk
satu tujuan yang benar tidak hanya tidak mungkin produktif, tetapi juga pasti
akan merugikan dan menyesatkan perusahaan bisnis. Menekankan hanya
keuntungan, misalnya, menyesatkan manajer ke titik di mana mereka dapat
membahayakan kelangsungan bisnis. Untuk memperoleh keuntungan hari ini
mereka cenderung menggerogoti masa depan. Untuk mengelola bisnis adalah
untuk menyeimbangkan berbagai kebutuhan dan tujuan. Sifat dasar dari
perusahaan bisnis membutuhkan banyak tujuan yang dibutuhkan di setiap
area di mana kinerja dan hasil secara langsung dan sangat mempengaruhi
kelangsungan hidup dan kemakmuran bisnis.

15
Drucker selanjutnya menyarankan delapan bidang utama di mana tujuan
harus ditetapkan dalam hal kinerja dan hasil:
1. Posisi pasar–misalnya, pangsa pasar; berbagai produk dan pasar;
distribusi; penetapan harga; kesetiaan dan kepuasan pelanggan.
2. Inovasi–misalnya, inovasi untuk mencapai tujuan pemasaran;
perkembangan yang timbul dari kemajuan teknologi; proses baru dan
peningkatan di bidang utama aktivitas organisasi.
3. Produktifitas–misalnya, penggunaan sumber daya secara optimal;
penggunaan teknik seperti riset operasional untuk membantu memutuskan
tindakan alternatif; rasio 'nilai kontribusi' terhadap pendapatan total.
4. Sumber daya fisik dan keuangan–seperti pabrik, mesin, kantor dan
penggantian fasilitas; penyediaan modal dan penganggaran; perencanaan
untuk uang yang dibutuhkan; penyediaan perbekalan.
5. Profitabilitas–misalnya, prakiraan profitabilitas dan antisipasi skala
waktu; kebijakan penanaman modal; tolak ukur untuk mengukur
profitabilitas.
6. Kinerja dan pengembangan manajer–misalnya, pengarahan para
manajer dan pengaturan pekerjaan mereka; struktur manajemen;
pengembangan manajer masa depan.
7. Kinerja dan sikap pekerja–misalnya, hubungan serikat pekerja;
organisasi kerja; hubungan karyawan.
8. Tanggung jawab publik–misalnya, tuntutan yang dibuat atas organisasi,
seperti undang-undang atau opini publik; tanggung jawab kepada
masyarakat dan kepentingan umum.

2.7 Organisational Values and Behaviour


Gidoomal menyatakan bahwa kami telah menerima begitu saja bahwa
nilai-nilai etis dan norma-norma masyarakat ada tetapi mereka perlu
dijabarkan. Sangat disayangkan untuk mengatakan bahwa kita membutuhkan
pelatihan etika. Kita harus dibesarkan dengan itu melalui sistem pendidikan

16
dan nilai-nilai yang diajarkan di rumah dan gereja. Ketika Anda belajar etika
dan nilai-nilai sebagai seorang anak, Anda telah mempelajarinya seumur
hidup. Kita harus bangga dengan integritas kita dan melaporkannya ketika
segala sesuatunya tidak berjalan dengan baik.
Gidoomal juga berpendapat bahwa dimensi bisnis yang etis tidak dapat
dipisahkan dari isu keberagaman dan, sementara mengakui bahwa semakin
banyak perusahaan sekarang memiliki kebijakan keragaman, bertanya-tanya
apakah mereka hanya berbaring di rak yang berdebu. Institute of Chartered
Secretaries and Administrators menarik perhatian pada pentingnya
menciptakan budaya integritas dan meningkatkan kesadaran akan manfaat
perilaku etis dalam organisasi. Perilaku etis menyentuh setiap bagian
organisasi dalam hal lisensi untuk beroperasi seperti Kesehatan dan
Keselamatan, untuk mengontrol misalnya undang-undang anti-penyuapan,
dan bagian terpenting – menciptakan budaya dengan harapan bahwa Anda
akan melakukannya dengan benar.

2.7.1 Ethical Leadership


Pentingnya perilaku etis, integritas, dan kepercayaan mempertanyakan
sejauh mana manajer harus berusaha mengubah nilai dan keyakinan yang
mendasari pengikut individu. Sebagai contoh, membahas kontroversi dimana
beberapa penulis berpendapat bahwa jenis pengaruh pemimpin jelas tidak etis
bahkan ketika dimaksudkan untuk keuntungan pengikut serta organisasi.
Pandangan sebaliknya adalah bahwa pemimpin memiliki tanggung jawab
penting untuk mengimplementasikan perubahan besar bila diperlukan untuk
memastikan kelangsungan hidup dan efektivitas. Perubahan skala besar tidak
akan berhasil tanpa beberapa perubahan dalam keyakinan dan persepsi
anggota. Perspektif tradisional adalah bahwa manajer dalam organisasi bisnis
adalah agen yang mewakili kepentingan pemilik dalam mencapai
keberhasilan ekonomi bagi organisasi. Dari perspektif ini, kepemimpinan etis
dipuaskan dengan memaksimalkan hasil ekonomi yang menguntungkan
pemilik sambil tidak melakukan apa pun yang dilarang keras oleh hukum dan

17
standar moral. Perspektif yang sangat berbeda adalah bahwa manajer harus
melayani banyak pemangku kepentingan di dalam dan di luar organisasi.
Menurut sebuah laporan baru-baru ini dari Institute of Leadership and
Management, meskipun tingkat fokus publik yang tinggi pada etika, manajer
masih berada di bawah tekanan yang meningkat karena sering menghadapi
dilema etika di tempat kerja. Meskipun mayoritas manajer mengatakan
mereka organisasi memiliki pernyataan nilai, jelas bahwa mereka tidak cukup
efektif dalam mempengaruhi perilaku. Nilai perlu dikaitkan dengan strategi,
membangun seperangkat nilai yang tidak terkait dengan target adalah cara
yang tidak efektif untuk memengaruhi perilaku. Jika nilai-nilai bertentangan
atau tidak relevan dengan tujuan bisnis, para manajer menemukan diri mereka
ditarik ke arah yang berbeda untuk mencoba mencapai keduanya. Tetapi
ketika nilai-nilai mengikat tujuan strategis organisasi, cara orang diharapkan
untuk berperilaku dan tujuan yang mereka butuhkan untuk mencapainya
bekerja bersama-sama.

2.8 Corporate Social Responsibility


Organisasi memainkan peran utama dan semakin penting dalam kehidupan
kita semua, terutama dengan pertumbuhan bisnis berskala besar dan
globalisasi yang semakin meluas. Keputusan dan tindakan manajemen dalam
organisasi memiliki dampak yang meningkat pada individu, organisasi lain,
dan masyarakat. Organisasi memberikan kontribusi terhadap kualitas hidup
dan kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu, kekuatan dan pengaruh yang
dimiliki oleh banyak organisasi bisnis sekarang harus diimbangi dengan sikap
tanggung jawab oleh manajemen. Kelangsungan hidup organisasi bergantung
pada serangkaian interaksi dan pertukaran yang berkelanjutan antara
organisasi dan lingkungannya yang menimbulkan sejumlah tanggung jawab
yang lebih luas kepada masyarakat pada umumnya. Tanggung jawab yang
lebih luas ini, yang bersifat internal dan eksternal organisasi, biasanya disebut
sebagai tanggung jawab sosial perusahaan (CSR).

18
2.8.1 Growing Attention to Social Responsibility
Telah ada perhatian yang semakin besar terhadap subjek CSR dan
semakin banyak literatur tentang subjek dan etos kerja baru. Menurut
The Chartered Management Institute, CSR sekarang menjadi aspek
strategi dan manajemen yang penting dan semakin terspesialisasi.
Selama beberapa dekade terakhir, ini telah menjadi kebutuhan daripada
pilihan, karena:
 Perubahan hukum yang mewajibkan beberapa aspek CSR;
 Meningkatnya minat publik terhadap masalah lingkungan dan etika;
 Kasus bisnis yang meyakinkan yang menghubungkan CSR dengan
kinerja yang lebih baik;
 Tekanan pemegang saham pada bisnis untuk menunjukkan bahwa
mereka beroperasi secara etis.

CSR berkaitan dengan membangun integritas dan keadilan ke dalam


kebijakan, strategi, dan pengambilan keputusan perusahaan. Kebijakan
CSR dapat menguntungkan organisasi dengan mengembangkan dan
meningkatkan hubungan dengan pelanggan dan pemasok, membantu
menarik dan mempertahankan tenaga kerja yang kuat, dan meningkatkan
reputasi dan kedudukan bisnis. Agar efektif, itu harus: tertanam dalam
pemikiran dan perilaku setiap orang, khususnya para pemimpin;
diintegrasikan ke dalam budaya organisasi, kebijakan dan prosedur; dan
dibangun ke dalam operasi organisasi dan kegiatan di semua tingkatan.
Pearce menunjukkan bahwa banyak perusahaan terlibat dalam CSR
hanya karena itu adalah hal yang benar untuk dilakukan, tetapi ceritanya
sekarang sangat berbeda. Motif murni di balik dan bidang tindakan
terkait dengan tanggung jawab sosial perusahaan telah kabur. Saat ini
ada begitu banyak alur, aspek, sudut pandang, dan pemangku
kepentingan yang terlibat dalam CSR sehingga sulit bagi perusahaan
untuk memahami dengan tepat apa yang sedang atau seharusnya mereka
lakukan. Ini bukan sesuatu yang dapat diabaikan, atau diabaikan –

19
perusahaan-perusahaan yang gagal menangani masalah CSR secara
memadai dapat menempatkan diri mereka di garis api.

2.9 Organisational Stakeholders


Pemangku kepentingan organisasi yaitu individu atau kelompok yang
memiliki kepentingan organisasi dan dipengaruhi oleh tujuan,operasi atau
aktivitas organisasi atau perilaku anggotanya.pemangku kepentingan
mencakup beragam kepentingan potensial dan dapat dipertimbangkan dalam
sejumlah judul. Misalnya, menggambar pada karya Donaldson dan Preston.
Rollinson menyarankan pandangan yang kompherensif dari pemangku
kepentingan dalam hal potensi kerugin dan pendekatan manfaat.

2.9.1 A Blurred Distinction


Sebuah pendekatan alternatif adalah bahwa motivasi tidak lebih
dari kepentingan pribadi yang tercerahkan dan keyakinan bahwa dalam
jangka panjang, perhatian terhadap tanggung jawab sosial hanyalah naluri
bisnis yang baik. Dalam praktiknya, ini adalah masalah keseimbangan,
menggabungkan manajemen ekonomi yang baik dengan perhatian yang
tepat untuk tanggung jawab yang lebih luas kepada masyarakat.

2.10 The UN Global Compact


United Nations Global adalah seruan kepada perusahaan untuk
menyelaraskan strategi dan operasi dengan prinsip universal tentang hak asasi
manusia, tenaga kerja, lingkungan dan anti korupsi, serta untuk mengambil
tindakan yang memajukan tujuan masyarakat. UN Global Compact adalah
platform kepemimpinan untuk pengembangan,implementasi, dan
pengungkapan kebijakan dan praktik perusahaan yang bertanggung jawab.

2.11 Values and Ethics

20
Pertanyaan tentang nilai dan etika dalam bisnis telah menjadi fokus tajam
pada tahun-tahun setelah krisis keuangan 2007-2008. Sejak peristiwa dramatis
musim gugur 2008 yang mengikuti runtuhnya bank investasi terkemuka AS
lehman brothers, banyak ekonomi didunia telah menghadapi periode
pertumbuhan rendah atau negative yang berkepanjangan, dengan
meningkatnya pengangguran dan tingkat kepercayaan bisnis dan konsumen
yang sangat rendah, yang semuanya membuat dimulainya kembali
pertumbuhan lebih kecil kemungkinannya. Beberapa ekonom telah
menerbitkan buku yang menyarankan bahwa kita harus belajar menerima,
masa depan dengan pertumbuhan ekonomi yang jauh lebih rendah.

2.11.1 Moral Compass


Pendapat tentang tepatnya Apayang salah pada tahun 2008 sangat
bervariasi dan masih demikian. Bagi banyak orang, masalahnya adalah
regulasi yang tidak memadai aturan yang tidak cukup rinci dan diterapkan
secara tidak efektif. Namun, komentator lintas spektrum politik kadang-
kadang juga menyinggung kurangnya kesadaran moral dalam urusan
bisnis dan public, tidak adanya rasa intuitif benar dan salah (kadang-
kadang disebut sebagaikompas moral). Kedua aspek bisnis etis ini akan
dibahas lebih rinci nanti, tetapi seharusnya sudah jelas bahwa pertanyaan
ini bisa jadi rumit. Pada bagian ini, kami menguraikan pengaruh
pertimbangan etis dalam kaitannya dengan tindakan yang diambil oleh
organisasi dalam mengejar tujuan strategisnya, bersama dengan implikasi
etis dari interaksi interpersonal, baik di dalam organisasi maupun antar
individu lintas batas organisasi.

2.11.2 Ethics and Business


Etika berkaitan dengan studi tentang moralitas: praktik dan
aktivitas yang dianggap penting benar atau salah, bersama dengan aturan
yang mengatur aktivitas tersebut dan nilai-nilai yang berkaitan dengan
aktivitas tersebut. Ini berusaha untuk memahami apa yang membuat hal-

21
hal baik menjadi baik. misalnya, dengan cara yang dapat digeneralisasikan
ke kasus serupa lainnya. Etika bisnis dapat dilihat sebagai contoh etika
terapan, sama seperti etika kedokteran tentang penerapan etika umum
terhadap aktivitas manusia yang disebut kedokteran, etika bisnis berusaha
untuk mengeksplorasi implikasi etika umum bagi pelaksanaan bisnis. Poin
yang tampaknya jelas ini penting: dengan mengambil sikap ini, seseorang
menolak pandangan prinsip moral tidak ada kaitannya dengan bisnis, atau
bahwa bisnis adalah bisnis, seperti yang dikatakan oleh pepatah umum.

2.12 Ethics and CSR


Salah satu ilustrasi kompleksitas isu dalam etika bisnis adalah keragaman
pendapat tentang isu CSR (dibahas di atas). Di satu sisi perdebatan adalah
mereka yang akan berbagi Milton Friedmanpandangan bahwa tanggung jawab
sosial bisnis adalah menghasilkan uang sebanyak-banyaknya bagi para
pemegang saham, sesuai dengan hukum dan aturan main (persaingan yang
sehat, tidak ada penipuan atau penipuan dan sebagainya).Inipandangan yang
berpusat pada pemegang sahammelihat direktur perusahaan sebagai agen
pemilik, yang berkewajiban untuk bertindak sedemikian rupa untuk
memaksimalkan kepentingan pemilik tersebut, hal ini dianggap sebagai alasan
pemilik melakukan investasi sejak awal.

2.12.1 Differing Assumptions About a Business


Kedua perspektif tersebut memberikan pandangan yang sangat
berbeda tentang bagaimana sebuah bisnis harus bertindak, karena asumsi
mereka yang berbeda mengenai apa itu bisnisuntuk Dalam pandangan
yang berpusat pada pemegang saham, suatu bisnis pada prinsipnya adalah
untuk pemegang saham dan tindakannya terutama harus dinilai
berdasarkan kriteria memaksimalkan kepentingan mereka. Dalam
pandangan pemangku kepentingan yang dikutip di atas, bisnis adalah
untuk pemangku kepentingannya (yang berpotensi merupakan kelompok
yang sangat besar dan beragam) dan tindakannya harus dirancang untuk

22
menyeimbangkan kepentingan pemangku kepentingan. Dari sudut
pandang etika bisnis-studi tentang perilaku baik den buruk dalam bisnis-
pembedaan ini sangat penting Penggunaan sumber daya perusahaan untuk
mendukung proyek komunitas lokal, misalnya, mungkin terlihat
mengagumkan dalam pandangan pemangku kepentingan tetapi tidak etis
dalam pandangan yang berpusat pada pemegang saham, karena itu akan
menjadi penyalahgunaan dana milik pemilik (kecuali, tentu saja, investasi
semacam itu dapat terbukti konsisten dengan kepentingan terbaik para
pemegang saham).

2.12.2 “Goodness” Of Proposed Action


Masing-masing dari dua pendekatan mempunyai tolak ukur yang
berbeda untuk menilai 'kebaikan' tindakan yang diusulkan oleh
perusahaan. Dalam pandangan yang berpusat pada pemegang saham,
tindakan tersebut harus ditunjukkan konsisten dengan tugas
memaksimalkan kekayaan pemilik, yang secara konseptual relatif
sederhana, namun melibatkan asumsi mengenai kemungkinan efek dari
tindakan yang. Dalam pandangan pemangku kepentingan (setidaknya
dalam versi pandangan pemangku kepentingan yang menekankan
akuntabilitas kepada pemangku kepentingan), tugas manajemen adalah
menyeimbangkan kepentingan pemangku kepentingan.

2.12.3 Intelligent Self-interest


Perlu ditekankan juga bahwa perusahaan yang ingin
memaksimalkan kekayaan jangka panjang pemiliknya mungkin akan
melakukan hal-hal yang sangat baik bagi 'pemangku kepentingan’, tidak
harus melalui maksud langsung apa pun, tetapi dalam mengejar tugas
utamanya.

23
2.12.4 Offshoring Example
Di Inggris Raya, laporan RSA Inquiry "Tomorrow's Company'
mengacu pada konsep 'lisensi operasi' imajiner yang diberikan kepada
perusahaan oleh publik, yang dapat ditangguhkan atau ditarik secara
efektif jika perusahaan tampak berperilaku buruk.Melakukan bisnis secara
efektif dan baik bergantung pada ratusan, terkadang ribuan, transaksi
setiap hari sepanjang tahun. Jika beberapa dari transaksi ini menjadi lebih
sulit karena kepercayaan telah disia-siakan dan kerjasama telah ditarik,
maka perusahaan akan mulai kehilangan perilaku yang lebih baik.

2.13 Ethics and Corporate Purpose


Bagaimana isu-isu ini berhubungan dengan pertanyaan tentang etika dan
tujuan perusahaan? Kembali pada masalah industri jasa keuangan
global, peristiwa sejak 2008 telah memberikan contoh yang nyata pada
runtuhnya kepercayaan publik dari banyak lembaga yang sebelumnya
dihormati. Ada banyak diskusi tentang apa yang salah dan apa yang harus
dilakukan di masa depan, tetapi ada kesepakatan umum bahwa bank global di
bawah peraturan 'ringan' tidak berhasil dalam bertindak dengan cara yang
konsisten dengan pemegang saham mereka. Pada tahun-tahun menjelang
krisis musim gugur 2008, banyak bank tumbuh pesat dan mengambil risiko
yang tidak dikelola dengan baik. Ketika risiko ini menjadi buruk karena
dipicu oleh masalah di pasar perumahan AS. Satu kutipan penting datang dari
Alan Greenspan, mantan Ketua Federal Reserve AS: I made a mistake in
presuming that the self-interest of organisations, specifically banks and
others, were such that they were best capable of protecting their own
shareholders and their equity in the firms . . . those of us who have looked to
the self-interest of lending institutions to protect shareholders’ equity (myself
especially) are in a state of shocked disbelief.
Pengakuannya yang terus terang tentang asumsi ini, perilaku eksekutif
senior secara khusus memberi tahu karena tampaknya menimbulkan keraguan
pada salah satu landasan utama pandangan Friedman tentang tujuan

24
perusahaan, bahwa masyarakat paling baik dilayani dengan mendorong bisnis
untuk bersaing satu sama lain di dalam hukum, dengan pengaturan yang lebih
lanjut.
Dana talangan dan nasionalisasi yang sangat mahal yang dihasilkan dari
krisis yang telah diikuti oleh pengungkapan lebih lanjut tentang praktik yang
dipertanyakan oleh bank: di Inggris, misalnya, bank-bank besar diwajibkan
oleh pengadilan untuk menyisihkan miliaran pound untuk menutupi biaya
kompensasi yang diharapkan. atas kesalahan penjualan Payment Protection
Insurance (PPI) kepada nasabah dalam jumlah besar selama beberapa tahun.
Hal ini dihitung sebagai 'penjualan yang salah' karena produk tidak sesuai
(yaitu nilainya kecil atau tidak sama sekali) untuk sejumlah kelompok.
Kita dapat melihat bahwa seharusnya manajer senior dapat mengetahui
bahwa jenis penjualan ini pada akhirnya dapat menyebabkan klaim terhadap
bank yang melebihi keuntungan dari penjualan. Seandainya ini dilakukan,
beberapa masalah mungkin dapat dihindari. Tetapi mungkin ada sesuatu yang
lebih jauh untuk dikatakan di sini: hampir tidak memerlukan gelar dalam
filosofi moral untuk mengetahui bahwa menjual produk kepada pelanggan
yang tampaknya tidak dapat mengambil manfaat darinya adalah
penyalahgunaan kepercayaan. Ini adalah contoh yang jelas tentang pentingnya
'kompas moral' yang disebutkan sebelumnya.
2.13.1 Reliance On Regulators
Contoh PPI juga mengarah pada pertanyaan lebih lanjut tentang
mengandalkan peraturan untuk mengatur perilaku perusahaan, tentang
apakah realistis untuk mengarahkan peraturan yang sepenuhnya
mengesampingkan praktik yang buruk atau tidak diinginkan. Ini semacam
permainan kucing dan tikus antara regulator dan penggunaan energi dan
bakat yang tidak sehat, karena sebagian regulator perlu waktu untuk
menyerap dan menanggapi inovasi pasar, dan juga karena suara kompas
moral yang mendesak ('kita seharusnya tidak melakukan ini') mungkin
tenggelam seluruhnya.

25
Masalah PPI juga bukan satu-satunya yang menjadi penyebab
kekhawatiran. Tetapi ada masalah pada tahun 2014, sekitar enam tahun
setelah dimulainya krisis keuangan global, regulator Inggris dan AS
mengenakan denda sebesar £2,6 miliar pada enam bank global terkemuka
sehubungan dengan upaya pedagang untuk memanipulasi nilai tukar mata
uang asing patokan, yang levelnya digunakan setiap hari untuk nilai
berbagai aset dalam perdagangan dunia. Perilaku buruk ini dilaporkan oleh
Financial Conduct Authority Inggris telah terjadi antara tahun 2008 dan
2013. Prevalensi masalah semacam ini, dalam industri dapat menyebabkan
beberapa orang bertanya-tanya apakah masalah di beberapa bank besar
sebenarnya berakar dari budaya, dan bukan timbul dari perilaku buruk
lokal dan sementara.

2.13.2 Moral Reflection in Ethical Decision-making


Pentingnya refleksi moral yang aktif dalam pengambilan keputusan
etis dalam bisnis mungkin tidak mengejutkan bagi Adam Smith, pendiri
ilmu ekonomi. Karya Smith tahun 1776, menjelaskan dengan jelas
bagaimana pasar bekerja dan bagaimana individu yang mementingkan diri
sendiri bersaing di pasar dipandu oleh 'tangan tak terlihat' untuk memberi
manfaat bagi masyarakat, meskipun ini mungkin bukan bagian dari niat
mereka. Dengan demikian kepentingan pribadi, yang dimediasi melalui
mekanisme pasar, dapat menjadi keuntungan umum. Tetapi disiplin Smith
bukanlah ekonomi, melainkan filsafat moral, karya utamanya yang
pertama, Teori Sentimen Moral diterbitkan pada tahun 1759. Intinya di
sini adalah bahwa pasar paling baik dipahami sebagai sistem yang sangat
efisien untuk mengatur pasokan produk dan jasa guna memenuhi
permintaan pembeli. Di luar fungsi yang sangat berguna ini, pasar tidak
dapat memberikan pedoman moral, atau jaminan apa pun bahwa hasil
pasar akan diinginkan secara etis. Kesenjangan ini hanya bisa ditutup
dengan penerapan moral sense oleh para pelaku di pasar. Pada tahun 1930-
an hal ini tampak sangat jelas bagi para banker. Tentu saja, perbankan dan

26
regulasi perbankan telah menjadi jauh lebih kompleks sejak tahun 1930-
an, tetapi dosen BBC Reith 2012 Niall Ferguson menyatakan keraguan
apakah regulasi yang lebih kompleks dan rinci dapat menjawab
permasalahan yang dialami di industri jasa keuangan.
Banyak bank yang rusak parah akibat krisis terlibat dalam program
CSR yang signifikan, seperti yang diperjelas oleh situs web mereka pada
awal tahun 2009. Dengan melihat ke belakang, banyak pemangku
kepentingan yang mungkin telah memilih manajemen bank yang lebih
bijaksana dan berprinsip, daripada manfaat program CSR bank. Tetapi
semakin lama, frasa 'tanggung jawab sosial perusahaan (CSR)' digantikan
oleh 'tanggung jawab perusahaan (CR)'. Jika ini menandakan penilaian
yang lebih komprehensif tentang pengaruh korporasi terhadap masyarakat,
secara rutin memanfaatkan kompas moral sepenuhnya, maka ini
tampaknya menjadi langkah maju yang disambut baik

2.14 Business Ethics


Masalah skala besar CSR berkaitan dengan bagaimana sebuah perusahaan
harus berperilaku di dalam masyarakat. Keputusan sehari-hari yang dibuat
oleh manajer biasanya tidak dibuat atas dasar beberapa perhitungan terperinci
dari konsekuensi nilai pemegang saham dan pertimbangan etis yang lebih
umum harus berperan dalam menyelesaikan masalah yang mungkin terjadi.

2.14.1 No Single View of Right or Wrong


Tidak ada satu pun pandangan dalam etika umum tentang apa yang
membuat sesuatu itu benar atau salah dan hal tersebut membuat penyataan
menjadi sulit. Satu aliran pemikiran menekankan pada tugas, hal-hal yang
harus dilakukan (atau dihindari) terlepas dari konsekuensinya Sudut
pandang deontologis ini berpendapat bahwa kebaikan atau keburukan
hanya terbukti dalam tindakan itu sendiri. Sedangkan konsekuensialis,
pandangan etika berpendapat bahwa kebaikan atau keburukan dari suatu
tindakan yang diusulkan terbukti hanya dalam konsekuensi dari tindakan

27
itu: apakah suatu kebohongan itu baik atau buruk tergantung pada
konsekuensi dari kebohongan itu pada saat itu. Tugas dan konsekuensi
jelas penting dalam cara kita menangani masalah etika dalam kehidupan
sehari-hari. Sayangnya, bagaimanapun, mereka adalah cara penalaran yang
sangat berbeda, yang dalam beberapa kasus dapat menyebabkan hasil yang
kontradiktif.

2.14.2 Informing Our Views


Tugas dan prinsip jelas menginformasikan pandangan kami tentang
bagaimana orang harus memperlakukan satu sama lain di tempat kerja.
Pandangan etika konsekuensialis eksklusif kemungkinan besar
memerlukan masalah metodologis dalam meramalkan secara andal apa
konsekuensi dari suatu tindakan dan memutuskan bagaimana mengukur
konsekuensi tersebut. Beberapa bentuk utilitarianisme bisa menjadi sangat
tidak adil bagi minoritas kecil, dengan membiarkan ketidakbahagiaan
mereka.
Pada contoh offshoring sebelumnya, pendekatan deontologis
terhadap etika offshoring akan berfokus pada aspek proposal yang
mungkin melanggar aturan prinsip dan kewajiban yang jelas. Analisis
utilitarian akan berupaya mengidentifikasi semua orang yang akan
berpengaruh pada keputusan offshoring yang diusulkan dan kemudian
menilai dampaknya (positif atau negatif) pada setiap orang. Ini akan
memungkinkan semacam 'keseimbangan percobaan' dari konsekuensi yang
akan dibuat.

2.14.3 Ethical Decision-making at Work


Integritas pribadi dan nilai-nilai individu adalah elemen penting dalam
pengambilan keputusan etis di tempat kerja, tetapi kode etik perusahaan,
profesional, atau industri yang semakin umum juga dapat memberikan
dukungan dan panduan. Ini bukan untuk mengatakan bahwa 'sumber' etis
ini akan selalu memberikan panduan yang jelas dan nyaman. Terkadang,

28
orang-orang dalam organisasi akan mengalami ketegangan antara tuntutan
yang saling bertentangan, seperti tuntutan mereka ditempatkan pada suatu
organisasi. Jika konflik ini menjadi tidak dapat ditolerir dan tidak dapat
diselesaikan dengan cara normal, maka seseorang dapat memutuskan
untuk menjadi 'whistleblower' demi kepentingan publik, dengan
mengambil pendekatan berisiko tinggi dengan menempatkan masalah
tersebut ke ranah publik untuk penyelesaiannya.

2.15 Codes Of Business Conduct (Or Ethics)


Bagian sebelumnya telah menyarankan bahwa peraturan, undang-undang,
atau kode yang terperinci mungkin tidak dengan sendirinya menjamin
perilaku etis jika tidak disertai dengan kesadaran moral yang jelas di pihak
bisnis yang membuat keputusan tentang bagaimana berperilaku. Namun, kode
etik dapat memainkan peran yang sangat penting dalam mendorong perilaku
etis dalam organisasi, dengan mengirimkan panduan yang jelas kepada

29
karyawan tentang apa yang diharapkan dari mereka dan kepada dunia luar
tentang standar yang ingin dinilai oleh organisasi. Dalam beberapa kasus,
kode etik yang ringkas dan jelas juga dapat muncul dari penyulingan
pengetahuan dan pengalaman organisasi selama bertahun-tahun, yang
mungkin sangat membantu staf junior atau kurang berpengalaman dalam
pekerjaan mereka sehari-hari.

2.16 An Integrated Approach


Anita Roddick menyarankan agar para pemimpin bisnis menjadikan etika
sebagai bagian dari warisan mereka. Berdasarkan Philippa Foster Back, OBE
(Direktur, Institut of Business Ethics), globalisasi bisnis telah menimbulkan
pertanyaan tentang penerapan nilai-nilai etika pada budaya dan masyarakat
yang berbeda di mana organisasi beroperasi. Tantangan bagi semua orang
yang peduli dengan etika sekarang adalah memastikan bahwa nilai-nilai
tertanam di seluruh organisasi. McEwan merangkum sejarah terpisah dari
CSR, etika bisnis dan tata kelola perusahaan, dan menyarankan metode
penyelidikan yang mencoba untuk mengintegrasikan perspektif yang berbeda
pada bisnis ini melalui tiga tingkat penyelidikan yang luas, yakni:
 Deskriptif, pendekatan yang memperhatikan nilai-nilai dan kepercayaan
orang-orang dari budaya dan masyarakat yang berbeda yang
mempengaruhi sikap mereka terhadap berbagai kegiatan bisnis di negara
asal dan luar negeri.
 Normatif, pendekatan yang mengidentifikasi serangkaian nilai dan
keyakinan sebagai dasar untuk membuat keputusan etis pada tingkat
individu, kelompok, atau manajemen senior dalam suatu organisasi.
 Analitis, pendekatan yang mencoba untuk mengeksplorasi hubungan
antara nilai-nilai normatif dan keyakinan dan sistem nilai atau ideologi
lainnya, seperti keyakinan dan budaya politik atau agama atau kebiasaan
sosial lainnya.

30
2.16.1 A Culture of Ethics, Integrity, and Compliance
Bennett menunjukkan bahwa budaya integritas yang berfokus pada
kualitas luar biasa dan hasil bisnis harus sengaja dibentuk dan dibangun di
atas nilai dan prinsip organisasi. Ini melibatkan tujuh Langkah, yakni:
 Menunjuk pemilik kepatuhan
 Menerapkan standar dan prosedur tertulis
 Melakukan pelatihan yang sesuai
 Mengembangkan jalur komunikasi yang terbuka
 Mengelola semua laporan dan dugaan secara terpusat
 Menanggapi dugaan pelanggaran secara konsisten dan tepat
 Mengaudit, memantau dan menyesuaikan sesuai kebutuhan.

Bennett juga menunjukkan perlunya upaya terpadu. Dalam mencapai


program etika dan kepatuhan yang efektif membutuhkan lebih dari sekadar
menambahkan aturan dan lapisan kontrol tambahan. Harus ada upaya
terpadu yang menyelaraskan persyaratan keuangan dan kepatuhan dengan
misi dan nilai-nilai organisasi.

2.16.2 Related Legislation


Sebagai bagian dari tumbuhnya konsep CSR, ada sejumlah undang-
undang baru-baru ini yang berhubungan dengan konsep etika bisnis dan
akuntabilitas organisasi. Kita harus mengakui keberadaan undang-undang
tersebut. Undang-undangnya mencakup, yakni:
 UU Hak Asasi Manusia 1998, mulai berlaku pada tanggal 2 Oktober
2000 dan memasukkan hak dan kebebasan hukum Inggris yang
diabadikan dalam Konvensi Eropa tentang Hak Asasi Manusia.
Ketentuan berlaku untuk tindakan 'otoritas publik'. UU ini dirancang
untuk memberikan perlindungan yang lebih besar bagi individu, dan
untuk melindungi mereka dari campur tangan yang melanggar hukum.
 UU Pengungkapan Kepentingan Umum 1998, yang dikenal luas
sebagai 'Whistleblower's Act', dirancang untuk melindungi orang-

31
orang yang mengungkapkan kesalahan di tempat kerja mereka, untuk
memberikan jaminan bahwa ada alternatif yang aman untuk diam dan
untuk memberikan perlindungan terhadap pembalasan.
 UU Pemerintah Daerah 2000, apa yang disebut 'Kerangka Etis Baru',
mengharuskan semua otoritas lokal untuk memberikan kode etik untuk
mempromosikan standar perilaku yang tinggi. Pemerintah telah
membedakan antara prinsip-prinsip umum perilaku dalam pelayanan
publik dan kode etik yang berisi tindakan dan larangan khusus yang
menunjukkan bahwa prinsip-prinsip tersebut dipatuhi.
 UU Kebebasan Informasi tahun 2000, memberi publik satu hak
sederhana untuk mengakses informasi yang dipegang oleh otoritas
publik.
 UU Pembunuhan Perusahaan 2007, yang mulai berlaku pada tanggal 6
April 2008, mengklarifikasi pertanggungjawaban pidana perusahaan
termasuk organisasi besar di mana kegagalan serius dalam pengelolaan
kesehatan dan keselamatan mengakibatkan kematian. Untuk pertama
kalinya, perusahaan dan organisasi dapat dinyatakan bersalah atas
pembunuhan tidak berencana sebagai akibat dari kegagalan
manajemen yang serius yang mengakibatkan pelanggaran berat
terhadap tugas kehati-hatian.
 UU Suap 2010, mengkonsolidasikan dan memodernisasi undang-
undang tentang penyuapan dan menyediakan kerangka kerja yang lebih
efektif untuk memerangi penyuapan baik di sektor swasta maupun
publik. UU tersebut menciptakan sejumlah pelanggaran baru yang
berkaitan dengan menjanjikan atau memberi keuntungan atau suap,
dan memperkenalkan peraturan antikorupsi.
 UU Kesetaraan 2010, mencakup bidang diskriminasi dan melarang
perlakuan tidak adil.

32
CASE STUDY

YAYASAN PERDAGANGAN YANG ADIL

Selama beberapa dekade terakhir, cita-cita perdagangan yang adil telah


menonjol di ritel Inggris. Kisah tentang bagaimana hal ini terjadi menunjukkan
bagaimana sebuah organisasi dapat membuat kemajuan menuju tujuannya sendiri
melalui pengembangan jaringan yang efektif dengan organisasi lain, tentang
pertukaran yang harus dikelola sepanjang jalan dan tentang realitas pencapaian
peningkatan dalam etika bisnis. Kekhawatiran umum tentang ketidakadilan dalam
perdagangan dunia cukup mudah untuk diungkapkan. Pertama, kesenjangan
standar hidup antara yang terkaya dan yang termiskin sangat lebar dan skala
kemiskinan yang sangat besar.

Program Pembangunan PBB menunjukkan pada tahun 2015 bahwa


meskipun tingkat kemiskinan berkurang setengahnya antara tahun 1990 dan 2010,
masih ada lebih dari 1,2 miliar orang di seluruh dunia sekitar satu dari lima di
wilayah berkembang yang hidup dalam kemiskinan ekstrem. Kedua, fakta bahwa
kesenjangan ini begitu lebar sering dirasakan ada hubungannya dengan cara
perdagangan internasional beroperasi (walaupun definisi masalah sebenarnya
adalah sesuatu yang sangat berbeda pendapat para ahli). Akhirnya, tampaknya ada
perasaan yang tumbuh bahwa ini bukan hanya masalah kebijakan tingkat tinggi
yang sulit dipahami, yang harus ditangani oleh pemerintah, para ahli, dan
sejenisnya, melainkan proses di mana kita semua mengambil bagian sebagai
akibat dari pilihan yang kita buat ketika kita membeli dan mengkonsumsi produk
dan jasa. sisi negatifnya, permintaan kita pada nilai uang di toko-toko mungkin

33
memiliki konsekuensi negatif yang tidak terlihat bagi orang-orang di negara lain
yang berada dalam posisi yang jauh lebih berbahaya daripada kita. Lebih
positifnya, kekuatan konsumen dapat memberi kita sarana, jika kita mengambil
kesulitan untuk mengurangi kerugian yang kita lakukan lebih jauh di sepanjang
rantai pasokan dan bahkan mungkin menciptakan perubahan menjadi lebih baik.
gerakan Fairtrade telah berusaha untuk mengatasi masalah ini. gerakan Fairtrade
adalah jaringan mitra internasional, yang mendefinisikan perdagangan yang adil
sebagai berikut:

Fairtrade adalah tentang harga yang lebih baik, kondisi kerja yang layak,
keberlanjutan lokal, dan ketentuan perdagangan yang adil bagi petani dan
pekerja di negara berkembang. Dengan mewajibkan perusahaan untuk membayar
harga yang berkelanjutan (yang tidak boleh jatuh lebih rendah dari harga pasar),
Fairtrade mengatasi ketidakadilan perdagangan konvensional, yang secara
tradisional mendiskriminasi produsen termiskin dan terlemah. Ini memungkinkan
mereka untuk meningkatkan posisi mereka dan memiliki kendali lebih besar atas
hidup mereka

Di Inggris, gerakan ini berpusat di sekitar Fairtrade Foundation, yang dibentuk


pada tahun 1992 oleh lima badan amal terkemuka, yang kemudian bergabung
dengan Institut Wanita. Yayasan tersebut memiliki empat aliran utama kegiatan:

 Memberikan sertifikasi independen dari rantai perdagangan dan lisensi


penggunaan merek Fairtrade pada produk sebagai jaminan konsumen.
 Membantu meningkatkan permintaan akan produk Fairtrade dan
memberdayakan produsen untuk menjual ke pedagang dan pengecer.
 Bekerja dengan mitra untuk mendukung organisasi produsen dan jaringan
mereka.
 Meningkatkan kesadaran masyarakat akan perlunya perdagangan yang adil
dan peran penting merek Fairtrade dalam mewujudkan perdagangan yang
adil.

34
Launching the concept

Laporan pers reguler memperjelas, Fairtrade di Inggris berkembang pesat


sejak diluncurkan pada tahun 1992, dari produk bersertifikat pertama (cokelat
emas Maya hijau dan hitam), melalui pertumbuhan untuk memasukkan rangkaian
produk yang lebih luas dan kemudian masuk ke perdagangan katering. dua puluh
tahun setelah diluncurkan, lebih dari 4.500 produk Fairtrade dijual di Inggris,
dengan penjualan tahun 2013 senilai £1,78 miliar, naik 14 persen dari tahun
sebelumnya. Selama beberapa tahun, persentase pengakuan merek Fairtrade tetap
berada di pertengahan hingga tinggi 70-an, faktor kunci adalah dalam mendorong
pertumbuhan adopsi oleh pengecer. namun, ada banyak ruang untuk pertumbuhan
lebih lanjut: meskipun Inggris adalah pemimpin internasional dalam penetrasi
produk Fairtrade, produk-produk ini hanya menyumbang 1,5 persen dari
keseluruhan pasar makanan dan minuman Inggris pada tahun 2013. Evolusi
pendekatan Fairtrade telah menjadi subyek sejumlah penelitian. Davies
menunjukkan bahwa tiga 'era' sejauh ini dapat dibedakan:

 Era 'solidaritas' (1970–1990), di mana penjualan terutama dalam produk


kerajinan, memanfaatkan organisasi perdagangan alternatif seperti toko
nirlaba dan amal, pesanan khusus lewat pos, dan organisasi keagamaan.
kualitas produk tidak konsisten dan terkadang buruk, dan branding sangat
terbatas.
 Era 'ceruk pasar' (1990–2002), yang melihat perluasan jangkauan, dengan
pertumbuhan pelabelan Fairtrade yang dapat dikenali dan daya tarik yang
diarahkan terutama pada konsumen etis, berdasarkan hubungan
masyarakat dan kampanye pers.
 Era 'pasar massal' (dari tahun 2002 dan seterusnya), ditandai dengan
ekspansi cepat (kebanyakan) produk makanan ke lebih banyak outlet
utama, terutama supermarket, tetapi juga rantai utama kafe dan restoran.
kritis, Fairtrade memutuskan untuk memasukkan organisasi besar ke
dalam skema, yang memungkinkan mereka memperluas daya tarik ke
pelanggan pasar massal.

35
Dalam makalah sebelumnya,Jones dkk. membahas beberapa masalah yang
harus diatasi ketika berekspansi ke ritel pasar massal. Misalnya, supermarket perlu
mengamankan persediaan yang cukup, konsisten, dan teratur untuk menjaga stok,
tanpa persediaan yang terus berkembang hal ini terkadang menjadi tantangan bagi
produsen kecil di Inggris, tetapi ketika produsen produk Fairtrade tinggal di
bagian terpencil negara dengan infrastruktur yang kurang berkembang,
masalahnya bisa jauh lebih besar. pada tahap awal, kesediaan bagian pasar yang
lebih luas untuk membayar sedikit harga premium untuk produk Fairtrade
merupakan area ketidakpastian. Supermarket harus memainkan peran mereka
dalam pendidikan konsumen di masa-masa awal melalui selebaran di dalam toko
dan materi pajangan serta kampanye iklan.

Davies juga menjawab pertanyaan tentang bagaimana perkembangan ini dapat


berlanjut di masa depan, menunjukkan kemungkinan 'institusionalisasi' yang
kurang lebih lengkap, di mana kualitas produk Fairtrade menjadi norma untuk
penjualan arus utama, bukan ceruk khusus. tentu saja, kemungkinan ini hanya ada
karena produk-produk Fairtrade kini menonjol di gerai-gerai pasar massal. di
masa depan kita mungkin mendekati titik kritis di mana konsumen rata-rata akan
mulai bertanya-tanya mengapa merek tertentu ada di rak supermarket. Tidak
Label perdagangan yang adil. hal ini dapat menghadirkan tantangan manajemen
yang besar bagi Fairtrade Foundation: label tersebut hanya berfungsi karena
diakui secara luas, dipahami, dan terutama diterima sebagai jaminan yang dapat
dipercaya. kredibilitas mendasar itu sama pentingnya bagi pengecer supermarket
maupun bagi konsumen: jika kenyataan mulai tidak memenuhi janji dalam hal apa
pun, maka segala sesuatunya dapat dengan cepat menjadi sulit bagi merek
tersebut.

Masalah kepercayaan dan kredibilitas menjadi lebih kompleks bagi Fairtrade


seiring pertumbuhan bisnisnya: logo Fairtrade telah digabungkan dalam kesadaran
konsumen oleh sejumlah skema sertifikasi lainnya. peningkatan penekanan pada
etika produk ini dalam banyak hal merupakan perkembangan yang disambut baik.
Bagi Fairtrade, ini berarti persaingan yang lebih besar untuk mendapatkan

36
perhatian publik, tetapi juga dapat memperluas risiko bagi organisasi dan citranya,
karena masalah dengan salah satu dari skema pelabelan ini dapat merusak
kredibilitas konsumsi etis secara lebih umum. juga, kisaran masalah yang dicakup
oleh skema ini lebih luas daripada perdagangan yang adil saja, meningkatkan
kemungkinan kebingungan tentang apa yang sebenarnya dijamin oleh label
individu dan karenanya risiko kekecewaan sebagai akibat dari ekspektasi yang
salah.

Good or not; who decides?

Seiring dengan berkembangnya gerakan Fairtrade, hal itu telah menarik


kritik dari kedua sayap politik. Low dan Davenport, misalnya, menyarankan
bahwa ada dua bahaya yang melekat dalam pertumbuhan ini: bahwa perampasan
organisasi oleh kepentingan komersial dalam proses yang penulis sebut
'cleanwashing'; dan transformasi pesan Fairtrade menjadi salah satu 'berbelanja
untuk dunia yang lebih baik', di mana nilai-nilai radikal asli gerakan dipermudah.
kritik berbeda datang dari kanan pada tahun 2008 ketika institut Adam Smith yang
memperjuangkan pasar bebas menerbitkan laporannya 'Perdagangan tidak adil'.
Mengakui niat baik dari gerakan tersebut, ia berpendapat bahwa pendekatan
Fairtrade jauh kurang efektif dalam mengurangi kemiskinan daripada
perdagangan bebas global, jika negara-negara kaya menghapus hambatan
perdagangan dan subsidi domestik yang mempersulit negara-negara miskin untuk
menjual. pada tahun 2010, ia juga menyatakan bahwa pendekatan Fairtrade hanya
dapat menguntungkan beberapa produsen; khususnya, Fairtrade tampaknya tidak
memfokuskan upayanya pada negara-negara termiskin, melainkan pada negara-
negara berpenghasilan menengah, di mana penetrasi Fairtrade lebih tinggi.

Mereka yang bekerja di bawah terik matahari dengan upah rendah dapat
dimaafkan untuk tingkat ketidaksabaran dengan argumen teoretis ini: apakah
penting jika beberapa pembeli produk Fairtrade yang meningkat pesat tidak

37
sepenuhnya memahami atau setuju dengan agenda radikal dari hari-hari awal?
apakah benarbenar lebih baik bagi orang miskin untuk menunggu datangnya
manfaat dari perdagangan bebas sejati, mengingat kemajuan negosiasi
internasional yang lambat untuk mencapai tujuan itu? seperti yang dikatakan
Voltaire, bukankah kita dalam bahaya membiarkan yang terbaik menjadi musuh
kebaikan? mereka yang mendapat manfaat dari sistem Fairtrade tampaknya
memiliki sedikit keraguan tentang peningkatan manfaat yang dihasilkannya.

Gerakan Fairtrade telah berhasil mencapai pertumbuhan yang sangat cepat


dari ceruk khusus menjadi arus utama. itu telah menciptakan dan
mengkomunikasikan identitas merek terkemuka yang memberi konsumen jaminan
khusus tentang rantai nilai yang telah membawa produk ke rak. untuk mencapai
dan mempertahankan kredibilitas ini, Fairtrade Foundation harus menentukan dan
mengelola apa yang terjadi di hulu, untuk menggunakan kekuatan besar
supermarket untuk membawa produk ini ke pasar arus utama. Banyak
supermarket dengan antusias bergabung dalam proses edukasi konsumen tentang
produk Fairtrade, mungkin karena alasan komersial yang normal untuk
kepentingan pribadi. namun mereka tidak diragukan lagi telah membantu gagasan
tersebut untuk tertanam kuat di benak pelanggan mereka dan dengan demikian
memastikan bahwa etika tetap menjadi agenda konsumen.

TUGAS

1. Siapa pemangku kepentingan Fairtrade Foundation? Menggunakan Gambar


14.2 sebagai titik awal, identifikasi contoh dari setiap jenis pemangku
kepentingan. Siapa yang paling kuat? Siapa yang paling penting?
mengidentifikasi bidang-bidang di mana kepentingan para pemangku
kepentingan berkonflik serta bidang-bidang di mana kepentingan itu
berbenturan.

Jawab: Pemangku kepentingan Fairtrade ialah negara berkembang yang mana


didalamnya terdapat pemerintah yang memiliki peran maksimal dalam

38
mensejahterakan masyarakatnya. Kemudian produsen yang mengalami
dampaknya, dimana produsen besar bisa mengoptimalkan segala usahanya dan
perusahaan kecil sebenarnya bis menikmati keuntungan yang diakibatkan oleh
fairtrade salah satunya adalah harga yang adil. Dan masyarakat sebagai konsumen
yang menjadi tolak ukur dan tujuannya. Kemudian pada kasus ini sering terjadi
konflik di antara produsen kecil dan konsumen karena ketika dalam pasar yang
terdapat barang yang majemuk tentu masyrakat atau konsumen yang tidak paham
akan selalu memilih barang yang dihasilkan oleh produsen besar. Posisi yang
paling penting ialah berada pada pengecer karena akan mempermudahkan
konsumen menemui barang yang merk fairtrade.

2. Jelaskan menurut Anda apa yang dimaksud low dan davenport dengan istilah
'cleanwashing' dan mengapa ini mungkin bahaya terhadap nilai-nilai Fairtrade
Foundation.
Jawab: Low dan Davenport ialah kedua politik yang menarik Kritik dari
gerakan Fairtrade Foundation. Dalam istilah ‘clean washing’ yakni
perampasan organisasi yang dilakukan untuk kepentingan
komersial.bahayanya yaitu dimana disini hanya digunakan untuk kepentingan
komersial saja juga di mana nilai-nilai radikal asli gerakan semakin
dipermudah.

3. Dengan mengacu pada keputusan untuk memasukkan supermarket besar dan


pengecer skala besar lainnya ke dalam skema, diskusikan apakah menurut
Anda tindakan 'baik' dapat dihasilkan dari motif egois atau tidak. menyajikan
argumen di kedua sisi.
Jawab: Ya, tindakan baik bisa dihasilkan dari motif egois, tindakan ini
berlaku untuk diri sendiri yang dimana tidak harus selalu memikirkan orang
lain. Sifat egois memang terdengar sangat buruk tapi tindakan tersebut ada
baiknya, karena tidak bisa kita selalu memprioritaskan orang lain. Ada diri
sendiri juga yang harus kita prioritaskan, namun penggunaan sifat ini harus

39
berhati-hati harus tahu sifat ini digunakan dalam situasi dan kondisi yang
seperti apa.

4. Bagaimana menurut Anda Fairtrade Foundation harus menyampaikan


pesannya selama resesi ekonomi, kapan konsumen Barat mungkin lebih
termotivasi oleh harga daripada pertimbangan lainnya?
Jawab: Menurut kelompok kami, Fairtrade Foundation menyampaikan
pesannya dengan memberi tahukan secara jelas permasalahan-permasalahan
selama berada di resesi ekonomi, selain itu juga dia perlu menyampaikan
solusi untuk keluar zona dari resesi ekonomi. Konsumen barat kemungkinan
akan lebih termotivasi oleh harga, jika harga tersebut murah. Tetapi sebelum
itu, diperlukan untuk konsumen barat memercayai penjual, dengan penjual
memberikan kualitas yang baik pada produknya, dan selanjutnya bisa
diberikan dengan harga yang terjangkau.

BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Organisasi tidak dapat beroperasi secara terpisah dari interaksi
dengan lingkungan eksternalnya dan ini menimbulkan tanggung jawab
sosial perusahaan yang lebih luas. Etika dalam perusahaan akan
menghasilkan budaya interaksi yang saling terkait, mempunyai kinerja
efisiensi dan efektif serta semakin baiknya produktivitas kegiatan
organisasi perusahaan. Kepentingan eksternal dan internal di perusahaan
akan dikenalkan dalam konsep stakeholder sebagai rangkaian
memaknakan bahwa sebuah bisnis mempunyai kemampuan positif bagi

40
seluruh pemangku kepentingan perusahaan yang mengubah paradigma
sebagai bagian tantangan dan peluang dalam menjalankan sebuah
manajemen strategi bisnis modern yang efektif, efisien dan produktivitas
tinggi. Dengan memperhatikan seluruh kepentingan stakeholders tersebut
memberikan arti bahwa proses etika bisnis berjalan dengan tekanan yang
sama untuk perusahaan mengambil tanggung jawab yang harus dilakukan
memenuhi tuntutan seluruh kepentingan stakeholder yang ada. Dalam
dinamikanya, etika bisnis dan tanggung jawab perusahaan seharusnya
tidak kaku, tetapi harus senantiasa terus berdinamika dalam setiap kondisi
yang ada. Tuntutan kepentingan konsumen yang merupakan hal etis yang
harus diperhatikan oleh perusahaan. Maka perusahaan yang bertanggung
jawab harus mempertimbangkan kondisi kepentingan konsumen dengan
baik, sambil tetap memperhatikan kompetisi yang ada, nilai-nilai bisnis
yang ada dan juga tuntutan dari kepentingan pemerintah dalam arti
terdapat tendensi positif perusahaan untuk mentaati seluruh aturan yang
ditekankan oleh pemerintah, baik aspek sosial, produksi, kepatuhan hukum
dan ramah lingkungannya.

3.2 Saran
Strategi, tanggung jawab perusahaan, dan etika diperlukan disetiap
perusahaan guna mencapai tujuan yang diinginkan. Strategi, tanggung
jawab perusahaan, dan etika sebaiknya bersifat fleksibel dan selalu ada
perubahan mengikuti perkembangan yang ada agar tidak menjadi tekanan
bagi konsumen maupun penjual. Dan juga dalam ruang lingkup etika
bisnis itu sangat luas dan menimbulkan beberapa pertanyaan diantaranya
etika dan tujuan perusahaan, dan pengambilan keputusan etis di tempat
kerja. Oleh sebab itu, penulis menyarankan untuk pembaca mempelajari
strategi, tanggung jawab perusahaan, dan etika lebih dalam, guna dapat
diimplementasikan dalam kehidupan berorganisasi di perusahaan.

41
DAFTAR PUSTAKA

J.Mullins, Laurie; Gill Christy. 2016. Management and Organisational


Behaviour. New York: Pearson.

42

Anda mungkin juga menyukai