Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH KELOMPOK 9

ETIKA PROFESIONAL AKUNTAN PUBLIK

Dosen Pengampu :
Dra. Susfa Yetti, M.Si.,Ak.

Nama Anggota :
Agung Bastanta Purba (C1C021118)
Anisa Br Nainggolan (C1C021239)
Fia Anjelia Putri (C1C021241)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS JAMBI
2022
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur marilah kita panjatkan kepada Tuhan yang maha esa yang telah
memberikan kesehatan jasmani dan rohani sehingga kita masih tetap bisa menikmati alam
ciptaannya. Penulis bersyukur karena telah menyelesaikan makalah yang diberi judul “Etika
Profesional Akuntan Publik”. Sebagai tugas mata kuliah Auditing 1.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih, kepada semua pihak yang telah membantu
hingga terselesaikannya makalah ini. Dan penulis memahami jika makalah ini tentu jauh dari
kata kesempurnaan maka kritik dan saran sangat kami butuh kan guna memperbaiki karya-
karya saya lain waktu.

Jambi, September 2022

Kelompok 9

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................1
1.3 Tujuan...............................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................1
2.1 Kode Etik IAI tahun 1998................................................................................................1
2.2 Kode Etik IAPI tahun 2008..............................................................................................4
BAB III PENUTUP....................................................................................................................9
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................................9
3.1 Saran.................................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................10

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Etika Profesional yang mengatur perilaku akuntan yang menjalankan praktik akuntan
public di Indonesia. Pada tahun 1998, Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) merumuskan etika
profesional baru yang diberi nama Kode Etik Ikatan Akuntansi Indonesia. Etika profesional
baru ini berbeda dengan etika profesional yang berlaku dalam tahun- tahun sebelumnya.
Kode etik IAI ini dikembangkan dengan struktur baru.
IAPI telah memberikan tanggung jawab kepada Dewan Standar Profesional Akuntan
Publik IAPI untuk mengembangkan dan menetapkan suatu standar profesi dan kode etik
profesi yang berkualitas yang berlaku bagi profesi akuntan publik di Indonesia. Kode Etik
Profesi Akuntan Publik (“Kode Etik“) ini terdiri dari dua bagian, yaitu Bagian A dan Bagian
B. Bagian A dari Kode Etik ini menetapkan prinsip dasar etika profesi dan memberikan
kerangka konseptual untuk penerapan prinsip tersebut. Bagian B dari Kode Etik ini
memberikan ilustrasi mengenai penerapan kerangka konseptual tersebut pada situasi tertentu.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Apa Kode Etik IAI tahun 1998?
2. Apa Kode Etik IAPI tahun 2008?
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Menjelaskan Kode Etik IAI tahun 1998
2. Menjelaskan Kode Etik IAPI tahun 2008
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh dari suatu penelitian menggambarkan nilai dan kualitas
penelitian.Penelitian ini diharapkan dapat berhasil dengan baik, yaitu dapat mencapai tujuan
secara optimal, dapat menghasilkan laporan yang sistematis, dan dapat bermanfaat secara
umum.

1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Kode Etik IAI tahun 1998
A. Pengertian
Menurut bahasa Yunani Kuno, etika berasal dari kata ethikos yang berarti “timbul dari
kebiasaan”. Etika adalah cabang utama filsafat yang mempelajari nilai atau kualitas yang
menjadi studi mengenai standar dan penilaian moral. Etika mencakup analisis dan penerapan
konsep seperti benar, salah, baik, buruk, dan tanggung jawab.
Etika Profesional yang mengatur perilaku akuntan yang menjalankan praktik akuntan
public di Indonesia. Pada tahun 1998, Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) merumuskan etika
profesional baru yang diberi nama Kode Etik Ikatan Akuntansi Indonesia. Etika profesional
baru ini berbeda dengan etika profesional yang berlaku dalam tahun- tahun sebelumnya.
Kode etik IAI ini dikembangkan dengan struktur baru. Kompartemen yang dibentuk dalam
organisasi IAI terdiri dari 4 macam yaitu:
1. Kompartemen Akuntan Publik
2. Kompartemen Akuntan Manajemen
3. Kompartemen Akuntan Pendidik
4. Kompartemen Akuntan Sektor Publik.
Masing- masing kompartemen digunakan untuk mengorganisasi anggota IAI yang
berprofesi sebagai Akuntan Publik, Manajemen, Pendidik, serta Akuntan Sektor Publik.
Sebagai induk organisasi, IAI merumuskan Prinsip Etika yang berlaku umum untuk semua
anggota IAI.
Etika profesional dikeluarkan oleh organisasi profesi untuk mengatur perilaku
anggotanya dalam menjalankan praktik profesinya bagi masyarakat. Dalam kongresnya tahun
1973, IAI untuk pertama kalinya menetapkan Kode Etik bagi profesi Akuntan di Indonesia.
Pembahasan mengenai kode etik IAI ditetapkan dalam Kongres VIII tahun 1998.
Dalam kode etik yang berlaku sejak tahun 1998, IAI menetapkan delapan prinsip etika
yang berlaku bagi seluruh anggota IAI dan seluruh kompartemennya. Setiap kompartemen
menjabarkan 8 (delapan) Prinsip Etika ke dalam Aturan Etika yang berlaku secara khusus
bagi anggota IAI. Setiap anggota IAI, khususnya untuk Kompartemen Akuntansi Sektor
Publik harus mematuhi delapan Prinsip Etika dalam Kode Etika IAI beserta Aturan Etikanya.

2
Prinsip Etika Profesi Akuntan :
a) Tanggung Jawab Profesi
Dalam melaksanakan tanggung-jawabnya sebagai profesional setiap anggota harus
senantiasa menggunakan pertimbangan moral dan profesional dalam semua kegiatan yang
dilakukannya.
b) Kepentingan Publik
Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam kerangka pelayanan kepada
publik, menghormati kepercayaan publik, dan menunjukkan komitmen atas profesionalisme.
c) Integritas
Untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan publik, setiap anggota harus memenuhi
tanggung jawab profesionalnya dengan integritas setinggi mungkin.
d) Obyektivitas
Setiap anggota harus menjaga obyektivitasnya dan bebas dari benturan kepentingan dalam
pemenuhan kewajiban profesionalnya.
e) Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional
Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya tkngan kehati-hatian, kompetensi
dan ketekunan, serta mempunyai kewajiban untuk mempertahankan pengetahuan dan
keterampilan profesional pada tingkat yang diperlukan untuk memastikan bahwa klien atau
pemberi kerja memperoleh matifaat dari jasa profesional yang kompeten berdasarkan
perkembangan praktik, legislasi dan teknik yang paling mutakhir.
f) Kerahasiaan
Setiap anggota harus, menghormati leerahasiaan informasi yang diperoleh selama melakukan
jasa profesional dan tidak boleh memakai atau mengungkapkan informasi tersebut tanpa
persetujuan, kecuali bila ada hak atau kewajiban profesional atau hukum untuk
mengungkapkannya.
g) Perilaku Profesional
Setiap anggota harus berperilaku yang konsisten dengan reputasi profesi yang baik dan
menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi.
h) Standar Teknis
Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya sesuai dengan standar teknis dan
standar proesional yang relevan. Sesuai dengan keahliannya dan dengan berhati-hati, anggota
mempunyai kewajiban untuk melaksanakan penugasan dari penerima jasa selama penugasan
tersebut sejalan dengan prinsip integritas dan obyektivitas. kewajiban untuk melaksanakan
penugasan dari penerima jasa selama penugasan tersebut sejalan dengan prinsip integritas dan
obyektivitas.
B. RUU dan Kode Etik Profesi Akuntan Publik
Untuk mengawasi akuntan publik, khususnya kode etik, Departemen Keuangan
(DepKeu) mempunyai aturan sendiri yaitu Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No.17 Tahun
2008 yang mewajibkan akuntan dalam melaksanakan tugas dari kliennya berdasarkan SPAP

3
(Standar Profesi Akuntan Publik) dan kode etik. SPAP dan kode etik diterapkan oleh asosiasi
profesi berdasarkan standar Internasional. Misalkan dalam auditing, SPAP berstandar kepada
International Auditing Standart.
Laporan keuangan mempunyai fungsi yang sangat vital, sehingga harus disajikan
dengan penuh tanggung jawab. Untuk itu, Departemen Keuangan menyusun rancangan
Undang-undang tentang Akuntan Publik dan RUU Laporan Keuangan. RUU tentang
Akuntan Publik didasari pertimbangan untuk profesionalisme dan integritas profesi akuntan
publik. RUU Akuntan Publik terdiri atas 16 Bab dan 60 Pasal , dengan pokok-pokok
mencakup lingkungan jasa akuntan publik, perijinan akuntan publik, sanksi administratif, dan
ketentuan pidana.
Sedangkan kode etik yang disusun oleh SPAP adalah kode etik International
Federations of Accountants (IFAC) yang diterjemahkan, jadi kode etik ini bukan merupakan
hal yang baru kemudian disesuaikan dengan IFAC, tetapi mengadopsi dari sumber IFAC.
Jadi tidak ada perbedaaan yang signifikan antara kode etik SAP dan IFAC.
Adopsi etika oleh Dewan SPAP tentu sejalan dengan misi para akuntan Indonesia
untuk tidak jago kandang. Apalagi misi Federasi Akuntan Internasional seperti yang disebut
konstitusi adalah melakukan pengembangan perbaikan secara global profesi akuntan dengan
standar harmonis sehingga memberikan pelayanan dengan kualitas tinggi secara konsisten
untuk kepentingan publik.
Seorang anggota IFAC dan KAP tidak boleh menetapkan standar yang kurang tepat
dibandingkan dengan aturan dalam kode etik ini. Akuntan profesional harus memahami
perbedaaan aturan dan pedoman beberapa daerah juridiksi, kecuali dilarang oleh hukum atau
perundang-undangan.
1. Aturan Etika
Aturan Etika Akuntan Publik Indonesia telah diatur dalam SPAP dan berlaku sejak
tahun 2000. Aturan etika IAI-KAP ini memuat lima hal:
 Standar umum dan prinsip akuntansi
 Tanggung jawab dan praktik lain
 Tanggung jawab kepada klien
 Independensi, integritas, dan objektivitas
 Tanggung jawab kepada rekan seprofesi
2. Interpretasi Etika
Interpretasi Aturan Etika merupakan interpretasi yang dikeluarkan oleh Badan yang
dibentuk oleh Himpunan setelah memperhatikan tanggapan dari anggota, dan pihak-pihak
berkepentingan lainnya, sebagai panduan dalam penerapan Aturan Etika, tanpa dimaksudkan
untuk membatasi lingkup dan penerapannya. Pernyataan Etika Profesi yang berlaku saat ini
dapat dipakai sebagai Interpretasi dan atau Aturan Etika sampai dikeluarkannya aturan dan
interpretasi baru untuk menggantikannya.
Kepatuhan Kepatuhan terhadap Kode Etik, seperti juga dengan semua standar dalam
masyarakat terbuka, tergantung terutama sekali pada pemahaman dan tindakan sukarela
anggota. Di samping itu, kepatuhan anggota juga ditentukan oleh adanya pemaksaan oleh
sesama anggota dan oleh opini publik, dan pada akhirnya oleh adanya mekanisme
pemrosesan pelanggaran Kode Etik oleh organisasi, apabila diperlukan, terhadap anggota

4
yang tidak menaatinya. Jika perlu, anggota juga harus memperhatikan standar etik yang
ditetapkan oleh badan pemerintahan yang mengatur bisnis klien atau menggunakan
laporannya untuk mengevaluasi kepatuhan klien terhadap peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
3. Interpretasi Aturan Etika
Interpretasi aturan etika merupakan penafsiran, penjelasan, atau elaborasi lebih lanjut
atas hal-hal, isu-isu, dan pasal-pasal yang diatur dalam aturan etika, yang dianggap
memerlukan penjelasan agar tidak terjadi perbedaan pemahaman atas aturan etika yang
dimaksud. Interpretasi aturan etika ini dikeluarkan oleh suatu badan yang dibentuk oleh
pengurus kompartemen atau institut profesi sejenis yang bersangkutan setelah
memperhatikan tanggapan dari anggota serta pihak-pihak yang berkepentingan lainnya
sebagai panduan dalam penerapan aturan etika, tanpa dimaksudkan untuk membatasi lingkup
dan penerapannya.
4. Tanya dan Jawab
Pada tingkatan terakhir, dimungkinkan adanya tanya-jawab yang berkaitan dengan isu-
isu etika. Tanya-jawab ini dapat dilakukan dengan Dewan Standar Profesi yang dibentuk oleh
pengurus kompartemen atau institut yang bersangkutan guna memberikan penjelasan atas
setiap pertanyaan dari anggota kompartemen tentang aturan etika beserta interpretasinya.
Kode Etik Profesi Akuntan Publik (sebelumnya disebut Aturan Etika Kompartemen
Akuntan Publik) adalah aturan etika yang harus diterapkan oleh anggota Institut Akuntan
Publik Indonesia atau IAPI (sebelumnya Ikatan Akuntan Indonesia – Kompartemen Akuntan
Publik atau IAI-KAP) dan staf profesional (baik yang anggota IAPI maupun yang bukan
anggota IAPI) yang bekerja pada satu Kantor Akuntan Publik (KAP).
Tujuan profesi akuntansi adalah memenuhi tanggung-jawabnya dengan standar
profesionalisme tertinggi, mencapai tingkat kinerja tertinggi, dengan orientasi kepada
kepentingan publik. Untuk mencapai tujuan tersebut terdapat empat kebutuhan dasar yang
harus dipenuhi:
 Kredibilitas. Masyarakat membutuhkan kredibilitas informasi dan sistem informasi.
 Profesionalisme. Diperlukan individu yang dengan jelas dapat diidentifikasikan oleh
pemakai jasa Akuntan sebagai profesional di bidang akuntansi.
 Kualitas Jasa. Terdapatnya keyakinan bahwa semua jasa yang diperoleh dari akuntan
diberikan dengan standar kinerja tertinggi.
 Kepercayaan. Pemakai jasa akuntan harus dapat merasa yakin bahwa terdapat
kerangka etika profesional yang melandasi pemberian jasa oleh akuntan.

2.2 Kode Etik IAPI tahun 2008


A. Pengertian
Salah satu misi Institut Akuntan Publik Indonesia (“IAPI”) adalah untuk menyusun
dan mengembangkan standar profesi dan kode etik profesi akuntan publik yang berkualitas
dengan mengacu pada standar internasional. Sehubungan dengan hal tersebut, IAPI telah
memberikan tanggung jawab kepada Dewan Standar Profesional Akuntan Publik IAPI untuk
mengembangkan dan menetapkan suatu standar profesi dan kode etik profesi yang
berkualitas yang berlaku bagi profesi akuntan publik di Indonesia. Kode Etik Profesi Akuntan

5
Publik (“Kode Etik“) ini terdiri dari dua bagian, yaitu Bagian A dan Bagian B. Bagian A dari
Kode Etik ini menetapkan prinsip dasar etika profesi dan memberikan kerangka konseptual
untuk penerapan prinsip tersebut. Bagian B dari Kode Etik ini memberikan ilustrasi mengenai
penerapan kerangka konseptual tersebut pada situasi tertentu. Kode Etik ini menetapkan
prinsip dasar dan aturan etika profesi yang harus diterapkan oleh setiap individu dalam kantor
akuntan publik (“KAP“) atau Jaringan KAP1, baik yang merupakan anggota IAPI maupun
yang bukan merupakan anggota IAPI, yang memberikan jasa profesional yang meliputi jasa
assurance2 dan jasa selain assurance seperti yang tercantum dalam standar profesi dan kode
etik profesi. Untuk tujuan Kode Etik ini, individu tersebut di atas selanjutnya disebut
”Praktisi”. Anggota IAPI yang tidak berada dalam KAP atau Jaringan KAP dan tidak
memberikan jasa profesional seperti tersebut di atas tetap harus mematuhi dan menerapkan
Bagian A dari Kode Etik ini. Suatu KAP atau Jaringan KAP tidak boleh menetapkan kode
etik profesi dengan ketentuan yang lebih ringan daripada ketentuan yang diatur dalam Kode
Etik ini. Setiap Praktisi wajib mematuhi dan menerapkan seluruh prinsip dasar dan aturan
etika profesi yang diatur dalam Kode Etik ini, kecuali bila prinsip dasar dan aturan etika
profesi yang diatur oleh perundang-undangan, ketentuan hukum, atau peraturan lainnya yang
berlaku ternyata lebih ketat dari Kode Etik ini. Dalam kondisi tersebut, seluruh prinsip dasar
dan aturan etika profesi yang diatur dalam perundang-undangan, ketentuan hukum, atau
peraturan lainnya yang berlaku tersebut wajib dipatuhi, selain tetap mematuhi prinsip dasar
dan aturan etika profesi yang diatur dalam Kode Etik ini.
B. Prinsip Dasar
(a) Prinsip integritas.
Setiap Praktisi harus tegas dan jujur dalam menjalin hubungan profesional dan hubungan
bisnis dalam melaksanakan pekerjaannya.
(b) Prinsip objektivitas.
Setiap Praktisi tidak boleh membiarkan subjektivitas, benturan kepentingan, atau pengaruh
yang tidak layak (undue influence) dari pihak-pihak lain memengaruhi pertimbangan
profesional atau pertimbangan bisnisnya.
(c) Prinsip kompetensi serta sikap kecermatan dan kehati-hatian
profesional (professional competence and due care). Setiap Praktisi wajib memelihara
pengetahuan dan keahlian profesionalnya pada suatu tingkatan yang dipersyaratkan secara
berkesinambungan, sehingga klien atau pemberi kerja dapat menerima jasa profesional yang
diberikan secara kompeten berdasarkan perkembangan terkini dalam praktik, perundang-
undangan, dan metode pelaksanaan pekerjaan. Setiap Praktisi harus bertindak secara
profesional dan sesuai dengan standar profesi dan kode etik profesi yang berlaku dalam
memberikan jasa profesionalnya.
(d) Prinsip kerahasiaan.
Setiap Praktisi wajib menjaga kerahasiaan informasi yang diperoleh sebagai hasil dari
hubungan profesional dan hubungan bisnisnya, serta tidak boleh mengungkapkan informasi
tersebut kepada pihak ketiga tanpa persetujuan dari klien atau pemberi kerja, kecuali jika
terdapat kewajiban untuk mengungkapkan sesuai dengan ketentuan hukum atau peraturan
lainnya yang berlaku. Informasi rahasia yang diperoleh dari hubungan profesional dan
hubungan bisnis tidak boleh digunakan oleh Praktisi untuk keuntungan pribadinya atau pihak
ketiga.

6
(e) Prinsip perilaku profesional.
Setiap Praktisi wajib mematuhi hukum dan peraturan yang berlaku dan harus menghindari
semua tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi.
C. Pendekatan Kerangka Konseptual
Ancaman terhadap kepatuhan Praktisi pada prinsip dasar etika profesi dapat terjadi dalam
situasi tertentu ketika Praktisi melaksanakan pekerjaannya. Karena beragamnya situasi
tersebut, tidak mungkin untuk menjelaskan setiap situasi yang dapat menimbulkan ancaman
tersebut beserta pencegahan yang tepat dalam Kode Etik ini. Selain itu, karena berbedanya
sifat perikatan dan penugasan pekerjaan, pencegahan yang diterapkan untuk menghadapi
ancaman terhadap kepatuhan pada prinsip dasar etika profesi dapat berbeda untuk situasi
yang berbeda. Kerangka konseptual mengharuskan Praktisi untuk mengidentifikasi,
mengevaluasi, dan menangani setiap ancaman terhadap kepatuhan pada prinsip dasar etika
profesi dengan tujuan untuk melindungi kepentingan publik, serta tidak hanya mematuhi
seperangkat peraturan khusus yang dapat bersifat subjektif. Kode Etik ini memberikan suatu
kerangka untuk membantu Praktisi dalam mengidentifikasi, mengevaluasi, dan menanggapi
ancaman terhadap kepatuhan pada prinsip dasar etika profesi. Jika ancaman tersebut
merupakan ancaman selain ancaman yang secara jelas tidak signifikan, maka pencegahan
yang tepat harus dipertimbangkan dan diterapkan untuk menghilangkan ancaman tersebut
atau menguranginya ke tingkat yang dapat diterima, sehingga kepatuhan terhadap prinsip
dasar etika profesi tetap terjaga. Setiap Praktisi harus mengevaluasi setiap ancaman terhadap
kepatuhan pada prinsip dasar etika profesi ketika ia mengetahui, atau seharusnya dapat
mengetahui, keadaan atau hubungan yang dapat mengakibatkan pelanggaran terhadap prinsip
dasar etika profesi. Setiap Praktisi harus memperhatikan faktor-faktor kualitatif dan
kuantitatif dalam mempertimbangkan signifikansi suatu ancaman. Jika Praktisi tidak dapat
menerapkan pencegahan yang tepat, maka ia harus menolak untuk menerima perikatan
tersebut atau menghentikan jasa profesional yang diberikannya, atau bahkan mengundurkan
diri dari perikatan tersebut.
D. Ancaman dan Pencegahan
Kepatuhan pada prinsip dasar etika profesi dapat terancam oleh berbagai situasi. Ancaman
tersebut dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
(a) Ancaman kepentingan pribadi, yaitu ancaman yang terjadi sebagai akibat dari kepentingan
keuangan4 maupun kepentingan lainnya dari Praktisi maupun anggota keluarga langsung5
atau anggota keluarga dekat6 dari Praktisi.
(b) Ancaman telaah-pribadi, yaitu ancaman yang terjadi ketika pertimbangan yang diberikan
sebelumnya harus dievaluasi kembali oleh Praktisi yang bertanggung jawab atas
pertimbangan tersebut.
(c) Ancaman advokasi, yaitu ancaman yang terjadi ketika Praktisi menyatakan sikap atau
pendapat mengenai suatu hal yang dapat mengurangi objektivitas selanjutnya dari Praktisi
tersebut.
(d) Ancaman kedekatan, yaitu ancaman yang terjadi ketika Praktisi terlalu bersimpati
terhadap kepentingan pihak lain sebagai akibat dari kedekatan hubungannya.
(e) Ancaman intimidasi, yaitu ancaman yang terjadi ketika Praktisi dihalangi untuk bersikap
objektif. Pencegahan yang dapat menghilangkan ancaman tersebut atau menguranginya ke
tingkat yang dapat diterima dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

7
(1) Pencegahan yang dibuat oleh profesi, perundang-undangan, atau peraturan.
(2) Pencegahan dalam lingkungan kerja, Pencegahan yang dibuat oleh profesi, perundang–
undangan, atau peraturan mencakup antara lain:
 Persyaratan pendidikan, pelatihan, dan pengalaman untuk memasuki profesi.
 Persyaratan pengembangan dan pendidikan profesional
berkelanjutan.
 Peraturan tata kelola perusahaan;
 Standar profesi.
 Prosedur pengawasan dan pendisiplinan dari organisasi profesi atau regulator.
 Penelaahan eksternal oleh pihak ketiga yang diberikan kewenangan hukum atas
laporan, komunikasi, atau informasi yang dihasilkan oleh Praktisi.
 Sifat pencegahan yang diterapkan sangat beragam, tergantung dari situasinya. Dalam
memberikan pertimbangan profesionalnya terhadap pencegahan tersebut, setiap
Praktisi harus mempertimbangkan hal-hal yang dapat menyebabkan tidak dapat
diterimanya pertimbangan tersebut oleh pihak ketiga yang rasional dan memiliki
pengetahuan mengenai semua informasi yang relevan, termasuk pengetahuan
mengenai signifikansi ancaman dan pencegahan yang diterapkan.

8
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Laporan Keuangan yang accountable dan auditable sangatlah penting, baik bagi
perusahaan itu sendiri maupun bagi para pelaku bisnis lainnya. Di sini peran akuntan publik
sangatlah penting. Akuntan publik sebagai suatu profesi yang mengemban kepercayaan
publik harus bekerja dalam kerangka peraturan perundangan, kode etik dan standar profesi
yang jelas. Berbagai pelanggaran etika telah banyak terjadi saat ini dan dilakukan oleh
akuntan, misalnya berupa perekayasaan data akuntansi untuk menunjukkan kinerja keuangan
perusahaan agar terlihat lebih baik, ini merupakan pelanggaran akuntan terhadap kode etika
profesinya yang telah melanggar kode etik akuntan karena akuntan telah memiliki
seperangkat kode etik tersendiri yang disebut sebagai aturan tingkah laku moral bagi para
akuntan dalam masyarakat. Ancaman terhadap kepatuhan Praktisi pada prinsip dasar etika
profesi dapat terjadi dalam situasi tertentu ketika Praktisi melaksanakan pekerjaannya.
Karena beragamnya situasi, maka pencegahan yang tepat dalam kode etik ini adalah
mengaharuskan Praktisi untuk mengidentifikasi, mengevaluasi, dan menangani setiap
ancaman terhadap kepatuhan pada prinsip dasar etika profesi dengan tujuan untuk melindungi
kepentingan publik, serta tidak hanya untuk mematuhi seperangkat peraturan khusus yang
dapat bersifat subjektif.
Demikianlah bahwa salah satu hal yang membedakan profesi akuntan publik dengan
profesi lainnya adalah tanggung jawab profesi akuntan publik untuk melindungi kepentingan
publik. Oleh karena itu, tanggung jawab profesi akuntan publik tidak hanya terbatas pada
kepentingan klien atau pemberi kerja. Ketika bertindak untuk kepentingan publik, setiap
Praktisi harus mematuhi dan menerapkan seluruh prinsip dasar dan aturan etika profesi yang
diatur dalam Kode Etik. Kode Etik yang dijalankan dengan benar menjadikan sebuah profesi
menjadi terarah dan jauh dari skandal.
3.1 Saran
Demikianlah makalah ini penulis susun, semoga apa yang penulis uraikan diatas
mengenai Etika Profesional Akuntan Publik bermanfaat bagi kita semua. Penulis
menyarankan kita semua, agar dapat membedakan mana kalimat yang efektif dan mana yang
tidak. Agar komunikasi dapat berjalan dengan baik. Apalagi kedepannya kita akan menjadi
seorang pendidik. Tentulah kita harus tau menggunakan kalimat efektif agar nantinya peserta
didik kita dapat memahami dengan jelas apa yang kita sampaikan baik berupa penjelasan atau
perkataan maupun tulisan.

9
DAFTAR PUSTAKA
https://tryyulianty88.wordpress.com/2015/01/22/kode-etik-ikatan-akuntan-indonesia/
https://www.academia.edu/12178953/KODE_ETIK_PROFESI_AKUNTAN_IAPI
https://id.scribd.com/document/443901983/Kode-Etik-IAPI-docx

10

Anda mungkin juga menyukai