Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

PERSPEKTIF 5 AGAMA DALAM PEKAWINAN SESAMA


JENIS DI INDONESIA

Oleh:

Nama : Filda Lee Aula Amalia

NIIM : E1A016052

Tugas : Hukum dan Kajian Wanita

KEMENTERIAN RISET,TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS HUKUM
PURWOKERTO
2019
I. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Indonesia adalah negara yang relugius, hal ini menjadikan semua

masyarakat indonesia harus memiliki agama. Negara kita belum mengakui adanya

atheisme. Sehingga akhirnya muncul berbagai macam aliran kepercayaan diluar 5

agama yang dianut oleh kebanyakan masyarakat. Ada begitu banyak aliran di

negara Indonesia yang hidup Bersama masyarakat. Hal ini salah satunya juga

dikarenakan indonesia adalah negara yang memiliki banyak suku dan kebudayaan

yang beragam, sehingga aliran kepercayaan yang hidup di dalamnya juga

bermacam-macam.

Perkawinan dianggap sebagai sesuatu yang sakral di indonesia.

Lewat pernikahan, tidak hanya kedua mempelai yang bersatu, melainkan juga

keluarga kedua belah pihak. Sehingga tidak heran apabila resepsi pernikahan di

indonesia pasti diselenggarakan secara khidmat.

Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 menyatakan bahwa

yang dimaksud dengan perkawinan adalah ikatan lahir batin, antara seorang pria

dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga

(rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

Jika kita melihat kembali pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun

1974, tersirat makna bahwa negara kita tidak mengakui adanya perkawinan

sesame jenis. Hal ini dapat dibuktikan dengan mencari beberapa peraturan

mengenai perkawinan dimana di dalamnya tidak ditemukan pasal atau ketentuan


yang memberikan perlindungan hukum bagi pasangan sesame jenis, baik

Peraturan menganai Perkawinan maupun Peraturan mengenai Administrasi

penduduk.

Pernikahan sesama jenis dianggap sebagai perilaku seks

menyimpang di Indonesia. Hal ini bisa dirasakan dengan melihat reaksi

masyarakat indonesia apabila melihat pasangan sesama jenis di tempat terbuka

maupun respon masyarakat ketika mengetahui pemberitaan mengenai pernikahan

sesama Jenis di indonesia. Apalagi di era digital seperti sekarang ini, apabila

mendapati pemberitaan mengenai sepasang kekasih sesama jenis, pasti artikel

tersebut akan dipenuhi dengan komentar-komentar dari warganet yang secara

kompak menolak hal tersebut. Selain membuat pemerintah resah, tentunya hal

tersebut juga melukai sisi agamis masyarakat indonesia, karena tindakan tersebut

sudah menciderai nilai Keagamaan Bangsa Indonesia.

Pada makalah kali ini, saya akan membahas mengenai Bagaimana

5 Agama di indonesia dalam memandang fenomena perkawinan sesama jenis.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana Perkawinan sesama jenis menurut hukum agama Islam ?

2. Bagaimana Perkawinan sesama jenis menurut hukum agama Hindu ?

3. Bagaimana Perkawinan sesama jenis menurut hukum agama Kristen ?

4. Bagaimana Perkawinan sesama jenis menurut hukum agama Budha ?

5. Bagaimana Perkawinan sesama jenis menurut hukum agama Katholik ?


C. TUJUAN
Tujuan dari pembuatan makalah dengan judul PERSPEKTIF 5 AGAMA
DALAM PERKAWINAN SESAMA JENIS DI INDONESIA adalah sebagai
berikut :
1. Untuk mengetahui bagaimana hukum perkawinan sesama jenis pada 5 agama

tersebut

2. Untuk mengetahui alasan boleh/tidaknya perkawinan sesama jenis

3. Untuk mengetahui Pendapat ahli mengenai Perkawinan sesame jenis


II. PEMBAHASAN

1. Bagaimana Perkawinan sesama jenis menurut hukum agama Islam ?

Muhammad Ali as-Sabuni dalam tafsirnya Safwah at-Tafasir mengungkapkan

bahwa umat manusia yang kali pertama melakukan perbuatan homoseksual

(sodomi) adalah kaum Nabi Luth a.s. Dijelaskan bahwa perilaku homoseksual

kaum Nabi Lut} di mana orang yang normal lebih menyukai sesama jenisnya

dibandingkan dengan lawan jenisnya.

Hal ini secara tegas disebutkan dalam al-Qur’an surat an-Naml (27):

54-55: yang artinya

“Dan (ingatlah kisah) Lut}, ketika dia berkata kepada kaumnya: “Mengapa

kamu mengerjakan perbuatan fahisyah itu sedang kamu memperlihatkan(nya)?”.

“Mengapa kamu mendatangi laki-laki untuk (memenuhi) nafsu (mu), bukan

(mendatangi) wanita? Sebenar- nya kamu adalah kaum yang tidak mengetahui

(akibat perbuatanmu)”.

Juga dalam asy-Syu‘ara (26) ayat 165–166:

“Mengapa kamu mendatangi jenis lelaki di antara manusia, dan kamu

tinggalkan isteriisteri yang dijadikan oleh Tuhanmu untukmu, bahkan kamu

adalah orang-orang yang melampaui batas”.

Dari sisi hadis, homoseksual jelas haram. Hanya, para sahabat berbeda

pendapat tentang ekskusinya. Sebagian sahabat, seperti Abu


Bakar, mengatakan bahwa keduanya harus dibakar hidup-hidup hingga menjadi

pelajaran bagi yang lain. Sahabat yang lain berpendapat bahwa eksekusinya sama

persis dengan hukuman pezina yang sudah menikah (rajam). Sahabat lainnya

mengatakan, keduanya dibawa ke puncak tertinggi di negeri itu lalu diterjunkan

dari atas dan dihujani dengan batu. Dengan cara ini kaum Nabi Lut} dihukum

oleh Allah swt.

Terlepas dari itu, yang terpenting keduanya harus dihukum mati karena ini

penyakit yang sangat berbahaya dan sulit dideteksi. Jika seorang laki-laki berjalan

dengan seorang perempuan, orang bisa bertanya, “Siapa perempuan itu?”. Tapi,

jika seorang laki-laki berjalan dengan laki-laki lain, sulit dideteksi karena hal ini

biasa dilakukan. Tentu tidak semua orang bisa menghukum mati, hanya hakim

atau wakilnya yang berhak. Tujuannya, agar tidak terjadi perpecahan dan

kezaliman yang bisa menyebabkan perpecahan yang lebih dahsyat.

2. Bagaimana Perkawinan sesama jenis menurut hukum agama Hindu ?

Menurut hukum agama Hindu, perkawinan (wiwaha) adalah ikatan seorang

pria dan wanita sebagai suami isteri untuk mengatur hubungan seks yang layak

guna mendapatkan keturunan anak pria yang akan menyelamatkan arwah orang

tuanya dari neraka, yang dilangsungkan dengan upacara ritual menurut agama

Hindu Weda Smerti (G. Pudja, dalam Hilman Hadikusuma, 1990: 12).

Dalam pelaksanaan tingkatan Grahasta itulah bagi umat Hindu perkawinan itu

dilaksanakan. Jadi, perkawinan disini merupakan tujuan \membentuk keluarga

(Grahasta Asrama) yang bahagia berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.


Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa dimaksudkan bahwa perkawinan tersebut

adalah “Yadnya” (bagi umat Islam disebut “Ibadah”), karena mengandung

pengertian sebagai jalan untuk bisa membayar hutang (Rna) kehadapan para

leluhur melalui jalan melahirkan anak yang suputra. Itulah sebabnya perkawinan

bagi umat Hindu merupakan kawin suci yang bersifast religius sehingga ritualnya

disebut “samskara Wiwaha” (Putu Sudarsana, 2002:3).

Dapat disimpulkan juga bahwa dalam agama hindu, perkawinan sesame jenis

juga tidak diperbolehkan

3. Bagaimana Perkawinan sesama jenis menurut hukum agama Kristen ?

Perdebatan tentang homoseksualitas di dalam gereja yang pada awalnya

merupakan permasalahan yang tidak nampak kini menjadi salah satu isu sentral di

dalam kekristenan di beberapa dekade terakhir ini. Beberapa gereja di Kanada

seperti gereja Anglikan dan United Church of Canada telah berhasil tiba pada

kesepakatan untuk menerima keberadaan kaum homoseks di gereja-gereja mereka.

Kedua gereja ini bahkan telah menabiskan sejumlah kaum homoseksual sebagai

pemimpin umat dan menikahkan pasangan-pasangan homoseksual. Hal yang

sama juga telah terjadi di gereja-gereja liberal di Belanda di mana homoseksual

tidak lagi menjadi isu dan para pemimpin gereja telah menunjukkan penerimaan

mereka terhadap kaum ini. Di wilayah Amerika Serikat sendiri, permasalahan

tentang penerimaan terhadap kaum homoseksual termasuk pentabisan dan

pernikahannya telah menjadi salah satu isu yang memecahbelahkan gereja.


Permasalahan yang sama juga terjadi di negara-negara dunia ketiga yang

bahkan hingga saat ini belum mampu menerima kehadiran para homoseksual di

komunitas-komunitas gereja mereka. Gereja Roma Katolik sendiri beserta dengan

organisasi-organisasi keagamaan dengan tegas menolak homoseksualitas. Mereka

berpendapat bahwa mereka tidak menolak kaum homoseksual sebagai individu

namun mereka menolak gaya hidup homoseksual.

Di dalam diri gereja Protestan sendiri, masih banyak kelompok jemaat dan

pemimpin umat yang menolak keras keberadaan kaum homoseks dan bahkan

mengasingkan kaum ini dari gereja ataupun dari kesempatan untuk ditabiskan

sebagai pendeta. Gereja-gereja karismatik adalah juga termasuk di dalam

kelompok yang menolak keras keberadaan kaum homoseks ini. Masalah

keberadaan kaum homoseks ini kemudian menjadi isu yang bertambah panas

ketika terutama di wilayah Amerika Serikat sendiri ketika Mahkama Agung di

sana memutuskan bahwa konstitusi Amerika Serikat menjamin hak untuk

pasangan sesama jenis menikah di seluruh 50 negara bagian itu. Keputusan ini

diambil pada tanggal 26 Juni 2015.

Ada banyak alasan sebenarnya yang membuat gereja-gereja baik di

konteks Barat maupun dunia ketiga bereaksi keras terhadap keberadaan kaum

homoseks ini yang dianggap sebagai ancaman bagi kehidupan kekristenan dan

bagi Injil itu sendiri. Ini merupakan bagian dari cara setan untuk melawan gereja.

Beberapa alasan yang digunakan oleh gereja untuk menolak kaum ini adalah

sebagai berikut:
a. Perilaku homoseksual adalah dosa

Penekanan bahwa homoseks adalah dosa dapat dilihat di dalam

Imamat 18:22 yang mengatakan bahwa: “Janganlah engkau tidur

dengan laki-laki secara orang bersetubuh dengan perempuan, karena

itu suatu kekejian.” Larangan ini kemudian diperkuat di dalam Imamat

20:13, “Bila seorang laki-laki tidur dengan laki-laki secara orang

bersetubuh dengan perempuan, jadi keduanya melakukan suatu

kekejian, pastilah mereka dihukum mati dan darah mereka tertimpa

kepada mereka sendiri.

b. Homoseksualitas bertentangan dengan urutan penciptaan Tuhan untuk

keluarga dan relasi manusia.

Alasan yang kedua berkenaan dengan anggapan bahwa perilaku

homoseksualitas bertentangan dengan maksud penciptaan Tuhan. Di

dalam Kej.1:27 tertulis bahwa, “Maka Allah menciptakan manusia itu

menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-

laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka.” Selain itu di dalam Kej.

2:18 dikatakan bahwa,”TUHAN Allah berfirman: ‘Tidak baik, kalau

manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya,

yang sepadan dengan dia.’ ” Bagi sebagian umat Kristen, ketika Tuhan

menciptakan manusia maka Ia menetapkan aturan tentang seksualitas

yang harus dikembangkan oleh manusia sehingga dapat menuntun

pada pembangunan keluarga.


Lebih lanjut, Alkitab telah menetapkan secara jelas bahwa

manusia hanya dapat mengekspresikan hasrat seksualnya melalui

hubungan intim yang hanya dilakukan di dalam perjanjian perkawinan

– hubungan yang bersifat heteroseksual dan monogami.

c. Homoseksualitas akan menerima penghakiman Tuhan

Cerita yang digunakan untuk mengukuhkan pendapat ini tentu saja

Adalah cerita tentang Sodom dan Gomora yang seolah-olah

mengindikasikan adanya praktek homoseksual di sana.

4. Bagaimana Perkawinan sesama jenis menurut hukum agama Budha ?

Menurut hukum agama Budha, berdasarkan keputusan Sangha Agung

tanggal 1 Januari 1977 Pasal 1, dikatakan “perkawinan adalah ikatan lahir

bathin antara seorang pria sebagai suami dan seorang wanita sebagai isteri

yang berlandaskan cinta kasih dengan tujuan untuk membentuk suatu keluarga

(rumah tangga) yang diberkahi Sang Yang Adi Buddha”.

Menurut Hukum Agama Budha tujuan perkawinan adalah untuk

membentuk suatru keluarga (rumah tangga) bahagia yang diberkahi SangYang

Adhi Budha atau Tuhan Yang Maha Esa, para Budha dan para Budhisatwa

Mahasatwa. Sehingga dapat disimpulkan bahwa agama budha juga sebenarnya

melarang perkawinan sesame jenis dalam agamanya.

5. Bagaimana Perkawinan sesama jenis menurut hukum agama

Katholik ?
Menurut hukum Katholik, perkawinan adalah persekutuan hidup antara

pria dan wanita atas dasar ikatan cinta kasih yang total dengan persetujuan

bebas dari keduanya yang tidak dapat ditarik kembali. Dalam hal ini,

perkawinan bukan saja merupakan perikatan antara kedua suami isteri tetapi

juga mencerminkan sifat allah yang penuh kasih dan kesetiaan yang tidak

dapat diceraikan (Hilman Hadikusuma, 1986: 12). Sehingga agama katholik

juga melarang pernikahan sesame jenis.

III. KESIMPULAN

Dari kelima agama diatas, pada dasarnnya tidak ada satupun yang

memperbolehkan praktek pernikana sesama jenis. Sehingga, di indonesia dalam

semua regulasi yang mengatur tentang perkawinan, juga tidak mengakui adanya

perkawinan sesma jenis.

IV. DAFTAR PUSTAKA


Muhammad Makhfudz SH MH.Jakarta.BERBAGAI PERMASALAHAN
PERKAWINAN DALAM MASYARAKAT DITINJAU DARI ILMU SOSIAL DAN HUKUM.
Universitas Tama Jagakarsa

IRA D. MANGILILO. Salatiga.LESBIAN, GAY, BISEKSUAL DAN


TRANSGENDER MENURUT PANDANGAN KRISTEN. Universitas Kristen Satya
Wacana

Setyoko. Yogyakarta. PERKAWINAN SESAMA JENIS DALAM PERSPEKTIF


HUKUM ISLAM. Pusat Pelayanan Terpadu Perempuan dan Anak, Rekso Dyah
Utami, Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai