Anda di halaman 1dari 16

Kemuhammadiyahaan

Tokoh KH Ahmad Dahlan dan


Pemikirannya

Dosen : Mohammad Ainul Maruf, SKM, MA

Kelompok 1:
1. Ervani Sultoni (2014710115)
2. Indri Iskandar (2014710113)
3. Subardi Timur Andani (2014710125)
Biografi KH. Ahmad Dahlan

KH. Ahmad Dahlan adalah seorang Pahlawan Nasional. Merupakan


putera keempat dari tujuh bersaudara dari keluarga KH. Abu Bakar.

KH Abu Bakar adalah seorang ulama dan khatib terkemuka di Masjid


Besar Kasultanan Yogyakarta, dan ibu dari KH. Ahmad Dahlan adalah
puteri dari H. Ibrahim yang juga menjabat penghulu Kasultanan
Yogyakarta.1

1 Kuntowijoyo, PerlupengembanganMasyarakatdalamSalam, No.20, tahunIV, edisi20-26,

Jumadi al-Awwal, 1410 H, h. 22.


Dalam Silsilah (1)
Muhammad Darwis (Ahmad Dahlan) termasuk keturunan ke-12 dari
Maulana Malik Ibrahim, seorang wali terkemuka di antara Wali Songo yang
merupakan pelopor pertama dari penyebaran dan pengembangan Islam di
Tanah Jawa.

Adapun silsilahnya ialah Muhammad Darwis (Ahmad Dahlan) bin K.H. Abu
Bakar bin K.H. Muhammad Sulaiman bin Kiai Murtadla bin Kiai Ilsyas bin
Demang Djurung Djuru Kapindo bin Demang Djurung Djuru Sapisan bin
Maulana Sulaiman Ki Ageng Gribig (Djatinom) bin Maulana Muhammad
Fadlulah (Prapen) bin Maulana, Ainul Yaqin bin Maulana Ishaq bin Maulana
Malik Ibrahim. 2
2 AdiNugroho, K.H. Ahmad Dahlan: BiografiSingkat1868-1923 (Jogjakarta: Garasi

House of Book, 2001), h. 19-20


Dalam Silsilah (2)

Silsilah diatas ditegaskan kembali oleh Hery Sucipto dalam bukunya, yakni
K.H. Ahmad Dahlan termasuk keturunan yang kedua belas dari Maulana
Malik Ibrahim.

Jika diruntut silsilahnya tersebut ialah Maulana Malik Ibrahim, Maulana


Ishaq, Maulana Ainul Yaqin, Maulana Muhammad Fadlullah (Sunan Prapen),
Maulana Sulaiman Ki Ageng Gribing (Djatinom), Demang Djurung Djuru
Sapisan, Demang Djurung Djuru Kapindo, Kyai Ilyas, Kyai Murtadlo, K.H.
Muhammad Sulaiman, K.H. Abu Bakar, dan Muhammad Darwis (Ahmad
Dahlan). 3
3 HerySucipto, K.H. Ahmad DahlanSang Pencerah, PendidikdanPendiri

Muhammadiyah, (Jakarta: Best Media Utama, 2000), h. 50


Latar Belakang Kel. KH Ahmad Dahlan (1)

Ketika Muhammad Darwis berumur 18 tahun, orang tuanya bermaksud


menikahkannya dengan putri dari K.H. Muhammad Fadlil yang bernama Siti
Walidah. Setelah orang tua dari kedua belah pihak berunding, maka
pernikahan dilangsungkan pada bulan Dzulhijjah tahun 1889 dalam suasana
yang tenang. Siti Walidah inilah yang kelak dikenal sebagai Nyai Ahmad
Dahlan, sosok pendiri Aisyiyah dan pahlawan nasional. 4

4 Adi Nugroho, Op.Cit, h. 20-21


Latar Belakang Kel. K.H Ahmad Dahlan (2)

Dari perkawinannya dengan Siti Walidah, K.H. Ahmad Dahlan mendapat


enam orang anak yaitu, Djohanah, Siradj Dahlan, Siti Busyro, Irfan Dahlan,
Siti Aisyah, Siti Zaharah. 5

Setelah menikahi Siti Walidah, K.H. Ahmad Dahlan pernah menikahi Nyai
Abdullah, janda H. Abdullah. Ia juga pernah menikahi Nyai Rum, adik K.H.
Munawwir dari Krapyak. K.H. Ahmad Dahlan juga mempunyai putra dari
pernikahannya dengan Nyai Aisyah (Adik Adjengan Penghulu) dari Cianjur.
Anak laki-laki itu bernama Dandanah. K.H. Ahmad Dahlan bahkan pernah
menikah dengan Nyai Yasin dari Pakualaman. 6
5 Ibid. Kutojo dan Safwan....., h. 59.
6Adi Nugroho, Op Cit, h. 22
Pendidikan

Di usia balita, oleh kedua orang tuanya , Darwis sudah diperkenalkan dengan
pendidikan agama. Yang menggemblengnya adalah ayahnya sendiri, lalu para
Kiai di sekitar Yogyakarta. Darwis kecil sangat giat dan cerdas. Ia senantiasa
mencurahkan pikiran nya untuk mempelajari Hadist, Fiqih, bahasa Arab, dan
ilmu agama lain. Menjelang dewasa , ia mendalami ilmu agama kepada ulama-
ulama besar.

Diantaranya Darwis berguru kepada KH Mohammad Shaleh Darat dari


Semarang untuk menimba ilmu Fiqih, KH Muhsin belajar ilmu nahwu, KH Raden
Dahlan belajar ilmu Falak, KH Makhfdz dan Syaikh Khayyat Sattokh belajar ilmu
hadis, Syekh Amin dan Sayyid Bakri Belajar Qiraat Al-Quran, juga memperoleh
bimbingan dari Syekh Muhammad Jamil dari Bukittinggi. 7
7 HerryMohammad, dkk. Tokoh-tokohIslam yang Berpengaruh

Abad 20 . (jakarta: GemaInsaniPress, 2006). Hal 7


Organisasi (1)

Pada tahun 1912, KH Ahmad Dahlan pun mendirikan organisasi


Muhammadiyah untuk melaksanakan cita-cita pembaharuan Islam di bumi
Nusantara. KH Ahmad Dahlan ingin mengadakan suatu pembaharuan
dalam cara berpikir dan beramal menurut tuntunan agama Islam.

KH Ahmad Dahlan ingin mengajak umat Islam Indonesia untuk kembali


hidup menurut tuntunan al-Qur'an dan al-Hadits. Perkumpulan ini berdiri
bertepatan pada tanggal 18 Nopember 1912. Dan sejak awal KH Ahmad
Dahlan telah menetapkan bahwa Muhammadiyah bukan organisasi politik
tetapi bersifat sosial dan bergerak di bidang pendidikan
Organisasi (2)
Pada tanggal 20 Desember 1912, KH Ahmad Dahlan mengajukan
permohonan kepada Pemerintah Hindia Belanda untuk mendapatkan
badan hukum. Permohonan itu baru dikabulkan pada tahun 1914, dengan
Surat Ketetapan Pemerintah No. 81 tanggal 22 Agustus 1914. Izin itu hanya
berlaku untuk daerah Yogyakarta dan organisasi ini hanya boleh bergerak di
daerah Yogyakarta. Dari Pemerintah Hindia Belanda timbul kekhawatiran
akan perkembangan organisasi ini. Itulah sebabnya kegiatannya dibatasi.

Walaupun Muhammadiyah dibatasi, tetapi di daerah lain seperti


Srandakan, Wonosari dan Imogiri dan lain-Iain tempat telah berdiri cabang
Muhammadiyah. Hal ini jelas bertentangan dengan keinginan pemerintah
Hindia Belanda.
Organisasi (3)
Untuk mengatasinya, maka KH. Ahmad Dahlan menyiasatinya dengan
menganjurkan agar cabang Muhammadiyah di luar Yogyakarta memakai nama
lain. Misalnya Nurul Islam di Pekalongan, Ujung Pandang dengan nama Al
Munir, di Garut dengan nama Ahmadiyah . Sedangkan di Solo berdiri
perkumpulan Siddiq Amanah Tabligh Fathonan (SATF) yang mendapat pimpinan
dari cabang Muhammadiyah.

Bahkan dalam kota Yogyakarta sendiri KH Ahmad Dahlan menganjurkan adanya


jama'ah dan perkumpulan untuk mengadakan pengajian dan menjalankan
kepentingan Islam. Perkumpulan-perkumpulan dan Jama'ahjama'ah ini
mendapat bimbingan dari Muhammadiyah, yang diantaranya ialah Ikhwanul
Muslimin, Taqwimuddin, Cahaya Muda, Hambudi-Suci, Khayatul Qulub, Priya
Utama, Dewan Islam, Thaharatul Qulub, Thaharatul Aba, Ta'aqanu ala birri,
Ta'aruf bima kanu wal Fajri, Wal Ashri, Jamiyatul Muslimin, Syahratul Mubtadi. 8
8 Ibid., h. 33.
Organisasi (4)

Atas jasa-jasa KH. Ahmad Dahlan dalam membangkitkan kesadaran bangsa


Indonesia melalui pembaharuan Islam dan pendidikan, maka
Pemerintah Republik Indonesia menetapkannya sebagai Pahlawan
Nasional dengan surat Keputusan Presiden no. 657 tahun 1961. Dasar-dasar
penetapan itu ialah sebagai berikut:

KH. Ahmad Dahlan telah mempelopori kebangkitan ummat Islam untuk


menyadari nasibnya sebagai bangsa terjajah yang masih harus belajar dan
berbuat

9 Wikipedia
Organisasi (5)

Dengan organisasi Muhammadiyah yang didirikannya, telah banyak


memberikan ajaran Islam yang murni kepada bangsanya. Ajaran yang
menuntut kemajuan, kecerdasan, dan beramal bagi masyarakat dan umat,
dengan dasar iman dan Islam

Dengan organisasinya, Muhammadiyah telah mempelopori amal usaha


sosial dan pendidikan yang amat diperlukan bagi kebangkitan dan
kemajuan bangsa, dengan jiwa ajaran Islam; dan

Dengan organisasinya, Muhammadiyah bagian wanita (Aisyiyah) telah


mempelopori kebangkitan wanita Indonesia untuk mengecap pendidikan
dan berfungsi sosial, setingkat dengan kaum pria.
Pokok Pikiran KH. Ahmad Dahlan (1)

Dalam perjuangan melaksanakan usaha menuju tujuan terwujudnya


masyarakat Islam yang sebenar-benarnya di mana kesejahteraan, kebaikan
dan kebahagiaan luas merata serta menuju tujuan terwujudnya
masyarakat utama, adil dan makmur yang diridhai Allah SWT.

Maka Muhammadiyah mendasarkan segala gerak dan amal usahanya atas


prinsip-primsip yang tersimpul dalam Muqadimah Anggaran Dasar
Muhammadiyah, yaitu:9

10 Ibid., hlm. 87
Pokok Pikiran KH. Ahmad Dahlan (2)

1. Hidup manusia harus berdasarakan tauhid, ibadah dan taat kepada Allah
SWT.
2. Hidup Manusia bermasyarakat.
3. Menegakkan ajaran Islam dengan keyakinan bahwa ajaran Islam adalah
satu-satunya landasan kepribadian dan ketertiban bersama untuk
kebahagian dunia dan akhirat.
Pokok Pikiran KH. Ahmad Dahlan (3)

4. Menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam dalam masyarakat


adalah wajib, sebagai ibadah kepada Allah dan berbuat ihsan dan islah
kepada kemanusiaan.
5. Ittiba kepada langkah perjuangan Nabi Muhammad SAW.
6. Melancarkan amal usaha dan perjuangannya dengan ketertiban
organisasi.
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai