KELOMPOK 2 ( DUA )
Ibrahim sebagai salah satu walisongo sangat besar dalam islamisasi di Pulau Jawa.
salah satu karyanya sebagaimana yang dikutip oleh Weinata
Sairin melukiskan Kampung Kauman sebagai berikut:“Kampung
Kauman merupakan sebuah kampung yang seperti dalam
lukisan di Kota Sultan Yogyakarta.
Pada abad ke-19 berkembang suatu tradisi
mengirimkan anak kepada guru untuk menuntut ilmu, dan
menurut Karel Steebbrink sebagaimana yang dikutip oleh
Weinata Sairin ada enam macam guru yang terkenal pada
masa itu; guru ngaji Quran, guru kitab, guru tarekat, guru
untuk ilmu ghaib, penjual jimat Dari lima macam guru tadi,
Muhammad Darwis belajar mengaji Quran pada ayahnya,
sedangkan belajar kitab pada guru-guru lain
Muhammad Darwis mulai membuka kebetan kitab mengaji kepada K.H.
Muhammad Saleh dalam bidang pelajaran ilmu Fiqih
Kepada K.H. Muhsin dalam bidang ilmu Nahwu.
Kedua guru tersebut, merupakan kakak ipar yang rumahnya berdampingan
dalam satu komplek. Sedangkan pelajaran yang lain berguru kepada ayahnya
sendiri, juga berguru kepada K.H. Muhammad Noor bin K.H. Fadlil, Hoofd
Panghulu Hakim Kota Yogyakarta dan K.H. Abdul Hamid di Kampung
2. K.H.Ahmad Dahlan melalui organisasi Muhammadiyah yang didirikannya memberikan ajaran Islam
yang Murni, yang menuntut kemajuan, kecerdasan, dan beramal bagi masyarakat dan umat dengan
dasar iman dan Islam.
3. Muhammadiyah telah mempelopori usaha sosial dan Pendidikan yang diperlukan bagi kemajuan
bangsa dengan ajaran Islam
1.Manusia hidup di dunia hanya sekali, untuk bertaruh: sesudah mati, akan mendapat kebahagiaan atau kesengsaraan?
2.Kebanyakan di antara manusia selalu berwatak sombong dan takabur, hanya mementingkan kepentingan sendiri.
3.Manusia itu kalau mengerjakan pekerjaan apapun, sekali, dua kali, dan berulang-ulang, maka kemudian menjadi biasa.
4.Manusia perlu digolongkan menjadi satu dalam kebenaran, harus bersama-sama menggunakan akal dan fikirannya untuk memikirkan,
bagaimana sebenarnya hakekat dan tujuan manusia hidup di dunia
5.Setelah manusia mendengarkan pelajaran-pelajaran fatwa yang bermacam-macam, membaca beberapa tumpuk buku, dan setelah
memperbincangkan, memikir-mikir, menimbang-nimbang, membandingbanding ke sana ke mari, barulah mereka itu dapat memperoleh
keputusan, memperoleh barang yang benar yang sesungguh-sungguhnya, dengan akal fikirannya sendiri dapat mengetahui dan
menetapkan, inilah perbuatan yang benar
6.Kebanyakan pemimpin-pemimpin rakyat, belum berani mengorbankan harta benda dan jiwanya untuk berusaha tergolongnya umat
manusia dalam kebenaran. Malah pemimpin-pemimpin itu biasanya hanya mempermainkan, memperalat manusia yang bodohbodoh dan
lemah.
7.Pelajaran terbagi atas dua bagian: (1) Belajar ilmu pengetahuan atau teori; (2) Belajar amal (mengerjakan, mempraktekkan).
C. Kelompok Ayat Kajian K.H. Ahmad Dahlan