Anda di halaman 1dari 9

Metodologi Penelitian Sejarah

“SEJARAH DAN HUMANIORA”


Oleh Siti Sa’adatul Muniroh (A92219113) dan Surya Yulia Nur Aini (A92219114)
Jurusan Sejarah Peradaban Islam Fakultas Adab Dan Humaniora
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya
Jl. A. Yani No.117, 602111, Surabaya, Jawa Timur

A. Pendahuluan
Sejarah merupakan cabang ilmu pengetahuan yang mengkaji secara sistematis
keseluruhan perkembangan proses perubahan atau dinamika kehidupan masyarakat
dengan segala aspek kehidupannya yang terjadi dimasa lampau. Masa lampau itu
sendiri merupakan sebuah rangkaian kejadian yang sudah terlewati. Tetapi masa
lampau bukan merupakan suatu masa yang final, terhenti, dan tertutup. Masa lampau
itu bersifat terbuka dan berkesinambungan sehingga, dalam sejarah, masa lampau
manusia bukan demi masa lampau itu sendiri dan dilupakan begitu saja. Sejarah
merupakan keterhubungan dari apa yang terjadi dimasa lampau dengan gambaran
dimasa sekarang dan mencapai kehidupan yang lebih baik dimasa mendatang.sejarah
dapat digunakan sebagai model bertindak dimasa kini dan menjadi acuan untuk
perencanaan masa yang akan datang.
Kejadian yang menyangkut kehidupan manusia merupakan unsur penting dalam
sejarah kaitannya dengan rentang waktu. Waktu akan memberikan makna dalam
kehidupan dunia yang sedang dijalani sehingga selama hidup manusia sama dengan
perjalanan waktu itu sendiri. Perkembangan sejarah manusia akan mempengaruhi
perkembangan masyarakat masa kini dan masa yang akan datang. Nah Dari sini, kita
akan belajar tentang humaniora yaitu ilmu yang mempelajari tentang kemanusiaan
Mempelajari sejarah berarti kita belajar tentang pemikiran historis. Cara berpikir
historis berbeda dengan cara berpikir di dalam ilmu pengetahuan alam. Yang pertama
bertujuan membangun suatu rekonstruksi yang cerdas dari masa lampau. Yang kedua
cara berpikir di dalam ilmu pengetahuan alam adalah mengenai dunia disekeliling kita,
mereka mendasarkan datanya pada akal pikiran (sense perception).
Sejarah merupakan salah satu bidang ilmu yang meneliti dan menyelidiki secara
sistematis keseluruhan perkembangan masyarakat serta kemanusiaan dimasa lampau,
beserta segala kejadian-kejadiannya, dengan maksud kemudian menilai secara kritis
seluruh hasil penelitian dan penyelidikan tersebut, untuk akhirnya dijadikan
perbendaharaan pedoman bagi penilaian dan penentuan keadaan sekarang, serta arah
program masa depan. Sejarah bisa diambil dari kegiatan manusia kota maupun desa.
Pemasalahan yang menjadi bidang kajian sejarah kota sangat luas. Begitu juga di desa.
Sedangkan humaniora menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Balai Pustaka: 1988), adalah ilmu-ilmu
pengetahuan yang dianggap bertujuan membuat manusia lebih manusiawi, dalam arti
membuat manusia lebih berbudaya. Kategori yang tergolong dalam ilmu ini antara lain:
Teologi, Filsafat, Hukum, Sejarah, Filologi, Bahasa, Budaya & Linguistik (Kajian
bahasa), Kesusastraan, Kesenian, Psikologi.
Pada tulisan ini penulis akan menjelaskan lebih mendalam tentang bagaimana
sejarah dan humaniora itu sendiri.
B. Pembahasan
Sejarah sebagai bagian dan humaniora
Kedudukan sejarah ditengah-tengah ilmu-ilmu lain sering masih diperdebatkan
dan dipertentangkan, apakah sejarah termasuk Humaniora (ilmu-ilmu kemanusiaan)
atau termasuk ilmu-ilmu sosial. Pengertian humaniora sampai saat ini masih belum
baku, menurut Ralph Barton Perry menyebutkan bahwa ilmu-ilmu kemanusiaan itu
adalah cabang-cabang dari pengetahuan santun. Ilmu kemanusiaan merupakan cabang-
cabang dari kajian-kajian tertentu yang mempunyai kecenderungan untuk
memanusiakan manusia (humanize). Windscuttle berpendapat bahwa sejarah
merupakan disiplin ilmu diantaranya ilmu Humaniora dan ilmu sosial. Menurutnya,
sejarah sebagai ilmu mempunyai tiga tujuan yakni ;
1. Merekam kebenaran tentang apa yang terjadi di masa lalu
2. Untuk membangun tubuh pengetahuan tentang masa lalu
3. Mempelajari masa lalu melalui disiplin metodologi dengan menggunakan metode
(tehnik) dan sumber-sumber.
Sejarah sebagai “ilmu” mempunyai metodologi penelitian ilmiah yang dapat
dipertanggung jawabkan. Langkah-langkah heuristik dan kritik-kritik sumber yang
dilakukan adalah metode-metode objektif ilmiah yang umum sekali dalam penelitian
sejarah. Penelitian sejarah hakekatnya adalah untuk mencari kebenaran dan
kebenaranya berdasar pada metode ilmiah/pengetahuan. Adanya perbedaan ekstim
antara sejarah dengan ilmu-ilmu sosial yang lain semula berpangkal pada perbedaan
antara sejarah dengan ilmu-ilmu alam yang membagi para sejarawan sendiri ke dalam
dua kubu yang berlawanan selama abad ke-19. Sebagian besar dari ahli ahli ilmu sosial
cenderung memihak kepada ilmu-ilmu alam karena ingin mempertahankan
“kemurniannya” dan melihat sejarah sebagai sains “lunak”. Dalam hal ini “teori’
diidentikkan dengan ilmiah.
Kajian-kajian manusia (human studies) termasuk humaniora merupakan jenis-
jenis olahan intelektual yang sama sekali berbeda dengan ilmu-ilmu lainnya. Dikatakan
berbeda karena jika ilmu-ilmu alam bertujuan untuk menemukan hukum-hukum umum
dan bersifat nomotetik, sedangkan sejarah bertujuan untuk menegakkan dan
mendeskripsikan individu dan fakta-fakta unik serta peristiwa-peristiwa yang bersifat
ideografik. Ilmu-ilmu alam itu bersifat objektif yang dapat dilakukan dengan berbagai
metode observasi langsung maupun ekspresi-ekspresinya. Sedangkan dalam kajian-
kajian kemanusiaan, termasuk sejarah bersifat subjektif yang hanya dilakukan atas
metode interpretasi dan pemahaman (Verstehen).
Sebagai sebuah disiplin ilmu yang mandiri, sejarah sebenarnya memiliki teori-
teori. Namun, teori-teori yang ada dalam sejarah adalah khas, berbeda dengan teori
dalam ilmu alam atau bahkan dengan ilmu-ilmu kemanusiaan itu sendiri. Hal ini sangat
terkait dengan posisi ilmu sejarah itu sendiri yang berada dalam dua entitas keilmuan.
Pada satu sisi ilmu sejarah merupakan bagian ilmu-ilmu sosial, tetapi pada sisi yang
lain termasuk dalam ilmu-ilmu humaniora. Namun, tidak mengurangi keilmiahan ilmu
sejarah itu sendiri.
Oleh karena posisi sejarah diantara ilmu sosial dan ilmu humaniora maka
sejarawan pun menjadikannya bersifat ganda, hal ini berpengaruh terhadap
penggunaan teori teori yang ia pakai. Teori Hermeneutika atau Teori Penafsiran
misalnya, yang awalnya digunakan untuk memahami teks-teks dalam agama. Untuk
selanjutnya teori hermeneutika juga digunakan untuk menafsirkan makna-makna dan
tindakan tindakan sosial. Para Hermeneutis pada abad ke-19 berpendapat bahwa
mereka menulis sejarah tujuannya adalah memproduksi pikiran atau mental dengan
perspektif orang-orang yang hidup di masa lalu.
Bahkan para hermneuitis abad ke-20 mengklaim bahwa pendekatan merekalah
satu satunya cara yang tepat untuk merenung urusan manusia. Kajian terhadap perilaku
manusia tujuannya adalah untuk mencari makna, dan karena didasarkan pada makna
maka aktivitas manusia dapat dipahami dari dalam. Adapun tradisi hermeneutika yang
menjadi pembela utama pendekatan interpretif menolak kemungkinan suatu unifikasi
(atas dasar dasar empiris atau realis) antara ilmu alam dengan ilmu kemanusiaan atau
kajian kajian mengenai perbuatan yakni sejarah dan masyarakat. Karena hakikat
manusia hanya bisa dipahami melalui sejarah dan dalam sejarah manusia dapat
mengekspresikan dirinya pada waktu yang berbeda-beda.
Pengertian hermeneutika erat hubungannya dengan penafsiran teks-teks dimasa
lalu dan penjelasan perbuatan pelaku sejarah. Sehingga menjadi tugas sejarawan untuk
memahami objek kajiannya dengan cara menafsirkan makna-makna (meanings) dari
semua peristiwa, proses serta perbuatan keseluruhan masyarakat manusia. Sejarawan
menjelaskan bagaimana pelaku sejarah berpikir, merasakan serta berbuat. Dalam usaha
mencoba memasuki diri pelaku-pelaku sejarah dan mencoba memahami apa yang
dipikirkan, dirasakan dan diperbuat oleh pelaku sejarah itu sejarawan harus juga
menggunakan latar belakang kehidupan dengan seluruh pengalaman hidupnya sendiri
sehingga ada semacam ‘dialog’ diantara sejarawan dengan sumber-sumber sejarah
yang digunakannya.
Sejarah sebagai memori kesadaran yang mampu membentuk watak dan jati diri.
Sejarah yang salah (dalam memaknai evenement) akan membentuk watak dan jati diri
yang menyimpang juga. Artinya sejarah yang benar akan membawa kita ke dalam
situasi yang penuh persaudaraan, kebebasan tanpa kecurigaan, dan kesederajatan yang
tidak memandang suku, ras, agama, golongan, partai atau kekayaan. Ketika merujuk
definisi tersebut, maka tidak salah jika para sejarawan dahulu memasukan ilmu sejarah
ke dalam ilmu humaniora atau ilmu mengenai nilai-nilai kemanusiaan.
Hubungan Sejarah dan Humaniora
Di antara ilmu-ilmu budaya dan ilmu-ilmu sosial, sejarah adalah yang paling dekat
dengan Humaniora. Sejarah sebagai bagian dari humaniora yang mana ia memberikan
sumbangan terbesar sebagai metode untuk memahami manusia. Melalui pendekatan
historis di pandang sebagai yang paling tepat untuk memahami manusia, karena
manusia memang dapat di pahami dari sejarahnya.
Seperti halnya humaniora, sejarah juga dapat menyadarkan manusia akan
kedudukannya dalam ekosistem, karena sejarah merupakan jendela dari alam semesta.
Melalui mana manusia dapat menatap realitas-realitas yang lebih agung, yaitu alam
semesta dan realitas spiritual di balik fenomena Tuhan. Dalam hubungan ini fakta-
fakta dan fenomena-fenomena sejarah merupakan petunjuk pada hakekat dan arti alam
yang penuh rahasia dan di dalamnya manusia dapat melihat tangan Tuhan
menggerakkan sejarah.
Disamping anggapan bahwa sejarah merupakan ilmu, terkadang juga dianggap
sebagai suatu bentuk sastra, suatu cabang daripada studi humaniora, dan juga
merupakan suatu pembantu bagi ilmu-ilmu sosial dan suatu metode untuk lebih
mengerti semua seni dan ilmu. Diantara studi humaniora ataupun bentuk sastra dan
ilmu tersebut, kesemuanya tidak mempengaruhi cara kerja sejarawan untuk
menganalisa kesaksian yang ada sebagai bukti yang dapat dipercaya mengenai masa
lampau manusia. Namun kita akan melihat bahwa jenis bukti-bukti yang dicarinya dan
cara ia merangkai-rangkaikannya terdapat pengaruh. Prosedur analitis ini disebut
“Metode Sejarah”. Beberapa ahli menganggap bahwa metode inilah merupakan makna
satu-satunya daripada sejarah.
Cara menulis sejarah mengenai sesuatu tempat, periode, seperangkat peristiwa,
lembaga atau orang, bertumpu pada empat kegiatan pokok;
1. Pengumpulan objek yang berasal dari jaman itu, dan pengumpulan bahan-bahan
tercetak, tertulis, dan lisan yang boleh jadi relevan.
2. Menyingkirkan bahan-bahan (atau bagian-bagian daripadanya) yang tidak otentik.
3. Menyimpulkan kesaksian yang dapat dipercaya mengenai bahan-bahan yang
otentik,
4. Penyusunan kesaksian yang dapat dipercaya itu menjadi sesuatu kisah yang
berarti.
Beberapa ahli menganggap bahwa metode inilah yang merupakan makna utama
jikapun tidak merupakan makna satu-satunya daripada sejarah. Sejarawan
menggunakan metode sejarah untuk bukti yang diwariskan pada masa lampau dan
mengumpulkan data yang dapat dipercaya sebanyak-banyaknya. Data itu dapat
digunakan oleh para filsuf, sarjana ilmu politik, sosiologi, kritikus sastra, atau sarjana
fisika untuk menyusun suatu sejarah pemikiran, sejarah lembaga politik, kebiasaan-
kebiasaan sosial, sastra atau fisika. Tetapi bagi sejarawan data ini digunakan untuk
menyusun deskripsi tokoh dan tempat pada masa lampau, penyajian gagasan-gagasan
lampau atau sintesa daripada periode dan budaya yang telah lampau. Dan ada
hubungan antara sejarah dengan humaniora, maupun ilmu-ilmu sosial. Sebenarnya
antara ilmu-ilmu tersebut tidak terdapat perbedaan yang patut dilebih-lebihkan
(hiperbola). Pokok bahasannya yaitu manusia. Manusia merupakan makhluk sosial
serta intelektual.
Dalam semua bidang, ilmuwan humaniora berminat pada contoh-contoh yang baik,
serta norma yang baik. Sedangkan ilmuwan social lebih menitikberatkan kepada
ramalan dan pengendalian. Semua ilmu tersebut juga memandang masa. Humaniora
menitikberatkan pada masa lampau, dan ilmu-ilmu sosial menitikberatkan pada masa
kini dan masa depan. Sedangkan sejarah juga menaruh minat kepada masa lampau.
Pada humaniora banyak membicarakan masalah pemeliharaan warisan budaya,
yakni pengalaman pikiran. Adat istiadat, sopan santun, agama, lembaga, tokoh-tokoh
sastra, musik, seni, ilmu dan kearifan masa lampau guna mendapatkan contoh-contoh
yang unik mengenai wilayah-wilayah yang terisolasi, masa-masa yang jauh atau garis
perkembangan yang khusus. Jika seorang sejarawan menganggap dirinya pengawal
daripada warisan budaya, dan penafsir daripada perkembangan manusia, juga ingin
memperoleh generalisasi-generalisasi yang nampaknya sah serta memberikan
keterangan-keterangan yang berguna mengenai perkembangan masa kini, pikiran,
sopan santun, dan lembaga, maka oleh usaha tambahan itu ia tidak berkurang
kedudukannya, selaku sejarawan.
Sejarawan sebagai ilmiawan humaniora dengan sejarawan sebagai ilmiawan ilmu-
ilmu sosial, tidak perlu menjadi dua orang, mereka dengan mudah bisa menjadi satu.
Dan manfaat daripada yang satu itu, baik untuk humaniora maupun ilmu-ilmu sosial
akan sangat bertambah. Karena adakalanya humaniora digunakan para sejarawan
untuk memberikan sumbangan kepada usaha pengertian masyarakat dengan jalan
menemukan hubungan-hubungan dan perkecualian-perkecualian dalam generalisasi.
Peran Sejarah dan Humaniora di Lingkungan Masyarakat
Kreativitas manusia sepanjang sejarah meliputi banyak kegiatan, di antaranya
dalam organisasi sosial dan ekonomi, ilmu pengetahuan dan teknologi, dan proses
simbolis. Uraian singkat ini akan memusatkan perhatian pada proses simbolis, yaitu
pada kegiatan manusia dalam menciptakan makna yang merujuk pada realitas yang
lain daripada pengalaman sehari-hari. Proses simbolis meliputi bidang-bidang agama,
filsafat, seni, ilmu, sejarah, mitos, dan bahasa. Sedemikian luasnya bentuk-bentuk
simbolis itu sehingga kita harus membatasi diri pada beberapa hal yang terjangkau
dalam bahasan-bahasan sekitar sosiologi budaya, sosiologi pengetahuan, atau sosiologi
kesenian.
Dalam masyarakat Jawa, semacam pendidikan humaniora yang mengajarkan
nilai-nilai kemanusiaan dan pernyataan-pernyataan simbolisnya merupakan bagian
integral dan sistem budaya. Kandungan pendidikan humaniora di tentukan oleh sistem
pengetahuan yang di miliki masing-masing subkultur, sehingga dapat di temukan
varian-varian pendidikan humaniora sesuai dengan pengelompokan masyarakat.
Dalam setiap kelompok masyarakat, pendidikan itu di selenggarakan baik secara
formal melalui sebuah lembaga pendidikan, maupun secara informal melalui berbagai
bentuk komunitas sosial.
C. Kesimpulan
Sejarah merupakan salah satu bidang ilmu yang meneliti dan menyelidiki secara
sistematis keseluruhan perkembangan masyarakat serta kemanusiaan dimasa lampau,
beserta segala kejadian-kejadiannya, dengan maksud kemudian menilai secara kritis
seluruh hasil penelitian dan penyelidikan tersebut, untuk akhirnya dijadikan
perbendaharaan pedoman bagi penilaian dan penentuan keadaan sekarang, serta arah
program masa depan.
Sejarah sebagai memori kesadaran yang mampu membentuk watak dan jati diri.
Sejarah yang salah (dalam memaknai evenement) akan membentuk watak dan jati diri
yang menyimpang juga. Artinya sejarah yang benar akan membawa kita ke dalam
situasi yang penuh persaudaraan, kebebasan tanpa kecurigaan, dan kesederajatan yang
tidak memandang suku, ras, agama, golongan, partai atau kekayaan. Ketika merujuk
definisi tersebut, maka tidak salah jika para sejarawan dahulu memasukan ilmu sejarah
ke dalam ilmu humaniora atau ilmu mengenai nilai-nilai kemanusiaan.
Selain humaniora, sejarah juga dapat menyadarkan manusia akan kedudukannya
dalam ekosistem, karena sejarah merupakan jendela dari alam semesta. Melalui mana
manusia dapat menatap realitas-realitas yang lebih agung, yaitu alam semesta dan
realitas spiritual di balik fenomena Tuhan. Dalam hubungan ini fakta-fakta dan
fenomena-fenomena sejarah merupakan petunjuk pada hakekat dan arti alam yang
penuh rahasia dan di dalamnya manusia dapat melihat tangan Tuhan menggerakkan
sejarah.
Kreativitas manusia sepanjang sejarah meliputi banyak kegiatan, di antaranya
dalam organisasi sosial dan ekonomi, ilmu pengetahuan dan teknologi, dan proses
simbolis. Dalam pendidikan humaniora di tentukan oleh sistem pengetahuan yang di
miliki masing-masing subkultur, sehingga dapat di temukan varian-varian pendidikan
humaniora sesuai dengan pengelompokan masyarakat.

D. Daftar Pustaka
Al-Rimbany, Umi Nurvitasari. 2011. Sejarah dan Humaniora.
http://surgaditelapakibu.blogspot.com/2011/05/sejarah-dan-humaniora.html (Di
Akses pada 1 Desember 2021).
Daliman. A. Pendidikan Humaniora Dalam Rangka Pembaharuan Sistem Pendidikan
Nasional. https://media.neliti.com/media/publications/86664-none-67b11b79.pdf
(Di Akses pada 1 Desember 2021).
Heryati. 2017. Pengantar Ilmu Sejarah. Palembang : Universitas Muhammadiyah.
Kuntowijoyo. 2006. Budaya dan Masyarakat : Edisi Paripurna. Yogyakarya : Tiara
Wacana.
Rochmiatun, Endang. Kedudukan Sejarah Di Tengah Ilmu-Ilmu Lain. Palembang:
IAIN Raden Fatah.
Sjamsuddin, Helius. Metodilogi Sejarah. Yogjakarta: Penerbit Ombak. 2007.

Anda mungkin juga menyukai