Anda di halaman 1dari 8

MATERI ILMU SEJARAH, SOSIOLOGI DAN ANTROPOLOGI

”Disusun untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Pendidikan IPS Lanjutan”

Dosen Pengampu Mata Kuliah : Dra. Sitti Jauhar, M.Si

OLEH :
Kelas : 95 Pil
Kelompok : III

1. Andi Nirwana (200407560032)


2. Nurul Hazizah (200407561025)
3. Sukmawanty Rahayu (200407562039)
4. Nurhalisa Tahir (200407560003)
5. A. Salsabila (220407561058)

JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2023
A. Konsep-Konsep Ilmu Sejarah
Ilmu Sejarah adalah cabang dari ilmu pengetahuan sosial yang
mempelajari tentang peristiwa penting yang telah terjadi di masa lampau.
Bidang ilmu yang satu ini melakukan kajian secara sistematis tentang
perkembangan dan dinamika kehidupan masyarakat di masa lalu melalui
bukti-bukti yang ada.
Ada tiga komponen dalam pengertian sejarah secara konseptual.
Ketiganya meliputi; sejarah sebagai peristiwa, sejarah sebagai kisah/cerita,
dan sejarah sebagai ilmu (Ismaun, 2016).
a. Sejarah sebagai peristiwa
Sejarah sebagai peristiwa ialah kejadian, kenyataan, aktualitas, sejarah
in concreto atau an sich yang sebenarnya telah terjadi atau berlangsung
pada waktu yang lalu. Meski begitu, harus dipahami tidak semua
peristiwa penting di masa lalu merupakan sejarah, karena sebagian dari
masa lalu juga merupakan pra-sejarah, yang menjadi fokus arkeologi
(Santoso, 2014).
Sejarah sebagai peristiwa juga mempunyai arti peristiwa dalam sejarah
tidak akan berulang, karena terikat oleh waktu yang telah lampau.
Terkait pengulangan sejarah ini, Santoso (2014) menegaskan sejarah
dapat dipandang dari arti subjektif dan arti objektif. Sejarah dalam arti
subjektif menunjuk pada cerita sejarah yang dituturkan oleh penulis
dalam bentuk historiografi maupun rekonstruksi lisan. Sedangkan
dalam arti objektif menunjuk pada peristiwa itu sendiri. Keseluruhan
proses/peristiwa itu berlangsung terlepas dari subjek manapun; objektif
berarti tidak memuat unsur subjek, yaitu pembuat cerita/sejarawan
(Kartodirdjo, 1992).
b. Sejarah sebagai kisah/cerita
Sejarah dikatakan sebagai kisah karena sejarah adalah kejadian-
kejadian pada masa lalu yang kemudian dibangun kembali. Banyak
orang-orang yang mencoba menafsirkannya dan juga membangun
ulang ingatan-ingatan akan kejadian masa lalu itu.
Ketika menyampaikan sejarah sebagai kisah, sedikitnya ada dua cara
yang bisa ditempuh, yakni sejarah dikisahkan secara interpretatif dan
sejarah dikisahkan secara narantif (rinci). Pembahasan sejarah secara
interpretatif lebih mudah dipahami tetapi kurang bermanfaat,
dibandingkan narasi rinci. Hal ini terjadi karena narasi rinci akan
mengemukakan perisitiwa pokok, sehingga pembaca akan lebih mudah
menarik generalisasi mereka sendiri, atau membantah generalisasi dari
pihak lain (Ricklefs, 2008).
c. Sejarah sebagai ilmu
Sebagai ilmu dan sebagai cerminan dari pengalaman masa lampau,
sejarah bersifat selektif. Karena itu, ukuran penting atau tidaknya suatu
peristiwa (significance) bisa berubah sesuai dengan perkembangan dan
peralihan perhatian. Sebagai ilmu, maka sejarah harus bisa memberikan
keterangan (explanation), dan ini berkembang sesuai dengan
perkembangan kesadaraan ilmiah (Abdullah, 1978). Oleh sebab itu,
terjemahan sejarah sebagai ilmu mengandung arti: sejarah merupakan
susunan pengetahuan (body of knowledge) tentang peristiwa dan cerita
yang terjadi dalam masyarakat di masa lampau, yang disusun secara
sistematis dan metodis berdasarkan asas-asas, prosedur, dan teknik
ilmiah yang diakui dan disepakati oleh pakar sejarah. serta pengkajian
tentang peristiwa dan cerita sejarah (Ismaun, 2016).

B. Definisi Sosiologi dan Antropologi


a. Sosiologi, dalam istilah resmi, adalah ilmu pengetahuan yang
mempelajari struktur, organisasi, dan dinamika masyarakat manusia,
serta perilaku individu dan kelompok dalam konteks sosial. Ini
melibatkan analisis terhadap pola-pola interaksi sosial, hierarki, norma,
nilai-nilai, dan dampak dari faktor sosial terhadap individu dan
kelompok dalam masyarakat. Sosiologi bertujuan untuk memahami dan
menjelaskan fenomena sosial dengan menggunakan metode penelitian
ilmiah
b. Antropologi, dalam istilah resmi, adalah ilmu sosial yang studi tentang
manusia dalam segala aspeknya, termasuk budaya, evolusi, bahasa, dan
perilaku manusia. Ini melibatkan penelitian dan pemahaman tentang
berbagai kelompok manusia di seluruh dunia, baik masa kini maupun
masa lalu, untuk menggali keragaman budaya dan pengaruh lingkungan
terhadap perkembangan manusia. Antropologi mencoba
menggambarkan dan menjelaskan bagaimana manusia berinteraksi
dengan lingkungannya, membentuk budaya, serta mengembangkan
berbagai tipe organisasi sosial dan bahasa

C. Perkembangan Sosiologi dan Antropologi


Perkembangan sosiologi dan antropologi adalah dua disiplin ilmu
yang memainkan peran penting dalam memahami masyarakat dan budaya
manusia. Berikut adalah beberapa poin tentang perkembangan keduanya:
1. Perkembangan Sosiologi:
a. Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari masyarakat manusia,
perilaku sosial, dan struktur sosial.
b. Awalnya, Auguste Comte (1798-1857) dianggap sebagai bapak
sosiologi modern. Ia memperkenalkan metode positivisme dalam
studi sosial.
c. Sosiologi terus berkembang melalui berbagai aliran pemikiran,
seperti fungsionalisme, konflik, simbolisme, dan interaksionisme
sosial.
d. Max Weber, Emile Durkheim, dan Karl Marx adalah beberapa tokoh
penting dalam sejarah perkembangan sosiologi.
2. Perkembangan Antropologi:
a. Antropologi adalah ilmu yang mempelajari budaya manusia, evolusi
manusia, dan variasi budaya di seluruh dunia.
b. Antropologi dibagi menjadi dua cabang utama: antropologi fisik
(biologis) yang mempelajari manusia sebagai spesies biologis, dan
antropologi budaya yang memfokuskan pada kebudayaan manusia.
c. Pada abad ke-19, Charles Darwin memberikan kontribusi penting
dalam pemikiran evolusi manusia.
d. Franz Boas dianggap sebagai bapak antropologi budaya modern. Ia
menekankan studi kebudayaan dengan metode ilmiah.
Sosiologi dan antropologi terus berkembang seiring berjalannya
waktu. Mereka telah mengalami perkembangan metodologi dan teoritis
yang signifikan. Selain itu, keduanya juga terus beradaptasi dengan
perubahan sosial dan budaya di seluruh dunia, termasuk dalam konteks
globalisasi, teknologi, dan perubahan sosial lainnya.

D. Obyek Sosiologi dan Antropologi


Sosiologi dan antropologi adalah dua disiplin ilmu yang memfokuskan pada
pemahaman masyarakat dan budaya manusia, tetapi mereka memiliki obyek
yang sedikit berbeda:
a. Obyek Sosiologi: Obyek sosiologi adalah masyarakat manusia dan
perilaku sosial mereka. Ini mencakup studi tentang bagaimana manusia
berinteraksi satu sama lain, membentuk kelompok sosial, memengaruhi
norma dan nilai-nilai sosial, serta bagaimana struktur sosial seperti
keluarga, agama, ekonomi, dan politik memengaruhi kehidupan
manusia. Sosiologi berusaha untuk menjelaskan dan memahami
dinamika sosial dalam masyarakat.
b. Obyek Antropologi: Obyek antropologi adalah budaya manusia. Ini
mencakup studi tentang cara manusia mengembangkan dan mewariskan
pengetahuan, kepercayaan, nilai-nilai, bahasa, norma, teknologi, dan
praktik-praktik lain yang membentuk cara hidup mereka. Antropologi
memeriksa variasi budaya di seluruh dunia, baik di masa lampau
maupun di masa kini. Ada dua cabang utama dalam antropologi:
antropologi budaya yang fokus pada budaya manusia, dan antropologi
fisik yang mempelajari aspek-aspek biologis dari manusia dan manusia
purba.
E. Lembaga-Lembaga Sosial di Masyarakat
Lembaga-lembaga sosial adalah struktur dan organisasi penting dalam
masyarakat yang berperan dalam mengatur dan membentuk perilaku serta
hubungan antara individu-individu. Berikut beberapa contoh lembaga sosial
yang umum dijumpai dalam masyarakat:
• Keluarga: Keluarga adalah lembaga sosial yang paling mendasar. Ini
adalah tempat di mana individu lahir, dididik, dan menerima dukungan
emosional serta materi dari anggota keluarga lainnya.
• Pendidikan: Sistem pendidikan adalah lembaga yang memfasilitasi
proses pembelajaran dan transfer pengetahuan dari generasi ke generasi.
Ini mencakup sekolah, perguruan tinggi, dan lembaga pendidikan
lainnya.
• Agama: Lembaga agama mengatur praktik keagamaan, moralitas, dan
keyakinan dalam masyarakat. Ini bisa berupa gereja, kuil, masjid, atau
lembaga keagamaan lainnya
• Ekonomi: Lembaga ekonomi mengatur produksi, distribusi, dan
konsumsi barang dan jasa dalam masyarakat. Ini mencakup pasar,
perusahaan, bank, dan lembaga keuangan lainnya.
• Pemerintahan: Lembaga pemerintahan mengatur aturan dan kebijakan
yang mengatur masyarakat. Ini termasuk pemerintah pusat, pemerintah
daerah, dan lembaga-lembaga terkait seperti parlemen dan pengadilan.

• Hukum: Lembaga hukum menjalankan sistem hukum yang menegakkan


aturan dan norma-norma dalam masyarakat. Ini mencakup pengadilan,
polisi, dan sistem peradilan.
• Media Massa: Lembaga media massa seperti televisi, surat kabar, dan
internet memiliki peran penting dalam menyebarkan informasi, budaya,
dan pemikiran dalam masyarakat.
• Kesehatan: Lembaga kesehatan termasuk rumah sakit, klinik, dan
organisasi kesehatan lainnya yang memberikan layanan perawatan
kesehatan kepada individu dan masyarakat.
• Rekreasi dan Hiburan: Lembaga ini mencakup tempat-tempat rekreasi
seperti taman, bioskop, dan klub olahraga yang menyediakan hiburan
dan kesempatan untuk bersosialisasi.
• Sosial dan Kesejahteraan: Lembaga sosial dan kesejahteraan
menyediakan dukungan dan layanan kepada individu yang
membutuhkan, seperti lembaga amal, pusat bantuan, dan organisasi
non-pemerintah.

F. Perubahan Lembaga Sosial


Perubahan dalam lembaga sosial adalah hal yang umum dalam
perkembangan masyarakat seiring berjalannya waktu. Perubahan ini dapat
terjadi karena berbagai faktor, termasuk perubahan dalam budaya,
teknologi, nilai-nilai sosial, atau tekanan eksternal. Berikut beberapa cara
perubahan dapat memengaruhi lembaga sosial:
• Perubahan Budaya: Ketika nilai-nilai, norma, dan praktik budaya dalam
masyarakat berubah, lembaga-lembaga sosial juga akan beradaptasi.
Misalnya, perubahan budaya yang mendukung kesetaraan gender dapat
memengaruhi peran dalam keluarga atau struktur pekerjaan dalam
lembaga ekonomi.
• Perubahan Teknologi: Kemajuan teknologi sering kali memengaruhi
cara lembaga-lembaga sosial beroperasi. Misalnya, internet telah
mengubah cara kita berkomunikasi, bekerja, dan belajar, memengaruhi
lembaga-lembaga pendidikan, ekonomi, dan media massa.

• Perubahan Ekonomi: Perubahan dalam perekonomian, seperti resesi


atau perkembangan ekonomi yang pesat, dapat memengaruhi lembaga-
lembaga ekonomi dan kebijakan pemerintah. Ini bisa mengarah pada
perubahan dalam lapangan pekerjaan, sistem perpajakan, atau bantuan
sosial.
• Perubahan Politik: Perubahan dalam politik, termasuk perubahan dalam
pemerintahan atau rezim politik, dapat memengaruhi lembaga-lembaga
pemerintah dan hukum. Hal ini dapat mengubah kebijakan, hak-hak
sipil, dan tatanan sosial.
• Perubahan Sosial dan Demografis: Perubahan dalam struktur
demografis, seperti pertumbuhan penduduk, urbanisasi, atau penuaan
populasi, dapat memengaruhi cara lembaga-lembaga sosial seperti
kesehatan, perumahan, atau pendidikan beroperasi.
• Tekanan Eksternal: Faktor-faktor eksternal seperti perubahan
lingkungan, bencana alam, atau tekanan geopolitik dapat memaksa
lembaga-lembaga sosial untuk beradaptasi atau mengubah fungsinya
dalam situasi tertentu.
• Perubahan Nilai-Nilai Sosial: Perubahan dalam nilai-nilai yang
dipegang oleh masyarakat dapat memengaruhi lembaga-lembaga sosial.
Misalnya, perubahan dalam nilai-nilai yang mendukung inklusi sosial
dapat memengaruhi kebijakan pendidikan khusus atau akses ke layanan
kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai