FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR 2023 A. Konsep-Konsep Ilmu Sejarah Ilmu Sejarah adalah cabang dari ilmu pengetahuan sosial yang mempelajari tentang peristiwa penting yang telah terjadi di masa lampau. Bidang ilmu yang satu ini melakukan kajian secara sistematis tentang perkembangan dan dinamika kehidupan masyarakat di masa lalu melalui bukti-bukti yang ada. Ada tiga komponen dalam pengertian sejarah secara konseptual. Ketiganya meliputi; sejarah sebagai peristiwa, sejarah sebagai kisah/cerita, dan sejarah sebagai ilmu (Ismaun, 2016). a. Sejarah sebagai peristiwa Sejarah sebagai peristiwa ialah kejadian, kenyataan, aktualitas, sejarah in concreto atau an sich yang sebenarnya telah terjadi atau berlangsung pada waktu yang lalu. Meski begitu, harus dipahami tidak semua peristiwa penting di masa lalu merupakan sejarah, karena sebagian dari masa lalu juga merupakan pra-sejarah, yang menjadi fokus arkeologi (Santoso, 2014). Sejarah sebagai peristiwa juga mempunyai arti peristiwa dalam sejarah tidak akan berulang, karena terikat oleh waktu yang telah lampau. Terkait pengulangan sejarah ini, Santoso (2014) menegaskan sejarah dapat dipandang dari arti subjektif dan arti objektif. Sejarah dalam arti subjektif menunjuk pada cerita sejarah yang dituturkan oleh penulis dalam bentuk historiografi maupun rekonstruksi lisan. Sedangkan dalam arti objektif menunjuk pada peristiwa itu sendiri. Keseluruhan proses/peristiwa itu berlangsung terlepas dari subjek manapun; objektif berarti tidak memuat unsur subjek, yaitu pembuat cerita/sejarawan (Kartodirdjo, 1992). b. Sejarah sebagai kisah/cerita Sejarah dikatakan sebagai kisah karena sejarah adalah kejadian- kejadian pada masa lalu yang kemudian dibangun kembali. Banyak orang-orang yang mencoba menafsirkannya dan juga membangun ulang ingatan-ingatan akan kejadian masa lalu itu. Ketika menyampaikan sejarah sebagai kisah, sedikitnya ada dua cara yang bisa ditempuh, yakni sejarah dikisahkan secara interpretatif dan sejarah dikisahkan secara narantif (rinci). Pembahasan sejarah secara interpretatif lebih mudah dipahami tetapi kurang bermanfaat, dibandingkan narasi rinci. Hal ini terjadi karena narasi rinci akan mengemukakan perisitiwa pokok, sehingga pembaca akan lebih mudah menarik generalisasi mereka sendiri, atau membantah generalisasi dari pihak lain (Ricklefs, 2008). c. Sejarah sebagai ilmu Sebagai ilmu dan sebagai cerminan dari pengalaman masa lampau, sejarah bersifat selektif. Karena itu, ukuran penting atau tidaknya suatu peristiwa (significance) bisa berubah sesuai dengan perkembangan dan peralihan perhatian. Sebagai ilmu, maka sejarah harus bisa memberikan keterangan (explanation), dan ini berkembang sesuai dengan perkembangan kesadaraan ilmiah (Abdullah, 1978). Oleh sebab itu, terjemahan sejarah sebagai ilmu mengandung arti: sejarah merupakan susunan pengetahuan (body of knowledge) tentang peristiwa dan cerita yang terjadi dalam masyarakat di masa lampau, yang disusun secara sistematis dan metodis berdasarkan asas-asas, prosedur, dan teknik ilmiah yang diakui dan disepakati oleh pakar sejarah. serta pengkajian tentang peristiwa dan cerita sejarah (Ismaun, 2016).
B. Definisi Sosiologi dan Antropologi
a. Sosiologi, dalam istilah resmi, adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari struktur, organisasi, dan dinamika masyarakat manusia, serta perilaku individu dan kelompok dalam konteks sosial. Ini melibatkan analisis terhadap pola-pola interaksi sosial, hierarki, norma, nilai-nilai, dan dampak dari faktor sosial terhadap individu dan kelompok dalam masyarakat. Sosiologi bertujuan untuk memahami dan menjelaskan fenomena sosial dengan menggunakan metode penelitian ilmiah b. Antropologi, dalam istilah resmi, adalah ilmu sosial yang studi tentang manusia dalam segala aspeknya, termasuk budaya, evolusi, bahasa, dan perilaku manusia. Ini melibatkan penelitian dan pemahaman tentang berbagai kelompok manusia di seluruh dunia, baik masa kini maupun masa lalu, untuk menggali keragaman budaya dan pengaruh lingkungan terhadap perkembangan manusia. Antropologi mencoba menggambarkan dan menjelaskan bagaimana manusia berinteraksi dengan lingkungannya, membentuk budaya, serta mengembangkan berbagai tipe organisasi sosial dan bahasa
C. Perkembangan Sosiologi dan Antropologi
Perkembangan sosiologi dan antropologi adalah dua disiplin ilmu yang memainkan peran penting dalam memahami masyarakat dan budaya manusia. Berikut adalah beberapa poin tentang perkembangan keduanya: 1. Perkembangan Sosiologi: a. Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari masyarakat manusia, perilaku sosial, dan struktur sosial. b. Awalnya, Auguste Comte (1798-1857) dianggap sebagai bapak sosiologi modern. Ia memperkenalkan metode positivisme dalam studi sosial. c. Sosiologi terus berkembang melalui berbagai aliran pemikiran, seperti fungsionalisme, konflik, simbolisme, dan interaksionisme sosial. d. Max Weber, Emile Durkheim, dan Karl Marx adalah beberapa tokoh penting dalam sejarah perkembangan sosiologi. 2. Perkembangan Antropologi: a. Antropologi adalah ilmu yang mempelajari budaya manusia, evolusi manusia, dan variasi budaya di seluruh dunia. b. Antropologi dibagi menjadi dua cabang utama: antropologi fisik (biologis) yang mempelajari manusia sebagai spesies biologis, dan antropologi budaya yang memfokuskan pada kebudayaan manusia. c. Pada abad ke-19, Charles Darwin memberikan kontribusi penting dalam pemikiran evolusi manusia. d. Franz Boas dianggap sebagai bapak antropologi budaya modern. Ia menekankan studi kebudayaan dengan metode ilmiah. Sosiologi dan antropologi terus berkembang seiring berjalannya waktu. Mereka telah mengalami perkembangan metodologi dan teoritis yang signifikan. Selain itu, keduanya juga terus beradaptasi dengan perubahan sosial dan budaya di seluruh dunia, termasuk dalam konteks globalisasi, teknologi, dan perubahan sosial lainnya.
D. Obyek Sosiologi dan Antropologi
Sosiologi dan antropologi adalah dua disiplin ilmu yang memfokuskan pada pemahaman masyarakat dan budaya manusia, tetapi mereka memiliki obyek yang sedikit berbeda: a. Obyek Sosiologi: Obyek sosiologi adalah masyarakat manusia dan perilaku sosial mereka. Ini mencakup studi tentang bagaimana manusia berinteraksi satu sama lain, membentuk kelompok sosial, memengaruhi norma dan nilai-nilai sosial, serta bagaimana struktur sosial seperti keluarga, agama, ekonomi, dan politik memengaruhi kehidupan manusia. Sosiologi berusaha untuk menjelaskan dan memahami dinamika sosial dalam masyarakat. b. Obyek Antropologi: Obyek antropologi adalah budaya manusia. Ini mencakup studi tentang cara manusia mengembangkan dan mewariskan pengetahuan, kepercayaan, nilai-nilai, bahasa, norma, teknologi, dan praktik-praktik lain yang membentuk cara hidup mereka. Antropologi memeriksa variasi budaya di seluruh dunia, baik di masa lampau maupun di masa kini. Ada dua cabang utama dalam antropologi: antropologi budaya yang fokus pada budaya manusia, dan antropologi fisik yang mempelajari aspek-aspek biologis dari manusia dan manusia purba. E. Lembaga-Lembaga Sosial di Masyarakat Lembaga-lembaga sosial adalah struktur dan organisasi penting dalam masyarakat yang berperan dalam mengatur dan membentuk perilaku serta hubungan antara individu-individu. Berikut beberapa contoh lembaga sosial yang umum dijumpai dalam masyarakat: • Keluarga: Keluarga adalah lembaga sosial yang paling mendasar. Ini adalah tempat di mana individu lahir, dididik, dan menerima dukungan emosional serta materi dari anggota keluarga lainnya. • Pendidikan: Sistem pendidikan adalah lembaga yang memfasilitasi proses pembelajaran dan transfer pengetahuan dari generasi ke generasi. Ini mencakup sekolah, perguruan tinggi, dan lembaga pendidikan lainnya. • Agama: Lembaga agama mengatur praktik keagamaan, moralitas, dan keyakinan dalam masyarakat. Ini bisa berupa gereja, kuil, masjid, atau lembaga keagamaan lainnya • Ekonomi: Lembaga ekonomi mengatur produksi, distribusi, dan konsumsi barang dan jasa dalam masyarakat. Ini mencakup pasar, perusahaan, bank, dan lembaga keuangan lainnya. • Pemerintahan: Lembaga pemerintahan mengatur aturan dan kebijakan yang mengatur masyarakat. Ini termasuk pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan lembaga-lembaga terkait seperti parlemen dan pengadilan.
• Hukum: Lembaga hukum menjalankan sistem hukum yang menegakkan
aturan dan norma-norma dalam masyarakat. Ini mencakup pengadilan, polisi, dan sistem peradilan. • Media Massa: Lembaga media massa seperti televisi, surat kabar, dan internet memiliki peran penting dalam menyebarkan informasi, budaya, dan pemikiran dalam masyarakat. • Kesehatan: Lembaga kesehatan termasuk rumah sakit, klinik, dan organisasi kesehatan lainnya yang memberikan layanan perawatan kesehatan kepada individu dan masyarakat. • Rekreasi dan Hiburan: Lembaga ini mencakup tempat-tempat rekreasi seperti taman, bioskop, dan klub olahraga yang menyediakan hiburan dan kesempatan untuk bersosialisasi. • Sosial dan Kesejahteraan: Lembaga sosial dan kesejahteraan menyediakan dukungan dan layanan kepada individu yang membutuhkan, seperti lembaga amal, pusat bantuan, dan organisasi non-pemerintah.
F. Perubahan Lembaga Sosial
Perubahan dalam lembaga sosial adalah hal yang umum dalam perkembangan masyarakat seiring berjalannya waktu. Perubahan ini dapat terjadi karena berbagai faktor, termasuk perubahan dalam budaya, teknologi, nilai-nilai sosial, atau tekanan eksternal. Berikut beberapa cara perubahan dapat memengaruhi lembaga sosial: • Perubahan Budaya: Ketika nilai-nilai, norma, dan praktik budaya dalam masyarakat berubah, lembaga-lembaga sosial juga akan beradaptasi. Misalnya, perubahan budaya yang mendukung kesetaraan gender dapat memengaruhi peran dalam keluarga atau struktur pekerjaan dalam lembaga ekonomi. • Perubahan Teknologi: Kemajuan teknologi sering kali memengaruhi cara lembaga-lembaga sosial beroperasi. Misalnya, internet telah mengubah cara kita berkomunikasi, bekerja, dan belajar, memengaruhi lembaga-lembaga pendidikan, ekonomi, dan media massa.
• Perubahan Ekonomi: Perubahan dalam perekonomian, seperti resesi
atau perkembangan ekonomi yang pesat, dapat memengaruhi lembaga- lembaga ekonomi dan kebijakan pemerintah. Ini bisa mengarah pada perubahan dalam lapangan pekerjaan, sistem perpajakan, atau bantuan sosial. • Perubahan Politik: Perubahan dalam politik, termasuk perubahan dalam pemerintahan atau rezim politik, dapat memengaruhi lembaga-lembaga pemerintah dan hukum. Hal ini dapat mengubah kebijakan, hak-hak sipil, dan tatanan sosial. • Perubahan Sosial dan Demografis: Perubahan dalam struktur demografis, seperti pertumbuhan penduduk, urbanisasi, atau penuaan populasi, dapat memengaruhi cara lembaga-lembaga sosial seperti kesehatan, perumahan, atau pendidikan beroperasi. • Tekanan Eksternal: Faktor-faktor eksternal seperti perubahan lingkungan, bencana alam, atau tekanan geopolitik dapat memaksa lembaga-lembaga sosial untuk beradaptasi atau mengubah fungsinya dalam situasi tertentu. • Perubahan Nilai-Nilai Sosial: Perubahan dalam nilai-nilai yang dipegang oleh masyarakat dapat memengaruhi lembaga-lembaga sosial. Misalnya, perubahan dalam nilai-nilai yang mendukung inklusi sosial dapat memengaruhi kebijakan pendidikan khusus atau akses ke layanan kesehatan.