MAKALAH
Dibuat Oleh
Nama : MUSLIMIN
Nim : 16 1052013 001
Kelas : 04 (PTK/2016)
1. PENDAHULUAN
Perkembangan globalisasi, dan transformasi sistem perekonomian menuju
era industrialisasi modern yang berbasis pengetahuan memicu pergeseran dan
perubahan pola hidup terhadap bangsa Indonesia, menimbulkan fenomena dan
dampak terhadap ketidak sesuaian pola hidup dan pendidikan yang diterima
dengan kebutuhan dunia kerja, akibatnya terjadi peningkatan jumlah
pengangguran dan berbagai permasalahan lainnya.
Pemerintah melalui berbagai kebijakan terus berupaya dalam mengatasi
permasalahan penggangguran, salah satunya adalah disektor pendidikan, dalam
hal ini terus mendorong perkembangan pendidikan teknologi kejuruan di seluruh
wilayah Negara kesatuan Republik Indonesia.
Berdasarkan sejarah, pendidikan kejuruan pertama di Indonesia pada
zaman Belanda yakni tahun 1853, dengan demikian pendidikan kejuruan sudah
berumur kurang lebih 163 tahun, sekolah kejuruan pertama adalah Sekolah
Pertukangan Surabaya (Ambacht School Van Soerabaja). Sementara di
Bandung dibuka Amacht School and Ambacht Leergang yang kemudian menjadi
Sekolah Teknik Ciroyom.
Hingga awal kemerdekaan konsep pendidikan kejuruan mengkuti
pendidikan kejuruan di Belanda. Sejak pelita digulirkan pada akhir tahun 60an
bentuk pendidikan kejuruan mulai mengadopsi model dari negara lain. Bahkan
saat ini pendidikan kejuruan mulai mendapat tempat pada sistem pendidikan di
Indonesia.
Awal upaya terpadu pengembangan pendidikan kejuruan pada Pelita V
(melalui UU No. 2 Tahun 1989) dapat dikatakan merupakan tonggak awal
pengembangan pendidikan kejuruan secara terpadu di Indonesia. PP No. 29
Tahun 1990 terdapat 3 pasal sebagai dasar berpijak bagi pengembangan
pendidikan kejuruan.
Upaya lain adalah kerjasama pendidikan kejuruan dengan dunia usaha dan
industry. Penerapan pendidikan sistem ganda melalui konsep “Link and Match”
merupakan tonggak bersejarah bagi awal upaya pemerintah melibatkan industri
dalam pendidikan kejuruan. Kemudian dengan Pembentukan Majelis Pendidikan
Kejuruan NasonaI (MPKN) dan Pembentukan MPKN untuk propinsi. (Raiarsa,
2013)
Strategi pengembangan pendidikan kejuruan setelah orde reformasi adalah
dengan mengembangkan mutu dan relevansi dan membina sejumlah SMK
bertaraf internasional. Perluasan dan pemerataan akses dengan tetap
memperhatikan mutu pendidikan dan meningkatkan manajemen SMK dengan
menerapkan prinsip “Good Governance” (Renstra Dit PSMK, 2005:8).
Hingga tahun 2016 ini, berdasarkan statistik Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK) tahun 2015/2016 Pusat Data dan Statistik Pendidikan dan Kebudayaan
Kemendikbud, sekolah kejuruan di Indonesia berjumlah 12.659 dengan jumlah
lulusan sebanyak 1.429.870 orang. Di Sulawesi Selatan sekolah kejuruan
berjumlah 414 terdiri dari 155 sekolah kejuruan berstatus negeri dan yang
berstatus swasta sebanyak 259, dengan jumlah lulusan sebanyak 41.614 orang.
Sementara perkembangan jumlah sekolah menurut status di Sulawesi selatan
selama tiga tahun terakhir tidak mengalami peningkatan yang signifikan bahkan
mengalami penurunan, dimana tahun 2013/2014 berjumlah 405 sekolah, tahun
2014/2015 sebanyak 415 sekolah dan tahun 2015/2016 berkurang menjadi 414
sekolah. (Kemendikbud, 2015/2016).
Dengan demikian, pendidikan teknologi kejuruan merupakan salah satu
jawaban untuk menjawab berbagai permasalahan yang terjadi, terutama dalam
perekonomian, dimana dengan kehadiran dan perkembangan pendidikan
teknologi kejuruan yang handal dengan menyiapkan Sumber Daya Manusia
(SDM) yang siap terjun di dunia industri, maka angka pengangguran dapat
dicegah yang nantinya akan bermuara pada peningkatan kesejahteraan.
2. LANDASAN TEORI
Perkembangan ilmu pengetahuan ditandai dengan prinsip metodologi
keilmuan. Metodologi mengkaji perurutan langkah-langkah yang ditempuh
sehingga pengetahuan yang diperoleh memenuhi pengetahuan ilmiah. Untuk
memahami prinsip metode filsafat, perlu dibahas pengertian metodologi, unsure
metodologi dan beberapa pandangan tentang prinsip metodologi bagi para filsuf.
Hal ini dikarenakan metodologi dapat diartikan sebagai ilmu yang membicarakan
berbagai metode. Metode adalah cara bertindak menurut aturan ataupun hukum
yang berlaku.
Menurut Anton Baker unsur-unsur metodologi ilmiah sebagai berikut
(Dr.Beni Ahmad Saebani, 2015):
1) Interpretasi (penafsiran)
2) Induksi dan deduksi (menarik kesimpulan dari pemikiran khusus pada
pemikiran umum dan menarik kesimpulan dari pemikiran umum ke
pemikiran khusus)
Harsoyo menyatakan bahwa ilmu yang dimiliki umat manusia saat ini belum
seberapa dibandingkan dengan rahasia alam semesta yang melindungi manusia.
Ia mengemukakan bahwa kebenaran ilmiah tidaklah absolute dan final,
kebenaran ilmiah selalu terbuka untuk peninjauan kembali berdasarkan fakta-
fakta baru yang sebelumnya tidak diketahui.
Filsafat sebagai ilmu khusus merupakan salah satu cabang dari ruang
lingkup filsafat ilmu secara umum, selanjutnya ilmu merupakan suatu bagian dari
filsafat. Dengan demikian pembahasan lingkup filsafat tidak terlepas dari
persoalan filsafat ilmu. Filsuf terkemuka Clarence Irving Lewis juga
mengemukakan dua gugus persoalan yaitu problem reflektif dalam suatu ilmu
khusus yang dapat dikatakan membentuk filsafat dari ilmu tersebut dan problem
mengenai asas permulaan dan ukuran-ukuran yang berlaku umum bagi semua
ilmu ataupun aktivitas kehidupan manusia secara umum.
D. PENUTUP
Pada hakekatnya pendidikan teknologi dan kejuruan adalah
pendidikan yang diselenggarakan bagi para siswa yang merencanakan
dan mengembangkan karirnya pada bidang keahlian tertentu untuk
bekerja secara produktif dan professional dan juga siap melanjutkan ke
tingkat pendidikan yang lebih tinggi.
Fungsi pendidikan kejuruan menyiapkan siswa menjadi manusia
Indonesia seutuhnya yang mampu meningkatkan kualitas hidup, mampu
mengembangkan dirinya, dan memiliki keahlian dan keberanian membuka
peluang meningkatkan penghasilan yang dilihat dari psikologis peserta
didik dan kondisi sosial budaya.
Filsafat pendidikan kejuruan adalah apa yang diyakini sebagai suatu
pandangan hidup dan landasan berpikir yang dianggap benar dan baik.
Pendidikan kejuruan mengarah pada prinsip yang dikaitkan dengan
adanya bimbingan masyarakat, belajar seumur hidup, memenuhi
kebutuhan masyarakat, pendidikan kejuruan terbuka bagi semua,
penempatan lulusan, tidak membedakan jenis kelamin, kebutuhan individu
akan pendidikan kejuruan, kompetensi guru, etos kerja, pelatihan kerja,
dan berorientasi mastery learning (belajar tuntas) dengan melibatkan
peran aktif partisipatif para stakeholders pendidikan.