Anda di halaman 1dari 15

PARADIGMA MASYARAKAT INDONESIA DALAM TANTANGAN

MENGUBAH ISLAMOFOBIA MENJADI ISLAM POWER

Disusun untuk melengkapi PersyaratanPeserta Intermediate Training (LKII)

HMI Cabang Bandar Lampung

Oleh :Muhammad Diaz Darmawan Rukanda

Asal : HMI KOM. FTI UNIV GUNADARMA CAB. DEPOK

INTERMEDIATE TRAINING

HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM CABANG DEPOK

25 Agustus – 1 September 2019

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT atasrahmat dan karunia-Nya, serta tak lupa
penyusun panjatkan shalawat serta salam semoga tercurah limpahkan kepada Nabi
Muhammad SAW, maka penyusun dapat menyelesaika makalah yang berjudul Islamofobia

Dalam penulisan makalah ini penyusun menyampaikan ucapan terima kasih yang tak
terhingga kepada pihak-pihak yang telah memberi motivasi serta saran kritik yang bersifat
konstruktif, penyusun juga mengucapkan banyak terimakasih terutama kepada kedua orang
tua yang selalu mendukung anaknya untuk bergerak progresif dalam hal kebaikan serta
mengizinkan anaknya untuk berjuang menumpas kebodohan dalam diri anaknya, tak lupa
untuk keluarga besar HMI Komisariat FTI UnivGunadarma Cabang Depok yang selalu
mendukung dan memberikan masukan berupa saran dan kritik yang membangun kepada saya
agar lebih bijaksana dalam menggapai keridhoan dari Allah SWT.

Besar harapan semoga Allah karunia dan kebaikan yang setimpal pada mereka yang telah
memberikan doa dan motivasi dalam proses untuk menggapai keridhoan dari Allah SWT dan
dapat menjadikan semua ini sebagai ibadah yang hanya mengharap ridho dari Allah SWT,
Amiin Yaa Robbal ‘Alamiin.

Akhir kata penyusun sekaligus penulis berharap semoga makalah dapat memberikan manfaat
bagi diri penulis sendiri terutama dan bagi para pembaca yang budiman

Depok,9 Agustus 2019

Muhammad Diaz Darmawan Rukanda

2
DAFTAR ISI

Table of Contents

PARADIGMA MASYARAKAT INDONESIA DALAM TANTANGAN MENGUBAH


ISLAMOFOBIA MENJADI ISLAM POWER.........................................................................1

KATA PENGANTAR...............................................................................................................2

DAFTAR ISI..............................................................................................................................3

BAB I.........................................................................................................................................4

PENDAHULUAN......................................................................................................................4

1.1 LATAR BELAKANG.....................................................................................................4

1.3 Tujuan Penulisan..............................................................................................................5

1.4 Manfaat Penulisan...........................................................................................................5

1.5 Pembatasan Masalah........................................................................................................5

1.6 Metode Penulisan.............................................................................................................5

1.7 Sistematika Penulisan.......................................................................................................6

BAB II........................................................................................................................................7

PEMBAHASAN........................................................................................................................7

2.1 Pengertian.........................................................................................................................7

BAB III.....................................................................................................................................12

Kesimpulan ......................................................................................................................12

BAB IV ............................................................................................................................13

Saran dan Kritik ...............................................................................................................13

Daftar Pustaka ..................................................................................................................14

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pada dasarnya, Islam hadir sebagai agama penyempurna di dunia ini dan mengubah
beberapa hal yang sebelumnya buruk menjadi baik dan yang baik menjadi buruk. Lalu
manusia yang menganut agama Islam lahir dan di fungsikan untuk menjadi manusia yang
rahmatan lil alamin yaitu rahmat bagi semua alam dan juga sebagai khalifah di muka bumi
ini (Q.S Al baqarah 30) . Namun dalam rangkaian dan tujuan khalifah di muka bumi ini,
seringkali banyak mengalami tantangan yang berat dari masa ke masa. Setiap khalifah yang
pernah memimpin dunia ini satu per satu telah tumbang akibat peperangan dan keruntuhan
akibat kesalahan dari sistem pemerintahannya sendiri.

Di Era globalisasi ini walaupun sudah tidak banyak terjadi peperangan umat muslim
dan umat non muslim, namun seringkali umat islam dituduh sebagai hampir di setiap akar
masalah dari peristiwa berdarah maupun tindakan terorisme yang ada didunia, dan akhirnya
membuat beberapa istilah baru yang menyudutkan umat muslim kontemporer ini.

Salah satu peristiwa tersebut adalah Islamofobia, atau ketakutan terhadap umat
muslim secara berlebih yang biasanya disebabkan oleh beberapa faktor. Namun ternyata
mayoritas umat muslim Indonesia tidak mengetahui tentang Islamofobia ini sehingga
beberapa kejadian teror yang ada di Indonesia tidak di khawatirkan sebagai perpecahan antara
umat Muslim dan non Muslim. Padahal ini merupakan ancaman terbesar Islamofobia masuk
ke Indonesia dan menyebabkan perpecahan beberapa keanekaragaman masyarakat Indonesia.
Maka dari itu, Makalah ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk mengikuti Intermediate
Training HMI Cabang Bandar, pada 25 Agustus – 1 September 2019.

4
1.2 RumusanMasalah

Bertitik tolak dari latar belakang, maka penyusun dapat merumuskan beberapa masalah yang
ada pada makalahini, yaitu :

Apaitu Islamofobia? Bagaimana Mencegah/menanggulangi Istiliah tersebut di Indonesia?

1.3 TujuanPenulisan

Adapun tujuan dari penulisan ini adalah sebagai berikut ini :

Sebagaisyaratpeserta Intermediate Training LK II HMI Cabang Bandar Lampung

Sebagai studi pustaka Islamofobia

Untuk bahan diskusi seputar Islamofobia

1.4 ManfaatPenulisan

1.Bagi penulis sendiri terutama, makalah ini diharapkan mampu untukm enjadi motivasi
untukmembuatmakalah yang lebihilmiah, teoritis dan komperhensif

2. Makalah ini diharapkan bermanfaa tuntuk para pembaca yang budiman sekaligus menjadi
bahan diskusi tentang tema makalah ini

1.5 PembatasanMasalah

Dalam rangka menjaga esensi makalah dari perihal out of topic, maka untuk mempermudah
itu penulismem beribatasan-batasan agar makalah ini dapat tersaji sesuai topik yang
sedangdibahas.

5
1.6 MetodePenulisan

Metode penulisan pada makalah ini adalah meto dedeskriptif yakni sebagai gambaran umum
pergolakan ideologi di Indonesia yang disusun berdasarkan studi literature guna mendukung
kualitas penulisan yang bersumber dari buku-buku, dan beberapa sumber referensi lainnya
demi tersusunnyamakalahinisecarailmiah.

1.7 SistematikaPenulisan

1. Pendahuluanmemuat :latarbelakang, rumusanmasalah, tujuanpenulisan, manfaatpenulisan,


pembatasanmasalah, metodepenulisan, dan sistematikapenulisan

2. Pembahasan memuat :isi makalah

3. Penutup memuat :Keimpulan dar imakalah yang disusun

6
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian

A. Islamofobia.

Islamofobia merupakan salah satu tantangan terberat umat muslim di dunia termasuk
indonesia. Bagaimana tidak? Banyak masyarakt muslim sendiri pun enggan menanggapi
bahkan acuh terhadap isu sosial Islamofobia dan menganggap itu merupakan hal yang sepele.

Singkat tentang Islamofobia, Islamofobia merupakan sebuah istilah paling kontroversial di


karenakan istilah ini merujuk kepada prasangka dan diskriminasi pada Islam dan umat
Muslim. Istilah tersebut sebenarnya sudah ada sejak tahun 1980 1, tetapi istilah tersebut mulai
populer dikarenakan peristiwa serangan 11 September 2001 di WTC New York, yang mana
aktor dari peristiwa tersebut merupakan seorang teroris beragama muslim yaitu osama bin
laden.

Runnymede Trust sebuah organisasi multi etnis asal inggris pernah mendefinisikan
Islamofobia sebagai “Rasa Takut dan kebencian terhadap islam dan oleh karena itu juga pada
sesama muslim”. 2

Beberapa masyarakat Indonesia masih menganggap asing islamofobia, karena dengan kondisi
mayoritas masyarakat Indonesia yang memang muslim, dan juga jarang sekali melihat
bahwasannya adanya tindakan diskriminasi dari umat non-muslim yang ada di Indonesia.

Itu terbukti dengan adanya beberapa peristiwa Terorisme yang ada di Indonesia yang
kebetulan seorang muslim yang menjadi aktornya, namun itu tidak meningkatkan rasa
kebencian umat non muslim terhadap umat muslim yang ada di Indonesia.

B. Sejarah Islamofobia

Merujuk ke beberapa peristiwa yang lahir dan menyebabkan istilah ini naik menjadi
stigma buruk masyarakat dunia, peristiwa yang paling terkenal adalah peristiwa teror 11
September 2001 (sering disebut 9/11) adalah serangkaian empat serangan bunuh diri yang
telah diatur terhadap beberapa target di New York city dan Washington, D.C. Pada 11

1
Islamophobia: A Challenge for Us All, Runnymede Trust, 1997, hal. 1,

2
ibid, hal 1

2
Peter Kasenda, Sukarno, Marxisme&Leninisme:AkarPemikiran Kiri dan Revolusi Indonesia (Depok:
KomunitasBambu, 2014), hlm. 6.

7
September 2001. Selanjutnya peristiwa 11 Duta besar umat muslim meminta pertemuan atas
dasar protes terhadap publikasi kartun yang menghina Nabi Muhammad. S.A.W yang dimuat
dikoran harian Denmark pada september 2005 3

Pada desember 2001, National Geographic Society mempublikasi buku The World of
4i
Islam yang memproyeksikan pandangan fiksional terhadap dunia yang tunggal dan
terisolasi. Proyeksi tersebut dimaksudkan untuk menghasilkan audiensi dengan mengajukan
banding kepada ekspetasi masyarakat Amerika terhadap Islam dengan penarikan dan
kerahasiaan sambil menawarkan prospek memikat untuk mengungkap rahasia yang
menggiurkan.

Buku tersebut menggaris bawahi beberapa tema yang eksotis dalam perbedaan dalam
beberapa cara. Buktinya, buku tersebut terus bertahan di beberapa toko buku, dikarenakan
beberapa foto berwarna dari betapa eksotisnya wanita bertopeng merah bertindak sebagai
tanda seru visual di atas judul yang dicetak di sepanjang tulang belakang buku.

C. Mentransformasikan Islamophobia menjadi kekuatan umat islam Indonesia

Indonesia dikenal sebagai negara agraris dan juga keanekaragamannya suku, bangsa,
ras dan agamanya, walaupun banyak sekali perbedaan namun itu tidak membuat masyarakat
Indonesia pecah menjadi bagian bagian tetapi malah membuat negara Indonesia menjadi kuat
dan solid. Namun karena hal tersebut, bagi sebagian bangsa asing yang tidak menginginkan
hal tersebut dan menyebabkan beberapa agenda sosial dan politik mereka berantakan,
khususnya terhadap isu agama, beberapa rangkaian taktik dan strategi mereka dengan
mengambil kesempatan pada kejadian – kejadian terorisme yang ada di Indonesia dari tahun
ke tahun, selalu di muat sebagai Headline media barat dengan maksud dan tujuan menakut
nakuti dan mempropagandakan Islamofobia sebagai bentuk penuduhan dan membenarkan
bahwasannya islam memang mengajarkan ajaran yang Teror.

Mulai dari tragedi bom bali, dan aktivitas teror lainnya, selalu dimanfaatkan oleh
mereka sebagai bentuk propaganda sosial yang menyudutkan umat Islam. Namun kabar
baiknya adalah, Masyarakat Indonesia seringkali tidak terpancing dengan isu tersebut dan
menganggap bahwa hal tersebut murni tidak menerapkan ajaran agama manapun.

D. cara mengatasi dan mempertahankan serta mentransformasikan Islamofobia di Indonesia


menjadi Islam power

PENDEKATAN INDIVIDUAL

3
Peter Gottschalk, Islamophobia:Making Muslim the Enemy hal. 1.

4 Ibid. hal 89

8
Prasangka dan kebencian kepada kelompok lain dapat ditumbuhkan sejak masa
kanak-kanak. Nesdale (dalam Augoustinos dan Reynolds, 2001) menjelaskan ada empat hal
yang dapat mempengaruhi perkembangan prasangka terhadap etnis di masa kanak-kanak
yaitu: kondisi emosi yang tidak adekuat (emotional maladjustment), refleksi sosial,
perkembangan kognisi sosial dan identitas sosial. Emotional maladjustment. Ciri kepribadian
yang mempengaruhi individu yang cenderung mudah berprasangka adalah ciri kepribadian
otoriter (Adorno et al, 1982). Pendekatan ini juga menjelaskan bahwa anak-anak yang
dibesarkan dalam kondisi

disiplin yang menekan akan menghasilkan anak-anak yang frustasi, marah dan
memusuhi orangtuanya. Hal ini selanjutnya akan dilampiaskan kepada orang lain yang
memiliki kekuasaan lebih lemah. Pendekatan ini cenderung mengabaikan kemampuan
seorang anak untuk belajar dari lingkungan lain selain orangtua. Refleksi Sosial. Seorang
anak, secara sederhana, belajar prasangka melalui orangtuanya. Sikap anak merupakan
reflleksi sikap dan nilai-nilai komunitas orangtua. Pendekatan belajar sosial (Bandura, 1977;
Kinder dan Sears, 1981) menjelaskan bahwa anak belajar sikap dari mengamati dan meniru
perilaku verbal dan non verbal orangtuanya. Proses belajar ini terjadi karena mendapat
reward atau pengukuh dari orangtua, atau karena anak ingin menyenangkan orangtua.
Perkembangan Kognisi sosial.

Menurut teori perkembangan kognisi sosial (Aboud,1988) prasangka terhadap


kelompok lain dimulai pada usia 5 tahun dan me-muncak pada usia 7 tahun, ketika anak
mulai memahami perbedaan. Prasangka terjadi karena proses persepsi yang berkaitan dengan
ketakutan terhadap sesuatu yang tidak diketahui. Tajfel (dalam dalam Augoustinos dan
Reynolds, 2001) menjelaskan bahwa perbedaan fisik yang teramati juga dapat memunculkan
prasangka, baik pada anak maupun dewasa, namun prasangka yang lebih kuat seperti antar
suku bangsa, agama dan kelompok homoseksual tetap dapat terjadi walaupun tidak ada
perbedaan fisik. Identitas Sosial. Teori identitas sosial dikemukakan oleh Tajfel dan Turner
(dalam dalam Augoustinos dan Reynolds, 2001) menjelaskan bahwa prasangka dan
diskriminasi terhadap kelompok etnis lain berawal dari keinginan individu-individu untuk
mengidentifikasikan dirinya dengan suatu kelompok sosial yang lebih unggul dari kelompok
lain, dengan tujuan untuk meningkatkan harga diri mereka.

Dari beberapa pendekatan individual tentang proses terjadinya prasangka dapat


disimpulkan bahwa prasangka dapat terjadi pada individu dengan ciri kepribadian otoriter,
mendapatkan proses pembelajaran untuk membenci atau berprasangka kepada kelompok lain,
dan mendapatkan pengukuhan pada usia prasekolah. Prasangka juga muncul pada individu
yang sebenarnya rendah diri (inferior), ingin meningkatkan harga diri dengan masuk ke suatu
kelompok untuk dapat merendahkan kelompok lain.

PENDEKATAN KOGNITIF

Pendekatan kognitif lebih menekankan pada pembahasan tentang stereotip. Manusia


mengkategorisasikan dan membuat stereotip untuk mengurangi banyaknya informasi yang
harus dicerna. Istilah stereotip pertama kali dimunculkan oleh Lippmaan (1922) yang

9
menjelaskan tentang keyakinan (belief) yang ditularkan tentang suatu karakteristik seperti
kepribadian, perilaku yang diharapkan, maupun nilai-nilai yang dimiliki individu. Prasangka
lebih sering terjadi karena kekeliruan atau ketertutupan dalam pemrosesan suatu informasi
yang bermula dari stereotip negatif. Ashmore dan Delbolca (1981) menjelaskan bahwa
pendekatan kognisi sosial sangat menekankan bagaimana suatu informasi sosial diterima,
diproses dan dikenali dalam ingatan daripada keterkaitan khusus hubungan antar kelompok.

PENDEKATAN ANTAR KELOMPOK

Penjelasan fenomena prasangka dari teori identitas sosial dan kategori sosial lebih
menekankan pada psikologi kelompok. Pendekatan ini mempelajari konteks sosial ketika
masing-masing kelompok berinteraksi. Hal tersebut semakin membantu memahami
prasangka sebagai bagian proses berkelompok, dengan adanya fenomena in-group dan out-
group. Teori identitas sosial menguraikan analisis antara lain tentang favoritisme kelompok,
sebuah pandangan bahwa “kami lebih baik daripada mereka;” dan teori kategorisasi sosial
menguraikan hubungan antara individu dan kelompok, alasan mengapa individu bergabung
dengan kelompok, serta situasi yang menjelaskan kapan individu akan berperan sebagai
individu atau sebagai anggota sebuah kelompok. Teori ini dapat menjelaskan adanya gejala
antagonisme sosial, yaitu cara anggota kelompok mempersepsi struktur sosial hubungan antar
kelompok, berdasarkan pemahaman subjektif antar kelompok dalam masyarakat
(Turner,1999). Pendekatan antar kelompok juga menjelaskan bahwa individu cenderung
menekankan adanya persamaan dalam kelompok, dan perbedaan antar kelompok.

PENDEKATAN SOSIO-KULTURAL

Pendekatan sosio-kultural menekankan konteks budaya dimana individu dan kelompok


berkembang. Prasangka dijelaskan sebagai internalisasi terhadap norma-norma dan nilai
kelompok, serta perilaku konformitas terhadap norma itu sebagai suatu perluasan yang
fundamental dari nilai prasangka dalam masyarakat yang diyakini (Ashmore dan Delbolca,
1981). Prasangka antar kelompok juga dapat timbul karena ada tujuan dan minat tertentu
antar kelompok pada kurun waktu yang bersejarah. Kategori-kategori dalam masyarakat juga
dapat dikonstruksi melalui bahasa yang digunakan. Bahasa dapat menentukan tindakan orang
yang mempersepsi seperti kecenderungan menyalahkan (blaming), menuduh, maupun
membenarkan (justifikasi).

E. PANDANGAN TENTANG ISLAM

Di Indonesia, yang memiliki penduduk mayoritas muslim, fenomena terjadinya


Islamophobia menjadi suatu hal yang menarik karena dalam komunitas Islam juga terjadi
ketakutan terhadap Islam tersebut. Budaya Indonesia yang relatif condong pada kolektivitas,
interdependensi antar individu, serta menjaga keharmonisan, umumnya menghindari konflik
yang terbuka. Dengan demikian, konflik yang laten antar kelompok dapat menjadi suatu
potensi masalah yang berbahaya, seperti halnya kasus di Ambon dan Poso. Implikasi lain
juga akan muncul pada bidang politik, keamanan, dan kesempatan kerja. Kilas balik sejarah
menggambarkan bahwa ketika Nabi Muhammad datang pertama kali membawa Islam

10
ketakutan muncul di kalangan orang-orang Quraisy di Mekah. Mereka mengkhawatirkan
akan datangnya suatu kekuatan baru yang akan berkuasa, sehingga orang-orang Quraisy
menentang dan menghalangi penyebaran agama Islam.

Peristiwa ini hampir mirip dengan fenomena Islamophobia ketika terjadi ketakutan
bahwa Islam akan menjadi kekuatan nilai baru yang menggantikan nilai-nilai lama dalam
masyarakat. Inti kedatangan Islam adalah menyempurnakan pendekatan etik (kasih sayang)
dengan pendekatan penegakan hukum atau aturan, sehingga hubungan antar manusia pun ada
aturan yang melindungi agar tidak terjadi ketidakadilan. Prasangka atau sikap negatif
terhadap Islam muncul karena beberapa sebab. Secara individual ketika anak-anak
ditanamkan kebencian atau ketidaksukaan kepada Islam akan menjadi benih munculnya
prasangka, dan ini akan menyebabkan individu memiliki perasaan ketakutan akan munculnya
Islam sebagai suatu kekuatan. Dari sisi kognitif, prasangka muncul karena kekeliruan atau
ketertutupan informasi tentang Islam. Pandangan seperti ini, yaitu pandangan yang tertutup
terhadap Islam, akan memudahkan munculnya fenomena Islamophobia. Pandangan yang
tertutup ini dibandingkan dengan pandangan yang terbuka sebagaimana terangkum dalam
tabel 1 berikut.

11
BAB III

Kesimpulan

Setelah tersaji dan terbedah secara definitif antara pengertian Islamofobia yang secara
sengaja penyusun sajikan secara terpisah agar mudah dipahami sejarah sejarah filosofis dan
maknanya, begitupula pada Islamofobia dalam paradigma Masyarakat bangsa Indonesia yang
penulis sajikan secara deskriptif berdasarkan studi pustaka secara sederhana, maka sampailah
pada kesimpulan

Apa yang bisa diambil dari peristiwa ini adalah bagaimana caranya kita bisa
meningkatkan spirit ke Islaman dan ke Indonesiaan kita untuk terus bisa menjaga keutuhan
bangsa dan Agama kita agar tetap menunjukan eksistensinya dan bisa menerapkan beberapa
ajaran serta menjadi fungsi manusia yang sebenar benarnya yaitu sebagai manusia yang
rahmatan lil alamin. Maka dari itu istilah Islamofobia benar benar harus kita musnahkan
dengan cara meningkatkan kemampuan kita dalam menyampaikan pemikiran serta mengasah
kemampuan intelektual.

Islamofobia bukan saja harus kita musnahkan melainkan kita juga harus melihat
potensi dari Islam yang memang sebenarnya berbanding terbalik terhadap teori dari istilah
Islamophobia yang disampaikan oleh beberapa masyarakat barat.

BAB IV

PENUTUP

A. Saran &Kritik

Atas dasar makalah inisayabuat, sayame merlukan saran dan kritik yang membangun dari
para pembaca budiman, agar menjadi dorongan motivasi saya untuk membuat makalah
lebih baik lagi dari sebelumnya. Terimakasih.

12
DAFTAR PUSTAKA

Runnymede Trust, (1997). Islamophobia: A Challenge for us all. London: Runnymede Trust,
Commission on British Muslims and Islamopbobia.

Gottschalk Peter, Gabriel Greenberg (2006). Islamophobia: Making Muslims The Enemy

David, F. R. (1997). Concepts of Strategic Management. London: Prentice Hall.

Bandura, A. (1977). Social Learning Theory. Englewood Cliffs, NJ: Prentice Hall.

Republika (3 Oktober 2004) Di Negeri Seberang pun Dicurigai.

13
CV Penyusun

Nama: Muhammad Diaz Darmawan Rukanda

TTL: Jakarta, 7 Juli 1999Alamat: Jl Tiga Putra gang. Binawarga No. 27


Depok Jawa Barat.

Agama : Muslim

Hobby : Gaming

Asal Cabang: Cabang Depok

Fakultas/Jurusan/Kampus: Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Industri, Univ.


Gunadarma

14
i

Anda mungkin juga menyukai