1. Pengaturan Siber hendaknya tidak digunakan untuk melanggar hak asasi, terutama
kebebasan berekspresi, berserikat, berkumpul, dan privasi. Negara dan organisasi dalam
pemerintahan harus menahan diri dari membuat undang-undang atau pengaturan yang
akan melibatkan pemantauan atau pemfilteran konten “proaktif”, yang tidak konsisten
dengan hak atas privasi dan kemungkinan besar menjadi sensor pra-publikasi.
https://freedex.org/wp-content/blogs.dir/2015/files/2018/05/G1809672.pdf
2. Karena sifat siber yang melibatkan banyak sekali pihak sebagaimana definisi siber yang
diacu BSSN sendiri maka wajib dibahas dengan melibatkan banyak pemangku kepentingan
(ABCG-Academics-Business-CSO-Government). Di DNA internet (yang diakui mayoritas
masyarakat global terdapat prinsip participatory bottom-up process.
https://www.internetsociety.org/resources/doc/2016/internet-governance-why-the-
multistakeholder-approach-works/
MASALAH RUU KKS
MENGANCAM PRIVASI DAN KEBEBASAN BEREKSPRESI
• Dalam rancangan RUU KKS, perihal jaminan kebebasan berekspresi dan perlindungan atas privasi di ranah siber
tidak ditekankan sama sekali, tidak tertulis eksplisit. Ada sejumlah pasal yang berpotensi mengancam privasi dan
kebebasan berekspresi.
MEMBATASI PERKEMBANGAN TEKNOLOGI YANG MELINDUNGI HAK ASASI
• Rancangan RUU KKS memuat cukup banyak pasal yang mengatur mengenai kewenangan sertifikasi, akreditasi,
perizinan dari BSSN. Pasal-pasal ini dapat membatasi perkembangan teknologi yang melindungi hak asasi.
Terutamanya teknologi open source dan inisiatif yang prinsipnya melindungi dari praktek monopoli perusahaan
teknologi keamanan siber dan pendulangan data oleh perusahaan teknologi informasi.
MENGHALANGI KAPASITAS INDIVIDU DALAM MENINGKATKAN KEAMANAN SIBER
• Pasal-pasal tersebut juga mengatur mengenai kewajiban akreditasi dari BSSN terhadap upaya pelatihan keamanan
siber. Ini tentunya akan menghalangi banyak warga untuk mendapat pelatihan keamanan siber yang selama ini
dilakukan dan dilaksanakan secara swadaya oleh masyarakat.
MINIM PARTISIPASI MULTISTAKEHOLDER
• Idealnya dalam penyusunan penetapan Daftar Infrastruktur Kritikal ini BSSN tidak sendiri, tetapi melibatkan forum
tata kelola internet yang selama ini mengampu banyak kepentingan dalam ranah siber.
PETA MASALAH RUU KKS
• Pasal 47 • Pasal 17-27
• Pasal 48 • Pasal 31
• Pasal 66 ayat 1
AKADEMIK BISNIS
CSO PEMERINTAH
1. SAFENET https://id.safenet.or.id/2019/09/rilis-pers-dpr-dan-pemerintah-indonesia-segera-tunda-
pembahasan-ruu-keamanan-dan-ketahanan-siber/https://www.merdeka.com/teknologi/safenet-
minta-tunda-pembahasan-ruu-keamanan-dan-ketahanan-siber.html
2. ID INSTITUTE http://institute.id/wp-content/uploads/2019/09/DIM-RUU-KKS-singkat.docx
3. PANDI https://nasional.kompas.com/read/2019/09/05/14534481/pengelola-domain-internet-
menolak-jika-ruu-kks-disahkan-terburu-buru
4. Mastel https://www.indotelko.com/read/1567984598/mastel-ruu-kamtansiber
5. Indonesia Cyber Security Forum https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20190822192049-185-
423895/tak-libatkan-industri-ruu-kamtansiber-disebut-monopoli
6. ELSAM https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20190905180423-185-427911/elsam-bssn-bisa-
selewengkan-kekuasaan-lewat-ruu-kamtansiber
SAFEnet is a network of digital rights defenders in Southeast Asia which was
established on 27 June 2013 in Bali, Indonesia. The establishment of SAFEnet was
motivated by the widespread criminalization of netizens because of its expression
on the Internet after the enactment of Law No. 11 of 2008 concerning Information
and Electronic Transactions (UU ITE). This prompted a number of bloggers,
journalists, Internet governance experts, and activists to form this association.
In 2018, SAFEnet began to widen the issue of advocacy towards the fulfilment of
digital rights after previously only focusing on advocating freedom of expression on
the Internet.
safenet.or.id
F/TW/IG/YT: @safenetvoice