Anda di halaman 1dari 5

TUGAS INDIVIDU

PENGANTAR ILMU KOMUNIKASI

OLEH:
MUHAMMAD AMIL IHSAN
C1D321019

PROGRAM STUDI JURNALISTIK


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2021
RESUME BUKU

Judul buku : Pengantar Ilmu Komunikasi


Penulis : Rayudaswati Budi, S.Sos, M.Si
Penerbit : KRETAKUKA Print
Tahun terbit : Makassar, 2010

Komunikasi adalah ilmu yang mempelajari usaha penyampaian pesan antar manusia. Dalam
sejarah pertumbuhannya, ilmu komunikasi berawal sejak retorika terlahir sebagai pengetahuan
dan seni berbicara secara lisan, tatap muka dalam konteks publik. Ilmu dan seni dalam
menyampaikan pesan ini kemudian berkembang bukan saja dalam tataran tatap muka dengan
publik, tapi juga melalui media massa. Kegiatan komunikasi dalam masyarakat memiliki 6
tingkatan, yaitu 1) Komunikasi intra-pribadi, 2) komunikasi antar-pribadi, 3) komunikasi dalam
kelompok, 4) komunikasi antar-kelompok, 5) komunikasi organisasi, 6) komunikasi dengan
masyarakat luas.

Secara umum fungsi Komunikasi adalah dapat menyampaikan pikiran atau perasaan, tidak
terasing atau terisolasi dari lingkungan, dapat mengajarkan atau memberitahukan sesuatu, dapat
mengetahui atau mempelajari dari peristiwa di lingkungan, dapat mengenal diri sendiri, dll.
Komunikasi merupakan suatu proses simbolik, bersifat sistemik, terjadi dalam konteks ruang dan
waktu, dan bersifat irreversible (tidak dapat ditarik kembali).

Proses komunikasi dapat dijelaskan demikian : pertama, pihak sumber membentuk (encode)
pesan dan menyampaikannya melalui satu saluran tertentu ( misalnya melalui surat, telepon,
gelombang udara) jika komunikasi berlangsung secara tatap muka. Kemudian pihak penerima
mengartikan dan menginterpretasikan pesan tersebut. Apabila ia (penerima) punya tanggapan
maka ia akan membentuk pesan dan menyampaikannya kembali kepada sumber. Tanggapan
yang disampaikan penerima pesan kepada sumber disebut sebagai umpan balik. Pihak sumber
kemudian akan mengartikan dan menginterpretasikan tanggapan tadi, dan kembali ia akan
melakukan pembentukan dan penyampaian pesan baru. Demikianlah proses ini terus berlanjut
secara sirkuler, dimana kedudukan sebagai sumber dan penerima berlaku secara bergantian.

Komunikasi sendiri memiliki model-model, yaitu Barlund, Laswell, Model Sirkulasi Sirkuler
dari Osgood dan Schramm, Gerbner, Riley & Riley, Newcomb, dan Defleur.
Komunikasi terbagi menjadi komunikasi verbal dan nonverbal. Komunikasi verbal dan
nonverbal dapat dibedakan ke dalam empat cara, yaitu: dilihat dari maksud atau tujuan, derajat
simbolik, mekanisme proses informasi dan perilaku. Secara singkat, komunikasi verbal adalah
komunikasi yang mengacu pada penggunaan Bahasa baik lisan maupun tulisan, sedangkan
komunikasi nonverbal terjadi melalui sarana selain kata-kata misalnya, Bahasa tubuh dan gerak
badan.
ETIKA NETIZEN REMAJA INDONESIA DALAM BERKOMUNIKASI DI MEDIA
SOSIAL

Media sosial merupakan platform online yang digunakan untuk berbagi dan mencari
informasi dengan mudah baik dalam dunia pendidikan, bisnis, hingga hiburan. Media sosial juga
menjadikan komunikasi jarak jauh menjadi sangat praktis, sehingga banyak diminati orang-
orang. Namun, media sosial juga terkadang disalahgunakan oleh penggunanya, khususnya para
remaja.

Remaja merupakan masa perkembangan dan peralihan dari masa kanak-kanak ke masa
dewasa. Hal ini mempengaruhi emosi dalam diri mereka, mempunyai rasa penasaran yang tinggi
dan tertarik untuk mencoba hal-hal baru. Itulah sebabnya mayoritas pengguna media sosial
adalah remaja, karena media sosial selalu berisi hal-hal menarik dan baru yang selalu dapat
menarik minat remaja, sehingga penggunaan media sosial bagi remaja tidak dapat dikontrol lagi.

Seperti yang kita ketahui, media sosial merupakan forum umum yang bisa diakses siapa
saja termasuk remaja, jika tidak terkontrol, remaja bisa saja menggunakan sosial media untuk hal
yang buruk, seperti kekerasan verbal dalam berkomentar. Mereka biasanya cenderung
berkomentar seenaknya tanpa memikirkan perasaan orang lain yang dapat menyebabkan trauma
dan sakit hati. Kata-kata yang biasa mereka gunakan adalah kata kasar/kotor, rasis, body
shaming, hingga bullying. Setelah melakukan hal tersebut kebanyakan dari mereka beralasan
“hanya bercanda” untuk melindungi dirinya, tetapi korban belum tertu menganggapnya juga
sebagai candaan. Perilaku tersebut sudah mereka anggap sebagai hal yang biasa-biasa saja dan
sudah memakan banyak korban.

Tidak cukup di dalam negeri, kejahatan jari-jari netizen Indonesia sudah dirasakan
sampai ke luar negeri. Misalnya saat tim sepak bola Indonesia dikalahkan oleh tim sepak bola
Vietnam, netizen Indonesia beramai-ramai melayangkan komentar-komentar buruk ke akun
sosial media pemain Vietnam. Dan tentunya masih banyak kasus yang lainnya.

Akibat ketidaksopanan tersebut netizen Indonesia “dianugerahi” sebagai netizen paling


tidak sopan se-Asia Tenggara sepanjang 2020 oleh Microsoft dalam laporan terbaru Digital
Civility Index (DCI). Hal ini sebenarnya tidak begitu mengherankan jika dilihat dari fakta
sebenarnya.

Maka dari itu, seharusnya para remaja mampu mengendalikan nafsu dan egonya agar
lebih bijak dalam bermedia sosial, selain itu diperlukan juga perhatian dan pengawasan lebih dari
orang tua agar para remaja tidak terjerumus perilaku negatif dalam bermedia sosial.

Anda mungkin juga menyukai