Anda di halaman 1dari 19

PERKEMBANGAN PRIBADI DAN SOSIAL PADA MASA

KANAK-KANAK

Guna memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Perkembangan Anak

Oleh:

1. Zaky Mubarok (5190007) PGMI

PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH (STIT) PEMALANG
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat
serta karunia-Nya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Shalawat serta salam senantiasa terlimpah kepada Nabi Besar Muhammad SAW, serta
keluarganya dan para sahabatnya. Makalah ini kami susun dalam guna memenuhi tugas
mata kuliah Psikologi Perkembangan Anak. Tentang PERKEMBANGAN PRIBADI
DAN SOSIAL PADA MASA KANAK-KANAK

Kami ucapkan terimakasih kepada beliau atas bimbingan dan saran sehingga
terwujudnya makalah ini. Tidak ada yang sempurna didunia ini kecuali Allah SWT. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun kami harapkan agar terciptanya
pendekatan kepada taraf yang sempurna. Semoga apa yang disajikan dalam makalah ini
berguna bagi pembaca pada umumnya.

Pemalang, 29 November 2019

Penyusun

2
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Perkembangan sosial dan kepribadian kepribadian pada masa kanak-


kanak dapat ditinjau dari sudut psikologi perkembangan dan pertumbuhan,
ada tugas-tugas perkembangan yang wajib dilewati oleh seorang manusia
sejak dia bayi, kanak-kanak, remaja, dan dewasa. Demikian juga secara
analogis ada tugas-tugas perkembangan yang wajib dilewati oleh seseorang
dalam seluruh perjalanan kehidupannya.
Masa kanak-kanak merupakan masa yang terpanjang dalam rentang
kehidupan saat dimana individu relatif tidak berdaya dan tergantung pada
orang lain. Bagi kebanyakan anak-anak sering kali dianggap tidak ada peran
bagi orang dewasa. Mereka tidak diperbolehkan mengambil keputusan
padahal mulai dari masa kanak-kanak inilah kepercayaan diri mereka
dibangun. Faktor sosial dan kepribadian dibentuk berdasarkan pola pengasuh
dari orang tua, kedisiplinan, kebebasan yang bertanggung jawab.
Gangguan yang muncul tersebut menyebabkan anak menjadi proses
penyimpangan moral dan agresi. Pada masa anak-anak mereka cenderung
tidak sabar menunggu saat didambakan yakni pengakuan dari masyarakat
mereka tidak ingin dianggap sebagai anak-anak lagi melainkan menginginkan
menjadi “Orang Dewasa”. Perkembangan sosial dan kepribadian pada masa
kanak-kanak dimulai setelah melewati masa bayi yang penuh ketergantungan
pada ibunya.
Masa kanak-kanak awal berlangsung dari 2 tahun sampai 6 tahun, oleh
para pendidik dinamakan sebagai usia pra-sekolah. Perkembangan fisik pada
masa ini berjalan lambat tetapi kebiasaan fisiologis yang dasarnya diletakkan
pada masa bayi menjadi cukup baik. Pada saat masa awal kanak-kanak
dianggap sebagai saat belajar untuk mencapai berbagai keterampilan dan
senang mencoba hal-hal baru.

3
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan paparan di atas maka makalah ini akan membahas tentang:


perkembangan pribadi dan sosial pada masa kanak-kanak yang terdiri atas:
1. Pembentukan konsep diri dan kesadaran diri seorang anak
2. Perkembangan kepribadian dan sosial anak.
3. Faktor keluarga dan teman sebaya
4. Mendisiplinkan anak
5. Bahaya perkembangan sosial dan kepribadian anak
6. Kebahagian pada masa anak

C. Tujuan
1. Mengetahui Pembentukan konsep diri dan kesadaran diri seorang anak
2. Mengetahui Perkembangan kepribadian dan sosial anak.
3. Mengetahui Faktor keluarga dan teman sebaya
4. Mengetahui Mendisiplinkan anak
7. Mengetahui Bahaya perkembangan sosial dan kepribadian anak
5. Mengetahui Kebahagian pada masa anak

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian perkembangan sosial, kepribadian dan moral pada masa kanak-


kanak

Perkembangan sosial dan kepribadian pada masa kanak-kanak merupakan


suatu proses perkembangan pribadi di dalam lingkungan, yakni keluarga, teman
sebaya dan masyarakat. Menurut Feldman (2012: 178) perkembangan sosial dan
kepribadian anak akan terus membentuk suatu kesadaran diri yang memfokuskan
pada pengembangan konsep diri mereka termasuk konsep gender. Pada kehidupan
sosial anak-anak prasekolah, terutama bagaimana bermain dengan teman sama
lain. Peran orang tua sangatlah penting sebagai figur otoritas lain dalam
kedisiplinan anak untuk membentuk perilaku anak-anak.

1. Ciri-ciri masa kanak kanak:

Masa bayi yang merupakan ciri khas pada masa periode lain dalam
rentang kehidupan, demikian juga pada ciri masa awal kanak-kanak yang
tercermin dalam sebutan yang biasanya diberikan oleh orang tua, pendidik,
dan ahli pisikologi. Menurut Hurloch (2008: 109) sebagai berikut:
a) Orang tua menyebut: “Usia yang mengundang masalah atau Usia
sulit“ masa bayi sering membawa masalah bagi orang tua yang
umumya masalah pada perawatan fisik bayi, dengan datang nya masa
kanak kanak sering terjadi masalah prilaku yang lebih menyulitkan
dari pada masalah perawatan fisik bayi
b) Para pendidik menyebut: “Usia Prasekolah” untuk membedakan
disaat dimana anak dianggap cukup tua, baik secara fisik maupun
mental untuk menghadapi tugas tugas pada saat mereka mengikuti
pendidikan formal: “anak prasekolah bukan anak sekolah”.
c) Ahli pisikologi:

 Usia Kelompok: masa dimana anak mempelajari dasar-dasar prilaku


sosial sebagai persiapan kehidupan sosial yang lebih tinggi.
5
 Usia menjelajah: sebuah lebel dimana anak-anak mulai
menginginkan mengetahuai kadaan lingkungan, bagaimana
mekanismenya, bagai mana perasaanya dan bagiamana ia bisa
menjadi bagian dari lingkungan.
 Usia meniru: anak meniru pembicaraan dan tindakan orang lain

 Usia kreatif; dimana anak menunjukan kreatifitas bermain selama


masa kanak kanak.

2. Perkembangan Sosial

Perkembangan sosial adalah proses kemampuan belajar dan


tingkah laku yang berhubungan dengan individu untuk hidup sebagai
bagian dari kelompoknya. Di dalam perkembangan sosial, anak dituntut
untuk memiliki kemampuan yang sesuai dengan tuntutan sosial di mana
mereka berada. Tuntutan sosial yang dimaksud adalah anak dapat
bersosialisasi dengan baik sesuai dengan tahap perkembangan dan
usianya, dan cenderung menjadi anak.

yang mudah bergaul. Perilaku sosial merupakan aktivitas dalam


hubungan dengan orang lain, baik dengan teman sebaya, guru, orang tua
maupun saudara-saudaranya. Saat berhubungan dengan orang lain,
terjadi peristiwa- peristiwa yang sangat bermakna dalam kehidupan
anak yang dapat membentuk kepribadiannya, dan membentuk
perkembangannya menjadi manusia yang sempurna.
Menurut Feldman (2012: 179) perkembangan sosial anak
dimana anak mulai membangun psikososial dalam hal menyelesaikan
konflik. Konflik ini muncul ketika anak-anak berkeinginana untuk
independen dari orang orang tua mereka. Anak mulai tumbuh rasa
inisiaf diri, untuk memcoba sesuatu hal yang dirasa mampu
dilakukannya seperti mengenakan sepatu sendiri, berpakaian. Jika hal
itu tidak dapat dilakukan mereka merasa bersalah.

6
Peran orang tua penting untuk terus bereaksi positif akan
keputusan yang diambil oleh anak mereka secara mandiri. Dengan
memberikan kesempatan untuk bertindak sendiri secara nyata sementara
orang tua memberi arahan dan bimbingan atas inisiatif anak-anak
mereka (Feldman, 2012: 179). Selain itu orang tua juga berperan untuk
mencegah rasa bersalah yang dapat bertahan lama dengan
mempengaruhi konsep diri anak.
Perkembangan sosial pada masa kanak-kanak juga berpengaruh
pada perkembangan proses berpikir tentang diri anak sendiri. Mereka
mulai membangun kepercayaan diri dan identitas diri masing-masing.
Feldman (2012: 179) pada saat umur 3-4 tahun anak-anak mulai melihat
perbedaan antara orang-orang berdasarkan warna kulit, dan mereka
mulai mengidentifikasi diri mereka dalam suatu kelompok tertentu.
Mereka mulai menyadari bahwa etnis dan ras yang abadi merupakan
bagian dari mereka kemudian memahami bahwa masyarakat
menempatkan berdasarkan etnis dan ras.
Perkembangan sosial dan kepribadian dapat dibedakan
berdasarkan gender antara anak laki-laki dan perempuan. Anak laki-laki
prasekolah menghabiskan lebih banyak waktu dibandingkan anak
perempuan di rumput yang tinggi bermain kasar, sedangkan anak
perempuan prasekolah menghabiskan lebih banyak waktu dalam
permainan terorganisir dan bermain drama/peran (Feldman, 2012: 181).
Anak laki cenderung memiliki kompetensi, independen, keuletan, dan
daya saing. Sebaliknya anak perempuan memilki sifat hangat, ekspresif,
pemeliharaan dan patuh.
a. Perilaku sosial menurut Hurlock (2008: 118) antara lain: Pola
sosial:
1) . Meniru: anak cenderung meniru sikap dan perilaku orang yang
sangat mereka kagumi.
2) . Persaingan: keinginan untuk mengungguli dan mengalahkan
orang- orang lain sesudah tampak pada usia empat tahun. Ini
dimulai di rumah dan kemudian berkembang dalam bermain
dengan anak di luar rumah.
7
3) . Kejasama: pada akhir tahun ketiga bermain koperatif dan
kegiatan kelompok mulai berkembang dan meningkat baik
dalam frekuensi maupun lamanya berlangsung, bersama dengan
meningkatnya kesempatan untuk bermain dengan anak-anak
lain.
4) . Simpati: karena simpati menumbuhkan pengertian tentang
perasaan- perasaan dan emosi orang lain maka hal ini hanya
kadang-kadang timbul sebelum tiga tahun. Semakin banyak
kontak bermain, maka semakim cepat simpati akan berkembang.
5) . Empati: seperti halnya simpati, empati membutuhkan
pengertian tentang perasaaan dan emosi orang-orang lain tetapi
di samping itu juga membutuhkan kemampuan untuk
membayangkan diri sendiri di tempat orang lain. Relatif hanya
sedikit anak yang dapat melakukan hal ini sampai awal masa
kanak-kanak berakhir.

6) Dukungan sosial: menjelang berakhirnya masa awal kanak-


kanak dukungan dari teman teman menjadi lebih penting dari
pada persetujuan orang-orang dewasa. Anak beranggapan
bahwa perilaku nakal dan perilaku mengganggu merupakan
cara untuk memperoleh dukungan dari teman-temannya
sebaya.
7) . Membagi: dari pengalaman bersama orang–orang lain.
Anak mengetahui bahwa salah satu cara untuk memperoleh
persetujuan sosial adalah dengan cara membagi hak miliknya
terutama mainan untuk anak-anak yang lain. Lambat tahun
sifat mementingkan diri sendiri berubah menjadi sifat murah
hati. Anak yang pada waktu bayi memperoleh kepuasan
hubungan erat dan personal dengan orang lain berangsur-
angsur memberikan kasih sayang kepada orang di luar rumah.

8
b. Kesadaran sosial: sebelum Awal masa kanak kanak berakhir
kebanyakan anak-anak membentuk pendapat tentang orang lain apakah
seorang itu “baik” atau “jahat”, “pandai” atau “bodoh”.
Perkembangan sosial pada masa kanak-kanak juga
mempengaruhi keinginan untuk berinteraksi dengan lingkungan sosial
yang ada. Menurut Feldman (2012: 183) sebelum usia 3 tahun kegiatan
sosial melibatkan keberadaan di tempat yang sama pada saat yang sama,
tanpa interaksi sosial yang nyata. Mereka menjalin hubungan
didasarkan kepada keinginan persahabatan, bermain dan
menyenangkan. Fokus kegiatan persahabatan mereka adalah melakukan
hal-hal bersama-sama dan bermain bersama-sama. Contoh konritnya
misalnya mereka mendorong mobil di lantai, bermain skiping/tali dan
melompat atau permainan aktif.

3. Perkembangan Kepribadian

Pembentukan kesadaran diri, masa ini disebut masa Trotzalter, periode


perlawanan atau masa krisi pertama. Krisis ini terjadi karena ada
perubahan yang hebat dalam dirinya, yaitu dia muali sadar akan akunya,
dia menyadari bahwa dirinya terpisah dari lingkungan atau orang lain,
dia suka menyebut nama dirinya apabila berbicara dengan orang lain.
Pada masa ini, berkembang kesadaran dan kemampuan untuk
memenuhi tuntunan dan tanggung jawab. Oleh karena itu agar tidak
berkembang sikap membandel anak yang kurang terkontrol, pihak
orang tua perlu menghadapinya secara bijaksana, penuh kasih sayang,
dan tidak bersikap keras.
Pada pandangan konsep diri anak-anak memiliki kepercayaan
yang tinggi akan keterampilan dan pengetahuan yang mereka miliki.
Anak-anak berharap mampu memenangkan dan mengalahkan setiap
lawan dalam perlombaan. Ini pandangan optimis yang muncul karena
mereka belum membandingkan kinerja diri dengan kinerja orang lain,
sehingga memiliki kebebasan untuk mengambil kesempatan dan
mencoba kegiatan baru (Dweck & Wang dalam Feldman, 2012: 180).

9
Pada dasarnya pengembangan konsep diri juga dapat
dipengaruhi dari ras dan etnis. Misalnya dicontohkan oleh Feldman
(2012) anak-anak Asia cenderung memiliki orientasi kolektif dimana
individu cenderung untuk hal diri mereka sebagai bagian dari jaringan
sosial yang lebih besar dan mereka saling bertanggung jawab kepada
orang lain. Sebaliknya budaya barat mengembangkan individualistik
yang menekankan pada identitas pribadi dan keunikan individu, mereka
sebagai mandiri dan otonom dalam persaingan dengan orang lain.
Menurut Hurlock (2008: 132) perkembangan kepribadian adalah
sikap awal teman-teman seperti halnya sikap keluarga yang sangat
berarti karena sebagai dasar konsep diri, karena baik keluarga maupun
teman teman sebaya terbiasa memandang anak dengan cara tertentu.
Mengondisikan atau menbentuk konsep diri pada masa kanak kanak.
Karena lingkungan anak-anak terbatas pada rumah dan keluarga maka
maka tidak mengherankan jika kondisi keluarga turut membentuk
konsep diri anak dalam tahun tahun masa kanak kanak, tapi yang paling
penting adalah bagaimana orang tua mengenai penampilan, kemampuan
dan prestasinya sangat mempengaruhi cara pandang dirinya sendiri,
Hurlock (2008: 133).
1) . Cara pelatihan anak; disiplin otoriter yang keras disertai banyak
hukuman badan cenderung memupuk kebencian kepada semua orang
yanng berkuasa dan menimbulkan perasaan menyerah.

2) . Cita- cita orang tua: kalau harapan orangtua terlampau tinggi maka
anak cenderung gagal dan kegagalan menimbulkan bekas yang sulit
terlupakan dalam konsep diri.
3) . Posisi urutan: metode pembelajaran atau pengasuhan yang berbeda
anak pertama dan kedua dapat mempengaruhi perkembangan konsep
diri anak
4) . Kelompok minoritas: anak menyadari akan mempunyai efek yang
kurang baik bila teman temanya mengabaikanya
5) . Ketidaknyamanan lingkungan: kematian, perceraian atau mobilitas
sosial berpengaruh buruk terhadap konsep diri anak

10
B. Hubungan dengan keluarga
Pentingnya peran orang tua dalam perkembangan sosial dan kepribadian pada
masa kanak-kanak ini merupakan faktor lingkungan keluarga. Kekerasan dalam
rumah tangga, kesejahteraan ekonomi atau status sosial ikut mempengaruhi
perkembangan sosial dan kepribadian anak. Anak bisa saja menerima kekerasan
fisik dan mental dari keluarga karena faktor perkawinan sehingga anak
mendapatkan pelecehan. Anak yang dilecehkan lebih cenderung rewel, tahan
terhadap kontrol, dan tidak mudah beradaptasi terhadap situasi yang baru (Feldman,
2012: 188).
Pada umumnya sikap anak terhadap orang berbeda beda dan pola kehidupan
keseluruhan berpola pada kehidupan rumah, hubungan keluarga yang erat lebih
besar pengaruhnya dari pada pengaruh sosial yang lainya, barangkali kondisi yang
paling penting yang mempengaruhi penyesuaian anak, hubungan keluarga (orang
tua, saudara, sanak keluarga), Hurlock (2008: 130).

1. Hubungan Orang Tua


Karena anak lebih bergantung pada orang tua dalam hal perasaaan aman dan
kebahagiaaan, maka hubungan yang buruk dengan orang tua menngakibatkan
sagat buruk pada prilaku. Maka hubungan dengan orangtua atau ibulah
sebagian besar anak sangat tergantung.
2. Hubungan dengan Saudara
Hubungan dengan saudara antara bayi dengan saudara-saudaranya mulai
berkurang pada tahun kedua pada saat bayi sudah mulai menjadi anak- anak
sering kali mengalami pergeseran namun tidak semua pergeseran itu bukan
bersifat pertentangan namun hanya bersifat sekali kali saja. Bahkan
pertengkaran saudara memberikan pengalaman belajar berharga bagi anak:
misal anak tungal tidak memiliki pertentangan dengan saudara dan memperoleh
perhatian tidak terbagi dari orang tuanya sehingga tidak memiliki pengalaman
belajar sosial,

11
3. Hubungan dengan Sanak Keluarga
Ada dua kondisi dalam hubungan dengan sanak keluarga sehingga dapat
mempengaruhi pribadi dan sosial anak.
a) Frekuensi hubungan jika sanak keluarga yang tinggal di lain kota maka
hubungan anak dengan saudara akan jarang.
b) Peran sanak keluarga dalam kehidupan anak: sebagi teman bermain,
sedangkan nenek berperan sebagi pengasuh atau penganti ibu.
Perkembangan sosial dan kepribadian anak juga dapat dipengaruhi
Gaya orang tua dalam Menurut Simons & Conger (Feldman 2012: 187) gaya
orang tua biasanya menghasilkan perbedaan perilaku anak sebagai berikut:
1) Anak-anak yang orang tuanya otoriter cenderung menunjukkan sedikit
sosialis, tidak terlalu ramah, dan sering berprilaku gelisah di sekitar
teman-temannya. Perempuan sangat bergantung pada orang tua mereka,
sedangkan anak laki-laki biasa bermusuhan.
2) Anak-anak dari orang tua yang permisif cenderung tergantung dan
murung, rendah keterampilan sosial dan pengendalian diri.
3) Anak-anak dari orang tua otoritatif, mereka umumnya independen, ramah,
menonjolkan diri dan koperatif. Mereka memiliki motivasi yang kuat
untuk mencapai, dan biasanya sukses dan menyenangkan. Mereka
berusaha mengatur perilaku mereka sendiri secara efektif baik terhadap
diri sendiri dan orang lain.
4) Anak-anak yang orang tuanya terlibat hal buruk, menunjukkan
perkembangan emosional terganggu. Mereka merasa tidak dicintai dan
memiliki emosional terpisah serta perkembangan fisik dan kognitif
mereka terhambat.

12
C. Mendisiplinkan Anak
1... Disiplin yang digunakan pada masa awal kanak-kanak menurut (Hurlock,
2008: 125). Disiplin Otoriter: disiplin ini merupakan bentuk disiplin tradisional
dan berdasarkan pada ungakpan kuno yang mengatakan bahwa “menghemat
cambukan berarti memanjakan anak” dalam disiplin otoriter orang tua dan
pengasuh yang lain memetapkan peraturan peraturan yang harus dilakukan oleh
anak. Tidak ada usaha untuk menjelaskan pada anak mengapa ia harus patuh
pada peraturan dan tampa memberi kesempatan untuk anak mengemukakan
pendapatnya.
a... Disiplin yang lemah: disiplin yang lemah berkembang sebagai disiplin
yang otoroter yang dialamai oleh banyak orang dewasa dalam masa kanak
kanak teknik disiplin ini adalah bahwa melalui akibat dari perbuatan
sendiri anak akan belajar berprilaku secara sosial. Dengan demikian anak
tidak diajarkan peraturan peraturan, ia tidak dihukum karena sengaja
melangar peraturan, juga tidak ada hadiah bagi anak yang berprilaku sosial
baik.
b. . Disipilin demokratis: kecendruangan untuk menyenangi disiplin yang
bersadarkan prinsip-prinsip demokratis sekarang meningkat: Prinsip ini
menekankan hak anak untuk mengetahui mengapa peraturan dibuat dan
memperoleh kesempatan untuk mengungkapkan pendapatnya bila
beranggapan peraturan itu tidak adil. Dalam peraturan demokratis
hukuman “disesuaikan dengan kejahatan” dengan arti hukuman di
berikan berhubungan dengan kesalahan perbuatan, tidak lagi diberi
hukuman badan, penghargaan tetap diusahakan untuk usaha usaha
dengan harapan sosial yang tercakup pada peraturan-peraturan melalui
pemberian hadiah terutama pujian dan pengakuan sosial.

2... Pengaruh disiplin pada anak menurut (Hurlock, 2008: 125)


a. . Pengaruh pada perilaku: anak yang orang tua disiplinnya lemah akan
mementingkan diri sendiri, tidak menghiraukan hak-hak orang lain, agresif
dan tidak sosial. Anak yang mengalami disiplin keras, otoriter akan sangat
patuh jika di hadapkan pada orang dewasa, dan lebih agresif di bandingkan
dengan teman sebayanya. Anak yang

13
dibesarkan dibawah perilaku disiplin demokratis belajar mengendalikan
perilaku yang salah dan mempertimbangkan hak hak orang lain.

b. Pengaruh pada sikap: anak yang dibesarkan dengan disiplin otoroter dan
disiplin lemah maka anak cenderung membenci orang yang berkuasa,
disiplin otoriter juga merasa di berlakuakan kurang adial. disiplin lemah
seharusnya memperingatkan bahwa tidak semua orang dewasa mau
menerima prilaku yang tidak disiplin. Disiplin demokratis dapat
menimbulkan kemarahan yaang sementara tapi bukan kebencian.
c. Pengaruh pada kepribadian: semakin banyak hukuman fisik digunakan
semakain anak cenderung cemberut, keras kepala dan negativistik. Hal ini
mengakibatkan penyesuaian pribadi dan sosial cenderung buruk,yang juga
merupakan ciri khas anak yang di besarkan dengan disiplin yang lemah,
anak yang dibesarkan dengan disiplin yang demokratisakan mempunyai
penyesuaian pribadi dan sosial yang baik.

Menegakkan kedisiplinan tidak boleh diberikan secara fisik dan psikologis


(mental). Bahkan hukuman fisik ini berupa pemukulan, yang dimulai dari
kemarahan meningkat menjadi kekerasan. Kekerasan fisik harus dihindari oleh
orang tua tetapi kita tidak boleh melupakan kekerasan mental (psikologi) yang
harus juga dihindari. Misalnya orang tua yang kasar menakut-nakuti, meremehkan,
atau mempermalukan anak-anak mereka yang mungkin bisa membuat mereka
merasa seperti kekecewaan atau kegagalan (Feldman, 2012: 190).

D. Bahaya pada Masa Kanak-kanak


1... Bahaya fisik (kematian, penyakit, kecelakaan, kejanggalan, kegemukan,
tangan-kidal).
2... Bahaya pisikologis (bahaya dalam berbicara, bahaya emosional, bahaya sosial,
bahaya bermain, bahaya dalam perkembangan konsep, bahaya dalam
kepribadian, bahaya dalam moral).

14
a) . Bahaya sosial:
1) .Jika pembicaraan dan perilaku anak tidak populer diantara teman
sebaya sehingga anak merasa kesepian.
2) .Jika anak dipaksa bermain sesuai gendernya maka anak akan
bertindak secara berlebiahan dan akan menjengkelkan teman
temannya: misal anak laki laki bersikap jantan dan agresif maka
akan menimbulkan pertentangan dengan teman-temanya.
3) .Sebagi akibat perlakuan dari teman temannya mungkin anak akan
sering mengembakan sikap sosial yang kuarang sehat.
4) .Mempunyai teman khayalan atau binatang, hal ini hanya mampu
menyelesaikan sementara masalah kesepian anak. Namun
mengakibatkan sosialisasi anak sedikit.

5) .Dorongan orang tua yang lebih banyak mengunakan waktu anak


lain dan tidak membiasakan waktu sendiri, sehingga anak tidak ter
biasa memanfaatkan waktu.

b) . Bahaya Kepribadian:

Bahaya kepribadian yang paling serius adalah perkembangan konsep diri


yang kurang baik yang dapat disebabkan perlakuan anggota keluarga
dan teman. Dengan demikian sikap anak menjadi buruk sosial dan
kepribadiannya.

c) . Bahaya Moral:
1) ...Disiplin yang tidak konsisten menghambat proses belajar
menyesuaikan diri dengan harapan sosial.

2) ... Anak tidak ditegur atas perbuatan yang melanggar dan kalau
anak dibiarkan memperoleh kepuasan dalam melanggar, dan
membiarkan teman-temannya merasa iri hati dengan perilaku
yang salah maka mendorong anak terus melakukan hal yang
salah.

15
3) ... Terlampau banyak melakuakan hukuman terhadap perilaku yang
salah dan terlampu sedikit terhadap penekanan orang yang
berkuasa, dan anak lebih banyak menrima hukuman dari pada
hadiah, anak bukanya mudah menyesali perbuatannya
melainkan cenderung kemarahan, brontak dan ingin menentang
orang yang menghukumnya.
4) ... Anak yang terkena disiplin otoriter yang pokok penekanannya
pada pengendalian eksternal tidak didorong mengembangkan
pengendalian internal terhadap perilaku yang sebagai dasar
pembentuk perilaku atau nurani maka anak meningalkan nurani.
Pengendalian diri internal dapat dilakukan sejak dini dengan
disiplin demokratis.

E. Kebahagiaan pada Masa Kanak-Kanak


Menurut Hurlock (2008: 133), beberapa kondisi penting mendukung
kebahagiaan dalam awal masa kanak-kanak:
1. Kesehatan yang baik yang memungkinkan anak menikmati apapun yang ia
lakukan dan berhasil dalam melakukannya.
2. Lingkungan yang merangsang dimana anak memperoleh kesempatan untuk
menggunakan kemampuannya semaksimal mungkin.
3. Perilaku yang kanak-kanak dan mengganggu diterima oleh orang tua dan
bimbingan orang tua dalam belajar berperilaku secara sosial.
4. Kebijakan dalam menegakkan disiplin yang terencana dan dilaksanakan secara
konsisten.

16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Perkembangan sosial dan kepribadian pada masa kanak-kanak merupakan


suatu proses perkembangan pribadi di dalam lingkungan, yakni keluarga, teman
sebaya dan masyarakat. Menurut Feldman (2012: 178) perkembangan sosial dan
kepribadian anak akan terus membentuk suatu kesadaran diri yang memfokuskan
pada pengembangan konsep diri mereka termasuk konsep gender. Pada kehidupan
sosial anak-anak prasekolah, terutama bagaimana bermain dengan teman sama
lain. Peran orang tua sangatlah penting sebagai figur otoritas lain dalam
kedisiplinan anak untuk membentuk perilaku anak-anak.

Perkembangan sosial adalah proses kemampuan belajar dan tingkah laku


yang berhubungan dengan individu untuk hidup sebagai bagian dari
kelompoknya. Di dalam perkembangan sosial, anak dituntut untuk memiliki
kemampuan yang sesuai dengan tuntutan sosial di mana mereka berada.
Tuntutan sosial yang dimaksud adalah anak dapat bersosialisasi dengan baik
sesuai dengan tahap perkembangan dan usianya, dan cenderung menjadi anak.

Pembentukan kesadaran diri, masa ini disebut masa Trotzalter, periode


perlawanan atau masa krisi pertama. Krisis ini terjadi karena ada perubahan yang
hebat dalam dirinya, yaitu dia muali sadar akan akunya, dia menyadari bahwa
dirinya terpisah dari lingkungan atau orang lain, dia suka menyebut nama dirinya
apabila berbicara dengan orang lain. Pada masa ini, berkembang kesadaran dan
kemampuan untuk memenuhi tuntunan dan tanggung jawab. Oleh karena itu
agar tidak berkembang sikap membandel anak yang kurang terkontrol, pihak
orang tua perlu menghadapinya secara bijaksana, penuh kasih sayang, dan tidak
bersikap keras.

Pentingnya peran orang tua dalam perkembangan sosial dan kepribadian


pada masa kanak-kanak ini merupakan faktor lingkungan keluarga. Kekerasan
dalam rumah tangga, kesejahteraan ekonomi atau status sosial ikut
mempengaruhi perkembangan sosial dan kepribadian anak. Anak bisa saja
menerima kekerasan fisik dan mental dari keluarga karena faktor perkawinan
sehingga anak mendapatkan pelecehan. Anak yang dilecehkan lebih cenderung

17
rewel, tahan terhadap kontrol, dan tidak mudah beradaptasi terhadap situasi yang
baru (Feldman, 2012: 188).

Menegakkan kedisiplinan tidak boleh diberikan secara fisik dan psikologis


(mental). Bahkan hukuman fisik ini berupa pemukulan, yang dimulai dari
kemarahan meningkat menjadi kekerasan. Kekerasan fisik harus dihindari oleh
orang tua tetapi kita tidak boleh melupakan kekerasan mental (psikologi) yang
harus juga dihindari. Misalnya orang tua yang kasar menakut-nakuti,
meremehkan, atau mempermalukan anak-anak mereka yang mungkin bisa
membuat mereka merasa seperti kekecewaan atau kegagalan (Feldman, 2012:
190).

B. Saran

Kami dari penyusun makalah ini menyadari sepenuhnya bahwa dalam


penyusunan isi makalah masih banyak kekurangan dan kekeliruan baik dari segi
kata, bahasa dan kalimat. Untuk itu kritik dan saran yang sifatnya membangun
sangat kami harapkan demi perbaikan penyusunan makalah selanjutnya.

18
DAFTAR PUSTAKA

Feldman, Robert S. (2012). Discovering The Life-Span. New York: Pearson


Education, Inc.
Hurlock, Elizabeth B. (2008). Pisikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan
Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga.
http: http://zulhasni.wordpress.com/2012/09/23/perkembangan-moral/ diakses
pada tanggal 23 Maret 2014.
Rebecca L. Shiner and Ann S. Masten. (2002). Transactional links between
personality and adaptation from childhood through adulthood by:.
Department of Psychology, Colgate University, 13 Oak Dr., Hamilton, NY
13346, USA. University of Minnesota, Twin Cities Campus, USA (jurnal)

Santrock, John W. (2009). Pisikologi Pendidikan: Education Psychology. Jakarta:


Salemba Humanika
(2002). Life-Span Development: Perkembangan Masa
Hidup: Jakarta: Erlangga
Laurie M. Anderson dkk. (2003) The Effectiveness of Early Childhood
Development Programs A Systematic Review. Preventive Services © 2003
American Journal of Preventive Medicine (jurnal)

19

Anda mungkin juga menyukai