Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH

Analisis Acuan Penilaian, dan Skala Penilaian

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Evaluasi Pendidikan
Yang dibina oleh Dra. Harti Kartini, M. Pd

Oleh :
Kelompok 1
Asmi Nur Azizah (200151602841)
Devia Inka Puspa (200151602997)
Ido Bijak Laksana (200151603083)
Widya Azizatun Nikmah (200151602941)
A5E PGSD

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN KEPENDIDIKAN SEKOLAH DASAR DAN PRASEKOLAH
PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FEBRUARI 2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan
rahmat, taufik, dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunya. Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW
dan semoga kita selalu berpegang teguh pada sunnahnya. Amin.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas kelompok mata kulaih
Evaluasi Pendidikan sengan judul “ Analisis Acuan Penilaian dan Skala Penilaian”.
Dalam penyelesaian makalah ini, kami mendapatkan bantuan serta bimbingan dari
beberapa pihak. Oleh karena itu, sudah sepantasnya kami berterima kasih kepada:
1. Dra. Harti Kartini, M.Pd selaku dosen pembimbing mata kuliah Evaluasi
Pendidikan.
2. Semua pihak yang telah membantu dalam proses penyesuaian makalah ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan berguna bagi Mahasiswa
pada umumnya, dan tidak lupa kami mohon maaf apabila dalam penyusunan makalah
ini terdapat kesalahan baik dalam kosa kata ataupun isi dari keseluruhan makalah ini.
Kami sebagai penulis sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurn dan untuk
itu kritik dan saran sangat kami harapkan demi kebaikan kami untuk kedepannya.

Malang, 18 Februari 2021

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................ii
DAFAR TABEL................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR.........................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah ....................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................2
1.3 Tujuan Pembahasan...........................................................................3

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................4
2.1 Pengertian Instrumen Penilaian..........................................................4
2.2 Bentuk Instrumen Penilaian................................................................4
A. Bentuk Instrumen Objektif dan Non objektif...................................4
B. Bentuk Instrumen Non Tes ..............................................................8
2.3 Acuan Penilaian Proses Belajar dan Hasil Belajar............................9
A. Macam-Macam Acuan Proses Belajar dan Hasil Belajar................10
B. Prinsip-prinsip Penilaian dan Evaluasi Proses dan Hasil Belajar....14
C. Aspek Penilaian dan Evaluasi Proses dan Hasil Belajar..................15
D. Prosedur Penilaian dan Evaluasi Proses dan Hasil Belajar..............17
2.4 Skala Penilaian ....................................................................................18
A. Bentuk-bentuk Skala Penilaian........................................................19
B. Langkah-langkah Penyelenggaraan Skala Penilaian........................21
C. Aplikasi Tahapan Skala Penilaian....................................................21
D. Penggunaan Skala Penilaian ............................................................22
E. Kelebihan Skala Penilaian................................................................22
F. Kelemahan Skala penilaian..............................................................23
G. Mengembangkan Skala Penilaian....................................................23

BAB III PENUTUP..........................................................................................24


3.1 Simpulan..................................................................................................24
3.2 Saran........................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................25

ii
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
2.1.1 Perbedaan CRT dan NRT ditinjau dari Pengembangan Tes........................13

2.1.2 Perbedaan CRT dan NRT ditinjau dari Standar Performance.....................14

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
2.2.1 Skala Penilaian Kuantitatif..............................................................................19
2.2.2 Skala Penilaian Deskriptif...............................................................................20
2.2.3 Skala Penilaian dengan Grafis........................................................................20

iv
BAB I
PENDAHULUAN

Bab ini membahas tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, dan
tujuan pembahasan.

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan upaya sadar yang dilakukan sebagai proses untuk


mentransformasikan pengetahuan dan dari pendidik kepada peserta didik agar
bermanfaat bagi dirinya, sesama, maupun lingkungan sekitarnya. Untuk mencapai
tujuan pendidikan, tentu tidak bisa terlepas dari kurikulm pendidikan. Kurikulum
merupakan sebuah wadah yang akan menentukan arah pendidikan. Berhasil atau
tidaknya sebuah pendidikan sangat bergantung pada kurikulum yang digunakan.
Kurikulum adalah ujung tombak bagi terlaksananya kegiatan pendidikan. Tanpa adanya
kurikulum, pendidikan tidak akan dapat berjalan dengan baik, efektif, dan efisien sesuai
dengan yang diharapkan. Kurikulum pada intinya sangat diperlukan dalam rangka
memajukan dan menyukseskan tujuan pendidikan.
Dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan tersebut, pemerintah melalui
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan terus melakukan pembaharuan dan inovasi
kurikulum, yakni lahirnya Kurikulum 2013. Kurikulum 2013 bertujuan untuk
mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi
dan warga negara yang beriman, produktif, kreativ, inovatif, dan afketif serta mampu
berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban
dunia (Permendikbud Nomor 67 Tahun 2013).
Kurikulum 2013 juga mempertegas adanya pergeseran dalam melakukan
penilaian, yakni dari penilaian melalui tes (mengukur kompetpensi pengetahuan
berdasarkan hasil saja), menuju penilaian autentik (memgukur kompetensi sikap,
keterampilan, dan pengetahuan berdasarkan proses dan hasi) (Kunandar, 2015: 36).
Pelaksanaan penilaian kurikulum 2013 lebih ditekankan pada penilaian autentik
secara menyeluruh yang mencakup kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan
berdasarkan proses dan hasil pembelajaran (Rahman, 2015:152). Penilaian autentik
lebih memerhatikan keseimbangan antara penilaian kompetensi sikap, pengetahuan,

1
2

dan keterampilan yang disesuaikan dengan perkembangan karakteristik peserta didik


sesuai dengan jenjangnya. Semakin tinggi tingkat perkembangan dan jenjang
pendidikan peserta didik maka penguasaan kompetensi pengetahuan dan keterampilan
semakin besar atau luas, tetapi penguasaan kompetensi sikap semakin kecil
(diasumsikan kompetensi sikap sudah tertanam di jenjang sebelumnya). Dengan
demikian, pada jenjang yang rendah seperti SD/MI penanaman kompetensi sikap harus
benar-benar menjadi perhatian dan penekanan, sehingga ketika peserta didik kelak
melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi sudah memiliki fondasi yang kuat.
Karena dengan menanamkan sikap yang baik pada anak sejak dini diharapkan akan
menjadi pembiasaan dan penanaman akhlak baik bagi anak yang bisa menjadi
kebiasaan di masa depan. Dalam pemilihan teknik penilaian, seorang guru pada jenjang
Sekolah Dasar mestinya harus lebih banyak porsinya menggunakan teknik penilaian
yang terkait dengan soft skills dari pada hard skills (Kunandar, 2015: 38). Misalnya
kemampuan soft skills yang perlu dilatih dan diukur antara lain: mengamati, motivasi,
bekerja sama, disiplin, berkomunikasi dengan teman, tata krama, sopan sapun, dan hal-
hal lain yang berkaitan dengan pendidikan karakter.
Namun kebanyakan yang terjadi di lapangan, penilaian pada kompetensi sikap
kurang begitu diperhatikan. Hal ini dikarenakan format penilaian pada kompetensi
sikap terlalu banyak dan juga menyulitkan, sehingga dalam hal ini sangat membutuhkan
profesionalisme dari seorang guru. Selain itu dalam proses penilaiannya, guru juga
harus melakukan pengamatan satu persatu sikap siswa dengan jumlah yang cukup
banyak yang memiliki karakter, sifat, dan latar belakang yang berbeda-beda dengan
waktu yang terbatas.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, yang menjadi
pokok permasalahan dalam makalah ini adalah :
1. Apa pengertian dari instrumen penilaian?
2. Apa saja jenis dari instrumen penilaian?
3. Apa itu Penilaian Acuan Normatif Normatif (PAN) dan Penilaian Acuan
Patokan (PAP)?
4. Bagaimana acuan penilaian proses belajar dan hasil belajar?
5. Apa itu skala penilaian?
3

1.3 Tujuan Pembahasan

Mengacu latar belakang masalah dan rumusan masalah, maka dapat kami tarik
kesimpulan mengenai tujuan penulisan sebagai berikut :
1. Untuk mengetahuai apa itu instrumen penilaian.
2. Untuk mengetahui jenis instrumen penilaian.
3. Untuk mengetahui mengenai Penilaian Acuan Normatif (PAN) dan
Penilaian Acuan Patokan (PAP)?
4. Untuk mengetahui acuan penilain proses dan hasil belajar.
5. Untuk mengetahui skala penilain.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Instrumen Penilaian


Secara umum yang dimaksud instrumen adalah suatu alat yang memenuhi
persyaratan akademis, sehingga dapat dipergunakan sebagai alat untuk mengukur
suatu objek ukur atau mengumpulkan data mengenai suatu variabel. Dalam bidang
penelitian, instrumen diartikan sebagai alat untuk mengumpulkan data mengenai
variabel – variabel penelitian untuk kebutuhan penelitian, sementara dalam bidang
pendidikan instrumen digunakan untuk mengukur prestasi belajar siswa, faktor –
faktor yang diduga mempunyai hubungan atau berpengaruh terhadap hasil belajar,
perkembangan hasil belajar siswa, keberhasilan proses belajar mengajar guru, dan
keberhasilan pencapaian suatu program tertentu (Daryanto, 2012). Sedangkan
menurut Permendikbud No. 104 Tahun 2014, instrumen penilaian adalah alat yang
digunakan untuk menilai capaian pembelajaran peserta didik, misalnya: tes, dan skala
sikap (Permendikbud, 2014).
Pengertian lainnya menjelaskan, bahwa instrumen adalah alat ukur yang
digunakan untuk mengumpulkan data, dapat berupa tes atau nontes. Tes atau
penilaian merupakan alat ukur pengumpulan data yang mendorong peserta
memberikan penampilan maksimal. Sedangkan Instrumen non-tes merupakan alat
ukur yang mendorong peserta didik untuk memberikan penampilan tipikal, yaitu
melaporkan keadaan dirinya dengan memberikan respons secara jujur sesuai dengan
pikiran dan perasaannya (Saifuddin, 1997).

2.2 Bentuk Instrumen Penilaian


A. Bentuk-bentuk Tes Objektif dan Non- objektif
Instrumen evaluasi pembelajaran dapat dibedakan menjadi 2, yaitu:
1. Tes Objektif
Tes Objektif adalah tes tertulis yang menuntut siswa memilih jawaban
yang telah disediakan atau memberikan jawaban singkat dan
pemeriksaannya dilakukan secara objektif (seragam) terhadap semua murid.

4
5

Ada beberapa jenis tes bentuk objektif yaitu: pilihan ganda, bentuk pilihan
benar salah, menjodohkan, dan isian singkat.
a. Pilihan ganda
Tes pilihan ganda merupakan bentuk tes objektif yang menyajikan
soal dan beberapa pilihan jawaban yang hanya ada satu jawaban yang
benar. Tes pilihan ganda dapat diskor dengan mudah, cepat, dan memiliki
obyektifitas yang tinggi untuk mengukur tingkat kognitif peserta didik.
Bentuk tes ini sangat cocok digunakan pada ujian yang berskala besar dan
hasilnya harus segera diumumkan, seperti: ujian akhir sekolah dan ujian
nasional. Namun, untuk menyusun tes berbentuk soal pilihan ganda yang
berkualitas membutuhkan waktu yang lama dan penulis soal akan
kesulitan membuat pengecoh yang homogen.
Sebelum menyusun tes pilihan ganda terdapat hal-hal yang harus
diperhatikan dalam menyusun tes pilihan ganda yaitu: 1) Ada kesesuaian
antara soal dan jawaban, 2) Penyusunan kalimat tiap soal harus jelas, 3)
Bahasa yang digunakan mudah dipahami, 4) Setiap soal harus
mengandung satu masalah.
Contoh : hasil penjumlahan dari -8 + 3 =
a. -5 c. 5
b. -11 d. 11
b. Pilihan benar-salah
Bentuk tes Benar-Salah (B-S) adalah soal yang mengandung dua
kemungkinan jawaban, yaitu benar atau salah. Fungsi bentuk soal benar
salah adalah untuk mengukur kemampuan peserta didk untuk membedakan
antara fakta dengan pendapat. Agar soal dapat berfungsi dengan baik, maka
materi yang ditanyakan sebaiknya homogen dari segi isi. Bentuk soal ini
banyak digunakan untuk mengukur kemampuan mengidentifikasi
informasi berdasarkan hubungan yang sederhana. Cara mengerjakan soal
ini dengan melingkari atau menandai pada jawaban yang dianggap benar.

Kelebihan tes benar salah yaitu: mudah disusun dan dilaksanakan,


dapat dinilai dengan cepat dan objektif, dan dapat mecakup materi yang
lebih luas. Sedangkan kekurangan dari tes ini yaitu, peserta didik
cenderung menjawab dengan coba-coba, memiliki derajat validitas dan
6

reliabilitas yang rendah, dan sering terjadi kekaburan untuk membuat soal
yang benar-benar jelas.

Sebelum menyusun soal benar salah ada hal-hal yang harus


diperhatikan, yaitu: membuat petunjuk dengan jelas agar peserta didik
tidak bingung, setiap soal hendaknya mengandung satu pengertian saja,
jangan membuat soal yang masih dipertanyakan benar salahnya, hindari
menggunakan kata yang dapat memberi petunjuk tentang jawaban yang
dikehendaki.

Contoh soal Benar-Salah:


Surat Al – Fatihah diturunkan di kota Makkah (B – S)

c. Menjodohkan
Tes menjodohkan yaitu bentuk tes yang terdiri atas kumpulan soal
dan kumpulan jawaban yang keduanya dikumpulkan pada dua kolom yang
berbeda, yaitu kolom pertanyaan sebelah kiri dan kolom jawaban sebelah
kanan. Tugas murid ialah mencari dan menempatkan jawabanjawaban
sehingga sesuai atau cocok dengan pertanyaan. Bentuk tes ini digunakan
untuk mengukur kemampuan peserta didik dalam mengidentifikasi
informasi berdasarkan hubungan yang sederhana dan kemampuan
menghubungkan antara dua hal. Semakin banyak hubungan antara premis
dengan respon dibuat, maka semakin baik soal yang disajikan.
Untuk menyusun soal tes menjodohkan harus memperhatikan teknik
berikut: 1) menyesuaikan kompetensi dasar dengan indikator, 2)
kumpulan soal diletakkan dikolom sebelah kiri dan kumpulan jawaban
diletakkan di sebelah kanan, 3) menggunakan kalimat singkat dan terarah
pada pokok permasalahan.
d. Isian singkat
Tes Isian Singkat adalah tes yang ditandai dengan adanya jawaban
pada tempat kosong yang disediakan oleh guru untuk menulis jawabannya
dengan singkat sesuai dengan petunjuk. Cara menyusun tes isian singkat
yaitu: 1) soal yang disusun sebaiknya tidak menggunakan soal yang
terbuka sehingga siswa dapat menjawab dengan terurai, 2) Pernyataan
sebaiknya hanya mengandung satu alternatif jawaban, 3) Titik-titik
7

kosong sebagai tempat jawaban hendaknya diletakkan pada akhir atau


tengah kalimat, 4) Dapat menggunakan gambar-gambar sehingga soal
dapat dipersingkat dan jelas.
2. Tes Non-objektif
Tes non-objektif atau disebut tes uraian yaitu tes yang pertanyannya
membutuhkan jawaban peserta didik untuk menguraikan, mengorganisasikan
dan menyatakan jawaban dengan kata-katanya sendiri dalam bentuk, teknik,
dan gaya yang berbeda satu dengan yang lainnya. Bentuk uraian sering juga
disebut bentuk subjektif, karena dalam pelaksanaannya sering dipengaruhi
oleh faktor subjektifitas guru. Tes ini cocok digunakan untuk bidang studi
ilmu-ilmu sosial. Bentuk tes uraian terbagi menjadi 2 macam yaitu:
a. Uraian terbatas
Peserta didik diberi kebebasan untuk menjawab soal yang
ditanyakan namun arah jawabannya dibatasi sehingga kebebasan tersebut
menjadi bebas yang terarah.
Contoh: 1) Sebutkan lima komponen dalam komputer! 2) Sebutkan lima
rukun Islam!
b. Uraian bebas
Peserta didik bebas untuk menjawab soal dengan cara sistematika
sendiri. Bebas mengungkapakan pendapat sesuai dengan kemampuannya.
Namun guru tetap harus mempunyai acuan atau patokan dalam mengoreksi
jawaban peserta didik.
Contoh : 1) Bagaimana peranan komputer dalam pendidikan?
2) Jelaskan perkembangan islam di Indonesia!
Tes non-objektif in memiliki kelebihan dan kekuranagan. Kelebihan
dari tes ini yaitu:
a) Tes dapat dibuat dengan cepat dan mudah,
b) Mendorong siswa untuk berani mengemukakan pendapat dengan gaya
bahasa sendiri dan menyusun kalimat dalam bentuk yang bagus,
c) Untuk mengukur tingkat pemahaman siswa.
Sedangkan kelemahan dari tes ini yaitu:
a) Kurang bisa mencakup isi materi kesekuruhan,
b) Kadar validitas dan reliabilitas rendah karena pengetahuan siswa yang
betul-betul dipahami sulit diketahui,
8

c) Cara memeriksanya banyak dipengaruhi unsur-unsur subyektif dan


membutuhkan waktu yang lama untuk mengoreksi.

Cara penyususnan tes non-objektif yaitu:


a) Butir-butir soal tes uraian dapat mencakup materi yang telah
diajarkan dan sesuai dengan indikator.
b) Penyusunan kalimat soal sebaiknya berlainan dengan kalimat yang
ada di buku namun mengandung arti yang sama.
c) Kalimat soal disusun secara ringkas, padat, dan jelas sehingga
mudah dipahami peserta didik.
d) Menyusun jawaban yang dikehendaki pembuat soal (guru) untuk
pedoman jawaban yang betul dan untuk mengurangi faktor
subjektifitas, dan
e) Membuat pedoman dalam menjawab tes.

B. Bentuk-bentuk Instrumen Non-Tes


Instrument non-tes adalah instrument selain tes prestasi belajar. Alat
penilaian yang dapat digunakan adalah: lembaran pengamatan/observasi (seperti
catatan harian, portofolio, life skill) dan instrument tes sikap, minat dan lain
sebagainya. Meliputi :
1. Tes Skala Sikap
Tes skala sikap adalah tes yang dilakukan secara sengaja ataupun tidak
sengaja. Penilaian ini dilakukan guru terhadaap peserta didik bukan dilakukan
ke dalam kegiatan belajar mengajar, akan tetapi juga dilakukan diluar belajar
mengajar.
2. Tes Minat Belajar
Tes minat belajar adalah tes yang dilakukan oleh guru kepada peserta didik
untuk meningkatkan minat peserta didik dalam mata pelajaran, karena dengan
adanya tes minat belajar peserta didik akan sangat bersungguh-sungguh dalam
belajar dan membantu guru untuk bisa membuat peserta didik mampu
memahami pelajaran.
3. Tes Motivasi Berprestasi
9

Tes motivasi berprestasi adalah tes yang dilakukan oleh guru kepada
peserta didik untuk mendorong motivasi peserta didik dalam belajar sehingga
dapat memperoleh prestasi lebih baik dari sebelumnya.

4. Tes Kreativitas
Tes kreativitas adalah tes yang dilakukan oleh guru kepada peserta didik
untuk mengukur kreativitas peserta didik dalam belajar, sehingga akan terlihat
kemampuan saat melakukan tugas yang dilakukan oleh guru maupun saat
bertingkah laku didalam kelas.
5. Tes Lisan
Tes lisan adalah tes yang dilakukan dengan cara mengadakan tanya jawab
secara langsung terhadap peserta dididk baik satu persatu, berpasangan, dalam
kelompok ataupun klasikal. Aspek yang dapat dinilai dari tes ini yaitu:

a. Proses berfikir peserta didik dalam memecahkan suatu masalah,

b. Penguasaan bahasa dan penguasaan materi pelajaran

2.3 Acuan Penilaian Proses Belajar dan Hasil Belajar


Berdasarkan permendiknas nomor 16 tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi
Akademik dan Kompetensi Guru, penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar
merupakan salah satu kompetensi inti yang harus dikuasai guru.
Penilaian proses pembelajaran dilakukan selama pembelajaran berlangsung
pada setiap pertemuan dan beberapa pertemuan berikutnya sampai selesai
dipelajarinya satu kompetensi dasar oleh siswa. Penilaian proses pada setiap
pertemuan dapat dilakukan pada awal, tengah atau akhir pertemuan. Hasil penilaian
proses pembelajaran yang dilakukan pada setiap pertemuan memberi gambaran
tentang hasil sementara dari siswa pada pertemuan itu. Hasil penilaian ini menjadi
acuan bagi guru dalam menentukan langkah pembelajaran pada pertemuan
berikutnya. Dengan hasil itu guru dapat memutuskan tentang kelanjutan dari
rencana pembelajaran yang telah disiapkan dapat diteruskan, disesuaikan atau
diubah.
Penilaian hasil pembelajaran dilakukan minimal setelah satu kompetensi dasar
dipelajari. Bila muatan materi pada satu kompetensi dasar cukup padat, penilaian
10

hasil dapat dilakukan lebih dari satu kali. Fokus penilaian tidak harus pada semua
indikator pencapaian kompetensi yang telah ditetapkan, namuan dapat dipilih yang
berkenaan dengan indikator esensial dan mencerminkan hasil akhir pencapaian
kompetensi dasarnya.

A. Macam-Macam Acuan Proses Belajar dan Hasil Belajar


1. Penilaian Acuan Norma (PAN/Norm Referenced Evalution)
a. Pengertian penilaian acuan normatif
Penilaian Acuan Norma (PAN) adalah penilaian yang dilakukan
dengan mengacu pada norma kelompok atau nilai-nilai yang
diperoleh siswa dibandingkan dengan nilai-nilai siswa lain dalam
kelompok tersebut. Dengan kata lain PAN merupakan sistem
penilaian yang didasarkan pada nilai sekelompok siswa dalam satu
proses pembelajaran sesuai dengan tingkat penguasaan pada
kelompok tersebut. Artinya pemberian nilai mengacu pada
perolehan skor pada kelompok itu. Dalam hal ini “norma” berarti
kapasistas atau prestasi kelompok, sedangkan “kelompok” adalah
semua siswa yang mengikuti tes tersebut dapat kelompok siswa
dalam satu kelas, sekolah, rayon, propinsi, dan lain-lain. PAN juga
dapat dikatakan penilaian “apa adanya” dengan pengertian bahwa
acuan pembandingnya semata-mata diambil dari kenyataan yang
diperoleh (rata-rata dan simpangan baku) pada saat penilaian
dilakukan dan tidak dikaitkan dengan hasil pengukuran lain.
PAN menggunakan prinsip-prinsip yang berlaku pada kurva
normal. Hasil-hasil perhitungannya dipakai sebagai acuan penilaian
dan memiliki sifat relatif sesuai dengan naik turunnya nilai rata-rata
dan simpangan baku yang dihasilkan pada saat itu.
Penggunaan sistem PAN membiarkan siswa berkembang seperti
apa adanya. Namun demikian guru tetap merumuskan Tujuan
Khusus Pembelajaran (TKP) sesuai dengan tuntutan kompetensi.
TKP yang berorientasi pada kompetensi tetap dipakai sebagai
tumpuan dalam penyusunan evaluasi akan tetapi pada saat
pemberian skor yang diperoleh siswa maka TKP tidak dipergunakan
sebagai pedoman. Batas kelulusan tidak ditentukan oleh penguasaan
11

minimal siswa terhadap kompetensi yang ditetapkan dalam TKP,


melainkan didasarkan pada nilai rata-rata dan simpangan baku yang
dihasilkan kelompoknya. Dengan demikian kelemahan sistem PAN
dapat terlihat jelas bahwa tes apapun, dalam kelompok apapun,
dengan kadar prestasi yang bagaimanapun pemberian nilai dengan
model pendekan PAN selalu dapat dilakukan. Oleh karena itu
penggunaan model pendekatan ini dapat dilakukan denga
baikapabila memenuhi syarat antara lain:
1) Skor nilai terpencar atau dapat dianggap terpencar sesuai
dengan pencaran kurva normal;
2) Jumlah yang dinilai minimal 50 orang atau lebih dari 100
orang dalam arti sampel yang digunakan besar.
Dalam penerapan sistem PAN ada dua hal pokok yang harus
ditetapkan yaitu: banyaknya siswa yang akan lulus dan penetapan
batas lulus. Terdapat dua cara di dalam menentukan batas kelulusan
antara lain: menetapkan terlebih dahulu jumlah yang diluluskan,
misalnya 75% dari seluruh peserta tes, kemudian skor tiap siswa
disusun dan diranking sehingga akan diketemukan skor terendah.
Cara kedua dengan menggunakan data statistik yang terdapat dalam
kurva normal dengan menggunakan nilai rata-rata dan simpangan
baku, sehingga akan diketemukan luas daerah kurva normal atau
jumlah anak yang diluluskan.
b. Ciri penilaian acuan normatif
1) Penilaian acuan normatif digunakan untuk menentukan
status setiap pesetrta didik terhadap kemampuan peserta
didik lainnya.
2) Penilaian acuan normatif menggunakan kriteria yang bersifat
“relative”
3) Nilai hasil dari penilaian acuan normatif tidak
memcerminkan tingkat kemampuan dan penguasaan siswa
tentangt materi pelajaran yang diteskan, tetapi hanya
menunjuk kedudukan peserta didik (peringkatnya) dalam
komunitas (kelompoknya).
2. Penilaian Acuan Patokan (PAP / Criterion Referenced Evaluation)
12

Penilaian Acuan Patokan (PAP) adalah model pendekatan penilaian


yang mengacu kepada suatu kriteria pencapaian tujuan (TKP) yang telah
ditetapkan sebelumnya. PAP merupakan suatu cara menentukan kelulusan
siswa dengan menggunakan sejumlah patokan. Bilamana siswa telah
memenuhi patokan tersebut maka dinyatakan berhasil. Tetapi bila siswa
belum memenuhi patokan maka dikatakan gagal atau belum menguasai
bahan pembelajaran tersebut. Nilai-nilai yang diperoleh siswa dihubungkan
dengan tingkat pencapaian penguasaan siswa tentang materi pembelajaran
sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
Siswa yang telah melampaui atau sama dengan kriteria atau patokan
keberhasilan dinyatakan lulus atau memenuhi persyaratan. Guru tidak
melakukan penilaian apa adanya melainkan berdasarkan kriteria
keberhasilan yang telah ditetapkan sejak pembelajaran dimulai. Guru yang
menggunakan model pendekatan PAP ini dituntut untuk selalu
mengarahkan, membantu dan membimbing siswa kearah penguasaan
minimal sejak pembelajaran dimulai, sedang berlangsung dan sampai
berakhirnya pembelajaran. Kompetensi yang dirumuskan dalam TKP
merupakan arah, petunjuk, dan pusat kegiatan dalam pembelajaran.
Penggunaan tes formatif dalam penilaian ini sangat mendukung untuk
mengetahui keberhasilan belajar siswa. Pelaksanaan PAP tidak memerlukan
perhitungan statistik melainkan hanya tingkat penguasaan kompetensi
minimal.
Sebagai contoh misalnya: untuk dapat diterima sebagai calon tenaga
pengajar di perguruan tinggi adalah IP minimal 3,00 dan setiap calon harus
lulus tes potensi akademik yang diadakan oleh lembaga yang bersangkutan.
Berdasarkan kriteria di atas siapapun calon yang tidak memenuhi
persyaratan di atas maka dinyatakan gagal dalam tes atau tidak diterima
sebagai calon tenaga pengaja.
Seperti uraian di atas tingkat kemampuan atau kelulusan seseorang
ditentukan oleh tercapai tidaknya kriteria. Misalnya seseorang dikatakan
telah menguasai satu pokok bahasan / kompetensi bilamana ia telah
menjawab dengan benar 75% dari butir soal dalam pokok bahasan /
kompetensi tersebut. Jawaban yang benar 75% atau lebih dinyatakan lulus,
13

sedang jawaban yang kurang dari 75% dinyatakan belum berhasil dan harus
mengulang kembali.
Muncul pertanyaan bahwa apakah siswa yang dapat menjawab benar
75% ke atas juga akan memperoleh nilai yang sama? Hal ini tergantung pada
sistem penilaian yang digunakan. Jika hanya menggunakan kriteria lulus
dan tidak lulus, berarti siswa yang menjawab benar 75% ke atas adalah
lulus, demikian juga sebaliknya siswa yang menjawab benar kurang dari
75% tidak lulus. Apabila sistem penilaian yang digunakan menggunakan
model A, B, C, D atau standar yang lain, kriteria ditetapkan berdasarkan
rentangan skor atau skala interval.
Perlu dijelaskan bahwa kriteria atau patokan yang digunakan dalam PAP
bersifat mutlak. Artinya kriteria itu bersifat tetap, setidaknya untuk jangka
waktu tertentu dan berlaku bagi semua siswa yang mengikuti tes di lembaga
yang bersangkutan.
3. Perbedaan CRT dan NRT didasarkan atas 3 kriteria:
a. Pengembangan tes
b. Standar penilaian performance siswa
c. Maksud tes

Perbedaan CRT dan NRT ditinjau dari Pengembangan Tes


CRT (PAP) NRT (PAN)
1. CRT hanya terdiri dari soal- 1. Soaltes tidak hanya
soal tes yang didasarkan berdasarkan pelajaran yang
pada tujuan khusus diterima siswa
pembelajaran
2. Setiap tes mempunyai 2. Tidak perlu terlebih dahulu
prasarat agar siswa menentukan secara pasti
menunjukkan “performance” performance yang
seperti yang tercantum dalam diharapkan sebelum tes
TIK disusun
3. Dasar pertimbangan untuk 3. Dasar pertimbangan
diterimanya performance diterimanya performance
tertentu harus berdasarkan berdasarkan hasil perolehan
14

pada kriteria tertentu nilai yang didapat oleh siswa


4. Mementingkan butir tes 4. Membuat tes dalam kategori
sesuai dg perilaku (tujuan sedang
pembelajaran)

Perbedaan CRT dan NRT ditinjau dari Standar Performance

CRT (PAP) NRT (PAN)


1. Standar performance 1. Standar performance
ditentukan dalam bentuk berdasarkan pada jumlah
tingkah laku pertanyaan yang dijawab
benar oleh siswa
dihubungkan dengan
siswa lain yang menempuh
tes tersebut
2. Pengukur performance 2. Prestasi siswa adalah 80%
dalam menempuh tes dari siswa lain
didasarkan pada standar
performance yang telah
3. Distribusi nilai tidak 3. Penilaian didasarkan pada apa
menyerupai kurve normal adanya hasil prestasi siswa
4. Didasarkan pada batas 4. Perolehan nilai berdasarkan
kelulusan (KKM) pada kelompok/kelas.

B. Prinsip-prinsip penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar


Dalam melaksanakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar,
pendidik perlu memperhatikan prinsip-prinsip penilaian sebagai berikut :
1. Valid/shohih
2. Objektif
3. Transparan/terbuka
4. Adil
5. Terpadu
15

6. Menyeluruh dan berkesinambungan


7. Sistematis
8. Akuntabel
9. Beracuan kriteria
C. Aspek-aspek penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar
Aspek atau sasaran evaluasi adalah sesuatu yang dijadikan titik pusat
perhatian untuk diketahui statusnya berdasarkan pengukuran. Dalam dunia
pendidikan, ada tiga aspek yang menjadi sasaran evaluasi pembelajaran, yaitu:
1. Ranah Kognitif
Aspek atau domain kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental
(otak). Menurut Bloom, segala upaya yang menyangkut otak adalah
termasuk dalam ranah kognitif. Dalam ranah kognitif terdapat enam jenjang
proses berpikir, mulai dari jenjang terendah sampai dengan jenjang yang
paling tinggi.
a) Pengetahuan adalah kemampuan seseorang untuk mengingat-ingat
kembali (recall) atau mengenali kembali tentang nama, istilah, ide,
gejala, rumus-rumus, dan lain-lain tanpa mengharapkan kemampuan
untuk menggunakannya.
b) Pemahaman adalah kemampuan seseorang untuk mengerti dan
memahami
c) sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat.
d) Penerapan atau aplikasi adalah kesanggupan seseorang untuk
menerapkan
e) atau menggunakan ide-ide umum, tata cara ataupun metode-metode,
prinsipprinsip, rumus, teori dan lain-lain dalam situasi yang baru dan
kongkrit.
f) Analisis adalah kemampuan seseorang untuk merinci atau
menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian yang
lebih kecil dan mampu memahami hubungan di antara bagian-
bagian tersebut.
g) Sintesis merupakan suatu proses berpikir yang memadukan bagian-
bagian atau unsur-unsur secara logis, sehingga menjelma menjadi
suatu pola yang berstruktur atau berbentuk pola baru.
16

h) Penilaian atau penghargaan atau evaluasi merupakan jenjang


berpikir paling tinggi dalam ranah kognitif menurut taksonomi
Bloom. Penilaian atau evaluasi merupakan kemampuan seseorang
untuk membuat pertimbangan terhadap suatu situasi, nilai, atau ide.

2. Ranah Afektif
Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai.
Beberapa pakar mengatakan bahwa sikap seseorang dapat diramalkan
perubahannya bila seseorang telah memiliki penguasaan kognitif yang
tinggi. Ranah afektif ini oleh Krathwohl dan kawan-kawan dirinci ke dalam
beberapa jenjang atau taraf afektif, yaitu :
a) Receiving atau attending adalah kepekaan seseorang dalam menerima
rangsangan atau stimulus dari luar yang datang kepada dirinya dalam
bentuk masalah, situasi, gejala, dan lain-lain.
b) Responding atau menanggapi mengandung arti "adanya partisipasi
aktif". Jadi, Kemampuan responding adalah kemampuan yang dimiliki
seseorang untuk mengikutsertakan dirinya secara aktif dalam fenomena
tertentu dan membuat reaksi terhadapnya dengan cara tertentu.
c) Valuing artinya memberikan nilai atau penghargaan terhadap suatu
kegiatan atau objek, sehingga apabila kegiatan itu tidak dikerjakan,
dirasakan akan membawa kerugian atau penyesalan.
d) Organization artinya mempertemukan perbedaan nilai sehingga
terbentuk nilai baru yang lebih universal, yang membawa kepada
perbaikan umum. Mengatur atau mengorganisasikan merupakan
pengembangan dari nilai ke dalam satu sistem organisasi, termasuk di
dalamnya hubungan satu nilai dengan nilai yang lain, pemantapan dan
prioritas nilai yang telah dimilikinya.
e) Characterization by a value complex yakni keterpaduan semua sistem
nilai yang telah dimiliki seseorang, yang mempengaruhi pola
kepribadian dan tingkah lakunya. Nilai itu telah tertanam secara
konsisten dalam sistemnya dan telah mempengaruhi emosinya.
3. Ranah psikomotor
Ranah Psikomotor adalah ranah yang berkaitan dengan keterampilan
atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar
17

tertentu. Hasil belajar ranah psikomotor dikemukakan oleh Simpson (1956)


yang menyatakan bahwa hasil belajar psikomotor ini tampak dalam bentuk
keterampilan dan kemampuan bertindak individu. Hasil belajar kognitif dan
afektif akan menjadi hasil belajar psikomotor apabila peserta didik telah
menunjukkan perilaku atau perbuatan tertentu sesuai dengan makna yang
terkandung dalam ranah kognitif dan afektifnya.
D. Prosedur penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar
Prosedur penilaian yang dimaksudkan antara lain adalah sebagai berikut :
1. Mengkaji Materi Pembelajaran
Kajian materi ini dapat dilakukan melalui beberapa referensi untuk
memperoleh bahan secara komprehensif dari beragam sumber dengan
bertolak pada kompetensi yang diharapkan.
2. Memilih Teknik Penilaian
Secara garis besar, teknik penilaian dapat digolongkan menjadi dua, yaitu
penilaian melalui tes dan non tes. Dalam menentukan keakuratan perlu
dipertimbangkan pemilihan teknik, yaitu tingkat keakurat-an dan
kepraktisan penyusunan dalam setiap butir soal/instrumen.
3. Perumusan Kisi – Kisi
Isi kisi dibuat berdasarkan kompetensi dasar dan indikator yang ingin
dicapai serta bentuk tes yang akan diberikan kepada peserta didik.
Pembuatan kisi-kisi memiliki tujuan untuk menentukan ruang lingkup
dalam menulis soal agar menghasilkan perangkat tes yang sesuai dengan
indikator.
4. Penulisan Butir Soal
Guru menulis dan membuat butir-butir soal/instrumenyang sesuai dengan
kisi-kisi dan bentuk soal/instrumen yang telah ditentukan. Bila guru
menggunakan teknik non tes, maka diperlukan untuk membuat pedoman
pengisian instrumen. Misalnya untuk observasi atau wawancara.
5. Penimbangan/Review
Dalam tahap ini, butir soal dan atau pedoman yang telah disusun guru,
ditimbang secara rasional (analisis rasional oleh guru); dibaca, ditelaah dan
dikaji kembali butir-butir soal dan atau pedoman yang dibuat telah
memenuhi persyaratan.
6. Perbaikan
18

Pedoman diperbaiki sesuai dengan hasil pertimbangan yang didasarkan


kepada pemikiran kemudahan peserta diklat untuk memahami isi dari
kalimat yang diberikan.
7. Uji-coba dan Penggandaan.
Uji-coba terhadap instrumen ditujukan untuk menentukan apakah butir
soal/isntrumen yang dibuat telah memenuhi kriteria yang dituntut, tingkat
ketetapan, ketepatan, tingkat kesukaran dan daya pembeda yang memadai.
8. Diuji (diteskan)
Setelah diperoleh perangkat alat tes ataupun non tes yang memenuhi
persyaratan, maka perangkat tersebut diorganisasikan, disusun berdasarkan
pada bentuk-bentuk atau model-model soal bagi perangkat tes, dan untuk
perangkat non tes. Setelah perangkat tes maupun non tes digandakan
kemudian siap untuk diujikan.
9. Pemberian Skor
Lembar jawaban peserta didik dikumpulkan dan disusun berdasarkan nomer
induk peserta didik untuk memudahkan dalam memasukkan skor peserta
didik. Kemudian dilakukan pemberian skor sesuai dengan kunci jawaban,
sehingga diperoleh skor setiap peserta didik.
10. Putusan
Setelah pengelolaan, sampai pada menafsirkan, guru memperoleh putusan
akhir dari kegiatan penilaian. Putusan yang diambil diharapkan obyektif
sesuai dengan aturan.

2.4 Skala Penilaian

Skala penilaian adalah salah satu bentuk pedoman observasi yang dipergunakan
untuk mengumpulkan data individu dengan menggolongkan, menilai tingkah laku
individu atau situasi dalam tingkatan-tingkatan tertentu. Skala penilaian memiliki
kesamaan dengan ceklis. Meskipun terdapat perbedaan-perbedaan dengan ceklis.
Karena ceklis digunakan untuk menandai apakah sebuah perilaku hadir atau tidak,
sedangkan skala penilaian menghendaki penilaian dilakukan menurut pertimbangan
kualitatif menyangkut tingkat kehadiran sebuah perilaku. Sebuah skala penilaian
mengandung seperangkat karakteristik atau kualitas yang harus diputuskan dengan
menggunakan suatu prosedur yang sistematis. Skala penilaian biasanya terdiri dari
suatu daftar yang berisi gejala-gejala atau ciri-ciri tingkah laku yang harus dicatat
19

secara bertingkat, sehingga observer tinggal memberi tanda cek pada tingkat mana
gejala atau ciri-ciri tingkah laku itu muncul.

Adapun gejala atau ciri-ciri tingkah laku yang dapat diamati dengan alat skala
penelitian, antara lain: partisipasi siswa dalam kegiatan diskusi, kegiatan partisipasi
siswa dalam kegiatan diskusi, kegiatan belajar dengan sistem modul, kehadiran siswa
dalam mengikuti pelajaran di kelas, kebiasaan mengganggu teman, ketrampilan di
dalam kelas, dan lain-lain topik yang relevan dengan kehidupan di sekolah.

A. Bentuk-bentuk Skala Penilaian


Bentuk-bentuk skala yang dipakai antara lain: (1) kuantitatif; (2) deskriptif; (3)
grafis.
1. Skala penilaian kuantitatif
Skala penilaian kuantitatif adalah suatu bentuk pedoman observasi yang
mendiskripsikan aspek-aspek tingkah laku yang diamati dijabarkan dalam skala
berbentuk bilangan atau angka. Penilai cukup menandai indikasi tingkat sebuah
karakteristik yang hadir. Sejumlah nomor yang berurutan ditentukan untuk
mendeskripsikan kategori-kategori. Keputusan penilai diharapkan dalam menilai
karakteristik-karakteristik tersebut.

2. Skala penilaian deskriptif


Skala penilaian deskriptif adalah suatu bentuk pedoman observasi yang
mendiskripsikan aspek-aspek tingkah laku yang diamati dijabarkan dalam skala
berbentuk kata-kata diskriptif.
20

3. Skala penilaian dengan grafis


Skala penilaian grais adalah suatu bentuk pedoman observasi yang
mendiskripsikan aspek-aspektingkah laku yang diamati dijabarkan dalam skala
berbentuk grafis (Garis). Skala penilaian grafis berbentuk rangkaian
(continuum). Satu set kategori dideskripsikan pada poin-poin tertentusepanjang
baris, namun penilai dapat menandai keputusannya pada salah satu tempat pada
baristersebut. Sebagai tambahan, skala penilaian grafis menyediakan gambaran
serangkaian visual yangmembantu penilai meletakkan posisi jawaban secara
benar. Contoh deskripsi skala penilaian grafisseperti berikut.
a. Tidak pernah
b. Jarang
c. Sekali-sekali
d. Seringkali
e. Selalu
21

B. Langkah-langkah Penyelenggaraan Skala Penilaian


Terdapat tiga tahap penyelenggaraan kegiatan observasi dengan teknik skala
penilaian, yaitu: tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap analisis hasil. Tahap
persiapan meliputi: langkah penetapan topik, langkah penentuan variabel, indikator,
prediktor, item-item pernyataan, langkah penentuan alternatif skala, langkah
penentuan kriteria, langkah penyusunan pedoman observasi. Tahap pelaksanaan,
meliputi: langkah-langkah penyiapan pedoman observasi, pengambilan atau
penentuan posisi observasi, dan pengamatan perilaku observee serta pencatatan
dengan skala. Selanjutnya tahap ketiga, analisis hasil, meliputi: langkah-langkah
penyusunan data hasil observasi dan penyimpulan data.
C. Aplikasi Tahapan Penyelenggaraan Skala Penilaian
1.Tahap persiapan
a. Langkah penentuan topik
b. Langkah penentuan variabel
c. Penentuan alternatif skala
d. Langkah penyusunan pedoman observasi
2.Tahapan pelaksanaan
Tahap ini merupakan implementasi metode observasi dengan
menggunakan instrumen baru observasi berbentuk skala produk. Setelah bersiap
baru observasi, pengamatan melakukan pengamatan tingkah laku dan
selanjutnya dengan cermat menandai kemunculan tingkah laku, menghitung, dan
menuliskannya pada kategori skala tingkah laku pada instrumenbaru observasi
skala produk. Kecermatan pencatatan frekuensi kemunculan amat penting,
termasuk keamanan berpengalaman pengammat seminimal mungkin tidak
diketahui nanti.
3. Tahap analisis hasil
a. Menghitung berapa kali observasi dilancarkan kepada amati dengan
menggunakan instrumen baru observasi skala produk, misal 10 kali. Maka,
dapatkan catatan hasil observasi sebanyak sepuluh lembar baru observasi
skala produk.
b. Menentukan N dengan mengalikan jumlah pernyataan n = 11 (skala
penilaian kuantitatif)dngan frekuensi pelancaran observasi 10, sehingga
ditemukan N = 110. Tahap ini dilanjutkan denganmenjumlahkan seluruh
tanda cek pada 10 lembar pedoman observasi. Dalam hal ini diandaikan
22

adafrekuensi (f), sama dengan 25 tanda cek dengan rincian: nilai 1 sebanyak
5 kali; nilai 2 sebanyak 5 kali; nilai 3sebanyak 10 kali; nilai 4 sebanyak 5
kali. Keseluruhan nilainya sama dengan 65.
c. Menghitung prosentase kemunculan gejala perilaku dengan rumus, yaitu
f/N X 100 dan diperoleh indeks sebesar 59,09 %.
d. Mencocokkan indeks prosentase dengan kriteria untuk memperoleh
kesimpulan. Berdasarpada kriteria, indeks yang didapat termasuk dalam
kategori penilaian “aktif dalam berpartisipasi”. Maka, dapat disimpulkan
bahwa “siswa termasuk aktif berpartisipasi dalam kegiatan diskusi”

Kesimpulan seperti hal tersebut masih tetap harus memperhitungkan


berbagai data lain yang diperolehmelalui metode pengumpulan data yang
berbeda.
D. Penggunaan Skala Penilaian
Satu bentuk skala penilaian yang sangat akrab digunakan adalah skala
laporan dalam bentuk kartu. Sekolah-sekolah kadang-kadang menggunakan skala
penilaian untuk melaporkan cirri-ciri perkembangan personal dan social dalam
bentuk kartu laporan. Atribut-atribut seperti kebiasaan bekerja, memimpin kelas,
kerapian, dan perilaku yang umum sebagai anggota pada tingkat sekolah dasar
dilaporkan dalam bentuk kartu. Para siswa dan para orang tua kadang-kadang
percaya bahwa penilaian dengan skala penilaian cenderung bisa dan mengandung
unsur perasaan.
Satu bentuk pengamatan menurut Kamil & Rosenblum (dalam Wortham,
2005 : 134-138) yang digunakan untuk merekam progress dalam bentuk angka
merupakan contoh lain dari skala penilaian yang digunakan untuk mengevaluasi
konsep perkembangan di kalangan anak usia dini.
E. Kelebihan Skala Penilaian
1. Skala penilaian umumnya dapat digunakan untuk menilai sebuah karakteristik
social anak,ketika guru mencoba untuk menetukan kemampuan anak dalam
bersosialisasi di dalamkelas, skala indicator yang digunakan lebih baik dari pada
hanya sekedar jawaban ya atautidak dalam ceklis, tidak seperti observasi yang
lebih terbuka, skala penilaian memilikiindicator arahan yang mewakili perilaku
dan tingkat kerja sama dalm bersosialisasi.
23

2. Skala penilaian tergolong cepat dan mudah, karena dalam skala sudah tersedia
penjelasan perilaku siswa, sehingga akan lebih mudah melakukan penilaian.
Skala penilaian dapatdiaplikasikan secara langsung. Hal ini dikarenakan skala
penilaian umumnya mudah dimengerti dan universal,disebabkan karena
indikator memberikan penjelasan yangdibutuhkan dalam menilai.
3. Skala penilaian umumnya konsisten sehingga guru dapat dengan
mudahmengembangkannya. Secara keseluruhan skala penilaian memberikan
banyak kemudahandalam menilai, hampir sama dengan ceklis tetapi indikator
dalam skala penilaian lebihterarah.
F. Kelemahan Skala penilaian
1. Skala penilaian dapat dikatakan subjektif, karenanya banyak kesalahan dalam
melihat rata-rata dan kesamaan dalam setiap permasalahan. Guru biasanya
menilai siswa berdasarkaninteraksi sebelumnya atau berdasarkan emosi
dibandingkan dengan objektivitas. Penilaian yang berulang merepresentasikan
sikap guru terhadap siswa sebenarnya.
2. Dalam skala penilaian terdapat perbedaan mengenai indicator penjelas juga
merupakankelemahan skala, adanya perbedaan interpretasi antara “kadang-
kadang dan jarang”. Skalapenilaian memberikan gambaran yang sedikit tentang
perilaku. Seperti ceklis yangmengindikasikan keberadaan perilaku, maka skala
penilaian tidak memberikan informasitambahan dalam menjelaskan suasana
yang sebenarnya. Tidak seperti observasi yangmembahas lebih komprehensif
informasi mengenai keseluruhan aspek, namun juga memberikan penjelasan
mengenai sebab akibat.
G. Mengembangkan Skala Penilaian
Mutu skala penilaian juga tergantung dari kespesifikan dalam deskripsi
penilaian ketika merancang skala penilaian, ikuti beberapa langkah berikut:
1. Identifikasi hasil pembelajaran dari tugas yang diharapkan untuk dinilai.
2. Tentukan karakteristik hasil pembelajaran yang sesuai untuk dinilai dalam skala.
Karakteristik haruslah bisa diamati secara langsung dan point-point dalam skala
ditunjukkan dengan jelas.
3. Sediakan antara tiga atau tujuh posisi penilaian dalam skala. Jumlah point dalam
skala akan tergantung dari berapa banyak perbedaan yang jelas dalam level
pemenuhan yang diperlukan dalam penilaian.
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Instrumen penilaian adalah suatu alat yang memenuhi persyaratan akademis,
sehingga dapat dipergunakan sebagai alat untuk mengukur suatu objek ukur atau
mengumpulkan data mengenai suatu variabel. Instrumen evaluasi penialain dibagi
menjadi 2 yaitu, penilaian objektif dan penilaian non objektif.
Penilaian Acuan Norma (PAN) adalah penilaian yang dilakukan dengan
mengacu pada norma kelompok atau nilai-nilai yang diperoleh siswa dibandingkan
dengan nilai-nilai siswa lain dalam kelompok tersebut. Penilaian Acuan Patokan
(PAP) adalah model pendekatan penilaian yang mengacu kepada suatu kriteria
pencapaian tujuan (TKP) yang telah ditetapkan sebelumnya.
Penilaian Acauan Normatif (PAN) biasanya mengukur sejumlah besar perilaku
khusus dengan sedikit butir tes untuk setiap perilaku. Penilaian Acuan Patokan
(PAP) biasanya mengukur perilaku khusus dalam jumlah yang terbatas dengan
banyak butir tes yang untuk setiap perilaku.
Skala penilaian adalah salah satu bentuk pedoman observasi yang dipergunakan
untuk mengumpulkan data individu dengan menggolongkan, menilai tingkah laku
individu atau situasi dalam tingkatan-tingkatan tertentu. Bentuk skala penilaian
ada 3 yaitu skala penilaian kuantitatiff, deskriptif, dan grafis.
Kelebihan skala penilaian umumnya dapat digunakan untuk menilai sebuah
karakteristik social anak,ketika guru mencoba untuk menetukan kemampuan anak
dalam bersosialisasi di dalamkelas, skala indicator yang digunakan lebih baik dari
pada hanya sekedar jawaban ya atautidak dalam ceklis, tidak seperti observasi
yang lebih terbuka, skala penilaian memilikiindicator arahan yang mewakili
perilaku dan tingkat kerja sama dalm bersosialisasi. Kelemehana skala penilaian
dapat dikatakan subjektif, karenanya banyak kesalahan dalam melihat rata-rata dan
kesamaan dalam setiap permasalahan. Guru biasanya menilai siswa
berdasarkaninteraksi sebelumnya atau berdasarkan emosi dibandingkan dengan
objektivitas. Penilaian yang berulang merepresentasikan sikap guru terhadap siswa
sebenarnya.

24
25

Jadi baik instrumen penilaian, acuan , maupun skala penilaian sangat penting
diketahui oleh seorang pendidik supaya dalam proses belajar nantinya
memudahkan pendidik untuk memanfaatkan metode dan teknik penilaian supaya
lebih mudah untuk mengetahui dan mengukur kemampuan peserta didiknya

3.2 Saran
1. Pendidik sebaiknya mengetahui mengenai berbagai macam instrumen
penilaian untuk mengetahui dan mengukur kemampuan peserta didiknya.
2. Pendidik sebaiknya mengetahuai berbagai macam teknik dalam pengolahan
dan pengonversian hasil evaluasi dengan memanfaatkan metode penilaian
acuan norma dan penilaian acuan patokan.
3. Pendidikan diharapkan memahami mengenai skala penilaian untuk
mengumpulkan data individu dan menggolongkan, menilai tingkah laku
individu, atau situasi dalam tingkatan-tingkatan tertentu.
DAFTAR RUJUKAN

Azwar, Saifuddin. 1997. Tes Prestasi. Yogyakarta.

Daryanto. 2012. Penyusunan Instrumen Peneilaian.

Djumanta, W & Sudrajat, R. (2008). Mahir Mengembangkan Kemampuan


Matematika untuk kelas XI SMA/MA Program IPA. Jakarta: Pusat Perbukuan
Departemen Pendidikan Nasional.

Hamzah B uno, dkk, “Assesment Pembelajaran”, (Jakarta: PT. Bumi Aksara 2013)

Hidayat, T & Kadarusman, K. (1994). Matematika Dasar plus Matematika IPA.


Bandung: Penguin Sakti.

Kasmina & Kusna, A. (2002), Seri Pendalaman Materi Matematika SMK dan MAK
Program Keahlian Teknologi, Kesehatan dan Pertanian. Jakarta: Eralangga.

Pemendikbud. 2014. Pedoman Penilaian Hasil Belajar Oleh Pendidik Pada


Pendidikan Dasar & Pendidikan Menengah. Jakarta: Pemendikbud No. 104

Riduwan. 2010. Skala Pengukuran Variabel-variabel Penelitian. Bandung:


Alfabeta.

Wahid Abdullah, M Nur. 2016. Instrumen Penilaian.

Wulan H, Adea. Aristia, Risa. Jenis-Jenis Instrumen dalam Evaluasi Pembelajaran.

26

Anda mungkin juga menyukai