Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS


TITRASI ASIDI-ALKALIMETRI
(REAKSI ASAM BASA)

DOSEN PEMBIMBING :

Apt. Abdul Rahman W, M.Farm

DISUSUN OLEH :

Nadia Ayu Pratami

2020E1C036

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM
2021/2022
A. TUJUAN
Praktikan mampu mengidentifikasi zat dalam suatu sampel serta mampu
menetapkan kadarnya menggunakan prinsip reaksi asam-basa.

B. DASAR TEORI
Titrasi merupakan salah satu teknik analisis kimia kuantitatif yang
dipergunakan untuk menentukan konsentrasi suatu larutan tertentu, dimana
penentuannya menggunakan suatu larutan standar yang sudah diketahui
konsentrasinya secara tepat. Pengukuran volume dalam titrasi memegang
peranan yang amat penting sehingga ada kalanya sampai saat ini banyak orang
yang menyebut titrasi dengan nama analisis volumetri (Ralph, H. 2008).
Proses titrasi dihentikan ketika tercapai titik ekivalen dimana jumlah
titran setara dengan jumlah titrat, atau titrat tepat habis berekasi dengan titran
yang disebut dengan Titik ekivalen. Hanya saja, titik ini tidak dapat diamati
dalam pelaksanaan proses titrasi sehingga tiitk ekivalen disebut titik akhir
teoritis. Selesainya suatu proses titrasi dapat diketahui dengan terjadinya
perubahan warna. Perubahan ini dapat dihasilkan oleh larutan sendiri atau
karena penambahan suatu zat lain yang disebut dengan Indikator. Suatu
Indikator berubah warna pada saat titrat telah habis bereaksi sehingga
kelebihan 1 tetes titran. Saat dimana terjadi perubahan warna indicator dalam
proses titrasi disebut Titik Akhir Titrasi. Zat yang berada dalam buret disebut
Titran (zat pentitrasi), sedangkan zat yang berada dalam erlemeyer disebut
Titrat (zat yang dititrasi)
Dalam bidang farmasi, asidi-alkalimetri dapat digunakan untuk
menentukan kadar suatu obat dengan teliti karena dengan titrasi ini,
penyimpangan titik ekivalen lebih kecil, sehingga lebih mudah
untuk mengetahui titik akhir titrasinya yang ditandai dengan suatu
perubahan warna,begitu pula dengan waktu yang digunakan seefisien
mungkin.
Asidimetri dan Alkalimetri termasuk reaksi netralisasi yakni reaksi
antara ion hidrogen yang berasal dari asam dengan ion hidroksida yang
berasal dari basa untuk menghasilkan air yang bersifat netral. Netralisasi dapat
juga dikatakan sebagai reaksi antara donor proton (asam) dengan penerima
proton (biasa).
+¿¿
H + O H −¿ H 2 O¿

Asidimetri merupakan penetapan kadar secara kuantitatif terhadap


senyawa-senyawa yang bersifat basa dengan menggunkana baku asam,
sebaliknya alkalimetri adalah penetapan kadar senyawa-senyawa yang bersifat
asam dengan menggunakan baku basa.
Untuk menetapkan titik akhir pada proses netralisasi ini digunakan
indikator. Menurut W. Ostwald, indikator adalah suatu senyawa organik
kompleks dalam bentuk asam (Hin) atau dalam bentuk basa (InOH) yang
mampu berada dalam keadaan dua macam bentuk warna yang berbeda dan
dapat saling berubah warna dari bentuk satu ke bentuk yang lain ada
+¿¿
konsentrasi H tertentu atau pada pH tertentu.
Jalannya proses titrasi netralisasi dapat diikuti dengan melihat
perubahan pH larutan selama titrasi, yang terpenting adalah perubahan pH
pada saat dan di sekitar titik ekuivalen karena hal ini berhubungan erat dengan
pemilihan indikator agar kesalahan titrasi sekecil-kecilnya.
Berikut syarat-syarat yang diperlukan agar titrasi yang dilakukan berhasil
a. Konsentrasi titran harus diketahui. Larutan seperti ini disebut larutan
standar.
b. Reaksi yang tepat antara titran dan senyawa yang dianalisis harus
diketahui.
c. Titik stoikhiometri atau ekivalen harus diketahui. Indikator
yang memberikan perubahan warna, atau sangat dekat pada titik
ekivalen yang sering digunakan. Titik pada saat indikator berubah
warna disebut titik akhir.
d. Volume titran yang dibutuhkan untuk mencapai titik ekivalen
harus diketahui setepat mungkin (Hardjono Sastrohamidjojo. 2005)

Kurva titrasi netralisasi

Pada kurva titrasi di atas, mula-mula nilai pH naik secara lambat kemudian
bertambah lebih cepat pada saat menghampiri titik ekuivalen (pH=7). Dari
kurva ini juga dapat diketahui bahwa indikator yang dapat dipakai adalah
indikator yang mempunyai perubahan warna antara pH 7 – 10 karena
kesalahan titrasinya kecil (belum berati). Berikut adalah daftar indikator
beserta perubahan warnanya pada rentang pH tertentu.

1. ANALISIS KUALITATIF ASAM SALISILAT


a. Reaksi pendahuluan : zat + FeCl3 terbentuk warna ungu + alkohol tetap
ungu (stabil dalam alkohol)
b. Reaksi Esterifikasi : zat + methanol + H2SO4 pekat dipanaskan akan
tercium bau gondopuro (metilsalisilat)
c. Reaksi Penegasan
i. Zat + Basa (NaOH) akan larut
ii. Zat ditambahkan asam HCl 2 N terbentuk endapan
iii. Reaksi Marquis : zat + formalin + H2S2O4 pekat merah rose
(carmin)
iv. Reaksi Spica : zat + HNO3 pekat atau HNO3 5% kemudian
encerkan dengan NH4OH pekat berlebih terbentuk endapan
kuning emas

d. Reaksi Kristal : Larutan zat dalam alcohol + zwikker B, panaskan


terbentuk endapan hijau ke biru laut. Amati bentuk kristal di mikroskop

2. ANALISIS KUANTITATIF ASAM SALISILAT


Lebih kurang 250 mg sampel yang ditimbang seksama, larutkan dalam 15
ml etanol 95% netral. Tambahkan 20 ml air. Titrasi dengan NaOH 0,1 N
menggunakan indikator pp, hingga larutan berubah menjadi merah muda.

Note:
Pembuatan etanol netral: Kedalam 15 ml etanol 95% tambahkan 1 tetes
merah fenol kemudian tambahkan bertetes-tetes NaOH 0,1 N hingga larutan
berwarna merah.
C. ALAT DAN BAHAN
Alat – Alat : Bahan :
1. Buret 1. Etanol
2. Erlenmeyar 2. Fenol
3. Beaker gelas 3. Aquadest
4. Gelas ukur 4. NaOH
5. Pipet tetes 5. HNO3
6. Corong 6. NH4OH
7. Spatula 7. Alkohol
8. Kaca arloji 8. HCL
9. Neraca analitik 9. H2SO4
10. Labu ukur 10. FeCL3
11. spirtus 11. Air
D. PROSEDUR KERJA
1. Larutan asam yang akan dititrasi dimasukkan ke dalam labu
erlenmeyer.

2. Teteskan indikator asam basa sesuai dengan trayek pH.

3. Masukkan larutan pentiter (zat yang akan menitrasi) ke dalam buret.

4. Teteskan larutan pentiter tersebut ke dalam labu erlenmeyer setetes


demi setetes dan hitung volume yang dibutuhkannya.

5. Teteskan terus sampai warna indikator berubah.

6. Ketika muncul perubahan, hentikan titrasi. Didapatlah titik akhir


titrasi.

Lebih kurang 250 mg sampel yang ditimbang seksama, larutkan dalam 15


ml etanol 95% netral. Tambahkan 20 ml air. Titrasi dengan NaOH 0,1 N
menggunakan indikator pp, hingga larutan berubah menjadi merah muda.
E. HASIL PENGAMATAN
a. Reaksi pendahuluan

Sampel Warna penambahan Warna penambahan


FC13 alkohol
Zat Ungu Ungu

b.Reaksi penegasan
Sampel Reaksi yang terjadi Perubahan warna
Zat + NaOH Larutan dalam NaOH Agak kemerahan
Zat + HCI 2 N Terbentuk endapan ( tidak larut ) Putih

c .Reaksi esterifikasi

Sampel Penambahan H2SO4 Pekat


Zat methanol Bau metilsalisilat

d.Reaksi marquis

Sampel Warna setelah pemanasan


Zat + formalin + H2SO4 Merah rose ( cemin )

F. PEMBAHASAN

Dalam percobaan kali ini kita melakukan uji analisis kualitatif dan uji analisis
kuantitatif Pada asam salisilat

a. Uji kualitatif asam salisilat


Tujuan dilakukan uji kualitatif adalah untuk mengidentifikasi suatu senyawa
pada suatu sampel. Dalam uji kualitatif dilakukan beberapa uji seperti Reaksi
pendahuluan, Reaksi Esterifikasi , Reaksi Penegasan, Reaksi Marquis, Reaksi
Spica, dan Reaksi Kristal. Namun pada praktikum kita hanya menggunakan 4 uji
yaitu uji pendahuluan, uji esterifikasi, uji penegasan dan uji marquis.
Pada analisis kualitatif asam salisilat yang pertama dilakukan adalah reaksi
pendahuluan, dimana zat akan ditambahkan dengan FeCl3 atau besi 3 klorida dan
terbentuk warna ungu, penambahan alcohol 45% warnanya tetap ungu atau stabil
didalam alcohol.
Yang kedua yakni reaksi penegasan, dimana zat di tambahkan dengan
natrium hidroksida yang bersifat basa maka akan larut didalam NaOH maka
warnanya akan berubah menjadi agak kemerahan.
Yang ketiga yakni zat ditambahkan dengan asam HCl 2N atau asam florida
2N maka terbentuk endapan karena tidak terlarut.
Yang berikutnya adalah reaksi esterifikasi. Dimana ini merupakan reaksi
pembentukan gugus ester dari asam karboksilat. Yang pertama adalah zat
ditambahkan dengan H2S04 maka dipanaskan didalam api Bunsen dengan hati-
hati, lalu kemudian dicium aromanya, aromanya akan tercium bau gondupuro
atau methylsalisilat.
Yang terakhir adalah reaksi marquis dimana zat ditambahkan dengan
formalin, lalu kemudian ditambahkan dengan H2S04, kemudian dipanaskan,
maka akan terbentuk warna merah rose atau carmin.

b. Uji kuantitatif asam salisilat Uji Kuantitatif Tujuan dari praktikum kali ini adalah
membuat dan membakukan larutan bakubasa dari senyawa baku sekunder yang
berupa padatan dan menetapkan kadarasam salisilat dengan metode alkalimetri.
Alkalimetri merupakan penetapan kadar senyawa-senyawa yang bersifat asam
dengan menggunakan baku basa. Alkalimetri merupakan reaksi netralisasi yakni
reaksi antara ion hidrogen yangberasal dari basa untuk menghasilkan air yang
bersifat netral. Netralisasi dapatjuga dikatakan sebagai reaksi antara pemberi
proton (asam) dengan penerimaproton (basa).Senyawa yang ditetapkan kadarnya
secara alkalimetri pada praktikum iniadalah asam salisilat.
Pada percobaan uji kuantitatif asam salisilat sampel yang digunakan adalah
sifat asam, asam salisilat, kemudian baku sifatnya adalah baku basa, kemudian
saya akan memasukan baku basa, selanjutnya larutkan terlebih dahulu asam
salisilat mengunakan aquadest sebanyak 2 ml kemudian dikocok (diaduk),
kemudian ditambahkan alcohol netral, (lanjut aduk). Hasilnya sampai berwarna
merah jambu, jangan sampai merah tua, karena akan mempengaruhi volume
tetranya, jadi kelebihannya dari tetranya nanti akan bereaksi dengan indikator
tenoktalinya, sehingga nanti akan terbentuk warna perubahan warna yang
menandakan bahwa titik akhir titrasi, volume yang diperoleh pada praktikum
analisis kuantitatif asam salisilat sebanyak 30 mol/titrasi. Hasil perhitungan kadar
asam salisilat dalam sampel adalah 91,708%, dengan menggunakan rumus
Jumlah asam salisilat perhitungan (mg) X 100 %
berat zat uji (mg)

G. KESIMPULAN

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan sebelumnya, maka dapat


disimpulkan bahwa:

1. Dalam Sampel terdapat asam salisilat. Asam salisilat berbentuk kristal


(jarumtajam), tidak berbau, berwarna putih, merupakan senyawa organik dan
dapat berflourosensi, larut dalam etanol, bersifat asam, memiliki gugus fenol
dantermasuk golongan salisilat. \

2. 2. sampel mengandung asam salisilat ditandai dengan adanya perubahan warna


yang terjadi setelah penambahan pereaksi.

3. 3. Dengan menggunakan prinsip asidimetri dan alkalimetri, dapat ditetapkan


kadar dari asam salisilat 91,708%.
H. DAFTAR PUSTAKA
Mardiyah, Siti dkk. 2019. Modul praktikum kimia analitik kuantitatif.
Surabaya : Universitas Muhammadiyah Surabaya.

Simanjuntak, Rosmidah. (2018). Penetapan kadar asam lemak bebas pada


sabun mandi cair merek “LX” dengan metode titrasi asidimetri. Jurnal
Ilmiah Kohesi. Vol 2, No 4. 59-70.
https://www.zenius.net/blog/titrasi-asam-basa

Anda mungkin juga menyukai