Tujuan Percobaan
Dasar Teori
Langkah kerja
Hasil percobaan
Pyridoxine adalah suplemen vitamin yang bermanfaat untuk membantu tubuh dalam mengolah makanan
menjadi energi, mengoptimalkan fungsi sel saraf, menjaga kesehatan kulit, dan memproduksi sel darah
merah yang sehat. Piridoksin hcl disebut juga dengan vitamin B6.
Pada praktikum kali ini dilakukan analisis kualitatif pada piridoksin hcl. Langkah pertama yang dilakukan
adalah uji organoleptis sesuai dengan pemerian pada beberapa literatur. Piridoksin hcl merupakan serbuk
atau serbuk hablur, memiliki warna pang putih atau hampir putih.
Selanjutnya dilakukan uji kelarutan dengan beberapa pelarut. Pada sejumlah sampel yang di masukkan
dalam masing masing tabung reaksi kemudian di teteskan 1 mL larutan uji. Pertama ditambahkan 1 mL
aquadest dan terlihat bahwa piridoksin tidak larut, larutan berwarna bening, kecoklatan, serbuk
lebih halus. Hal ini bertolak belakang dengan literatur (Vandamme, 1998 dan Dirjen POM, 1995)
yang menyatakan bahwa piridoksin mudah larut dalam air. Selain itu, dalam Farmakope
Indonesia VI tahun 2020 juga disebutkan bahwa piridoksin hcl mudah larut dalam air.
kemungkinan yang terjadi adalah kurangnya pengadukan atau waktu pengadukan sehingga
berpengaruh pada kelarutannya.
Dan uji kelarutan terakhir adalah menggunakan 1 ml NaOH pada tabung reaksi lain yang berisi
sampel piridoksin hcl. Hasil pengamatan adalah larut tidak sempurna, serbuk menempel pada
tabung reaksi. Piridoksin dalam Farmakope Indonesia edisi VI dinyatakan memiliki Ph lebih
kurang 3. Sehingga dapat dikatakan bahwa piridoksin memiliki sifat asam. Sedangkan NaOH
adalah larutan basa. Sehingga pada pelarutan asam dan basa menghasilkan larutan netral yang
terdiri dari air dan garam. Kemungkinan serbuk yang menempel di dinding tabung reaksi
tersebut merupakan produk hasil pencampuran piridoksin dengan NaOH.
Selanjutnya piridoksin hcl diuji dengan pereaksi FeCl3 5%. Hasil yang diperoleh pada reaksi
tersebut adalah berwarna merah tua/merah bata, masih terdapat endapan (tidak larut). Ini sejalan
dengan literatur yang menyatakan bahwa hasil akan positif juka menghasilkan warna jingga
sampai merah tua. Dimana reaksi yang terjadi adalah piridoksin hcl bereaksi sebagai zat fenolik
dengan FeCl3, dan FeCl3 memberikan tambahan gugus penarik electron pada senyawa
piridoksin hcl sehingga memberikan warna meraha tua (merah kecoklatan).
Lalu pada tabung reaksi lain yang berisi sampel piridoksin hcl dilakukan uji sulfanilat. Mula
mula-dimasukkan 1 mL H2SO4 dan juga 1 mL NaOH 3 N. Terlihat piridoksin hanya larut
Sebagian. Lalu ditambahkan lagi 1 mL asam asetat. Terlihat bahwa piridoksin larut sempurna.
Selain itu juga muncul buih-buih kecil tidak namun tidak tahan lama.
Terakhir dilakukan uji dengan larutan CuSO4 2%. Pada tabung reaksi yang berisi piridoksin hcl
sebanyak 500 mg dilarutkan dalam 1 ml aquades kemudian ditambahkan 2 tetes CuSO4 2%.
Terlihat bahwa piridoksin hcl larut, dan larutan yang dihasilkan berwarna kuning. Selain itu juga
muncul buih-buih kecil. Pada beberapa literatur disebutkan bahwa pengujian dengan larutan uji
CuSo4 2% seharusnya memberikan warna ungu. Sehingga dapat dinyatakan bahwa
kemungkingkan yang terjadi adalah sampel uji yang rusak atau terjadi kontaminasi pada bahan-
bahan uji.
Kesimpulan
1. Pyridoxine hcl adalah suplemen vitamin yang bermanfaat untuk membantu tubuh dalam
mengolah makanan menjadi energi, mengoptimalkan fungsi sel saraf, menjaga kesehatan kulit,
dan memproduksi sel darah merah yang sehat
2. Dilakukan uji kelarutan dengan aquadest, kloroform, etanol dan NaOH.
3. Uji dengan peraksi FeCl3 dinyatakan positif
4. Uji sulfanilat menghasilkan buih-buih kecil dan piridoksin larut sempurna
5. Uji dengan larutan CuSO4 tidak menghasilkan warna ungu seperti pada literatur
Daftar pustaka
Tim asisten Lab Farmasi. 2022. Panduan Praktikum Kimia Farmasi. Farmasi. Universitas Sains
dan Teknologi. Jayapura
Tim Dosen Anfar. 2022. Vitamin dan Antibiotik. Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka.
Jakarta