C. TUJUAN
1. Membuktikan bahwa setiap reaksi kimia selalu disertai penyerapan atau
pelepasan kalor.
2. Menghitung perubahan kalor yang terjadi dalam setiap reaksi kimia
D. DASAR TEORI
Kalor atau bahang atau panas ialah suatu bentuk energi. Bentuk- bentuk
energi lainnya seperti mekanik, kimia, listrik, dan sebagainya, dapat berubah
menjadi energi kalor melalui proses- proses alamiah. Bila suatu bentuk energi
berubah menjadi energi kalor, atau sebaliknya, energi kalor itu persis sama
nilainya dengan energi yang berubah bentuk itu.
Semua zat mengambil kalor bila suhunya dinaikkan (Variabel lain tetap),
dan mengeluarkan kalor dalam jumlah yang sama bila didinginkan kembali
ke suhu semula. Kalor selalu diserap bila zat padat meleleh atau zat cair
menguap.
Kapasitas kalor (Heat capacity) suatu zat ialah kuantitas kalor yang
diperluka untuk menaikkan suhu zat itu 1 K. kapasitas kalor itu sendiri
bergantung pada suhu. Sering pula digunakan besaran-besaran seperti
Kapasitas kalor molar ( molar heat capacity) yaitu kapasitas kalor per mol,
dan Kapasitas kalor spesifik ( spesific heat capacity), yaitu kapsitas kalor
persatuan massa, yang kadang –kadang disebut kalor spesifik (Specific heat).
Kapasitas kalor spesifik air rata-rata ialah 1.00 kkal/g.K = 4.184 kJ/g.K
Hukum Dulong dan Petit merupakan suatu pendekatan yang pertma kali
ditemukan secara empiris satu setengah abad yang lalu, dan kemudian diberi
penjelasan teoritis. Untuk kebanyakan zat padat unsur, kapasitas kalor
molarnya ialah kira-kira 6.2 kalori per mol atom per kelvin. Pendekatan ini
berlaku di sekitar suhu kamar dengan ketelitian 6% bagi kebanyakan nsur
yang kedudukannya dalam daftar berkala di atas periode kedua.
Benda yang mengalami perubahan suhu tanpa reaksi kimia, atau
mengalami perubahan wujud, menyerap atau melepaskan sejumlah kalor yang
sama dengan kapasitas kalornya ( rata-rata) dikalikan dengan perubahan suhu
itu.
Kalor yang dipertukarkan = (Kapasitas kalor ) x (perubahan suhu)
Pemanasan atau pendinginan benda yang diketahui kapasitas kalornya
dimanfaatkan dalam kalorimetri (Calorimetry), yaitu ilmu pengukuran
kuatitas kalor.
Bila suatu sistem menyerap kalor, sebagian energi yang diserap digunakan
untuk melakukan kerja, seperti mengangkat beban, memuai melawan
atmosfer, atau menkalankan baterai, sebagian lagi disimpan di dalam sistem
1
itu sendiri sebagai energi untuk gerakan dalam atom-atom dan molekul-
molekulnya, sebagi energi yang berhubungan dengan penyusunan ato-atom
dalam reaksi kimia, dan sebagai energi interaksi antara atom-atom dan
molekul-molekul. Bagian yang disimpan ini disebut energi dalam atau energi
dakhil (internal energy). Energi kuantitas energi yang diserap oleh suatu
sistem yang sedang mengalami perubahan, seperti kenaikan suhu, perubahan
wujud fisik atau reaksi kimia, sedikit banyak bergantung pada kondisi pada
waktu berlangsungnya proses itu. Tegasnya jika tidak ada kerja dilakukan
oleh sistem itu jumlah kerja yang diserap sama persis dengan peningkatan
energi. Demikianlah kedaannya dalam reaksi kimia biasa yang tidak
dihubungkan dengan baterai yang berlangsur dalam reaktor tertutup sehingga
tidak ada ekspansi (pemuaian) melawan tekanan atmosfer luar.
Kebanyakan reaksi kimia, proses –proses pemanasan dan pedinginan, dan
perubahan wujud fisik biasanya dilaksanakan dalam bejana terbuka, bukan
yang tertutup. Oleh karena ekspansi dan kontraksi (pengerutan) volumeyang
terjadi bersama proses itu, ada kerja yang dilakukan oleh sistem itu terhada
lingkungan, atau sebaliknya. Dalam hal itu prisip konservasi (kekekalan)
energi mensyaratkan bahwa jumlah kalor yang diserap mesti dengan
sendirinya disesuaikan untuk memperhitungkan kerja ini. Entalpi (Enthalpy),
H, yang berhubungan dengan aliran kalor di dalam bejana terbuka, atau yang
mempunyai tekanan tetap. Kuantitas kalor yang diserap di dalam proses
tekanan tetap persis sama dengan ∆ H ,yaitu pertambahan H.
Ringkasnya, jika q ialah kuantitas kalor yang diserap sistem dari
lingkungannya,
q (pada volume tetap) = ∆ E
q (pada tekanan tetap ) = ∆ H
kedua persamaan di atas bersifat eksak selama tidak ada hubungan dengan
alat- alat pembangkit kerja seperti baterai. Masing – masing suku dalam
persamaan di atas dapat mem[unyai tanda negatif atau positif. Proses
endoterm ialah proses yang mempunyai q positif, yaitu di mana kalor diserap
oleh sistem. Proses eksoterm ialah proses yang mempunyai q negatif, yaitu
melepaskan kalor.
Termodinamika kimia membahas perubahan energi yang menyertai reaksi
kimia. Perubahan energi ini memberi pemberi petunjuk dalam menentukan
seberapa cepat reaksi berlangsung dan sempurna tidaknya reaksi. Termokimia
membahas perubahan energi yang dimanifestasikan sebagai kalor reaksi,
∆ H . Pada reaksi yang reaktannya membebaskan kalor ke lingkungan disebut
reaksi eksoterm ¿ negatif), sedangkan yang menyerap kalor disebut reaksi
endoterm ¿ positif). Perubahan energi juga dimanifestasikan sebagai energi
listrik yang diukur dalam bentuk voltase yang diperlukan atau dihasilkan dan
jumlah perubahan kimia. Kerja yang dilakukan melawan gaya luar (misalnya
tekanan udara) juga merupakan manifestasi dari perubahan energi. Energi
2
dalam dan entalpi suatu sistem bergantung dari keadaan sistem itu sendiri,
seperti dalam parameter- parameter luar seperti tekan dan suhu. Bila sistem
berubah dari suatu kondisi awal ke kondisi akhir, ∆ H bergantung hanya pada
kedua keadaan dan tidak bergantung pada lintas yang dilalui dalam perubahan
itu. Ketergantungan pada lintas ini secara tidak langsung berarti dua kaidah
penting termokimia.
Kalor reaksi dapat digolongkan dalam kategori yang lebih khusus : Kalor
pembentukan adalah jumlah kalor yang dibebaskan pada pembentukan 1 mol
zat dari unsur-unsur penyusunnya dalam kedaan standar. Kalor pembakaran
adalah jumlah kalor yang dibebaskan per mol zat yang dapat dibakar
(misalnya karbon atau metana) yang bereaksi degan oksigen berlebih. Kalor
pelarutan penguapan dan sublimasi berhubungan dengan perubahan wujud
atau hidasi molekul atau ion. Kalor netralisasi adalah kalor yang dibebaskan
bila 1 mol air dihasilakan dari reaksi asam basa.
Alat :
1. Kalorimeter 1 buah
2. Pipet Ukur 1 buah
3. Gelas Kimia 100 mL 1 buah
4. Gelas Ukur 25 mL 1 buah
5. Termometer 1 buah
6. Kasa 1 buah
7. Kaki Tiga 1 buah
8. Pembakar 1 buah
Bahan :
1. Larutan CuSO4 15 mL
2. Larutan NaOH 1 M 15 mL
3. Larutan HCl 15 mL
4. Aquades 30 Ml
5. Serbuk Zn 0,5 gram
3
F. ALUR PERCOBAAN
15 mL air
15 mL CuSO4
15 mL CuSO4
15 ml CuSO4 1M dimasukkan ke dalam kalorimeter dan dicatat
temperaturnya (T3)
Kalor Reaksi
15 mL CuSO4
4
15 ml HCl
5
G. HASIL PENGAMATAN
Tabel Pengamatan Pelepasan atau Penyerapan Kalor
No Hasil Pengamatan
Prosedur Percobaan Dugaan/Reaksi Kesimpulan
Perc. Sebelum Sesudah
1 Penentuan Tetapan Kalorimeter Larutan tidak Larutan tidak Suhu campuran lebih Melalui percobaan
berwarna berwarna besar dari pada suhu yang dilakukan
15 mL air
awal sebelum dapat diketahui
T1 = 29o C ∆ T =32 ℃ dipanaskan dan lebih bahwa reaksi
15 mL air dimasukkan dalam = 302 K = 305 K kecil dari pada suhu tersebut termasuk
kalorimeter dengan pipet ukur air setelah reaksi eksoterm
dan dicatat temperaturnya (T1) T2 = 39o C dipanaskan dan diperoleh
15 mL air dipanaskan sampai = 312 K tetapan calorimeter
0
kenaikan suhu kira-kira 10 sebesar 84 Joule/K
dari suhu kamar dan dicatat
temperaturnya (T2)
Dicampurkan air panas ke
dalam kalorimeter yang berisi
air biasa
Dikocok dan dicatat
temperatur maksimum yang
konstan
Tetapan kalorimeter dihitung
Tetapan Kalorimeter
6
2 Penentuan kalor reaksi Larutan Larutan CuSO4 (aq) + Zn (s) Melului
CuSO4 CuSO4 + Zn → ZnSO 4 (aq) + Cu (s) perhitungan
15 mL CuSO4 berwarna berwarna diperoleh kalor
biru biru gelap Terjadi kenaikan reaksi -34,2
15 ml CuSO4 1M Serbuk Zn dan terdapat suhu dan terdapat Joule/mol sehingga
dimasukkan ke dalam berwarna endapan endapan Cu terjadi reaksi
kalorimeter dan dicatat abu- abu berwarna eksoterm
temperaturnya (T3) hitam
Ditimbang 0.5 gram serbuk T3 = 29o C
Zn = 302 K T4 = 31o C
Serbuk Zn dimasukkan ke = 304 K
dalam calorimeter yang berisi
larutan CuSO4 dan dicatat
temperature maksimum yang
konstan (T4)
Dihitung kalor penetralan
yag terukur
Kalor Reaksi
15 mL CuSO4
7
3 Penentuan kalor penetralan Larutan HCl Larutan HCl + HCl (aq) + NaOH (aq) Melalui
tidak NaOH → NaCl (aq) + H2O (aq) perhitungan
15 ml HCl berwarna berwarna abu- diperoleh kalor
Larutan abu gelap dan Reaksi tersebut penetralan -51.920
NaOH tidak terdapat termasuk reaksi Joule/mol sehingga
15 mL HCl dimasukkan ke berwarna endapan warna penetralan terjadi reaksi
dalam kalorimeter dan dicatat hitam eksoterm
temperaturnya (T5) T5 = 29o C
Diukur 15 mL NaOH dan = 302 K T6 = 33o C
atur temperaturnya = 306 K
sedemikian sama dengan
temperature HCl
Larutan NaOH dicampurkan
dengan larutan HCl dalam
kalorimeter
Dicatat temperatur campuran
maksimum yang konstan (T6)
Dihitung kalor penetralan
Kalor yang terukur
penetralan
8
H. PEMBAHASAN
Percobaan pertama dilakukan untuk diketahui tetapan kalorimeter.
Pertama, dimasukkan aquades 15 mL ke dalam kalorimeter dan diukur
temperaturnya menggunakan suhu ruangan sehingga didapatkan T 1=290C.
Kemudian dipanaskan 15 mL aquades hingga suhu 100 dari suhu awal atau
suhu ruangan sehingga didapatkan T2=390C. Selanjutnya dicampurkan air
panas ke dalam kalorimeter yang telah berisi aquades, aduk dan dicatat
temperature maksimumnya yang konstan sehingga didapatkan ∆T=32 0C.
Setelah diperoleh data, selanjutnya dihitung tetapan kalorimeternya dan
didapatkan tetapan kalorimeter sebesar 84 Joule/K. Melalui percobaan
tersebut didapatkan hasil adanya perubahan kalor, yaitu terjadi pelepasan
kalor dari sistem ke lingkungan yang dibuktikan dengan adanya perubahan
temperatur pada larutan sehingga reaksi yang terjadi adalah reaksi eksoterm.
Kalor dari aquades panas sebagai sistem dilepas ke kalorimeter sebagai
lingkungan sehingga terjadi penurunan suhu dari aquades panas tersebut.
Percobaan yang kedua dilakukan untuk mengetahu kalor reaksi antara
serbuk Zn dan larutan CuSO4. Pertama, dimasukkan 15 mL larutan CuSO4 ke
dalam kalorimeter dan diukur temperaturnya sehingga diperoleh T 3=290C,
selanjutnya ditambahkan serbuk Zn sebanyak 0,5 gram ke dalam kalorimeter
yang telah berisi larutan CuSO4. Kemudian diaduk dan dicatat temperatur
maksimumnya yang konstan sehingga diperoleh T4=310C. setelah diperoleh
data, selanjutnya dihitung nilai kalor reaksinya dan didapatkan hasil kalor
reaksinya sebesar -34,2 Joule/K. Berdasarkan data yang diperoleh, diketahui
bahwa reaksi yang terjadi adalah reaksi eksoterm, karena terjadi kenaikan
suhu. Kalor dari reaksi serbuk Zn dan larutan CuSO 4 dilepaskan ke dalam
lingkungannya yaitu kalorimeter sehingga suhu lingkungan meningkat dan
diperoleh ∆H yang bernilai negatif.
Percobaan yang ketiga dilakukan untuk mengetahui kalor penetralan HCl
dan NaOH. Pertama, dimasukkan kedalam kalorimeter 15 mL larutan HCl
dan dicatat temperaturnya sehingga didapatakn T 5=290C. Selanjutnya diukur
larutan NaOH 15 mL dengan gelas ukur dan dicatat temperaturnya
sedemikian hingga sama dengan temperature larutan HCl. Kemudian larutan
NaOH dimasukkan ke dalam kalorimeter yang berisi larutan HCl, lalu diaduk
dan dicatat temperaturnya sehingga didapatakan T 6=330C. Setelah data
diperoleh, selanjutnya dihitung kalor penetralannya sehingga diperoleh kalor
penetralan sebesar -51,920 Joule/K. Reaksi penetralan antara HCl dan NaOH
didapatkan temperatur larutan meningkat dari suhu awal, hal ini terjadi karena
pada saat reaksi terjadi pelepasan kalor dari sistem ke lingkungan. Kalor yang
dilepaskan oleh sistem reaksi antara HCl dan NaOH diserap oleh lingkungan
yaitu kalorimeter. Akibatnya suhu lingkungan naik yang ditunjukkan oleh
kenaikan suhu.
9
I. KESIMPULAN
Berdasarkan percobaaan yang telah dilakukan dan data yang diperoleh,
dapat disimpulkan bahwa :
1. Setiap reaksi kimia selalu disertai perubahan energi. Setiap reaksi mimia
selalu disertai dengan pelepasan atau penyerapan kalor.
2. Tetapan kalorimeter yang diperoleh adalah 84 Joule/K. Reaksi pada
penentuan tetapan kalorimeter terjadi reaksi eksoterm karena adanya
pelepasan kalor dari air panas sebagai sistem ke dalam kalorimeter sebgai
lingkungan.
3. Kalor reaksi Zn-CuSO4 yang diperoleh adalah -34,2 Joule/K. Reaksi yang
terjadi adalah reaksi eksoterm karena terjadi pelepasan kalor dari sistem
yaitu reaksi Zn-CuSO4 ke dalam lingkungan yaitu kalorimeter.
4. Kalor penetralan HCl dan NaOh yang diperoleh adalah -51,920 Joule/K.
reaksi yang terjadi adalah reaksi eksoterm karena terjadi pelepasan kalor
reaski HCl dan NaOH ke dalam lingkungan kalorimeter.
J. DAFTAR PUSTAKA
Tim Dosen Kimia Dasar.2017.Kimia Dasar1.Surabaya:UNESA
Tim Kimia Dasar.2015.Petunjuk Praktikum Kimia Dasar 1.Surabaya:UNESA
10
K. LAMPIRAN
DOKUMENTASI
Percobaan 1. Penetuan Tetapan Kalorimeter
Temeperatur awal aquades diukur
11
Percobaan 2. Penentuan Kalor Reaksi Zn-CuSO4
Diukur temperaturnya
12
Hasil pengamatan
13
PERHITUNGAN
T2 = 39o C = 312 K
∆T = 320C = 305 K
mair = V × ρ
= 15 mL × 1 gram/mL
= 15 gram
mair panas = V × ρ
= 15 mL × 1 gram/mL
= 15 gram
= 15 x 4,2 x (305-302)
= 189 Joule
= 441 Joule
q3 = q2 – q1
= 441 – 189
= 252 Joule
q3
K = ( ∆T −T 1)
252
=
(305−302)
= 84 Joule/K
14
2. Penentuan Kalor Reaksi Zn-CuSO4
Diketahui : massa = 15 gram
T3 = 29o C = 302 K
T4 = 31o C = 304 K
Kalor jenis = 3,52 Joule/gram K
massa
mol Zn =
Ar
0,5
=
65 , 4
= 0,008 → pereaksi pembatas
mol CuSO4 = M x V
= 1 x 0,015
= 0,015 mol
q4 = K x (T4 - T3 )
= 84 x (304 – 302 )
= 84 x 2
= 168 Joule
q5 = massa x kalor jenis x (T4 - T3 )
= 15 x 3,52 x (304 – 302 )
= 15 x 3,52 x 2
= 105,6 Joule
q6 = −(q4+q5)
= −(168+105,6)
= −273,6 Joule
q6
∆Hr =
mol pereaksi pembatas
−273 , 6
= 0,008
= −34,2 Joule/mol
3. Penentuan Kalor Penetralan HCl-NaOH
Diketahui : massa HCl = 15 gram
massa NaOH = 15 gram
T5 = 29o C = 302 K
T6 = 33o C = 306 K
mol HCl = M x V
= 1 x 0,015
15
= 0,015 mol
mol NaOH = M x V
= 1 x 0,015
= 0,015 mol
16
17