KIMIA DASAR
PERCOBAAN VII
KESETIMBANGAN ASAM BASA
NAMA
: SITI SAENAB
NIM
: H31115312
KELOMPOK
: III (TIGA)
HARI/TANGGAL PERCOBAAN
ASISTEN
: MARLINDA SABA
2015
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
kimia
agar
merupakan
siswa
mata pelajaran
dalam
rumpun
sains
yang
kelebihan masing-masing
konsep
yang
lebih
luas
dari
pengertian
asam
dan
basa
(Mortimer, 1977).
Asam, menurut Bronsted-Lowry, adalah zat yang dapat memberikan
proton-proton (H+). Basa, menurut Bronsted-Lowry, adalah zat yang dapat
menambah atau menerima proton-proton (OH-). Istilah khusus dari asam-basa ini
yaitu donor proton dan akseptor proton. Contoh, air bertindak sebagai asam
Bronsted-Lowry memberikan proton pada amonia. Amonia bertindak sebagai basa
Bronsted-Lowry dan menerima proton (Bresnick, 2002; Fessenden, 1986).
H+ + OH-
H+(aq) + In-(aq)
HIn (aq)
Jika indikator berada dalam medium yang cukup asam, maka kesetimbangan,
menurut asa Le Chatelier, bergeser ke kiri dan warna indikator yang dominan ialah
warna dari bentuk ak-terionisasi (HIn). Sebaliknya, dalam medium basa,
kesetimbangan bergeser ke kanan dan warna larutan akan timbul terutama adalah
warna dari basa konjugat (In-) (Chang, 2003).
Pada suhu tertentu, kekuatan asam di ukur secara kuantitatif dengan K a.
semakin besar Ka semakin kuat asamnya. Artinya semakin tinggi konsentrasi ion H+
pada kesetimbangan karena ionisasinya. Karena ionisasi asam lemah tidak pernah
sempurna, semua spesi (asam yang tidak terionisasi) berada pada kesetimbangan
(Chang, 2003).
Salah satu contoh kesetimbangan asam basa adalh titrasi. Titrasi adalah suatu
proses atau prosedur dalam analisis volumetric dimana suatu titran atau larutan
standar (yang diketahui konsentrasinya) diteteskan melalui buret ke larutan lain yang
dapat bereaksi dengannya (Ika, 2009).
Perhitungan pH larutan merupakan cara singkat dalam
mengekspresikan
keasaman atau basa suatu larutan oleh definisi pH sama dengan mines logaritma dari
konsentrasi ion hidrogen, sebagai berikut:
pH = - log [H+]
jika menyatakan basa maka ganti pH menjadi pOH serta kosentrasi OH (Holmes, 1976).
Semua asam kuat adalah beracun, asam kuat mengandung ikatan hidrogen
lebih kuat dari asam lemah. Semua zat ini memiliki bau yang tajam atau kuat, juga
rasa pahit dan pedas, tanah tidak dapat asam karena mungkin sesuatu tumbuh di
daerah asam (Cetingul, 2005).
Indikator asam-basa biasanya merupakan asam atau basa lemah, atau secara umum
dapat dikatakan protolit lemah (Rivai, 1995).
Sebuah pH yang menunjukkan angka 7 adalah netral, dan pH yang bernilai di
bawah 7 menunjukkan asam, pH antara 5-7 menunjukkan asam lemah, bernilai
antara2-5 asam menengah dan pH antara 0-2 merupakan asam kuat. Sama halnya
dengan basa, pH 7-9 basa lemah, 9-12 basa menengah dan pH 12-14 adalah basa kuat
(Sackheim, 1973; Demirciouglu, 2005).
2.2.2 Indikator Larutan
A. Bromkresol Hijau
Bromkresol hijau merupakan salah satu indikator larutan asam-basa yang
sering digunakan. Rentang pH untuk bromkresol hijau 3,8 - 5,4. Di pH terkecilnya
akan menghasilkan warna merah dan rentang maksimum pHnya berwarna biru
(Rivai, 1995).
B. Metil Jingga
Metil jingga adalah indikator asam-basa dari golongan zat warna diazo.
Indikator ini merupakan asam berbasa satu, netral secara kelistrikan, tetapi
mempunyai muatan positif dan negatif. Karena itu metil jingga adalah zwitterion.
Warna dalam asamnya berwarna jingga
Kisaran pH dari metil jingga yaitu 3,1 4,4 (Rivai, 1995; Chang, 2003).
C. Metil Ungu
Ungu kristal/metil ungu adalah indikator asam-basa dari golongan
trifenolmetana. Dalam larutan bersifat asam, indikator ini berada sebagai asam
pasangan dari basa bermuatan B+. Kisaran pH dari metil ungu ini ialah dari 1,0 2,0
dengan rentang warna merah sampai merah muda (Rivai, 1995).
BAB III
METODE PERCOBAAN
3.1 Bahan Percobaan
Bahan dalam percobaan kesetimbangan asam basa yaitu larutan asam formiat
0,1 M, larutan asam asetat 0,1 M, akuades, kertas pH universal, metil jingga, metil
ungu dan bromkresol hijau.
3.1 Alat Percobaan
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini yaitu erlenmeyer, bulb
(karet
penghisap), pipet volume (5 mL), labu takar, pipet tetes serta termometer.
3.3 Prosedur Percobaan
Dalam percobaan ini akan dugunakan dua asam lemah yaitu asam formiat
dan asam asetat dengan prosedur yang sama. Siapkan 5 mL asam formiat dan asam
asetat 0,1 M ke dalam labu takar ukuran 50 mL secara terpisah kemudian tambahkan
air sampai batas tanda. Kemudian kocok sampai merata dan pisahkan 10 mL,
masukkan ke dalam erlenmeyer, ukur pH dan suhunya, kemudian tetesi larutan
petunjuk sesuai pengukuran. Ambil lagi 5 mL sisa dari pengenceran sebelumnya,
masukkan ke dalam labu takar 50 mL dan tambahkan akuades sampai batas tanda,
kocok lagi dan pisahkan 10 mL ke dalam erlenmeyer. Ukur pH dan suhu dan teetsi
larutan petunjuk sesuai pengukuran anda. Ulangi lagi pengenceran bertingkat
tersebut sebanyak dua kali. Amati perubahan pH serta warna yang dihasilkan,
tuliskan hasilnya dalam benyuk laporan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
pH
Suhu (C)
31
31
31
31
31
33
33
33
33
33
Bromkresol
hijau
Indikator
Metil
jingga
Metil
ungu
pH
Asam formiat
0,1 M
Merah jambu
0,01 M
Orange
0,001 M
Kuning
0,0001 M
Hijau muda
0,00001M
Hijau tua
Asam asetat
0,1 M
Orange pekat
0,01 M
Orange muda
0,001 M
Hijau bening
0,0001 M
Hijau muda
0,00001 M
Hijau tua
Larutan
Asam formiat dengan angka pH 1 jika ditetesi dengan metil ungu akan
menghasilkan warna merah jambu pekat dengan nilai K a = 10-1 dengan derajat
ionisasi sebesar 1, artinya terurai sempurna. HCOOH 0,01 M memiliki K a = 10-4
dengan sebesar 0,1. HCOOH 0,001 M memiliki K a = 10-5 dengan sebesar 0,1.
HCOOH 0,0001 M memiliki Ka = 10-8 dengan sebesar 0,01. Dan HCOOH
0,00001 M memiliki Ka = 10-7 dengan sebesar 0,1.
Adapun asam asetat dengan nilai pH 3 memiliki nilai Ka = 10-5 dengan nilai
sebesar 0,01. CH3COOH 0,01 M memiliki Ka = 10-6 dengan sebesar 0,01.
CH3COOH 0,001 M memiliki Ka = 10-7 dengan sebesar 0,01. CH3COOH 0,0001 M
memiliki Ka = 10-8 dengan sebesar 0,01 serta CH3COOH 0,00001 M memiliki
= 10-7 dengan sebesar 0,1.
BAB V
Ka
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari percobaan ini dapat ditarik beberapa kesimpulansebagai berikut:
1. Penentuan pH asam lemah menggunakan kertas pH universal yaitu dengan
mencelupkannya ke dalam larutan yang akan diukur pH kemudian dicocokkan
dengan warna yang telah tersedia.
2. Semakin banyak pengenceran yang dilakukan pada suatu larutan maka nilai pH
akan semakin mendekati angka 7 (netral), hal ini pula berpengaruh pada tetapan
Ka dan derajat ionisasi yang semakin mengecil pula.
3. Derajat ionisasi dapat dicari menggunakan rumus umum berikut jika konsentrasi
dan Ka larutan tersebut diketahui, berikut persamaannya;
Ka
=
M
5.2 Saran
Diharapkan untuk kedepannya praktikum dapat berjalan secara efektif dan
efisien dengan tersedianya bahan-bahan lengkap diatas meja tiap-tiap kelompok
praktikan.
LEMBAR PENGESAHAN
Praktikan,
MARLINDA SABA
NIM. H31111259
SITI SAENAB
NIM. H31115312
DAFTAR PUSTAKA
Amanda, N.W.Y., P. Sri U.D., K. Dwi K., N.L.M. Diah E., 2012, Identifikasi Sifat
Asam Basa dengan Menggunakan Indikator Alami, jurnal Neutrino, 1(7), 13.
Cetingul, P.I. dan Omer G., 2005, Understanding of Acid-Base Concept by Using
Conceptual Change Aproach, H. U. Journal of Education, 29(1), 69-74.