Anda di halaman 1dari 13

ISOMER

DI SUSUN OLEH :

HELMI FAUZIAH NST


UCIA MAHYA DEWI

Dosen Pengampu:
Prof.Dr.Retno Dwi Suyanti, M.Si

Mata Kuliah
Kimia Anorganik Lanjut

PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN KIMIA


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan karunia-
Nya sehingga makalah ini dapat terselesaikan.Makalah ini disusun berdasarkan pengumpulan
dari berbagai sumber, dan untuk memehuni salah satu tugas mata kuliah Kimia Anorganik
Lanjut.

Dengan ini penulis ucapkan terimakasih kepada Ibu Prof.Dr.Retno Dwi Suyanti,M.Si
selaku dosen Mata Kuliah Kimia Anorganik Lanjut yang telah memberikan saran untuk
membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini. Semoga tugas yang penulis buat dapat
bermanfaat bagi penulis pribadi maupun pihak yang membaca.

Penulis menyadari bahwa tugas ini sangat jauh dari sempurna, masih banyak
kelemahan dan kekurangan. Setiap saran, kritik, dan komentar yang bersifat membangun dari
pembaca sangat penulis harapkan untuk meningkatkan kualitas dan menyempurnakan tugas
ini.

Medan, September 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ................................................................................ i


DAFTAR ISI............................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................... 1
1.1 Latar Belakang. ................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah. ............................................................ 1
1.3 Tujuan Penulisan. .............................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................... 2
2.1 Isomer ................................................................................. 2
2.2 Stereoisomer ....................................................................... 3
2.2.1 Isomer Geometri ........................................................ 3
2.2.2 Isomer Optik. ............................................................. 5
2.3. Isomer Struktural. ............................................................... 6
2.3.1 Isomer koordinasi ...................................................... 6
2.3.2 Isomer ionisasi .......................................................... 7
2.3.3 Isomer Hidrat. ............................................................ 8
2.3.4 Isomer Pertalian ......................................................... 8
BAB III PENUTUP ................................................................................. 9
3.1 Kesimpulan .......................................................................... 9
3.2 Saran .................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 10

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu bidang kajian dalam ilmu kimia adalah kimia koordinasi. Kimia koordinasi
mencakup banyak hal diantaranya adalah tentang isomerisme yang merupakan salah satu
pembahasan dalam kimia koordinasi yang cukup sulit, karena melibatkan bidang 3D dan
berbeda beda pengaturanya. Isomer adalah senyawa yang memiliki rumus kimia yang sama,
akan tetapi memiliki penataan struktur yang berbeda. Tidak hanya dalam senyawa-senyawa
organik, senyawa kompleks juga mengalami isomerisasi. Banyak senyawa koordinasi dengan
struktur/rumus kimia yang cukup rumit. Selain itu bervariasinya jenis ikatan dan struktur
geometris yang mungkin terbentuk, yang memungkinkan banyaknya jenis isomer yang
berbeda dalam senyawa kompleks. Banyak ilmuan yang telah menggolongkan tentang
isomerisme ini,diantaranya adalah alferd Werner.
Alfred Werner telah berusaha mengklasifikasikan jenis-jenis isomer yang terjadi
dalam senyawa kompleks. Werner menggolongkan isomer senyawa kompleks menjadi
beberapa macam, yaitu isomer polimerisasi, ionisasi, ikatan terhidrat, koordinasi, posisi
koordinasi, isomer geometris dan isomer optis. Sampai saat ini, penggolongan isomer yang
telah dilakukan oleh Werner tersebut masih dipakai secara luas di bidang kimia. Pada
hakekatnya penggolongan isomerisme terbagi menjadi 2 yaitu isomer struktur dan isomer
ruang. Oleh karena itu kami mengambil judul isomer senyawa koordinasi di berbagai
struktur.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian isomer?


2. Bagaimana pengelompokkan dari isomer ?
3. Apa saja yang termasuk kedalam stereoisomer ?
4. Apa saja yang termasuk kedalam isomer struktural ?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui pengertian dari isomer


2. Untuk mengetahui pengelompokkan dari isomer
3. Untuk mengetahui jenis jenis stereoisomer
4. Untuk mengetahui jenis jenis isomer struktural

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Isomer
Komposisi kimia sendiri sering tidak dapat menjelaskan sifat senyawa-senyawa
koordinasi. Kadang kita menemukan dua senyawa yang mempunyai komposisi kimia sama,
tetapi sifat fisik atau sifat kimianya tidak sama. Perbedaan sifat ini dimulai dari perbedaan
arah penataan atom dalam materi ion kompleks. Perbedaan ini yang dinyatakan isomers.
Isomer memiliki karakteristik seperti berikut :
 Dua atau lebih molekul atau ion yang mengandung jumlah dua jenis atom yang
sama, tetapi atom-atom tersusun berbeda (dalam hal ini, strukturnya non-
superimposable)
 Mempunyai rumus molekul sama
 Mempunyai sifat fisik dan/atau kimia berbeda.
 Tidak eksis untuk semua senyawa koordinasi.

Terdapat dua kelas utama isomer yaitu stereoisomer dan isomer struktur

2
2.2 Stereoisomer
Stereoisomer mengandung jumlah dan jenis atom yang sama, serta jumlah dan jenis
ikatan yang sama (yaitu penghubung antar atom sama), tetapi atom-atom disusun berbeda
dalam ruang. Stereoisomers mempunyai atom-atom sama, sususnan ikatan sama, tetapi
berbeda dalam orientasi relatif ikatan-ikatan ini.
2.2.1 Isomer Geometri
Isomer geometris, yang kadang-kadang juga disebut sebagai isomer cis-trans,
disebabkan oleh perbedaan letak atom atau gugus atom dalam ruang. Pada senyawa
kompleks, isomeri semacam ini terjadi pada kompleks dengan struktur dua substituen
atau dua macam ligan. Substituen dapat berada pada posisi yang bersebelahan atau
berseberangan satu sama lain. Jika gugus substituen letaknya bersebelahan, maka
isomer tersebut merupakan isomer cis. Sebaliknya jika substituen berseberangan satu
sama lain, isomer yang terjadi merupakan isomer trans. Isomer Geometri mungkin
terjadi pada segiempat planar dan kompleks oktahedral, tetapi tidak pada tetrahedral.
Contoh isomeri geometris pada segiempat planar seperti yang terjadi pada
kompleks [Pt(NH3)2Cl2]. Isomer cis dan trans dari kompleks ini masing-masing
ditunjukkan dalam Gambar (1) dan (2)

Cl (NH3) NH3 Cl

Pt Pt

Cl (NH3) Cl (NH3)

Gambar 1. Isomer cis kompleks Gambar 2. Isomer trans kompleks


[Pt(NH3)2Cl2] [Pt(NH3)2Cl2]

Isomer cis dari kompleks [Pt(NH3)2Cl2] diperoleh dengan menambahkan


NH4OH kedalam suatu larutan ion [PtCl4]2-. Sedangkan isomer trans dari kompleks
yang sama dapat disintesis dengan mereaksikan [Pt(NH3)4]2+ dan HCl,
Selain pada kompleks segi empat planar, isomer geometris juga dapat terjadi
pada suatu kompleks oktahedral disubstitusi, seperti pada kompleks [Cr(NH3)4Cl2]+ .
Isomer cis dari kompleks ini berwarna violet, sehingga dapat dibedakan dari isomer
trans-nya yang berwarna hijau.

3
Isomer cis dan trans dari kompleks ini ditunjukkan dalam Gambar (3) dan (4).

NH3 Cl

Cl NH3 NH3 NH3

Cr Cr

NH3 NH3 NH3 NH3


Cl Cl

Gambar 3. Isomer cis kompleks Gambar 4. Isomer trans kompleks


[Cr(NH3)4Cl2]+ [Cr(NH3)4Cl2]+

Suatu kompleks dengan ligan bidentat yang asimetris (misalnya glisinato) juga
dapat menghasilkan isomer geometris.
Contoh isomer semacam ini ditunjukkan pada gambar 5 dan 6, yang masing-
masing menunjukkan isomer cis dan trans dari kompleks diglisinaplation(II)

H2C H2N NH2


CH2
Pt
C
O O C
O O

Gambar 5. Isomer cis kompleks diglisinaplation(II)

O
C O NH2
CH2
Pt
H2C
NH2 O C
O

Gambar 6. Isomer trans kompleks diglisinaplation(II)

4
2.2.2 Isomer Optik
Isomer optis adalah isomer yang dicirikan dari perbedaan arah pemutaran
bidang polarisasi cahaya. Senyawa yang dapat memutar bidang polarisasi cahaya
dikatakan sebagai senyawa optis aktif. Isomer yang dapat memutar bidang polarisasi
cahaya ke arah kanan (searah jarum jam) disebut dextro (d atau +). Sebaliknya isomer
dari senyawa yang sama dan memutar bidang polarisasi ke arah kiri (berlawanan arah
jarum jam) disebut levo (l atau -).
Isomer optik berkaitan dengan bayangan cermin dan dibedakan oleh arah
putaran bidang polarisasi cahaya. Isomer ini mencakup enantiomer atau enantiomorp
satu terhadap lainnya struktur non-superimposible digambarkan sebagai asimetrik.
Pada senyawa kompleks, isomer optik umum dijumpai dalam kompleks
oktahedral yang melibatkan gugus bidentat dan memiliki isomer cis dan trans. Isomer
cis dari kompleks semacam ini tidak memiliki bidang simetri, sehingga akan memiliki
isomer optis. Misalnya pada kompleks [Co(en)2Cl2]+, yang memiliki bentuk isomer
geometris cis dan trans. Bentuk isomer cis sendiri dari kompleks tersebut aktif secara
optis, dan memiliki isomer d dan l. Dengan demikian, jumlah total dari seluruh isomer
yang dimiliki oleh kompleks [Co(en)2Cl2]+ adalah tiga isomer. Salah satu isomer yang
tidak aktif secara optis (dalam hal ini isomer trans dari kompleks [Co(en)2Cl2]+ disebut
sebagai bentuk meso dari kompleks tersebut. Isomer-isomer dari kompleks ini
ditunjukkan pada Gambar 7 – 9.

en en
N N
N Cl Cl N

Co3+ Co3+

N Cl Cl N

N N

en en
Gambar 7. Isomer cis –d kompleks Gambar 8. Isomer cis –l kompleks
[Co(en)2Cl2]+ [Co(en)2Cl2]+

5
Cl
N N

en
en Co3+

N N

Cl

Gambar 9. Isomer trans-meso kompleks


[Co(en)2Cl2]+

Pada senyawa-senyawa organik, isomeri optis terjadi pada senyawa yang


memiliki atom C asimetris. Meskipun demikian, tidak berarti senyawa-senyawa
kompleks yang merupakan senyawaan anorganik tidak memiliki isomer optis. Hasil
pengamatan terhadap berbagai senyawa kompleks menunjukkan bahwa pada senyawa
kompleks juga dapat terjadi isomeri optis. Suatu molekul senyawa komplek yang
asimetris (tidak memiliki bidang simetri) sehingga tidak dapat diimpitkan dengan
bayangan cerminnya, akan bersifat optis aktif dan memiliki isomer optis.

2.3 Isomer Struktural


Isomer Struktural mengandung jumlah dan jenis atom-atom yang sama, tetapi satu atau
lebih ikatan berbeda (dalam hal ini, penghubung antar atom-atom berbeda). Beberapa tipe
dan isomer ini adalah:
2.3.1 Isomer koordinasi
Suatu senyawa kompleks dapat memiliki isomer koordinasi jika senyawa
kompleks tersebut terbentuk dari ion positif dan negatif yang keduanya merupakan ion
kompleks. Dengan kata lain senyawa kompleks yang terbentuk dari kation dan anion
yang merupakan ion kompleks dapat membentuk isomer koordinasi. Isomerisasi dapat
terjadi melalui pertukaran sebagian atau seluruh ligannya.

 Satu isomer [Co(NH3)6] [Cr(C2O4)3]


 Isomer lain [Co(C2O4)3] [Cr(NH3)6]

6
Beberapa contoh senyawa kompleks yang memiliki isomer koordinasi adalah
sebagai berikut :
- [Co(NH3)6]3+[Cr(CN)6]3-, membentuk isomer [Cr(NH3)6]3+[Co(CN)6]3-
- [Co(NH3)6]3+[Cr(C2O4)3]3-,membentuk isomer [Co(C2O4)3]3+[Cr(NH3)6]3-
- [Pt(NH3)4]2+[PdCI4]2- , membentuk isomer [Pt(NH3)3I]+[Pd(NH3)CI3]- ; dan isomer
[Pd(NH3)3I]+[Pt(NH3)CI3]- ; dan isomer [Pd(NH3)4]2+[PtCI4]2-

Jika diperhatikan, contoh-contoh tadi menunjukkan bahwa pembentukan isomer


koordinasi mengikuti suatu pola yang dapat dituliskan sebagai berikut :

[M(A)x]+a[M’(B)y]-b membentuk isomer [M(B)y]+b[M’(A)x]-a

2.3.2 Isomer ionisasi


Isomerisasi jenis ini menunjukkan isomer-isomer dari suatu kompleks yang jika
dilarutkan dalam air akan menghasilkan ion yang berbeda.
 Salah satu isomer [Pt(NH3)3Br]NO2 NO2- anion dalam larutan
 Isomer lain [Pt(NH3)3 NO2]Br Br-

Misalnya kompleks [Co(NH3)5Br]SO4 yang berwarna merah-violet. Suatu


larutan berair dari kompleks ini akan menghasilkan endapan putih BaSO4 dengan
larutan BaCl2, yang memastikan adanya ion SO42- bebas. Sebaliknya [Co(NH3)5SO4]Br
berwarna merah. Larutan dari kompleks ini tidak memberikan hasil positif terhadap uji
sulfat dengan BaCl2. Larutan akan memberikan endapan AgBr berwarna krem dengan
AgNO3, yang memastikan adanya ion Br- bebas. Berarti pada kompleks
[Co(NH3)5Br]SO4 dilepaskan ion SO42-, sedangkan kompleks [Co(NH3)5SO4]Br
melepaskan Br-. Karena memiliki rumus komposisi kimia yang sama tetapi jika
dilarutkan dalam air akan menghasilkan ion yang berbeda, kedua kompleks tersebut
dikatakan merupakan isomer ionisasi. Kedua anion diperlukan untuk menyeimbangkan
muatan kompleks, mereka dibedakan keterkaitanyya terhadap logam pusat yang satu
langsung dan lainnya tidak
Contoh lain dari isomer ionisasi adalah [Pt(NH3)4Cl2]Br2 dan [Pt(NH3)4Br2]Cl2
dan [Co(en)2NO2.Cl]SCN, [Co(en)2NO2.SCN]Cl; dan [Co(en)2Cl.SCN]NO2.

7
2.3.3 Isomer Hidrat
Pada isomer hidrasi, salah satu atau lebih ligan digantikan oleh air kristal.
Adanya isomer hidrasi dapat dicirikan antara lain dari perubahan warna, pengukuran
konduktivitas, ataupun pengukuran kuantitas ion yang terendapkan. Contoh dari isomer
hidrasi misalnya pada chromium chloride "CrCl3.6H2O" yang mempunyai 4, 5, atau 6
molekul air terkoordinasi.
[Cr(H2O)6]Cl3 (ungu, tiga mol ion Cl terendapkan)

[Cr(H2O)5Cl]Cl2.H2O (hijau, dua mol ion Cl terendapkan)

[Cr(H2O)4Cl2]Cl.2H2O (hijau tua, satu mol ion Cl terendapkan)

Isomer-isomer ini mempunyai sifat kimia yang sangat berbeda dan reaksinya
dengan AgNO3 untuk tes ion Cl, akan ditemukan Cl dalam larutan 1, 2, dan 3.

2.3.4 Isomer Pertalian


Sejumlah senyawa kompleks memiliki ligan yang merupakan ligan ambidentat.
Karena ligan semacam ini memiliki lebih dari satu atom yang dapat menyumbangkan
pasangan elektron bebas dalam pembentukan ikatan, maka logam pusat dapat terikat
dengan atom yang berbeda pada ligan tersebut.
Beberapa contoh ligan ambidentat yang dapat membentuk isomer ikatan adalah
Ligan monodentat yang terlibat SCN- / NCS- dan NO2- / ONO-

Ligan Contoh isomer dalam senyawa

NO2 (nitro) dan nitrito [Co (NH3)5-NO2]Cl2 dan [Co (NH3)5-ONO]Cl2

(ONO) [(NH3)5Ir-NO2]Cl2 dan [(NH3)5Ir-ONO]Cl2

[{(C6H5)P}2Pd(-SCN)2] dan [{(C6H5)3P}2Pd(-


-SCN (tiosianato) dan –NCS NCS)2}]
(isotiosianato)
[(OC)5Mn-SCN] dan [(OC)5Mn-NCS]

8
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Isomer adalah senyawa yang memiliki rumus kimia yang sama, akan tetapi memiliki
penataan struktur yang berbeda. Tidak hanya dalam senyawa-senyawa organik,
senyawa kompleks juga mengalami isomerisasi.
2. Isomer terbagi menjadi dua yakni isomer struktur (dibedakan menurut susunan
strukturnya) dan isomer ruang atau stereoisomer (dibedakan menurut konfigurasinya)
3. Stereoisomers mempunyai atom-atom sama, sususnan ikatan sama, tetapi berbeda
dalam orientasi relatif ikatan-ikatan ini. stereoisomer terbagi menjadi dua yakni
isomer geometri. Isomer geometri memiliki sub bagian yakni isomer cis-trans yang
terdapat ikatan rangkap dua dan tiap-tiap karbon (C) dalam ikatan rangkap tersebut
mengikat atom atau gugus atom yang berbeda. dan isomer optik (dapat memutar
bidang polarisasi cahaya dan memiliki atom C asimetris/kiral)
4. Isomer Struktural mengandung jumlah dan jenis atom-atom yang sama, tetapi satu
atau lebih ikatan berbeda (dalam hal ini, penghubung antar atom-atom berbeda).
Isomer Struktural terbagi menjadi isomer koordinasi,isomer ionisasi,isomer hidrasi
dan isomer pertalian

3.2 Saran
Dengan terselesaikannya makalah ini penyusun berharap makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca.Selain itu penyusun juga mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.

9
DAFTAR PUSTAKA

Cotton,(1989),Kimia Anorganik Dasar ,Jakarta : UI-Press


Suyanti,R,D.,(2008),Kimia Koordinasi,Yogyakarta :Graha Ilmu.
http://www.adichemistry.com/organic/basics/isomerism/structural/structural-
isomerism.html.akses agustus 2018
http://www2.chemistry.msu.edu/faculty/reusch/VirtTxtJml/sterisom.htm. 10/12/2011 agustus
2018
Wikipieda, Isomer, http://en.wikipedia.org/wiki/Isomer, akses agustus 2018
http://www.chemguide.co.uk/basicorg/isomerism/structural.html, akses agustus 2018

10

Anda mungkin juga menyukai