Anda di halaman 1dari 6

PEMBAHASAN

Persiapan Panen
1. Taksasi Maret
Taksasi merupakan pekerjaan yang dilakukan untuk menaksir produksi
tebu yang akan di panen tahun ini. Kegiatan taksasi produksi dibedakan menjadi
tiga jenis yaitu taksasi hitungan, taksasi pandangan, dan taksasi koreksi. Taksasi
hitungan dapat ditentukan dengan menentukan rata rata jumlah batang/juring,
tinggi batang, berat batang/m, dan faktor juring. Jumlah batang dihitung di setiap
masing masing sampel, terdapat 5 sampel dengan panjang juringan di setiap
sampel adalah 10 m. Penentuan Sampel dapat dilihat di gambar berikut.
Sampel pertama diletakkan di juringan ke 20, dihitung di 10-20 m panjang
juringan yang dihitung dari ujung juringan. Sampel kedua diletakkan di juringan
ke-30, pada 20-30 m panjang juringan. Sample ketiga diletakkan juringan ke-40,
pada 30-40 m dari ujung juringan. Sampel keempat diletakkan di juringan ke-50,
pada 40-50 m dari ujung juringan. Dan sampel kelima diletakkan di Juringan ke-
60, pada 50-60 m dari ujung Juringan. Titik sampel nantinya akan menghasilkan
garis diagonal yang memotong lahan. Data jumlah batang dari kelima titik
tersebut di jumlah dan di bagi 50 (panjang jurungan yang dihitung). Batang tebu
yang dihitung adalah batang tebu yang hidup, apabila batang tebu yang hidup
kecil, maka 2-3 batang di anggap 1 batang.

2. Analisis Kemasakan Tebu


Analisis kemasakan tebu dilakukan untuk memperkirakan waktu yang
tepat penebangan tebu sehingga tebu yang nantinya akan diolah dalam keadaan
optimum. Tanda-tanda secara visual tanaman tebu telah masak antara lain daun-
daunnya sebagian besar menguning, jumlah daun hijau yang tersisa ±5 helai,
bentuk susunan daun menyerupai kipas, ruas-ruas pada batang semakin
memendek, dan umur tanaman antara 11 sampai 12 bulan.
Adapun ketentuan tingkat kematangan tebu, untuk mengetahuinya maka di
lakukan menggunakan alat berupa handbrik. Tebu masak apabila tingkat
kemasakan pada batang bagian atas mencapai 17%, batang bagian tengah
mencapai 18-19%, dan batang bagian bawah mencapai 20%, yang mana rata-rata
minimal tingkat kemasakan setiap bagian batang tebu mencapai 17% sebelum
tebang. Data yang telah diperoleh kemudian digunakan untuk memetakan tingkat
kemasakan tebu pada peta lokasi tebu sebagai informasi lokasi tebu yang sudah
siap tebang.

3. Perencanaan Tebang
Secara teknis, perencanaan tebang tebu di perkebunan meliputi penentuan
jadwal tebang, penentuan blok tebang dan petak tebang, penentuan jumlah tenaga
penebang, mesin tebang dan muat, dan alat angkutan, pemberian Surat Perintah
Tebang Angkut (SPTA) disesuaikan dengan kapasitas tebang. Rencana tebang
yang pertama adalah menyusun organisasi, yang dimaksud menyusun organisasi
adalah pembagian tugas PTA atau Asisten Asman mandor tebang yang mana
setiap Asisten Asman atau PTA membawahi maksimal 3 mandor tebang. Rencana
tebang selanjutnya adalah pengadaan tenaga tebang, urutan pekerjaan pengadaan
tenaga tebang dimulai dari pencarian tenaga tebang yang mana kegiatan tersebut
dilaksanakan 1-3 bulan sebelum pelaksanaan TMA, setelah mendapatkan data
tenaga tebang kemudian data tersebut dilegalisasi oleh kepala desa setempat.
Adapun kriteria tenaga tebang yang harus dicari oleh mandor tebang
antara lain, tenaga tebang sudah berpengalaman, mempunyai tenaga tebang 40-50
orang, setiap mandor tebang mampu menebang 30-40 ton/hari, dan yang
terpenting memenuhi MBS (Manis, Bersih, dan Segar). Perencanaan tebang harus
dilakukan dengan tepat dan baik yang mana nantinya akan menghasilkan tebu
Manis, Bersih, dan Segar. Perencanaan pemanenan dimaksud agar tebu dapat di
pungut secara efisien dan dapat diolah dalam keadaan optimum (Chandra
Indrawanto dkk, 2012).
Pelaksanaan panen dilakukan pada bulan Juni sampai bulan Oktober pada
musim kering yang mana kondisi tebu dalam keadaan optimum dengan tingkat
rendemen tinggi. Pertimbangan teknis yang menyebabkan jadwal tebang perlu
dilaksanakan secara luwes antara lain adalah hujan sehingga tidak dapat
dilaksanakan tebang, muat, dan angkut, kebakaran kebun tebu, sehingga kebun
tebu yang terbakar mendapat prioritas untuk ditebang, dinamika jumlah tenaga
tebang, kerusakan alat angkut dan infrastruktur sehingga memerlukan waktu
untuk perbaikan, serangan hama dan penyakit, sehingga perlu ditebang lebih
dahulu. Dengan adanya pertimbangan teknis lapangan yang harus diambil maka
komunikasi, koordinasi dan update data tebang-muat-angkut merupakan hal yang
sangat penting.

4. Pemeliharaan Jalan Angkut


Pemeliharaan jalan merupakan serangkaian kegiatan yang masuk di dalam
TMA. Pekerjaan pemeliharaan jalan dilakukan sebagai antisipasi terjadinya truk
terbalik. Truk terbalik terjadi karena kontur jalan yang kurang rata, ambles, dan
berlumpu, sehingga perlu untuk dilakukan pemeliharaan jalan. Pekerjaan
pemeliharaan jalan diantaranya adalah menambal jalan yang berlubang,
memadatkan jalan yang rawan ambles, dan memberi grasak atau batu yang di tata
di jalan yang berlumpur Selain membenahi jalan yang rusak, membuka jalan baru
untuk TMA periode berikutnya juga merupakan kegiatan dalam pemeliharaan
jalan. Membuka jalur baru bertujuan untuk mempermudah akses truk masuk
kedalam lahan untuk memuat tebu, dan agar Grab loader tidak terlalu jauh saat
akan mengisi truk. Pembuatan jalan angkut dikerjakan dengan menggunakan
Grader. Grader adalah alat berat dengan pisau panjang yang digunakan untuk
meratakan permukaan dalam proses perataan.

5. Pengadaan Sarana Angkutan


Kapasitas angkut disesuaikan dengan kapasitas giling/hari/kebun yang
direkomendasikan oleh PG (IGG), Dari kapasitas giling tersebut kebun dapat
menentukan jumlah grabber, dan jumlah truk. Untuk menghitung perencanaan
unit Grab Loader, dapat diketahui dengan cara membagi kapasitas giling PG
dengan kapasitas kerja Grabber. Sebagai contoh apabila kapasitas giling
PG/hari/kebun sama dengan 300 ton, dan kapasitas kerja Grabber 100 ton/hari
maka Grabber yang dibutuhkan 3 unit/hari. Sebelum penentuan jumlah unit truk
pihak PG harus sudah mempunyai data kontraktor angkutan truk yang bersedia
menjadi rekanan perusahaan, yang mana kontraktor angkutan truk berbadan
hukum (PT, CV, UD, dan Koperasi) yang kemudian kontrak angkutan truk
tersebut (MoU) ditandatangani oleh Direktur PG IGG dan kontraktor angkutan.
kebutuhan truk dapat diketahui dengan cara membagi kapasitas giling PG dengan
kapasitas angkut truk. Misal kapasitas giling PG /hari/kebun adalah 300 Ton, dan
kapasitas angkut untuk truk Fuso 15 ton, dan untuk colt diesel 7 ton maka
kebutuhan truk yang digunakan adalah 20 unit truk fuso/hari, atau 43 unit truck
Cold Diesel/hari.

Pelaksanaan Tebang Muat Angkut


Tebang muat dan angkut adalah serangkaian pekerjaan pemanenan
tanaman tebu, dengan tujuan untuk memperoleh produksi. Menurut Rusdi Evizal
(2018), TMA merupakan kegiatan mengelola bahan baku tebu sebagai bahan baku
pabrik tebu. Proses tebang tebu pada dasarnya sama dengan panen tanaman
lainnya, yaitu memilih tebu yang untuk ditebang terlebih dahulu.
Sistem dan cara tebang yang dilaksanakan di kebun Tebu Selatan
dilakukan dengan cara tebang manual dan tebang semi mekanis. Tebang manual
dilakukan dengan tenaga manusia dari menebang, mengikat, sampai memuat ke
truk. Sedangkan untuk tebangan semi mekanis dilakukan dengan tenaga manusia
untuk menebang dan untuk muat dilakukan dengan tenaga mesin (Grab Loader).
Terdapat dua jenis grab loader yang digunakan untuk proses tebang muat dan
angkut, jenis mesin tersebut ialah Grab Loader, dan Single Boom Grabber.
Kegiatan tebang diawali dengan rol atau absen. Perbedaan antara rol
pemeliharaan dengan roll tebang adalah tempat pelaksanaan rollnya, roll
pemeliharaan dilaksanakan di kantor afdeling, sedangkan roll tebang langsung
dilaksanakan petak yang akan di tebang. Setelah roll, pekerja tebang diarahkan
untuk menebang blok yang telah ditentukan sesuai dengan jumlah kelompok
penebang (ketua kelompok penebang disebut renteng). Pekerjaan TMA diawasi
oleh ketua PTA (Petugas Tebang Angkut), dan lima wakilnya. Berikut merupakan
teknis penebangan yang ada di kebun Tebu Selatan:
1. Tebu Ikat (Bundle Cane) atau Tebang Manual
Pertama yang harus dilakukan adalah membagi kelompok tebang yang di atur
oleh mandor tebang, kemudian mengurutkan petak tebang sesuai dengan hasil
analisis kemasakan, 1 pekerja menebang tebu 3 baris juringan, 2 baris juringan
yang sudah di tebang digunakan untuk menata lasahan, dan 1 baris juringan yang
sudah ditebang digunakan untuk menata daduk (daun tebu). pemotogan batang
tebu harus dilakuakan dengan mepet tanah (tunggul <5 cm) dan potong bagian
pucuk cicin daun ke-10 atau potong pada daun kering ke-1, kemudian pekerja
tebang tebu menata tebu yang sudah ditebang menjadi 1 baris memanjang yang
disebut dengan lasahan, dan daduk dikumpulkan menjadi satu baris memanjang
pula.
Untuk proses TMA manual proses memasukan tebu kedalam truk dilakukan
oleh tenaga manusia, dengan cara mengkat beberapa tebu kemudian diangkat
(berat menyesuaikan kemampuan tenaga) dan dimasukkan ke dalam truk dengan
cara dipanggul. Setiap cakupan yang dimasukkan ke truk langsung dicacah oleh
tenaga pencacah dengan menggunakan alat golok. Pencacah bertugas mencacah
tebu yang ada di truk agar padat sehingga dapat memuat banyak, dan mengontrol
dari benda-benda asing. Tebu yang di dalam truk kemudian di susun bertingkat
sejajar dan dikunci menggunakan batang tebu, tebu yang di dalam truk kemudian
di susun bertingkat sejajar dan dikunci menggunakan batang tebu, susunan tebu
rata hingga 2-3 tumpukan melewati batas bak truk (2-3 tingkat), dengan kapasitas
rata-rata truk 7-9 ton untuk truk kecil, 12-15 ton untuk truk besar.

2. Tebu Urai (Loose Cane) atau Tebangan Semi Mekanis


Pangkal batang tebu ditebang rata dengan permukaan tanah menggunaan
celurit dan dipotong bagian pucuknya pada ruas terakhir, selanjutnya tanpa diikat
tebu ditumpuk sehingga membentuk onggokan sebesar cakupan mesin pemuat
Grab Loader atau Single Boom Grabber. Grab loader merupakan mesin yang
memiliki lengan pencengkram yang bisa memutar 90° guna memindahkan tebu
dari lahan ke truk, mesin ini bekerja dengan cara mencengkeram tebu yang telah
disusun dan diikat. Prinsip kerja grab loader secara sederhana yakni mesin
bergerak maju mendorong tumpukan tebu yang sudah tersusun, kemudian lengan
pencengkeram bergerak memutar menuju ke atas truk pengangkut, maka tebu
dilepaskan. Sedangkan untuk Single Boom Grabber memiliki lengan
pencengkram tetapi tidak dapat berputar 90º, pergerakan lengan Single Boom
Grabber hanya terbatas atas bawah saja, secara fungsional Single Boom Grabber
sama dengan grab loader. Untuk TMA semi mekanis tebu yang telah di
masukkan ke dalam truk tidak dicacah dan tidak di susun sehingga kapasitas truk
yang digunakan menjadi tidak maksimal.

Muatan truk yang sudah penuh di data kedalam Surat Perintah Tebang
Angkut, dan surat tersebut dibawa oleh sopir truk dan ditukarkan dengan barcode
di kantor afdeling atau tempat yang sudah di siapkan oleh afdeling. Truk
berangkat ke PG, di PG barcode di tukar dengan kartu akses dan selanjutnya truk
masuk untuk di timbang dan di bongkar muat, setelah bongkar muat hasil tonase
yang tertera pada nota tebang, di kumpulkan di kantor afdeling untuk di himpun.

DAFTAR PUSTAKA
Indrawanto, Chandra., Purwono., Siswanto., dkk. 2012. Budidaya dan
Pascapanen Tebu. Jakarta: IAARD Press.
Evizal, Rusdi. 2018. Pengelolaan Perkebunan Tebu. Yogyakarta: Graha Ilmu

Anda mungkin juga menyukai