Anda di halaman 1dari 2

Panen; Pelaksanaan panen pada tanaman tebu meliputi beberapa kegiatan utama, yaitu taksasi

hasil perencanaan tebang berdasarkan analisis pendahuluan kemasakan tebu dan tebang angkut.
Taksasi Hasil ; Taksasi hasil dilakukan untuk menaksir hasil tebu yang akan diperoleh nantainya,
sehingga dapat direncanakan berapa lama hari giling, berapa tenaga kerja yang harus disiapkan
dan berapa banyak bahan pembantu di pabrik yang harus disediakan. Umumnya taksasi
dilakukan 2 kali yaitu pada bulan Desember dan Februari.

Taksasi dilakukan dengan menghitung tebu dengan sistim sampling dan


digunakan rumus
Y = jml bt/m juring x jml juring/ha x tinggi bt x bobot bt/m
Dimana :
• Y = hasil taksasi tebu per hektar
• Jml bt/m juring = hasil perhitungan jumlah batang tebu per m juring
• Jml juring/ha = banyaknya juringan per ha (yang ada di lapangan)
• Tinggi bt = diukur sampai titik patah (± 30 cm dari pucuk)
• Bobot bt = bobot batang per m yang diperoleh dari data tahun sebelumnya
Pemanenan ; Panen dilaksanakan pada musim kering yaitu sekitar bulan April sampai Oktober.
Hal tersebut berkaitan dengan masalah kemudahan transportasi tebu dari areal ke pabrik serta
tingkat kemasakan tebu akan mencapai optimum pada musim kering. Kegiatan pemanenan
diawali dengan tahap persiapan yang dilaksanakan sekurang-kurangnya tiga bulan sebelum
panen dimulai. Tahap persiapan meliputi kegiatan estimasi produksi tebu, pembuatan program
tebang, penentuan kemasakan tebu, rekrutmen kontraktor dan tenaga tebang, persiapan peralatan
tebang dan pengangkutan, serta persiapan sarana dan prasarana tebang.
Untuk menentukan periode kemasakan optimal tebu dan sekaligus untuk memperkirakan waktu
yang tepat penebangan tebu, dilaksanakan analisis kemasakan tebu (Maturity Test). Analisis
kemasakan tebu dilaksanakan tiga kali dengan interval 2 minggu (satu ronde), pada saat tanaman
menginjak umur delapan bulan. Kegiatan tersebut dimulai dengan pengambilan tanaman contoh
yang diawali, batang contoh ditentukan minimal 15 meter dari tepi dan 30 baris dari barisan
pinggir. Tanaman contoh diberi tanda untuk mempermudah pengambilan contoh berikutnya.
Setiap kali analisis dibutuhkan 15 - 20 batang atau sebanyak dua rumpun tebu, kemudian
dilakukan penghitungan jumlah dan pengukuran tinggi batang, serta penggilingan untuk
memperoleh nira tebu. Selanjutnya dilakukan pengukuran persen brix, pol dan purity dari setiap
contoh. Data pol yang diperoleh dipetakan pada peta kemasakan tebu yang akan digunakan
sebagai informasi untuk lokasi tebu yang sudah layak panen.
Prioritas penebangan dilakukan dengan memperhatikan faktor lain selain kemasakan, yaitu jarak
kebun dari pabrik, kemudahan transportasi, keamanan tebu, kesehatan tanaman, dan faktor
tenaga kerja.
Pelaksanaan Tebang ; Digunakan dua metode penebangan yaitu tebu hijau (Green Cane) dan
tebu bakar (Burn Cane). Metode tebu hijau adalah menebang tebu dalam kondisi tanpa ada
perlakuan pendahuluan, sedangkan tebu bakar adalah dilakukan pembakaran sebelum tebang
untuk memudahkan penebangan dan mengurangi sampah yang tidak perlu. Tebu di Jawa
dilakukan tanpa bakar, sedangkan di luar Jawa khususnya Lampung ± 90% dilakukan dengan
bakar.
Tebang dilakukan dalam tiga sistem tebangan yaitu Bundled Cane (tebu ikat), Loose Cane (tebu
urai) dan Chopped Cane (tebu cacah). Pelaksanaan di lapangan tebang masih dimominasi dengan
manual, sebab dari segi kualitas tetap lebih baik dibandingkan dengan mesin tebang.
Bundled Cane (Tebu Ikat) ; Tebangan ini dilaksanakan secara manual, baik pada saat
penebangan maupun pemuatan tebu ke dalam truk. Pemuatan/pengangkutan tebu dari areal ke
pabrik dilkasanakan mulai jam 5.00 - 22.00 WIB dengan menggunakan truk (los bak maupun ada
baknya). Truk yang digunakan terdiri atas truk kecil dengan kapasitas angkut 6 - 8 ton dan truk
besar dengan kapasitas angkut 10 - 12 ton. Saat pemuatan tebu ke dalam truk dalam kondisi
lahan tidak basah, truk masuk ke areal dan lintasan truk tidak memotong barisan tebu. Perjalanan
truk dari areal ke pabrik sesuai dengan rute yang telah ditetapkan dengan kecepatan maksimun
40 km/jam.
Pembongkaran muatan dilaksanakan di Cane Yard (tempat penampungan tebu sebelum giling)
setelah penimbangan, dengan menggunakan patok beton (Cane Stacker) atau langsung ke meja
tebu (Direct Feeding).
Loose Cane (Tebu Urai) ; Tebangan loose cane merupakan sistem tebangan semi mekanik.
Penebangan tebu dilaksanakan secara manual sedangkan pemuatan tebu ke Trailer atau truk
menggunakan Grab Loader. Pembongkaran tebu dilaksanakan di tempat penampungan tebu
(Cane Yard) langsung ke meja tebu (Feeding Table).
Penebangan loose cane menggunakan sistem 12 : 1, artinya setiap 12 baris ditebang dan
ditumpuk menjadi satu tumpukan, dilaksanakan oleh dua orang. Tumpukan tebu diletakkan pada
barisan ke 6 - 7, sedangkan sampah pada barisan ke 1 dan 12. Penebangan harus rata dengan
tanah dan sampah yang terbawa ke pabrik tidak boleh lebih dari 6%.
Chopped Cane (Tebu Cacah) ; Sistem penebangan tebu cacah dilaksanakan dengan
menggunakan alat Bantu berupa mesin Cane Harvester. Penebangan sistem ini digunakan
sebagai peyangga atau pembantu untuk memenuhi guota pengiriman tebu. Untuk pengoperasian
Cane Harvester secara optimal diperlukan kondisi areal yang relatif rata, kondisi tebu tidak
banyak yang roboh, kondisi areal bersih dari sisa - sisa kayu/tunggul, tidak banyak gulma
merambat, petak tebang dalam kondisi utuh sekitar 10 ha dan kondisi tanah tidak basah.
Pengangkutan dilaksanakan dengan menggunakan truk yang ada baknya (truk box), hal tersebut
berkaitan dengan hasil tebangan Cane Harvester berbentuk potongan dengan panjang 20 - 30 cm.
Pada saat pembongkaran muatan, tebu dengan tebangan Chopped Cane harus diprioritaskan, tebu
langsung ditampung di meja tebu (feeding table).

Tinggi tanaman: 2,5 meter


Jumlah batang/laci: 80 batang
Diameter tebu: 0,37
Jumlah Laci/ha: 1150
jawab:
= 2,5 X 80 X 0,37 X 1150
= 85100 kg/ha
= 851 ku/ha
= 85,1 ton/ha

Sumber : P3GI tahun 2011

Anda mungkin juga menyukai