Anda di halaman 1dari 13

JURNAL ZEOLIT INDONESIA Vol. 7 No. 1.

Mei 2008 ISSN : 1411-6723


Journal of Indonesia Zeolites

MENGATASI DEGRADASI LAHAN MELALUI APLIKASI PEMBENAH TANAH


(Kajian Persepsi Petani di Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur)
S. H. Talaohu* dan M. Al-Jabri

Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi


Jl. Tentara Pelajar No. 1 A, Kampus Penelitian Pertanian Cimanggu, Bogor 16111
Email: s_talaohu@yahoo.com*

ABSTRAK

Peningkatan kualitas tanah terdegradasi dapat ditempuh melalui penggunaan pembenah tanah (Zeolit,
pupuk kandang, kompos, dll.), sistem usaha tani konservasi, pengelolaan bahan organik, sistem
pemupukan berimbang spesifik lokasi, serta efisiensi penggunaan air. Penelitian bertujuan untuk
mengetahui: (1) jenis pembenah tanah yang masih digunakan petani, sumber informasi, serta dosis
penggunaannya; (2) kendala penggunaan dan manfaatnya, (3) tingkat efisiensi pemupukan, dan (4)
peluang pengembangan. Penelitian dilaksanakan dengan metode survei yakni wawancara terstruktur yang
meliputi: karakteristik petani, identifikasi, dan prospek pengembangan pembenah tanah di masa yang akan
datang. Identifikasi penggunaan pembenah tanah antara lain: jenis pembenah tanah yang dikenal/
digunakan petani, sumber informasi, aplikasi, dampak penggunaan, manfaat dan kendala penggunaan.
Hasil penelitian menunjukkan: distribusi umur responden 55 tahun (80,7%) dan > 55 tahun (19,3%).
Diseminasi melalui penyuluhan, demplot di lahan petani guna menumbuhkembangkan keyakinan petani
akan manfaat dan pentingnya penggunaan pembenah tanah dalam mengatasi degradasi lahan,
meningkatkan produktivitas, serta produksi pertanian. Pembenah tanah yang dikenal/pernah digunakan
oleh 24% petani responden adalah butiran zeolit (Agro-88) dan dolomit; takaran pembenah tanah untuk:
sawah 500 kg zeolit/ha dan 577 kg dolomit/ha; tegalan 219 kg zeolit/ha dan 409 kg dolomit/ha; kebun
campuran 600 kg zeolit/ha dan 143 kg dolomit/ha. Manfaat pembenah tanah adalah meningkatkan
produksi: padi, jagung, dan sayur-sayuran (bunga kol, cabai, tomat) sekitar 10-30%, meningkatkan
kesuburan tanah dan mengurangi dosis pupuk Urea sebanyak 15-30% dan SP-36 sebanyak 30%.

Kata kunci: Degradasi lahan, pembenah tanah zeolit, efisiensi pemupuk, produktivitas lahan

ABSTRACT

OVERCOME LAND DEGRADATION WITH SOIL AMELIORANT APPLICATION (STUDY OF FARMER


PERCEPTIONS IN MALANG, EAST JAVA). Improving the quality of soils degradation can be achieved
using the soil ameloirant (i. e. Zeolite, manure, compost, etc.), conservation farming systems, organic
management, system balanced fertilization specific location, and efficiency of water use. This study aimed
to determine: (1) the type of soil ameloirant that is still used by farmers, sources of information, and its use
of doses, (2) constraints and benefit of use, (3) fertilizer efficiency, and (4) development opportunities. This
study conducted by survey method that is structured interview included: farmer characteristics, identification,
and soil ameloirant development prospects in the future. Identification of soil ameloirant, such as: type of
soil ameloirant used by farmers, sources of information, applications, the impact of the use, benefits and
constraints of use. The results showed that: the distribution age of respondent 55 years (80.7%) and > 55
years (19.3%). Dissemination through counseling, pilot project on farmers land in order to developing the
confidence of farmers will benefit and importance of the use soil ameloirant to repair land degradation,
increasing productivity, and agricultural production. The soil ameloirant have been used by 24% of
respondents farmers is zeolite granules (Agro-88) and dolomite; measurement of soil ameloirant for rice
field: 500 kg of zeolit /ha and 577 kg dolomite/ha; garden: 219 kg zeolite/ha and 409 kg dolomite/ ha; mixed-
garden: 600 kg of zeolit/ha and 143 kg dolomite/ha. Soil ameloirant benefits is for increasing the production:
paddys, corns, and vegetables (cauliflower, peppers, tomatoes) around 10-30%, improving the soil fertility
and reducing dosage of urea fertilizer as much as 15-30% and SP-36 as much as 30%.

Keywords: Land degradation, zeolite soil ameloirant, fertilizer efficiency, land productivity

22
Mengatasi Degradasi Lahan mealui Aplikasi Pembenah Tanah...(S. H. Talaohu, dkk)

PENDAHULUAN hydrophobic atau hydrophilic, sehingga


mampu meningkatkan kapasitas tanah
Luas lahan terdegradasi di Indonesia dari menahan air (water holding capacity), (3)
tahun ke tahun terus meningkat (selama meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK),
kurun waktu 19932003) mencapai luas sehingga unsur hara dalam tanah tidak
23,2 juta ha dengan rata-rata pertambahan mudah tercuci dan dapat diserap akar
0,52 juta ha per tahun. Perubahan tanaman.
penggunaan lahan di DAS Citarum yang
dipantau dengan citra satelit menunjukkan Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian
bahwa selama tahun 19922002, hutan Nomor 02 Tahun 2006, yang dimaksud
berkurang 3,23% dan sawah irigasi 2,28%. dengan pembenah tanah adalah bahan-
Penyusutan areal hutan di daerah berlereng bahan sintetis atau alami, organik atau
yang merupakan kawasan resapan air mineral yang berbentuk padat atau cair yang
berdampak terhadap peningkatan laju erosi mampu memperbaiki sifat fisika, kimia, dan
dan sedimentasi di Waduk Saguling dari 1,19 biologi tanah. Sedangkan dikalangan ahli
mm/tahun menjadi 1,46 mm/tahun dan di tanah, pembenah tanah dikenal sebagai soil
Waduk Cirata dari 0,83 mm/tahun menjadi conditioner yang secara lebih spesifik
2,10 mm/tahun. Rata-rata laju sedimentasi diartikan sebagai bahan-bahan sintetis atau
per tahun dikedua waduk tersebut berada di alami, organik atau mineral, berbentuk padat
atas ambang batas perencanaan waduk (1,0 maupun cair, mampu memperbaiki struktur
mm/tahun dan 1,78 mm/tahun (Haeruman, tanah, dapat merubah kapasitas tanah
1997; Puslittanak, 1997). Jika laju erosi tidak menahan dan melalukan air, serta dapat
dapat ditekan dan sedimentasi terus memperbaiki kemampuan tanah memegang
meningkat, maka akan terjadi penumpukan unsur hara, sehingga unsur hara tidak mudah
sedimen waduk sehingga daya tampungnya hilang, dan tanaman masih mampu
terus berkurang. Air yang tidak tertampung, memanfaatkannya.
akan mengalir ke daerah hilir yang dapat
menyebabkan longsor maupun banjir. Pada Meskipun pembenah tanah kapur pertanian
lahan-lahan yang terdegradasi, efisiensi dan zeolit telah diperjualbelikan dan
serapan hara akan rendah disebabkan digunakan petani, akan tetapi sampai saat ini
penggunaan pupuk yang tidak rasional masih sangat sedikit data/informasi yang
(Yamagata, 1967; Mumpton and Fishman, menjelaskan secara terperinci tentang jenis dan
1977; Sanchez, 1976; Westerman, 1990; dosis pembenah tanah yang umum digunakan
World Bank, 2001; Suwardi, 1997b; petani, kendala penggunaan pembenah tanah
Simanjuntak, 2002; Al-Jabri, 2006; Prakoso, dan tingkat efisiensi pemupukan di tingkat
2006;). petani sebagai dampak dari penggunaan
pembenah tanah, serta prospek/peluang
Salah satu upaya untuk meningkatkan pengembangan pembenah tanah untuk
kualitas lahan yang telah terdegradasi adalah meningkatkan produktivitas lahan.
penggunaan pembenah tanah dikombinasi
dengan teknik konservasi tanah dan air, Penelitian ini bertujuan untuk: 1)
pengelolaan bahan organik, sistem Mengindentifikasi jenis, dosis pembenah
pemupukan berimbang spesifik lokasi tanah yang digunakan petani; 2) Kendala
berdasarkan hasil uji tanah dan kebutuhan penggunaan pembenah tanah di tingkat
tanaman. Manfaat langsung penggunaan petani; 3) Tingkat efisiensi pemupukan
pembenah tanah bagi pembangunan sebagai dampak penggunaan pembenah
pertanian adalah memperbaiki/meningkatkan tanah; 4) Peluang pengembangan/
produktivitas lahan kritis, sehingga produksi penggunaan pembenah tanah untuk
tanaman pangan (padi, jagung, dan kedelai) meningkatkan produktivitas lahan.
dan tanaman lainnya dapat ditingkatkan dan
ketergantungan impor komoditas terutama
tanaman pangan secara bertahap dapat METODE PENELITIAN
dikurangi (Prihatini et al. 1987; Suwardi,
1997a; Al-Jabri, 1990; Rachman et al. 2006). Lokasi dan Waktu

Arsyad (2000) mengemukakan bahwa konsep Penelitian dilakukan di Kecamatan Pujen,


penggunaan pembenah tanah untuk Batu, dan Junrejo; Kabupaten Malang-
merehabilitasi lahan terdegradasi adalah: (1) Provinsi Jawa Timur. Pemilihan lokasi
pemantapan agregat tanah guna mencegah didasarkan pada pertimbangan bahwa lahan
erosi dan pencemaran, (2) merubah sifat yang ditanami komoditas sayuran memiliki

23
JURNAL ZEOLIT INDONESIA Vol. 7 No. 1. Mei 2008 ISSN : 1411-6723
Journal of Indonesia Zeolites

tingkat degradasi lahan yang relatif tinggi. kajian digunakan untuk menyusun kuesioner
Petani responden diklasifikasikan menjadi 3 dan menentukan lokasi untuk studi di
kelompok yakni: petani pengguna, petani lapangan.
pernah menggunakan, dan petani yang tidak
pernah menggunakan pembenah tanah. b. Survei di Lapangan
Pemilihan responden pada masing-masing
Survei terdiri atas dua bagian yakni pra survei
kelompok dilaksanakan secara acak setelah
dan survei utama. Pra survei dimaksudkan
melakukan koordinasi dengan kepala
desa/ketua kelompok tani. Lokasi dan jumlah untuk menghimpun data tentang
petani responden dalam setiap kelompok implementasi dan permasalahan pembenah
tanah di tingkat lapangan, melalui koordinasi
yang diwawancara seperti pada Tabel 1.
dan konsultasi dengan BAPPEDA dan Dinas
Guna melengkapi data dan informasi dari
Pertanian Tingkat I dan II, serta Balai
petani, maka dilaksanakan juga wawancara
Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)
kepada penyuluh pertanian lapang (PPL) dan
distributor pembenah tanah. Penelitian ini sekaligus menentukan lokasi penelitian.
dilaksanakan mulai Juni sampai Oktober Survei utama dilakukan dengan cara
wawancara langsung kepada petani, PPL,
2007.
dan distributor/agen penjual pembenah tanah.
Pada saat dilakukan survei, diambil contoh
Pengumpulan Data
jenis pembenah tanah zeolit Agro-88 dari toko
dan distributor untuk dianalisis di
Data primer dikumpulkan melalui metode
laboratoroim. Jenis analisis yang ditetapkan
survei yakni wawancara langsung
adalah: kapasitas tukar kation (KTK),
menggunakan kuisioner terstruktur baik
kandungan unsur P2O5, K2O, Ca, Mg serta pH
kepada petani, penyuluh pertanian lapangan
dan kadar air.
(PPL), dan distributor. Data yang
dikumpulkan dari petani responden meliputi:
(i) karakteristik petani, (ii) informasi jenis
HASIL DAN PEMBAHASAN
pembenah tanah yang umum dikenal dan
digunakan, (iii) sumber informasi dan dosis
Pembenah tanah dikelompokkan menjadi dua
aplikasi, (iv) manfaat dan kendala
yakni pembenah tanah alami dan sintetis.
penggunaan pembenah tanah di tingkat
Pembenah tanah alami yang sudah dikenal
petani, (v) tingkat efisiensi pemupukan
dan banyak digunakan petani terutama bahan
sebagai dampak penggunaan pembenah
organik, kapur pertanian (kaptan) seperti
tanah, serta (vi) peluang pengembangan
kalsit-CaCO3; butiran zeolit (Agro-88) dan
penggunaan pembenah tanah untuk
dolomit-CaCO3.MgCO3. Pembenah tanah
meningkatkan produktivitas lahan.
alami lainnya diantaranya adalah: bitumen,
skim lateks, sedangkan pembenah tanah
Tahapan kegiatan
sintetis antara lain: VAMA, HPAN, SPA,
Tahapan kegiatan penelitian terdiri atas dua PAAm/PAM, Poly-DADMAC, dan Hydrostock.
bagian yaitu: studi pustaka (desk work) dan Selama pelaksanaan penelitian ini, dijumpai
survei lapangan. bahwa petani responden hanya mengetahui
pembenah tanah alami yakni zeolit, dolomit,
dan pupuk kandang/kompos. Umumnya
a. Studi pustaka responden tidak mengenal pembenah tanah
sintetis.
Pada tahap ini dilakukan kajian hasil-hasil
penelitian tentang pembenah tanah. Hasil

Tabel 1. Lokasi dan jumlah responden setiap kelompok


Lokasi Kelompok Responden
Petani Petani mantan Petani bukan
Provinsi Kabupaten Kecamatan Desa PPL Distributor
pengguna pengguna pengguna
Jawa Malang Junrejo Torongrejo 0 9 9
Timur Batu Santrean 7 2 4 2 3
Pujen Wiyurejo 7 3 3

24
Mengatasi Degradasi Lahan mealui Aplikasi Pembenah Tanah...(S. H. Talaohu, dkk)

Berdasarkan Permentan No.02 Tahun 2006: pembenah tanah, hanya berpendidikan SD


pupuk kandang dengan kandungan C-organik dan sebagian kecil berpendidikan SMP/SMA,
12% dikategorikan ke dalam pupuk organik. sedangkan petani yang tidak pernah
Bahan organik dengan C-organik > 12% juga menggunakan pembenah tanah seluruhnya
dapat berfungsi sebagai pembenah tanah berpendidikan SD (Tabel 2). Rendahnya
(atau berfungsi ganda yakni selain sebagai pendidikan ini turut mempengaruhi tingkat
pupuk juga sekaligus sebagai pembenah adopsi responden terhadap inovasi teknologi
tanah). pengelolaan lahan, apalagi kunjungan dan
penyuluhan tentang pengelolaan lahan serta
Karakteristik Petani penggunaan pembenah tanah guna menekan
laju degradasi lahan nampaknya kurang
Rata-rata umur petani responden termasuk terlaksana dengan baik. Oleh sebab itu,
umur produktif yakni kurang dari 55 tahun, diseminasi teknologi penggunaan pembenah
sebagian besar (> 85,7% dan 78,6%) petani tanah perlu ditempuh melalui kunjungan dan
responden yang sedang dan pernah penyuluhan secara rutin disertai pembuatan
menggunakan pembenah tanah berumur < 55 demplot di lahan petani yang
tahun. Ini berarti bahwa sebagian besar mengikutsertakan petani dan atau kelompok
petani responden cukup responsif terhadap tani, agar mereka lebih yakin akan manfaat
inovasi teknologi dan tidak ada kendala dari dan pentingnya penggunaan pembenah
faktor umur. Petani pengguna, baik yang tanah dalam upaya mengatasi degradasi
masih maupun yang tidak lagi menggunakan lahan, peningkatan produktivitas lahan serta
produksi tanaman.

Tabel 2. Karakteristik petani responden berdasarkan faktor: umur, pendidikan, jumlah anggota
keluarga, jenis pekerjaan, dan luas lahan

Sedang Pernah Tidak


Deskripsi
Menggunakan Menggunakan Menggunakan
Umur petani (tahun) 45 44 50
Kelompok umur:
- 55 th (%) 85,7 78,6 77,7
- > 55 th (%) 14,3 21,4 22,3
Pendidikan (%):
- Tidak tamat SD 7,1 0,0 0,0
- SD 78,6 78,6 100
- SMP 14,3 7,1 0,0
0,0 14,3 0,0
- SMA
Jumlah anggota keluarga (org) 3,2 3,0 3,3
Luas lahan yang dimiliki (ha): 0,97 0,46 0,40
- Sawah setengah teknis 0,35 0,35 0,26
- Sawah tadah hujan 0,00 0,03 0,00
- Tegalan 0,54 0,05 0,09
- Kebun campuran 0,08 0,03 0,05
Luas lahan yang digarap (ha): 1,12 0,43 0,41
- Sawah setengah teknis 0,40 0,35 0,26
- Tegalan 0,64 0,05 0,10
- Kebun campuran 0,08 0,03 0,05
Pekerjaan utama (%):
- Petani 100 78,6 87,4
- Buruh tani 0,00 14,2 6,3
- Non pertanian 0,00 7,2 6,3
Pekerjaan sampingan (%):
- On farm 71,6 78,6 81,2
- Off Farm 14,2 0,0 0,0
- Non Pertanian 14,2 21,4 18,8

25
JURNAL ZEOLIT INDONESIA Vol. 7 No. 1. Mei 2008 ISSN : 1411-6723
Journal of Indonesia Zeolites

Rumah tangga petani responden tergolong menggunakan pembenah tanah sangat


sedang, dimana jumlah anggota keluarga 3-4 penting untuk melihat prospek penerapannya
orang. Secara umum kepemilikan lahan oleh petani di masa yang akan mendatang.
petani pengguna pembenah tanah lebih luas
dibandingkan petani mantan pengguna Sumber Informasi dan Pembenah Tanah
maupun petani bukan pengguna. Rata-rata
luas lahan yang dimiliki petani yang tidak Sumber informasi bagi petani yang sedang
menggunakan pembenah tanah hanya 0,40 menggunakan zeolit (Agro-88), sebanyak
Ha, sehingga kemungkinan sempitnya lahan 50% petani responden mengatakan
dan keterbatasan biaya produksi menjadi bersumber dari pedagang (Gambar 2).
pertimbangan untuk tidak menggunakan Sekitar 33,3% petani responden mengenal
pembenah tanah. zeolit (Agro-88) melalui penyuluh pertanian.
Sebanyak 50% petani responden mengenal
Pekerjaan utama responden adalah petani, dolomit lewat teman atau keluarga dan sekitar
bahkan pekerjaan utama petani pengguna 25% responden memperoleh informasi dari
adalah 100% sebagai petani. Rata-rata penyuluh, serta sekitar 8,3% menggunakan
responden mempunyai pekerjaan sampingan, pembenah tanah atas inisiatif sendiri.
baik di bidang pertanian sebagai buruh tani
maupun di luar pertanian sebagai buruh Seluruh petani responden (100%) mantan
bangunan atau pedagang. pengguna pembenah tanah mengatakan
bahwa mereka mendapat informasi tentang
Identifikasi Penggunaan Pembenah Tanah pembenah tanah dari teman atau keluarga.
Hal ini menunjukkan bahwa fungsi Penyuluh
Hasil identifikasi penggunaan pembenah Pertanian Lapang (PPL) di Kabupaten
tanah menginformasikan tentang jenis Malang-Jawa Timur, sebagai penyampai
pembenah tanah yang dikenal, yang sedang, informasi (delivery system) khususnya
dan pernah digunakan, sumber informasi dan mengenai pembenah tanah masih belum
sumber pembenah tanah, aplikasi serta optimal sehingga di masa yang akan datang
takaran pembenah tanah yang digunakan. perlu terus ditingkatkan melalui kunjungan
langsung maupun melalui demplot yang
Jenis Pembenah Tanah yang Dikenal secara langsung melibatkan petani.

Hasil wawancara dengan petugas Penyuluh Penggunaan dan Dosis


Pertanian Lapangan (PPL) memperlihatkan
bahwa sejak zeolit dan dolomit dikenalkan Umumnya petani responden pengguna
kepada petani tahun 1990, 80% petani pembenah tanah memanfaatkan zeolit dan
sudah mengenal pembenah tanah, dan dari dolomit di lahan tegalan, kebun campuran,
tahun 2000 sampai sekarang 20% petani dan sawah. Sekitar 28,6% dan 14,2% petani
masih tetap menggunakan dalam berusaha menggunakan masing-masing zeolit (Agro-
tani. Petani mengenal pembenah tanah alami 88) dan dolomit di tegalan untuk tanaman
seperti zeolit (Agro-88) dan dolomit dari sayuran (bawang merah, wortel, kentang, dan
teman dan atau keluarga. kubis). Presentasi petani menggunakan
pembenah tanah dan dosis di lahan sawah,
Dolomit lebih dikenal dan banyak digunakan tegalan, dan kebun campuran disajikan pada
oleh petani responden khususnya petani Tabel 3. Rata-rata penggunaan takaran
pengguna dan mantan pengguna, sedangkan pembenah tanah untuk sawah adalah: 500 kg
pada saat itu zeolit (Agro-88) belum banyak zeolit Agro-88/ha dan 577 kg dolomit/ha;
dikenal (Gambar 1). untuk tegalan masing-masing 219 kg zeolit/ha
dan 409 kg dolomit/ha, untuk kebun
Petani responden yang tidak menggunakan campuran masing-masing 600 kg zeolit/ha
pembenah tanah sebenarnya sudah dan 143 kg dolomit/ha, dan umumnya kedua
mengetahui jenis pembenah tanah yang jenis pembenah tanah tersebut diberikan
beredar di desanya, hanya saja belum sebelum tanam dengan cara disebar dan
memutuskan untuk menggunakannya dalam kemudian dicampur dengan tanah saat
berusaha tani, selain karena belum jelas pengolahan tanah.
pengaruhnya juga karena keterbatasan biaya.
Sekitar 50% petani responden yang tidak Petani yang menggunakan zeolit Agro-88 di
menggunakan pembenah tanah, telah sawah, hanya sekitar 7,1% dengan dosis 500
mengenal Zeolit (Agro-88) dan dolomit. kg/ha, sedangkan dolomit digunakan oleh
Informasi mengenai alasan mengapa tidak sekitar 28,6% petani dengan takaran rata-rata

26
Mengatasi Degradasi Lahan mealui Aplikasi Pembenah Tanah...(S. H. Talaohu, dkk)

577 kg/ha. Jenis tanaman, cara dan waktu tanaman apel dengan dosis 600 kg/ha yang
pemberian zeolit dan dolomit di lahan sawah diberikan setelah panen, sedangkan dolomit
tidak berbeda dengan di lahan tegalan. lebih umum digunakan oleh petani (71,4%)
Penggunaan zeolit di kebun campuran dengan dosis rata-rata 143 kg/ha dan
dilakukan oleh sekitar 7,1% petani yaitu untuk digunakan untuk tanaman sayuran.

100

80
Petani (1%)

60

40

20

0
Zeolit (Agro-88) Dolomit Zeolit (Agro-88) Dolomit Zeolit (Agro-88) Dolomit
Sedang menggunakan Pernah menggunakan Tidak menggunakan

Gambar 1. Pembenah tanah yang dikenal dan digunakan petani

Zeolit (Agro-88) Dolomit

60 50.0 50.0

50
33.3
40
25.0
30
16.7 16.7
20 8.3

10 0.0

0
Penyuluh Pedagang Teman/keluarga Inisiatif sendiri

Gambar 2. Sumber informasi pembenah tanah bagi petani yang sedang menggunakan di Jawa
Timur

Tabel 3. Penggunaan pembenah tanah berdasarkan tipe penggunaan lahan (responden yang
sedang menggunakan)
Zeolit (Agro-88) Dolomit
Tipologi lahan Rerata dosis Rerata dosis
Petani (%) Petani (%)
(kg/ha) (kg/ha)
Sawah 7,1 500 28,6 577
Tegalan 28,6 219 14,2 409
Kebun campuran 7,1 600 71,4 143

27
JURNAL ZEOLIT INDONESIA Vol. 7 No. 1. Mei 2008 ISSN : 1411-6723
Journal of Indonesia Zeolites

Tabel 4. Hasil analisis KTK, kandungan, P, Ca, dan Mg (contoh zeolit/Agro-88)


Jenis analisis Kandungan Kelas
-1
KTK (c-mol(+) kg ) 62 Tinggi
pH 8,3 Agak alkalis
P2O5 (%) 0,14 Rendah
K2O (%) 0,01 Rendah
Ca (%) 1,75 Rendah
Mg (%) 0,25 Rendah
Keterangan: hasil analisis Laboratorium Kimia, Balai Penelitian Tanah 2007

Efesiensi pemupukan sangat ditentukan oleh menggunakan zeolit (Agro-88) yakni karena
kualitas pembenah tanah yang digunakan. mampu meningkatkan kesuburan tanah dan
Hasil analisis KTK, contoh zeolit (Agro-88) produksi tanaman (66,6%), dan masing-
-1
adalah 62 c-mol(+) kg yang diambil dari kios masing sekitar 16,7% petani mengatakan
di lokasi penelitian tergolong tinggi (Tabel 4), zeolit berfungsi sebagai pengganti pupuk SP-
walaupun masih dibawah criteria Permentan 36 dan memudahkan pengolahan tanah.
1
(<80 c-mol(+) kg ). Alasan penggunaan dolomit dipilih petani dari
urutan tertinggi sampai terkecil masing-
Meskipun KTK zeolit (Agro-88) sebesar 62 c- masing karena 50% petani mengatakan
-1
mol(+) kg masih di bawah kriteria bahwa dolomit berfungsi mengendalikan
Permentan No.02 Tahun 2006 (80 c-mol(+) hama, 25% mampu menyuburkan tanah, 18%
-1
kg ), namun demikian perbedaan ini lebih dapat meningkatkan produksi tanaman, dan
disebabkan oleh karena KTK zeolit yang 7% tanah jadi gembur (Gambar 3).
diukur di Laboratorium menggunakan
prosedur penetapan KTK untuk contoh tanah Seluruh (100%) petani responden mantan
dan bukan menggunakan prosedur pengguna menyatakan tidak tahu manfaat
penetapan KTK zeolit berdasarkan SNI, zeolit (Agro-88). Umumnya petani pengguna
dimana perbedaannya pada ukuran besar dan mantan pengguna memakai zeolit karena
butir dan nisbah contoh zeolit terhadap ikut teman/keluarga. Ini berarti bahwa
larutan amonium asetat. Penetapan KTK informasi tentang manfaat zeolit Agro-88 tidak
contoh zeolit berdasarkan SNI menggunakan pernah/belum sampai ke petani dan hal ini
contoh yang sangat halus dan nisbah contoh merupakan tantangan ke depan bagi instansi
zeolit terhadap amonium asetat lebih lebar. terkait termasuk penyuluh pertanian lapang
dalam upaya diseminasi pembenah tanah
Pemberian zeolit dengan KTK yang tinggi zeolit kepada petani/pengguna. Berbeda
dapat mempengaruhi ketersediaan hara dengan zeolit, ternyata petani yang pernah
dalam tanah sehingga lebih mudah diserap menggunakan dolomit mengetahui manfaat
akar tanaman dan pada gilirannya dolomit yaitu untuk mengendalikan hama
meningkatkan produksi tanaman dan (45,4% petani), sekitar 36,4% petani
pendapatan usaha tani. responden berpendapat untuk meningkatkan
kesuburan tanah dan produksi tanaman, serta
Manfaat dan Kendala Penggunaan 19,2% adalah untuk lain-lain (Gambar 3).
Pembenah Tanah
Beberapa alasan yang dikemukan petani
Manfaat pembenah tanah bagi petani yang responden yang tidak pernah menggunakan
sedang dan pernah menggunakan pembenah pembenah tanah disajikan pada Gambar 4.
tanah disajikan pada Gambar 3. Bagi petani
pengguna pembenah tanah, alasan

28
Mengatasi Degradasi Lahan mealui Aplikasi Pembenah Tanah...(S. H. Talaohu, dkk)

Petani yang sedang mengggunakan Petani mantan penggguna

Pr oduksi nai k
Lain-lain
Tanah gembur

Mengendal i kan
Mengendalikan
hama
hama
Tanah subur

Tanah
Tanah mudah
subur/prod
di ol ah
naik

Pengganti SP 36

Tanah Tidak tahu


subur / pr od nai k

0 20 40 60 80 0 20 40 60 80 100
Petani (%) Petani (%)

Gambar 3. Manfaat pembenah tanah bagi petani pengguna dan mantan pengguna

Tidak
mengenal
Tambah
Dolomi

biaya
Tidak tahu
manfaatnya Lengket
t

Tanah sudah
subur
Tidak
mengenal
(Agro-

Tambah
Zeolit
88)

biaya
Belum
Tidak tahuyakin
manfaatnya
0 10 20 30 40 50 60
Petani
(%)
Gambar 4. Alasan petani tidak menggunakan pembenah tanah

Tabel 5. Kendala yang dihadapi petani dalam penggunaan pembenah tanah


Petani Sedang Menggunakan Petani Pernah Menggunakan
Kendala Tidak Urutan Prioritas Tidak Urutan Prioritas
Ada Pertama Kedua Ada Pertama Kedua
Internal ---------------------------------------- % ----------------------------------------
Tidak tahu caranya 100 - - 78,6 - 21,4
Aplikasi sulit 100 - - 92,9 - 7,1
Butuh tenaga kerja 78,6 21,4 - 85,8 7,1 7,1
Tidak ada Bimbingan/ 42,9 50,1 7,1 42,9 57,1 -
Penyuluhan
External
Sumber 100 - - 100 - -
Harga 78,6 21.4 - 78,6 7,1 14,3
Ketersediaan (jumlah) 100 - - 92,9 - 7,1
Ketersediaan (waktu) 100 - - 100 - -

29
JURNAL ZEOLIT INDONESIA Vol. 7 No. 1. Mei 2008 ISSN : 1411-6723
Journal of Indonesia Zeolites

Alasan petani tidak menggunakan zeolit ketersediaan di toko/kios (jumlah terbatas)


(Agro-88) adalah tidak mengenal (50%), tidak yang dinyatakan oleh 7,1% responden.
tahu manfaatnya (31,3%), biaya bertambah
(13,4%), dan belum yakin terhadap manfaat Efisiensi Pemupukan sebagai Dampak
pembenah tanah (5,3%). Alasan yang Penggunaan Pembenah Tanah
dikemukan petani mengapa tidak
menggunakan dolomit adalah tidak mengenal Informasi efisiensi pemupukan hanya
(50%), tidak tahu manfaatnya (18,8%), tanah diperoleh dari petani responden yang sedang
menjadi lengket serta tanah sudah subur menggunakan pembenah tanah dan tidak
(masing-masing 13,4%), dan biaya dibedakan atas tipe penggunaan lahan.
bertambah (4,8%). Informasi tersebut Pembenah tanah berpengaruh terhadap
menunjukkan bahwa petani tidak pengurangan penggunaan pupuk Urea/ZA
menggunakan pembenah tanah karena sebagaimana diinformasikan oleh 50,0%
memang belum mengenal dan tidak tahu petani responden yang berpendapat bahwa
manfaat pembenah tersebut, selain kendala penggunaan pembenah tanah dapat
keterbatasan biaya. Upaya diseminasi fungsi mengurangi penggunaan pupuk Urea/ZA, dan
dan manfaat pembenah tanah perlu lebih sekitar 42,9% petani menyatakan
ditingkatkan baik intensitasnya maupun penggunaan pupuk Urea tetap tidak berubah,
sebaran wilayahnya. namun sebanyak 7,1 % responden
mengatakan tidak tahu (Gambar 5).
Kendala penggunaan pembenah tanah yang Sedangkan pembenah tanah tidak
ditemui adalah: (i) kendala internal yang berpengaruh terhadap penggunaan pupuk
bersumber dari pihak petani sendiri dan (ii) SP-36, KCl dan NPK sebagaimana masing-
kendala eksternal yakni yang bersumber dari masing diinformasikan oleh 57.1% , 64.3%
luar petani. Pada umumnya petani yang dan 50% petani responden. Petani yang
sedang menggunakan pembenah tanah tidak menyatakan penggunaan pupuk SP 36, KCl,
merasakan adanya kendala internal maupun dan NPK berkurang sekitar 35.8% dan
eksternal. 35.7%, bahkan hanya 7.1% petani
menyatakan penggunaan pupuk KCl
Kendala internal yang masih dirasakan berkurang setelah mereka menggunakan
sebagian petani (57,1%) adalah kurangnya pembenah tanah. Walaupun demikian, masih
bimbingan tentang penggunaan pembenah ada petani yang mengatakan tidak tahu
tanah dengan benar, sedangkan kendala dampak pengunaan pembenah terhadap
eksternal berupa mahalnya harga pembenah penggunaan SP-36, KCl, dan NPK masing-
tanah seperti dinyatakan oleh 21,3% petani masing 7,1%, 28,6%, dan 14,3%.
responden (Tabel 5).
Pendapat petani tentang dampak pembenah
Kendala internal paling dirasakan petani yang tanah terhadap pengurangan penggunaan
pernah menggunakan pembenah tanah pupuk anorganik (Urea dan ZA) disajikan
adalah tidak adanya bimbingan atau pada Gambar 6, dimana penggunaan Urea
penyuluhan, dimana sekitar 57,1% petani dan ZA berkurang sekitar 21-30%, hanya
menyatakan hal tersebut sebagai prioritas 14,3% petani yang menyatakan pupuk Urea
pertama. Kurangnya pengetahuan petani dan ZA berkurang >30%. Pengaruh
tentang aplikasi pembenah tanah juga penggunaan pembenah tanah terhadap
dirasakan oleh sekitar 21,4% petani meskipun efisiensi penggunaan pupuk anorganik sangat
berada pada prioritas kedua, membutuhkan tergantung pada kualitas pembenah tanah
tambahan tenaga kerja 14,2% dan aplikasi yang digunakan. Pengaruh pembenah tanah
sulit 7,1%. Adapun kendala eksternal yang terhadap perbaikan sifat fisik tanah hampir
sangat dirasakan petani yang pernah tidak dapat dirasakan petani. Secara tidak
menggunakan pembenah tanah tidak langsung perbaikan sifat fisik tanah dapat
berbeda dengan petani yang sedang meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk
menggunakan pembenah tanah yakni masih karena unsur hara yang dibutuhkan tanaman
tingginya harga pembenah tanah seperti menjadi lebih tersedia dalam tanah, sehingga
dinyatakan oleh 21,4% responden dan bisa diserap akar tanaman, dan tidak mudah
hanyut terbawa aliran permukaan.

30
Mengatasi Degradasi Lahan mealui Aplikasi Pembenah Tanah...(S. H. Talaohu, dkk)

Tetap Berkurang Tidak tahu


64.3
57.1
70 50.0
60 50.0
35.8 35.7
50 42.9
28.6
40
14.3
30
7.1 7.1
20
7.1
10

0
Urea/ZA SP-36 KCl NPK

Pupuk anorganik

Gambar 5. Pendapat petani tentang dampak pembenah tanah terhadap penggunaan pupuk
anorganik

14.3
ZA
> 30% Urea
Penurunan pupuk anorganik

14.3

57.1
21-30%
42.9

28.6
10-20%
42.9

0 10 20 30 40 50 60
(%)

Gambar 6. Pendapat petani tentang dampak pembenah tanah terhadap pengurangan pupuk
Urea dan ZA

Ditinjau dari pengaruhnya terhadap produksi serta kelompok tani dalam upaya diseminasi
tanaman, terungkap bahwa sebagian besar dan alih teknologi.
petani berpendapat bahwa penggunaan
pembenah tanah dapat meningkatkan Prospek Pengembangan Penggunaan
produksi tanaman antara 10-30%. Namun hal Pembenah Tanah untuk Meningkatkan
ini belum bisa dijadikan pegangan karena Produktivitas Lahan
baru didasarkan kepada persepsi petani.
Oleh sebab itu, diperlukan pengujian di lahan Prospek pengembangan penggunaan
petani dengan perlakuan berbagai dosis pembenah tanah diperoleh dari wawancara
pembenah tanah dengan beberapa jenis dengan penyuluh pertanian lapang dan
komoditas yang melibatkan BPTP, Dinas distributor. Respon petani, dampak, kendala,
Pertanian Tanaman Pangan dan Penyuluh dan prospek penggunaan pembenah tanah di
Malang (Jawa Timur) disajikan pada Tabel 6.

31
JURNAL ZEOLIT INDONESIA Vol. 7 No. 1. Mei 2008 ISSN : 1411-6723
Journal of Indonesia Zeolites

Tabel 6. Respon petani, dampak, kendala, dan prospek penggunan pembenah tanah menurut
persepsi Penyuluh Pertanian Lapang (PPL)

Respon petani Dampak Kendala Prospek

- Di kec. Junrejo dan - Pada awal diberikan - Bila disertai bimbingan, - Untuk
Bumi Aji, pada awal pembenah tanah, umumnya petani tidak mengurangi
diperkenalkan zeolit penggunaan pupuk mengalami kesulitan tingkat
dan dolomit (1990), angorganik tetap dalam menggunakan degradasi pada
petani cukup respon namun setelah tahun pembenah tanah di lahan lahan usaha
menggunakan ( 80%) 2000, penggunaan usaha tani; tani,
namun perlu disertai pupuk anorganik - Faktor non teknis yang pemanfaatan
dengan pemberian sedikit berkurang dominan dijumpai adalah pembenah
pupuk kandang - Di awal penggunaan keterbatasan modal/biaya tanah tetap
- Tahun 2000-sekarang pembenah tanah, dan menurunnya harga digunakan ,
20% petani tetap produksi tanaman komoditas sayuran saat disertai dengan
menggunakan zeolit meningkat 10% panen; pengelolaan
dan dolomite namun sekarang - Faktor teknis adalah tidak bahan organik
setelah tidak diketahuinya kualitas dan sistem
menggunakan lagi, pembenah tanah; pemupukan
hasil tanaman agak - Stabilitas harga tanaman sesuai uji tanah
menurun sayuran; dan kebutuhan
- Sistem pengawasan mutu tanaman;
secara berkelanjutan dari
instansi berkepentingan

Tabel 7. Jenis, kendala, dan prospek penggunaan pembenah tanah hasil wawancara dengan
tiga Distributor/Agen

Jenis Pembenah Tanah dan


Kendala Prospek
Volume Distribusi

-Zeolit (Agro- 88): volume 150 - Kurangnya -Perlu sosialisasi melalui demplot yang
kg/bulan dengan harga Rp pengawasan mutu dibina oleh Instansi berkepentingan diserta
26.000/50 kg dari Instansi dengan sistem pengawasan mutu yang
-Dolomit: volume 750 kg/bulan berwenang terus menerus
dengan harga Rp. 9.500/kg/50 - Kurangnya -Peningkatan pengetahuan dan wawasan
kg pengetahuan petani petani tentang manfaat pembenah tanah
tentang manfaat melalui kunjungan/magang ke petani yang
pembenah tanah masih tetap menggunakan pembenah
tanah dan berhasil dalam mengelola lahan
usaha taninya

Nampak bahwa pada awal diperkenalkan pertanian. Sehubungan dengan hal tersebut
yakni tahun 1990, sekitar 80% petani diharapkan agar Pemerintah Daerah lebih
mengenal dan menggunakan zeolit dan memfokuskan upaya perbaikan lahan
dolomit yang dicampur dengan pupuk terdegradasi melalui demplot dan atau
Anorganik serta pupuk kandang guna gerakan massal pengelolaan lahan
meningkatkan efektivitasnya. Sejak tahun terdegradasi secara terintergrasi dan
2000 sampai sekarang sekitar 20% petani menyeluruh antar instansi yang
masih tetap menggunakan zeolit dan dolomit. berkepentingan.
Ke depan perlu dibangun persepsi ke petani
bahwa pembenah tanah bukanlah pengganti Dari hasil wawancara dengan tiga distributor
pupuk, sehingga pemberiannya disarankan terlihat bahwa kendala yang dihadapi adalah
tidak secara tunggal, tapi merupakan satu kurangnya sistem pengawasan mutu dari
kesatuan dengan paket pemupukan instansi berwenang terhadap produk yang
anorganik dan organik yang pemberiannya beredar di pasaran dan masih kurangnya
spesifik lokasi berdasarkan hasil uji tanah dan pengetahuan petani tentang manfaat
kebutuhan tanaman. Di Kabupaten Malang, pembenah tanah (Tabel 7).
lahan terdegradasi cukup luas yang ditandai
dengan semakin menurunnya produksi hasil

32
Mengatasi Degradasi Lahan mealui Aplikasi Pembenah Tanah...(S. H. Talaohu, dkk)

Oleh karena itu, disarankan agar ke depan mengurangi dosis pupuk Urea sebanyak
sistem pengawasan mutu tersebut perlu lebih 15-30% dan SP36 sebanyak 30%.
ditingkatkan sehingga petani tidak dirugikan
7. Kendala internal penggunaan pembenah
akibat banyak beredarnya produk yang tidak
tanah menurut persepsi petani respon-
sesuai standar mutu. Sedangkan prospek
den berturut-turut adalah: kurangnya
pengembangan pembenah tanah di masa
bimbingan/penyuluhan, aplikasinya sulit,
mendatang dapat ditempuh melalui semakin
butuh tambahan tenaga kerja dan tidak
ditingkatkannya sosialisasi baik melalui
tahu caranya. Sedangkan kendala
demplot di tingkat petani sehingga langsung
eksternal adalah: harga masih relatif
melibatkan petani sekaligus sebagai wahana
mahal, tidak selalu tersedia di toko,
peningkatan pengetahuan dan wawasan.
ketersediaannya yang terbatas saat
diperlukan.
KESIMPULAN DAN SARAN 8. Prospek pengembangan pembenah
tanah (zeolit dan dolomit) dari wawan-
1. Tingkat pendidikan petani responden cara dengan PPL bahwa pembenah
adalah: 85,7% hanya berpendidikan tanah tersebut dapat dikembangkan, jika
sampai SD, 7,1% SMP, 4,8% SMA dan ada sosialisasi melalui demplot yang
2,4% tidak tamat SD. Oleh sebab itu, dibina oleh Instansi berkepentingan,
diseminasi teknologi penggunaan peningkatan pengetahuan dan wawasan
pembenah tanah perlu ditempuh melalui petani tentang manfaat pembenah tanah
penyuluhan serta demplot di lahan melalui kunjungan/magang ke petani
petani guna menumbuh kembangkan yang masih tetap menggunakan pem-
keyakinan petani akan manfaat dan benah tanah dan berhasil dalam
pentingnya penggunaan pembenah mengelola lahan usaha taninya. Di
tanah dalam upaya mengatasi degradasi samping itu, dilakukan sistem
lahan, meningkatkan produktivitas lahan pengawasan mutu secara berkala dari
serta produksi pertanian. pembenah tanah yang dijual di pasaran
sedangkan dari wawancara dengan
2. Pekerjaan utama petani responden
distributor bahwa prospek pengem-
umumnya adalah petani, sedangkan
bangan pembenah tanah sudah harus
pekerjaan sampingan adalah sebagai
menjadi kebijakan pemerintah karena
buruh tani maupun di luar pertanian
kenyataannya sudah terjadi degradasi
(wiraswasta); hal ini menunjukkan bahwa
lahan yang jumlahnya jutaan hektar.
petani sangat mengandalkan bidang
pertanian sebagai satu-satunya sumber 9. Pemerintah perlu memberikan arahan
pendapatan keluarga, sehingga kelom- dan solusi implementasi bahan pem-
pok ini sangat rawan apabila terjadi benah tanah (demplot, siste peng-
kegagalan panen. awasan mutu, peningkatan pengetahuan
petani tentang manfaat pembenah
3. Rata-rata luas kepemilikan lahan petani
tanah).
responden desa Wiyurejo Kecamatan
Pujen; Desa Santrean, Kecamatan Batu 10. Melakukan penyuluhan secara ber-
dan desa Torongrejo kecamatan Junrejo kelanjutan untuk penyebaran informasi
Kabupaten Malang adalah 0,7 ha. dan keterampilan dalam penerapan
teknologi pembenah tanah.
4. Jenis pembenah tanah yang dikenal dan
digunakan petani responden adalah 11. Untuk mengatasi pemalsuan bahan
butiran zeolit (Agro-88) dan dolomit. pembenah tanah, maka instansi terkait
perlu melakukan quality control secara
5. Dosis pembenah tanah untuk sawah
reguler terhadap produk pembenah
adalah: 500 kg zeolit Agro-88/ha dan
tanah.
577 kg dolomit/ha, untuk tegalan 219 kg
zeolit Agro-88/ha dan 409 kg dolomit/ha,
untuk kebun campuran 600 kg zeolit
Agro-88/ha dan 143 kg dolomit/ha.
DAFTAR PUSTAKA
6. Penggunaan pembenah tanah di
samping bermanfaat untuk meningkat- 1. Haeruman, H. 1997. Konservasi tanah
kan produksi tanaman seperti: padi, dan penghijauan dalam program reha-
jagung, tembakau, dan sayur-sayuran bilitasi lahan kritis. Buletin Penghijauan.
(bunga kol, cabai, tomat) sekitar 10-30%, Reboisasi dan Lingkungan Hidup.
juga meningkatkan kesuburan tanah dan Triwulan I, tahun 1997:5-7.

33
JURNAL ZEOLIT INDONESIA Vol. 7 No. 1. Mei 2008 ISSN : 1411-6723
Journal of Indonesia Zeolites

2. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. Pengembangan Sumberdaya Lahan


1997. Statistik Sumberdaya Lahan/Tanah Pertanian. Badan Litbang Pertanian.
Indonesia. Puslittanak, Badan Litbang Departemen Pertanian.
Pertanian., Bogor.
11. Prakoso, T. G. 2006. Studi slow release
3. Yamagata. 1967. Effect of zeolite as soil (SRF): Uji efisiensi formula pupuk
conditioners: Internal Report of tersedia lambat campuran urea dengan
Agricultural Improvement Section, zeolit. Departemen Ilmu Tanah dan
Yamagata Prefectural Government. Sumberdaya Lahan. Fakultas Pertanian.
IPB.
4. Mumpton, F. A., and P. H. Fishman.
1977. The application of natural zeolites 12. Prihatini, T., S. Moersidi, dan A. Hamid.
in animal science and aquaculture. J. 1987. Pengaruh zeolit terhadap sifat
Anim. Sci. 45:1188-1203. Tanah dan Hasil Tanaman. Pemberitaan
Penelitian Tanah dan Pupuk. No. 7:5-8.
5. Sanchez, P. A. 1976. Properties and
Pusat Penelitian Tanah. Badan Litbang
Management of Soils in the Tropics. John
Pertanian. Departeme Pertanian.
Wiley and Sons, New York. London.
Sydney. Toronto. 618 p. 13. Al-Jabri, M., M. Soepartini, dan Didi Ardi.
1990. Status hara Zn dan pemupukannya
6. Westerman, R. L. 1990. Soil Testing and
di lahan sawah. Hlm. 427-464 dalam
Plant Analysis. Third Edition. Soil Science
Prosiding Lokakarya Nasional efisiensi
Society of America, Inc. Madison,
penggunaan pupuk V. Cisarua, 12 dan 13
Wisconsin, USA. 784 p.
November 1990. Pusat Penelitian Tanah
7. World Bank. 2001. Upland Development dan Agroklimat. Badan Litbang Pertanian,
Project. Washington DC, USA. Departemen Pertanian.
8. Suwardi. 1997. Studies on agricultural 14. Rachman, A., Ai Dariah, dan Djoko
utilization of natural zeolites in Santoso. 2006. Pupuk hijau. Dalam
Indonesia.Ph.D. Dissertation. Tokyo Simanungkali, R. D. M., Didi Ardi
University of Agriculture. Suriadikarta, Rasti Saraswati, Diah
Setyoribi, dan Wiwik Hartatik (Editor).
9. Simanjuntak, M. 2002. Penggunaan zeolit
Pupuk Organik dan Pupuk Hayati.
dalam bidang pertanian. Program Studi
Halaman 41-57. Balai Besar Sumberdaya
Ilmu Tanah S-1. Jurusan Tanah. Fakultas
Lahan Pertanian. Badan Litbang
Pertanian. IPB. Pertanian, Departemen Pertanian.
10. Al-Jabri, M. 2006. Penetapan 15. Arsyad, S. 2000. Konservasi Tanah dan
rekomendasi pemupukan berimbang
Air. Penerbit. IPB. 290 halaman.
berdasarkan analisis tanah untuk padi
sawah. Jurnal Sumberdaya Lahan. Vol. 1,
No. 2. Balai Besar Penelitian dan

34

Anda mungkin juga menyukai