Oleh
Eti Susiana
A34402062
PROGRAM STUDI
PEMULIAAN TANAMAN DAN TEKNOLOGI BENIH
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2006
RINGKASAN
ETI SUSIANA. Pendugaan Nilai Heritabilitas, Variabilitas dan Evaluasi
Kemajuan Genetik Beberapa Karakter Agronomi Genotipe Cabai (Capsicum
annuum L.) F4. (Dibimbing oleh SRIANI SUJIPRIHATI dan MUHAMAD
SYUKUR).
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian
Institut Pertanian Bogor
Oleh:
Eti Susiana
A34402062
PROGRAM STUDI
PEMULIAAN TANAMAN DAN TEKNOLOGI BENIH
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2006
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Penelitian : Pendugaan Nilai Heritabilitas, Variabilitas dan
Kemajuan Genetik Beberapa Karakter Agronomi
Genotipe Cabai (Capsicum annuum L.) F4
Nama : Eti Susiana
Nrp : A34402062
Menyetujui,
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian
Institut Pertanian Bogor
Tanggal Lulus :
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Puji syukur kehadirat Allah SWT Tuhan semesta alam yang telah
memberikan banyak sekali nikmat kepada kita semua, diantaranya adalah nikmat
iman, nikmat islam sehingga hari ini masih tetap berada di dien-Nya ini. Sholawat
beriring salam teruntuk Rasulullah tercinta, murobbi terbaik sepanjang masa.
Penelitian yang berjudul Pendugaan Nilai Heritabilitas, Variabilitas dan
Evaluasi Kemajuan Genetik Beberapa Karakter Agronomi Genotipe Cabai
(Capsicum annuum L.) F4 dibuat oleh penulis sebagai syarat untuk mendapatkan
gelar sarjana pada Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian,
Institut Pertanian Bogor.
Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terimakasih kepada :
1. Dr. Ir. Sriani Sujiprihati, MS dan Muhamad Syukur, SP., MSi selaku dosen
pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan
selama kegiatan penelitian dan penulisan skripsi ini.
2. Dr. Ir. Yudiwanti, MS selaku pembimbing akademik dan dosen penguji yang
telah memberikan bimbingan, arahan, dan koreksian bagi penulis.
3. Kedua orang tua, yang telah banyak mencurahkan segala doa, kasih sayang,
tenaga, dan usaha serta pendidikan hidup yang tidak ternilai harganya.
4. Upi dan Kak Ahmad selaku kakak dan sekaligus orang tua yang telah
memberikan tarbiyah, motivasi, dan doanya untuk kesuksesan penulis.
5. Seluruh dosen dan staf pegawai Departemen Agronomi dan Hortikultura atas
ilmu dan perhatiannya selama penulis kuliah di IPB.
6. Ibu Echa, Mba Wie dan Mba Dede atas bantuannya, dan perhatiannya
sehingga penelitian ini bisa terselesaikan dengan baik.
7. Pak Yanto, Pak Anen, dan seluruh pegawai kebun Cikabayan yang telah
membantu pelaksanaan penelitian di lapang.
8. Ika sebagai saudara seperjuangan dari kelas dua SMP sampai detik-detik
penulis menjadi sarjana
9. Sinta, Runie, Ulhie, Nuqi, Tyas, Aan, Ima, Liza, Aji atas ukhuwah dan
kebersamaannya dalam tomodachi yang menjadi episode hidup tersendiri bagi
penulis.
10. My Sister dan 14 orang ukhti muslimah yang pernah dan masih menjadi
teman seperjuangan penulis dalam membangun peradaban.
11. Seluruh tim yang pernah diikuti penulis (Natrium, BEM TPB, Pagi Anaba
2004, DPM A, BEM A dll) atas pelajaran hidup yang telah diberikan.
12. Rekan-rekan PMTB39 atas kebersamaan, bantuan dan dukungannya selama
penulis studi di IPB.
13. Rekan-rekan penelitian cabai (Emi, Jajang, Asril, Arif, Arul, dll ) yang selalu
berbagi pengalaman, memberi masukan dan bantuannya selama penelitian
berlangsung.
14. Kru Nafisa, Kru Kobatama dan Kru Ramadhan atas kebersamaan dan
bantuannya bagi penulis. Serta semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu
per satu atas bantuan dan kerjasamanya
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
PENDAHULUAN
Latar Belakang ............................................................................. 1
Tujuan .......................................................................................... 2
Hipotesis ...................................................................................... 2
TINJAUAN PUSTAKA
Asal dan Botani ........................................................................... 3
Syarat Tumbuh ............................................................................ 4
Budidaya Tanaman Cabai ............................................................ 5
Potensi Daya Hasil ...................................................................... 6
Penyakit Layu Bakteri ................................................................... 7
Pemuliaan Cabai ............................................................................ 7
Heritabilitas dan Variabilitas Genetik ........................................... 8
Kemajuan Genetik .......................................................................... 9
Rancangan Perbesaran ................................................................... 10
Lampiran
1. Data Pengamatan Kuantitatif Genotipe Cabai F4 yang Dievaluasi
dan Varietas Pembanding ................................................................. 33
2. Nama Genotipe Cabai F4 yang Dievalusi beserta Silsilahnya ......... 34
3. Deskripsi varietas Jatilaba dan Tit Super .......................................... 35
4. Posisi Bunga, Jumlah Bunga dan Warna Buah 50% sebelum Matang
Genotipe Cabai F4 yang Dievaluasi dan Varietas Pembanding......... 35
5. Warna Corolla dan Warna Anther Genotipe Cabai F4 yang
Dievaluasi dan Varietas Pembanding................................................ 36
6. Bentuk Daun, Bentuk Buah, dan Warna Buah sebelum Matang
Genotipe Cabai F4 yang Dievaluasi dan Varietas Pembanding........ 37
7. Calix Margin, Plant Growth Habit Genotipe Cabai F4 yang
Dievaluasi dan Varietas Pembanding................................................ 37
8. Warna Buku, Bentuk Batang, dan Warna Daun Genotipe Cabai F4
yang Dievaluasi dan Varietas Pembanding ........................................ 38
9. Sidik Ragam Bobot Buah Layak Pasar ............................................. 38
10. Sidik Ragam Bobot Buah Total ........................................................ 38
11. Sidik Ragam Tebal Kulit Buah ......................................................... 39
12. Sidik Ragam Diameter Batang .......................................................... 39
13. Sidik Ragam Diameter Buah ............................................................. 39
14. Sidik Ragam Bobot Rata-rata Buah .................................................. 39
15. Sidik Ragam Panjang Buah ............................................................... 40
16. Sidik Ragam Tinggi Tanaman .......................................................... 40
17. Sidik Ragam Tinggi Dikotomus ....................................................... 40
18. Sidik Ragam Umur Panen ................................................................. 40
19. Sidik Ragam Umur Berbunga ........................................................... 41
20. Sidik Ragam Bobot Berangkasan ..................................................... 41
DAFTAR GAMBAR
Lampiran
1. Kelompok Genotipe CCA5849 ........................................................ 42
2. Kelompok Genotipe CCA5850 ........................................................ 42
3. Kelompok Genotipe CCA5855 ........................................................ 42
4. Tetua (Jatilaba dan Tit Super) ........................................................ 43
5. Genotipe Cabai F4 Terpilih (a) CCA5849 3-1, (b) CCA 5849 1-3,
(c) CCA 5849 2-1, (d) CCA 5855 5-2 .............................................. 43
LAMPIRAN
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan komoditas sayuran
unggulan nasional yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Hal ini disebabkan
cabai merupakan tanaman rakyat yang buahnya dimanfaatkan untuk berbagai
keperluan baik sebagai bumbu makanan maupun untuk keperluan yang lain
seperti untuk bahan obat tradisional dan keperluan industri (Duriat, 1996).
Sebagai sayuran unggulan nasional, cabai merah menempati luas areal tanam
urutan pertama di antara komoditas sayuran utama, diikuti oleh bawang-
bawangan, mentimun, kubis, tomat dan kentang (Adiyoga,1996)
Budidaya cabai menjadi sebuah pilihan yang cukup banyak diminati bagi
petani melihat besarnya manfaat dan luasnya pasar dari komoditi ini. Namun,
banyaknya petani yang menanam cabai di Indonesia ternyata belum bisa
memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat Indonesia karena produktivitasnya
rendah (Deptan, 2006). Hal ini terjadi karena pengembangan tanaman cabai masih
banyak menghadapi kendala yang berkaitan dengan kualitas benih, teknik
budidaya, masih sedikitnya varietas yang memiliki daya hasil tinggi serta adanya
serangan hama dan penyakit (Nasir, 1999).
Salah satu upaya mengatasi penurunan hasil karena serangan penyakit
yaitu dengan pemuliaan tanaman cabai dengan mengembangkan varietas-varietas
yang memiliki daya hasil tinggi dan resisten. Untuk memperoleh informasi
tentang berbagai genotipe cabai perlu dilakukan seleksi terhadap genotipe-
genotipe tiap generasi yang akan digunakan pada proses pemuliaan selanjutnya
(Kusandriani dan Permadi, 1996). Parameter genetik yang digunakan dalam
proses pemuliaan tersebut antara lain nilai duga heritabilitas, variabilitas genetik
dan kemajuan genetik yang sangat penting artinya, terlebih lagi bagi galur-galur
harapan yang pada gilirannya akan dilepas sebagai kultivar unggul (Rachmadi et
al., 1990)
Nilai heritabilitas merupakan pernyataan kuantitatif peran faktor genetik
dibanding faktor lingkungan dalam memberikan keragaan akhir atau fenotipe
suatu karakter (Allard, 1960). Seleksi terhadap populasi yang memiliki
2
Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menduga nilai heritabilitas,
variabilitas dan kemajuan genetik beberapa karakter agronomi genotipe F4 cabai
hasil silangan AVRDC dan memilih genotipe yang memiliki daya hasil lebih
tinggi daripada varietas pembanding.
Hipotesis
1. Terdapat satu atau lebih karakter agronomi yang memiliki nilai heritabilitas
tinggi.
2. Terdapat satu atau lebih karakter agronomi yang memiliki nilai variabilitas
genetik dan fenotipik luas.
3. Terdapat satu atau lebih karakter agronomi yang memiliki nilai kemajuan
genetik tinggi.
4. Terdapat genotipe cabai merah F4 yang memiliki daya hasil lebih tinggi dari
varietas pembanding
3
TINJAUAN PUSTAKA
bentuknya bulat telur sampai elips, ujung runcing, pangkal meruncing, tepi rata,
pertulangan menyirip, panjang 1.5-12.00 cm, lebar 1-5 cm, berwarna hijau.
Bunga pada C. annuum biasanya memiliki warna petal putih kehijauan
dengan warna anther biru sampai ungu tapi ada spesies lain yang memiliki warna
bunga yang berbeda seperti petal ungu atau kekuningan pada C. tovarii (Tong dan
Bosland, 1999) dan kuning pada C. bacatum (Bosland and Votata, 1999).
Tepung sari berbentuk lonjong, terdiri dari tiga segmen, berwarna kuning
mengkilat. Dalam satu kotak sari berkembang sekitar 11 ribu sampai 18 ribu butir
tepung sari. Posisi dan ukuran kepala putik sangat berpengaruh pada terjadinya
penyerbukan silang. Cabai termasuk tanaman menyerbuk sendiri, tetapi
penyerbukan silang secara alami sering terjadi di lapangan. Penyerbukan silang
yang terjadi secara alami berkisar dari 7.6 36.8 % (Greenleaf, 1986). Pada bunga
yang kepala putiknya lebih tinggi dari kotak sari akan terjadi penyerbukan silang.
Pada bunga yang letak kepala putiknya lebih rendah dari kotak sari akan terjadi
penyerbukan sendiri.
Secara botanis, buah menggantung atau tegak, merupakan buah buni
(beri), berbiji banyak. Pada C. annuum, buah seringkali tumbuh tunggal pada
setiap buku, dan buah jamak (biasanya dua atau tiga) per buku pada beberapa
spesies lain. Biji kultivar C. annuum berbentuk pipih, biasanya berwarna kuning
pucat, bulat telur, panjang 3-5 mm ;sekitar 150-160 biji berbobot 1 gr. Warna
buah cabai sangat bervariasi; hijau, kuning, atau bahkan ungu ketika muda, dan
kemudian berubah menjadi merah, jingga, kuning, atau campuran warna ini,
dengan meningkatnya umur buah (Rubatzky dan Yamaguchi, 1999).
Syarat Tumbuh
Pada umumnya tanaman cabai merah dapat ditanam di daerah dataran
tinggi maupun dataran rendah, yaitu lebih dari 250 - 1200 m di atas permukaan
laut. Meskipun luasan lahan yang cocok untuk cabe masih sangat luas, tetapi
penanaman cabai di dataran tinggi masih sangat terbatas. Pengembangan tanaman
cabai merah, lebih diarahkan ke areal pengembangan dengan ketinggian sedikit di
bawah 800 m di atas permukaan laut. Terutama pada lokasi yang air irigasinya
sangat terjamin sepanjang tahun (Sipuk, 2005)
5
tunas dan percabangan di atasnya yang lebih banyak dan produktif menghasilkan
buah lebat (Lablink, 2005).
Cabai dapat dipanen setelah tiga sampai enam minggu setelah
pembungaan yaitu saat buah merah, tapi terkadang cabai dipanen saat buah masih
hijau. Khusus untuk cabai yang akan dikeringkan, pemanenan dilakukan pada saat
buah sudah keriput atau mengering sebagian di pohon. Pemanenan dilakukan
dengan menggunakan tangan atau dengan pisau kecil dilakukan dengan hati hati
agar tidak merusak percabangan (Poulos, 1994).
Kematangan buah cabai tidak dapat ditentukan oleh penampakannya. Buah
matang ketika biji yang dikandungnya mampu berkecambah. Namun, ukuran dan
warna buah seringkali menjadi penanda umum saat panen dilakukan. Umumnya,
permukaan buah yang lebih tua adalah lebih keras, lebih mengkilat, dan lebih
berlilin ketika buah muda. Selain itu, keberadaan buah yang lebih tua cenderung
menunda perkembangan buah yang lebih muda (Rubatzky dan Yamaguchi, 1999).
Pemuliaan Cabai
Salah satu upaya mengatasi penurunan hasil karena serangan penyakit layu
bakteri yaitu dengan pemuliaan tanaman cabai melalui pengembangan varietas-
varietas yang resisten. Selain itu, pemuliaan tanaman cabai juga ditujukan untuk
merakit varietas cabai yang berdaya hasil tinggi, memperbaiki sifat-sifat
hortikultura, maupun memperbaiki kemampuan untuk mengatasi cekaman
lingkungan tertentu. Untuk memperoleh informasi tentang tujuan pemuliaan cabai
tersebut pada berbagai genotipe cabai perlu dilakukan seleksi terhadap genotipe-
8
genotipe tiap generasi yang akan digunakan pada proses pemuliaan selanjutnya
(Kusandriani dan Permadi, 1996).
Proses pemuliaan tanaman diawali dengan mendapatkan keragaman
genetik, yaitu melalui persilangan, introduksi dan mutasi, kemudian dilakukan
kegiatan seleksi pada sumber genetik yang bervariasi tersebut. Proses selanjutnya
adalah pemurnian, uji generasi lanjut, uji multilokasi, kemudian pelepasan
varietas (Kusandriani, 1996).
Seleksi merupakan kegiatan utama dalam setiap program pemuliaan
tanaman (Makmur, 1992). Seleksi tanaman cabai merah dapat dilakukan dengan
cara pengujian yang dapat diarahkan untuk memperoleh sifat-sifat tertentu antara
lain ketahanan terhadap hama dan penyakit serta keadaan lingkungan yang tidak
menguntungkan (Sunaryono, 1989). Metode yang paling banyak digunakan
adalah pedigree dan silang balik (back cross) (Kusandriani dan Permadi, 1996).
Seleksi pedigree dilakukan dengan menyeleksi tanaman dengan kombinasi
tanaman yang dikehendaki pada generasi F2, turunannya selanjutnya diseleksi lagi
pada generasi-generasi berikutnya sampai mencapai kemurnian genetik. Metode
backcross dilaksanakan dengan melakukan silang balik secara berulang-ulang dari
suatu varietas yang diinginkan sifat baiknya (misalnya ketahanan terhadap
penyakit) kepada varietas lain yang sudah cukup beradaptasi. Metode ini mudah
dilaksanakan jika sifat yang diinginkan itu diwariskan secara sederhana dan
dominan, serta mudah dikenal pada turunannya setelah dihibridisasi (Makmur,
1992).
Heritabilitas dan Variabilitas Genetik
Nilai heritabilitas merupakan pernyataan kuantitatif peran faktor genetik
dibanding faktor lingkungan dalam memberikan keragaan akhir atau fenotipe
suatu karakter (Allard, 1960). Heritabilitas dari suatu populasi bersegregasi
penting diketahui untuk memahami besarnya ragam genetik yang mempengaruhi
suatu fenotipe tanaman. Nilai duga heritabilitas yang akurat juga perlu untuk
membangun sistem seleksi dan evaluasi yang optimum (Weaver, 1982). Nilai
duga heritabilitas yang diperoleh sangat beragam tergantung dari populasi,
generasi dan metode pendugaannya (Sjamsudin, 1990).
9
Kemajuan Genetik
Nilai harapan kemajuan genetik perlu diketahui guna menduga berapa
besar pertambahan nilai sifat tertentu akibat seleksi dari nilai rata-rata populasi.
Nilai harapan kemajuan genetik disebabkan nilai variabilitas genetik meningkat
dan nilai duga heritabilitas dalam arti sempit termasuk kategori sedang, dengan
demikian seleksi akan efektif (Amalia et al.,1994).
10
Rancangan Perbesaran
Pada tahap awal pengujian atau evaluasi karakter kuantitatif, seperti
potensi hasil, dalam proses penelitian pemuliaan, para pemulia dihadapkan pada
jumlah materi (genotipe) besar yang harus diseleksi dan dapat mencapai ratusan
bahkan ribuan. Selain itu para pemulia selalu harus membandingkan genotipe-
genotipe yang diuji tersebut dengan satu atau lebih varietas pembanding.
Pengikutsertaan varietas pembanding ini dalam penelitian pemuliaan merupakan
keharusan. Oleh sebab itulah diperlukan suatu rancangan percobaan di lapangan
yang bisa menguji dengan baik sesuai dengan keadaaan tersebut termasuk
memenuhi asumsi pengacakan dan mengatasi perbedaan kesuburan tanah dari satu
bagian ke bagian yang lain maka di gunakan rancangan perbesaran atau
augmented design (Baihaki, 2000).
Rancangan perbesaran pada awalnya diajukan oleh Federer pada tahun
1956. Pada rancangan tersebut, perlakuan varietas pembanding digunakan untuk
menduga pengaruh kelompok dan ragam galat. Pengaruh kelompok kemudian
digunakan untuk mengoreksi percobaan (Scott dan Milliken, 1993)
11
Metode Penelitian
Percobaan dilakukan dengan menggunakan rancangan perbesaran atau
augmented design (Baihaki, 2000). Genotipe F4 ditanam tanpa ulangan sedangkan
dua varietas pembanding (Jatilaba dan Tit Super) diulang empat kali, sehingga
terdapat 36 + (2 x 4) = 44 satuan percobaan. Setiap satuan percobaan terdiri atas
20 tanaman dan selanjutnya diambil 10 tanaman sebagai tanaman contoh. Secara
umum ada 3 kelompok genotipe yang digunakan yaitu CCA5849 sebanyak 7
genotipe (Gambar Lampiran 1), CCA5850 sebanyak 16 genotipe (Gambar
Lampiran 2) dan CCA5855 sebanyak 13 genotipe (Gambar Lampiran 3). Model
matematis Rancangan yang digunakan adalah sebagai berikut :
12
Yij = + i + ij
Keterangan :
Yij = Nilai peubah pengamatan pada perlakuan ke-i, ulangan ke-j
= Nilai tengah populasi
i = Pengaruh perlakuan ke-i {i : Jumlah perlakuan (1, 2,...,38)}
ij = Pengaruh galat percobaan genotipe ke-i, ulangan ke-j
{j : Jumlah ulangan (1, 2, 3, 4)}
Data yang diperoleh diuji dengan uji F. Apabila terdapat perbedaan maka
dilanjutkan dengan uji lanjut Dunnett yang membandingkan antara genotipe yang
diuji dengan varietas pembanding.
Pelaksanaan
Pengolahan lahan dilakukan dua minggu sebelum penanaman. Setelah
lahan diolah, dibagi menjadi 4 bedengan besar yang masing-masing didalamnya
terdapat 11 bedengan kecil dengan ukuran 1 m x 4 m untuk setiap genotipe
dengan jarak antar bedengan 50 cm.
Benih direndam dalam air hangat selama 24 jam lalu dikecambahkan
pada tissue lembab dalam wadah plastik. setelah bibit berkecambah (kira-kira satu
minggu setelah semai) bibit dipindahkan ke tray yang berisi media semai. Pupuk
diberikan dalam bentuk cair berupa campuran NPK Mutiara (10 g) dan gandasil D
(2 g) dalam satu liter air. Pengendalian serangan hama dan penyakit menggunakan
insektisida Curacron (2 cc/l) dan fungisida Antracol (2 g/l) yang diberikan
seminggu sekali. Bibit dipindahkan ke lapangan setelah memiliki 4-5 daun yaitu
saat bibit berumur empat minggu.
Pada lahan yang sudah disiapkan sesuai rancangan, satu minggu
sebelumnya dibuat lubang tanam dengan jarak 50 cm x 50 cm dengan kedalaman
30 cm. Selanjutnya diberi pupuk kandang sebanyak 1 kg dan kapur 0.5 kg per
lubang tanam. Bedengan kemudian ditutup dengan mulsa plastik hitam perak dan
dibuat lubang tanam sesuai dengan jarak tanam dalam dua baris tanam (double
row).
13
Pemeliharaan
Pemeliharaan tanaman yang dilakukan meliputi penyulaman, pemupukan,
penyiraman, penyiangan, pewiwilan tunas air, serta pengendalian hama dan
penyakit. Penyulaman dilakukan satu minggu setelah tanam (MST). Pemupukan
dilakukan satu minggu sekali dalam bentuk cair berupa campuran/larutan (10 g
NPK Mutiara) dalam satu liter air dengan dosis 250 ml/tanaman. Pemberian
pupuk Gandasil D saat pertumbuhan vegetatif (daun) dan Gandasil B saat
pertumbuhan generatif (bunga) sebesar 2 g/l diaplikasikan bersamaan dengan
penyemprotan insektisida dan fungisida. Penyiraman terhadap tanaman dilakukan
hampir setiap hari apabila tidak ada hujan dengan menggunakan sprayer atau
ember. Perempelan dilakukan hampir setiap minggu pada 3-6 MST yang
bertujuan untuk mengatur pertumbuhan dan distibusi fotosintat sehingga
pertumbuhan generatif tidak terhambat. Penyiangan dilakukan apabila gulma yang
ada sudah terlihat mengganggu pertumbuhan tanaman baik disekitar tanaman dan
diantara bedengan. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan satu minggu sekali
menggunakan insektisida Curacron (2 cc/l), akarisida Kelthane (2 cc/l), fungisida
Dithane M-45, dan Antracol (2 g/l). Aplikasi fungisida Antracol dilakukan selain
dengan penyemprotan, juga dengan penyiraman bersamaan dengan aplikasi
pupuk.
Panen dilakukan dengan cara memetik seluruh buah dari tanaman contoh
yang sudah masak merah penuh dengan kondisi buah segar dalam petak.
pemenenan dimulai pada 9 MST dilanjutkan setiap minggunya hingga 18 MST.
Pengamatan
Pengamatan dilakukan terhadap 10 tanaman contoh yang dipilih secara
acak kompetitif pada setiap petak percobaan. Pengamatan karakter kuantitatif dan
kualitatif dilakukan berdasarkan Descriptor for Capsicum yang diterbitkan oleh
International Plant Genetic Resources Institute (IPGRI, 1995) yaitu :
Karakter Kuantitatif
1. Umur berbunga (HST) dihitung pada saat 50% tanaman dalam setiap petak
telah mengalami bunga mekar sempurna pada percabangan pertama.
14
2. Umur panen (HST) dihitung pada saat 50% tanaman dalam setiap petak
telah menghasilkan buah masak pada percabangan pertama.
3. Bobot buah layak pasar (g), buah layak jual dalam kondisi segar, masak
merah dan tidak terserang penyakit. Mulai panen pertama buah ditimbang
untuk setiap petak hingga panen ke-10.
4. Bobot buah total per tanaman (g), semua buah segar yang dipanen per
tanaman baik dalam kondisi layak jual maupun terserang penyakit. Mulai
panen pertama buah ditimbang untuk setiap petak hingga panen ke-10.
5. Tebal kulit buah (mm), Setiap genotipe diukur sebanyak 5 buah.
6. Panjang buah (cm), Setiap genotipe diukur sebanyak 20 buah dari pangkal
buah sampai ujung buah.
7. Bobot rata-rata buah (g), Setiap genotipe ditimbang sebanyak 20 buah
8. Diameter buah (mm), Setiap genotipe diukur sebanyak 20 buah, pada
bagian pangkal, tengah dan ujung.
9. Diameter batang (mm), diukur 5 cm dari permukaan tanah. Pengamatan
dilakukan satu kali pada saat panen terakhir (18 MST).
10. Tinggi dikotomus (cm), diukur pada saat setelah panen pertama.
11. Tinggi tanaman (cm), diukur mulai dari ruas pertama sampai titik tumbuh
tertinggi. Pengamatan dilakukan seminggu sekali sampai tanaman berumur
18 MST.
12. Bobot berangkasan (g), ditimbang bobot segar berangkasan tanaman
contoh.
13. Persentase serangan penyakit layu bakteri.
Menurut Semangoen (1994) gejala serangan terhadap layu bakteri ini
terlihat mulai 2 MST sampai 8 MST.
Karakter Kualitatif
Warna mahkota bunga, warna anther, posisi bunga, jumlah bunga per
aksil, calix margin, warna buah intermediate, warna buah matang, bentuk buah,
bentuk daun, warna buku batang (diamati pada tanaman dewasa), bentuk batang
(diamati pada tanaman dewasa), tipe pertumbuhan tanaman (diamati saat tanaman
50% panen), warna daun (diamati setelah 50% tanaman memiliki buah pertama
matang) dan serangan hama penyakit.
15
Analisis Data
1. Analisis ragam dilakukan dengan uji F, apabila terdapat beda nyata maka
dilakukan uji lanjut Dunnett pada taraf = 5%.
2. Nilai duga heritabilitas (h2) dihitung menggunakan rumus heritabilitas
dalam arti luas. Pendugaan nilai heritabilitas diturunkan dari sidik ragam
seperti pada Tabel 1.
3. Variabilitas
Luas dan sempitnya variabilitas genetik dan fenotipik karakter yang
diamati diduga dengan menggunakan perhitungan standar error ragam
genotipik dan standar error ragam fenotifik mengikuti Anderson dan
Brandcoft dikutif Drajat ( 1987 ) sebagai berikut :
2 MS g 2 MS e
2
2 = +
r2 dbg + 2 dbe + 2
G
2 MS g 2
2 =
r2 dbg + 2
P
KGH
KGH = i. h2. p % KGH = 100%
Kondisi Umum
Penanaman di lapangan pada penelitian ini dilakukan pada akhir bulan
Februari 2006 dimana hari hujan pada saat itu cukup tinggi sehingga ketersediaan
air pada awal penanaman cukup baik dan cenderung berlebih karena terdapat air
yang masih menggenang di lahan. Lahan yang digunakan ini sebelumnya
diberakan untuk beberapa waktu. Di sekitar areal penanaman juga ditanami cabai
sehingga memungkinkan tanaman cabai yang baru ditanam terserang hama dan
penyakit dengan mudah.
Secara umum pertumbuhan tanaman menunjukkan kondisi yang cukup
baik walaupun terjadi serangan hama dan penyakit. Penyakit yang cukup dominan
adalah penyakit layu bakteri (Gambar 1a). Serangan layu bakteri menyebabkan
banyak tanaman yang mati. Tanaman yang terserang layu ini telah dipastikan
disebabkan oleh bakteri dengan pengujian yang dilakukan di laboratorium bakteri
Departemen Proteksi Tanaman (Gambar 1b).
(a) (b)
Heritabilitas
Nilai Heritabilitas dinyatakan dalam bilangan pecahan (desimal) atau
persentase. Nilainya berkisar antara 0 dan 1. Heritabilitas dengan nilai 0 berarti
bahwa keragaman fenotipe hanya disebabkan lingkungan, sedangkan keragaman
dengan keragaman 1 berarti keragaman fenotipe hanya disebabkan oleh genotipe.
Makin mendekati 1 dinyatakan heritabilitasnya makin tinggi, sebaliknya makin
mendekati 0, heritabilitasnya makin rendah. Semakin tinggi nilai heritabilitas
suatu populasi maka akan semakin memungkinkan untuk dilakukan seleksi
(Poespodarsono, 1988). Rekapitulasi pendugaan nilai heritabilitas disajikan pada
Tabel 3.
Tabel 3. Nilai Duga Heritabilitas beserta Kriterianya
Karakter Heritabilitas ( %) Kriteria
pengaruh lingkungan sangat kecil sehingga faktor genetik lebih besar dalam
penampilan fenotipenya (Pinaria, 1995).
Variabilitas Genetik
Rekapitulasi nilai variabilitas genetik disajikan pada Tabel 4. Seleksi
efektif apabila kemajuan genetik tinggi ditunjang dengan salah satu nilai
variabilitas genetik dan atau heritabilitas yang tinggi (Johnson et al., 1993) dalam
(Moedjiono dan Made, 1994).
Tabel 4. Nilai Duga Ragam Genetik, Ragam Fenotipe, dan Ragam Lingkungan
Karakter G2 Kriteria P2 Kriteria E2
yang lebih besar dari ragam lingkungannya ( E ). Secara umum semua karakter
2
pada populasi genotipe yang diamati memiliki variabilitas genotipik dan fenotifik
yang luas. Namun, pada karakter umur berbunga, umur panen, bobot buah layak
pasar dan tebal kulit buah variabilitas genetik termasuk sempit. Nilai duga
komponen ragam yang luas dari populasi tersebut akan memudahkan proses
seleksi pada tahapan siklus berikutnya.
21
Kemajuan Genetik
Pendugaan kemajuan genetik disajikan pada Tabel 5. Pendugaan kemajuan
genetik suatu karakter sangat berperan dalam proses seleksi terhadap populasi
yakni menduga berapa besar pertambahan nilai sifat tertentu pada populasi
tersebut. Semakin tinggi kemajuan genetiknya maka akan semakin efektif seleksi
yang dilakukan.
Tabel 6. Nilai Rata-rata Bobot Buah Genotipe Cabai F4 yang Dievaluasi dan
Varietas Pembanding
No Genotipe Bobot buah No Genotipe Bobot buah
--g-- --g--
1 Jati Laba 7.84 20 CCA 5850 4-1 3.01ab
2 Tit Super 8.49 21 CCA 5850 4-2 2.97ab
3 CCA 5849 1-1 7.29 22 CCA 5850 6-1 4.57
4 CCA 5849 1-2 8.43 23 CCA 5850 7-1 2.72ab
5 CCA 5849 1-3 8.49 24 CCA 5850 8-1 4.98
6 CCA 5849 1-4 8.06 25 CCA 5850 8-2 3.39ab
7 CCA 5849 2-1 12.42ab 26 CCA 5855 1-2 5.59
8 CCA 5849 2-2 7.20 27 CCA 5855 2-1 6.82
9 CCA 5849 3-1 9.15 28 CCA 5855 2-2 3.69ab
10 CCA 5850 10-1 5.35 29 CCA 5855 3-1 6.19
11 CCA 5850 1-1 4.60b 30 CCA 5855 3-2 2.52ab
12 CCA 5850 1-2 3.36ab 31 CCA 5855 4-1 3.23ab
13 CCA 5850 12-3 4.54b 32 CCA 5855 5-1 6.75
14 CCA 5850 12-4 4.11ab 33 CCA 5855 5-2 8.01
15 CCA 5850 12-5 3.51ab 34 CCA 5855 6-1 7.48
16 CCA 5850 14-1 2.75ab 35 CCA 5855 6-2 6.74
17 CCA 5850 2-1 3.29ab 36 CCA 5855 7-1 6.39
18 CCA 5850 2-2 3.78ab 37 CCA 5855 7-2 5.48
19 CCA 5850 3-1 3.08ab 38 CCA 5855 7-3 6.55
Keterangan : a = Beda nyata dengan Jatilaba b = beda nyata dengan Tit Super
23
Tinggi Dikotomus
Data pengamatan karakter tinggi dikotomus disajikan pada Tabel 7.
Tinggi dikotomus berkisar antara 8.7-27.6 cm. Terdapat beberapa genotipe yang
berbeda nyata lebih tinggi dari Tit Super yaitu CCA5850 10-1, CCA5850 3-1,
CCA5850 4-1, CCA5850 4-2. Beberapa genotipe yang berbeda nyata lebih rendah
dari Jatilaba yaitu genotipe CCA5850 12-3, CCA5850 3-1, CCA585 1-2,
CCA5855 2-1, CCA5855 3-1, CCA5855 3-2, CCA5855 5-2, CCA5855 6-1,
CCA5855 7-1, CCA5855 7-2, CCA5855 7-3.
Tabel 7. Nilai Rataan Tinggi Dikotomus Genotipe Cabai F4 yang Dievaluasi dan
Varietas Pembanding
Tinggi Tinggi
No Genotipe No Genotipe
dikotomus dikotomus
--cm-- --cm--
1 Jati Laba 21.86 20 CCA 5850 4-1 26.75b
2 Tit Super 16.53 21 CCA 5850 4-2 26.87b
3 CCA 5849 1-1 17.46 22 CCA 5850 6-1 23.60
4 CCA 5849 1-2 18.10 23 CCA 5850 7-1 17.33
5 CCA 5849 1-3 21.22 24 CCA 5850 8-1 18.33
6 CCA 5849 1-4 14.75 25 CCA 5850 8-2 19.75
7 CCA 5849 2-1 15.20 26 CCA 5855 1-2 11.61a
8 CCA 5849 2-2 14.33 27 CCA 5855 2-1 11.00a
9 CCA 5849 3-1 15.00 28 CCA 5855 2-2 18.87
10 CCA 5850 10-1 27.60b 29 CCA 5855 3-1 8.80a
11 CCA 5850 1-1 16.25 30 CCA 5855 3-2 9.29a
12 CCA 5850 1-2 17.25 31 CCA 5855 4-1 16.00
13 CCA 5850 12-3 11.50a 32 CCA 5855 5-1 13.07
14 CCA 5850 12-4 14.78 33 CCA 5855 5-2 12.40a
15 CCA 5850 12-5 18.33 34 CCA 5855 6-1 11.70a
16 CCA 5850 14-1 18.83 35 CCA 5855 6-2 15.62
17 CCA 5850 2-1 24.00 36 CCA 5855 7-1 11.89a
18 CCA 5850 2-2 23.36 37 CCA 5855 7-2 8.70a
19 CCA 5850 3-1 26.55b 38 CCA 5855 7-3 9.00a
Keterangan : a = Beda nyata dengan Jatilaba b = beda nyata dengan Tit Super
24
Diameter Buah
Karakter diameter buah menunjukkan beda nyata pada uji F. Namun,
setelah diuji lanjut dengan uji dunnett ternyata tidak terdapat beda nyata antara
genotipe yang diamati dengan varietas pembanding. Nilai uji F yang
menunjukkan beda nyata bisa disebabkan oleh beda nyata antar genotipe yang
diamati atau antar varietas pembanding yang digunakan. Hasil pengamatan
diameter buah disajikan pada Tabel 8.
Tabel 8. Nilai Rataan Diameter Buah Genotipe Cabai F4 yang Dievaluasi dan
Varietas Pembanding
Diameter Diameter
No Genotipe No Genotipe
buah buah
--mm-- --mm--
1 Jati Laba 10.46 20 CCA 5850 4-1 6.17
2 Tit Super 10.01 21 CCA 5850 4-2 6.80
3 CCA 5849 1-1 12.98 22 CCA 5850 6-1 8.06
4 CCA 5849 1-2 12.42 23 CCA 5850 7-1 6.13
5 CCA 5849 1-3 13.48 24 CCA 5850 8-1 9.06
6 CCA 5849 1-4 12.99 25 CCA 5850 8-2 6.97
7 CCA 5849 2-1 15.73 26 CCA 5855 1-2 10.59
8 CCA 5849 2-2 11.40 27 CCA 5855 2-1 12.42
9 CCA 5849 3-1 13.33 28 CCA 5855 2-2 6.94
10 CCA 5850 10-1 9.16 29 CCA 5855 3-1 11.83
11 CCA 5850 1-1 8.67 30 CCA 5855 3-2 4.75
12 CCA 5850 1-2 7.28 31 CCA 5855 4-1 5.77
13 CCA 5850 12-3 7.43 32 CCA 5855 5-1 14.47
14 CCA 5850 12-4 7.13 33 CCA 5855 5-2 13.39
15 CCA 5850 12-5 6.43 34 CCA 5855 6-1 11.11
16 CCA 5850 14-1 5.45 35 CCA 5855 6-2 9.69
17 CCA 5850 2-1 6.49 36 CCA 5855 7-1 11.11
18 CCA 5850 2-2 6.73 37 CCA 5855 7-2 8.75
19 CCA 5850 3-1 6.5 38 CCA 5855 7-3 10.03
Tabel 10. Nilai Tengah Bobot buah Total, Panjang Buah, Bobot Buah, dan
Diameter Buah Genotipe-genotipe Terpilih dan Varietas Pembanding
Bobot Bobot
Panjang Diameter
No Genotipe buah rata-rata SLB
buah buah
total buah
--g-- --cm-- --g-- --mm-- --%--
Jatilaba 187.28 10.57 7.83 10.46 9.61
Tit Super 167.03 12.80 8.49 10.01 14.22
1 CCA5849 1-3 180.35 10.01 8.49 12.42 9.09
2 CCA5849 2-1 264.47 11.74 12.42 15.73 0.00
3 CCA5849 3-1 253.24 11.41 9.15 13.33 0.00
4 CCA5855 5-2 234.71 11.37 8.01 13.39 0.00
Keterangan : SLB = Serangan Layu Bakteri
27
Kesimpulan
Secara umum nilai duga heritabilitas dan variabilitas genetik dari semua
karakter yang diamati cukup tinggi dan luas kecuali karakter umur berbunga,
umur panen, bobot buah layak pasar dan tebal kulit buah. Nilai duga heritabilitas
tertinggi ditunjukkan oleh karakter bobot rata-rata buah sebesar 97.69%. Karakter
yang memiliki nilai duga heritabilitas rendah, memiliki nilai persentase kemajuan
genetik harapan yang rendah juga. Kemajuan genetik pada karakter yang diamati,
paling tinggi dimiliki oleh karakter bobot buah yaitu sebesar 64.33%.
Pada karakter bobot buah total tidak ada genotipe cabai F4 yang memiliki
bobot buah lebih tinggi daripada kedua varietas pembanding. Dari beberapa
genotipe yang memiliki komponen hasil yang sama dan lebih tinggi daripada
varietas pembanding diperoleh empat genotipe F4 terpilih yaitu CCA5849 1-3,
CCA5849 2-1, CCA5849 3-1, dan CCA5855 5-2. Pemilihan tersebut berdasarkan
karakter bobot bobot rata-rata buah, bobot buah total, diameter buah dan panjang
buah. Keempat genotipe terpilih ini juga memiliki tingkat ketahanan lapang yang
tahan terhadap layu bakteri.
Saran
Sebaiknya dilakukan seleksi lebih lanjut pada genotipe-genotipe terpilih
dan pengujian ketahanan layu bakteri untuk mendapatkan varietas cabai yang
memiliki daya hasil tinggi dan tahan terhadap serangan layu bakteri.
30
DAFTAR PUSTAKA
Adiyoga, W. 1996. Produksi dan konsumsi cabai merah. Hal 4-13. Dalam: A. S.
Duriat, A. W. W. Hadisoeganda, T. A. Soetiassa, dan L. Prabaningrum
(Eds.) Teknologi Produksi Cabai Merah. Balitsa. Lembang.
Allard, R.W. 1960. Priciples Of Plant Breeding. John Wileyand Sons, Inc. New
York, London, Sydney. 485 p.
Amalia, L., R. Setiamihardja, M.H. Karmana, dan A.H. Permadi. 1994. Pewarisan
Heritabilitas dan Kemajuan Genetik Ketahanan Tanaman Cabai Merah
Terhadap Penyakit Antraknosa. Zuriat 5 (1) : 68-74
Bosland, P.W., and E.J. Votava. 1999. Peppers : Vegetable and Spice Capsicums.
CABI Publ. London. 204 p.
Direktorat Jendral Bina Produksi Hortikultura. 2003. Luas Panen, Produksi dan
Produktivitas Sayuran di Indonesia. http://database.deptan.go.id (05
Januari 2006)
Duriat, A. S. 1996. Cabai merah: komoditas prospektif dan andalan. Hal 1-3.
Dalam: A. S. Duriat, A. W. W. Hadisoeganda, T. A. Soetiassa, dan L.
Prabaningrum (Eds.) Teknologi Produksi Cabai Merah. Balitsa. Lembang.
Duriat, A. S. 1996. Penyakit tanaman cabai merah dan pengendaliannya. Hal 75-
76. Dalam: A. S. Duriat, A. W. W. Hadisoeganda, T. A. Soetiassa, dan L.
Prabaningrum (Eds.) Teknologi Produksi Cabai Merah. Balitsa. Lembang.
Drajat, A. A. 1997. Variabilitas dan Adaptasi Terigu (Triticum aestivum L.) Pada
Beberapa Lingkungan Tumbuh di Indonesia. Disertasi. Universitas
Padjajaran, Bandung.
31
[EWSI] East West Seed Indonesia. 2006. Katalog Benih Sayur Unggul. PT. East
West Seed Indonesia, Purwakarta.
Greenleaf, W.H. 1986. Peper Breeding. P: 67-134. In M.J. Basset (eds). Breeding
Vegetable Crop. The AVI Publishing Co., Inc. Connectitut.
Weaper, D.B., and J.R. Wilcox. 1982. Heritabilities, gains from selection, and
genetic correlation for characteristic of soybeans grow in two row spacing.
Crop Sci 22: 625-628
Tong, N., and P. W. Bosland. 1999. Capsicum tovarii a New Member of the
Capsicum Bacatum Complex. Euphytica 109(2): 71-77.
Zen, S., dan H. Bahar. 1996. Penampilan dan pendugaan parameter genetik
tanaman jagung. Agi. Journal 3(2) : 1-9
33
34
Tabel Lampiran 4. Posisi Bunga, Jumlah Bunga dan Warna Buah 50% sebelum
Matang Genotipe Cabai F4 yang Dievaluasi dan Varietas
Pembanding
Warna Warna
Posisi Jumlah buah 50% Posisi Jumlah buah 50%
Genotipe Genotipe
bunga bunga sebelum bunga bunga sebelum
matang matang
Hijau
CCA5849 1-1 Sejajar 1 CCA5850 6-1 Sejajar 1 Hijau
Muda
CCA5849 1-2 Sejajar 1 Hijau CCA5850 7-1 Sejajar 1 Hijau
CCA5849 1-3 Sejajar 1 Hijau CCA5850 8-1 Sejajar 1 Hijau
CCA5849 1-4 Sejajar 1 Hijau CCA5850 8-2 Sejajar 1 Hijau
CCA5849 2-1 Sejajar 1 Hijau CCA5855 1-2 Sejajar 1 Hijau
CCA5849 2-2 Sejajar 1 hijau CCA5855 2-1 Sejajar 1 Hijau
CCA5849 3-1 Sejajar 1 Hijau CCA5855 2-2 Sejajar 1 Hijau Muda
CCA5850 10-1 Sejajar 1 Hijau CCA5855 3-1 Sejajar 1 Hijau
CCA5850 1-1 Sejajar 1 Hijau CCA5855 3-2 Bawah 1 Hijau Muda
CCA5850 1-2 Sejajar 1 Hijau CCA5855 4-1 Sejajar 1 Hijau Muda
CCA5850 12-3 Bawah 1 Hijau CCA5855 5-1 Bawah 1 Hijau Muda
CCA5850 12-4 Bawah 1 Hijau CCA5855 5-2 Sejajar 1 Hijau Muda
CCA5850 12-5 Sejajar 1 Hijau CCA5855 6-1 Bawah 1 Hijau
CCA5850 14-1 Sejajar 1 Hijau CCA5855 6-2 Sejajar 1 Hijau
CCA5850 2-1 Sejajar 1 Hijau CCA5855 7-1 Bawah 1 Hijau Muda
CCA5850 2-2 Sejajar 1 Hijau CCA5855 7-2 Sejajar 1 Hijau
CCA5850 3-1 Sejajar 1 Hijau CCA5855 7-3 Bawah 1 Hijau Muda
CCA5850 4-1 Sejajar 1 Hijau Jatilaba Sejajar 1 Hijau
CCA5850 4-2 Sejajar 1 Hijau Tit Super Sejajar 1 Hijau
36
Tabel Lampiran 5. Warna Corolla dan Warna Anther Genotipe Cabai F4 yang
Dievaluasi dan Varietas Pembanding
Warna Warna Warna Warna
Genotipe Genotipe
corolla Anther corolla Anther
CCA5849 Putih Ungu CCA5850 Putih Ungu
1-1 Kekuningan Keputihan 6-1 Kekuningan Keputihan
CCA5849 Putih Ungu CCA5850 Putih Ungu
1-2 Kekuningan Keputihan 7-1 Kekuningan Keputihan
CCA5849 Putih Ungu CCA5850 Putih Ungu
1-3 Kekuningan Keputihan 8-1 Kekuningan Keputihan
CCA5849 Putih Ungu CCA5850 Putih Ungu
1-4 Kekuningan Keputihan 8-2 Kekuningan Keputihan
CCA5849 Putih CCA5855 Putih Ungu
Ungu
2-1 Kekuningan 1-2 Kekuningan Keputihan
CCA5849 Putih CCA5855 Putih
Ungu Ungu
2-2 Kekuningan 2-1 Kekuningan
CCA5849 Putih Ungu CCA5855 Putih Ungu
3-1 Kekuningan keputihan 2-2 Kekuningan Keputihan
CCA5850 Putih Ungu CCA5855 Putih Ungu
10-1 Kekuningan keputihan 3-1 Kekuningan Keputihan
CCA5850 Putih Ungu CCA5855 Putih
Ungu
1-1 Kekuningan Keputihan 3-2 Kekuningan
CCA5850 Putih Ungu CCA5855 Putih
Ungu
1-2 Kekuningan Keputihan 4-1 Kekuningan
CCA5850 Putih Ungu CCA5855 Putih Ungu
12-3 Kekuningan keputihan 5-1 Kekuningan Keputihan
CCA5850 Putih Ungu CCA5855 Putih Ungu
12-4 Kekuningan Keputihan 5-2 Kekuningan Keputihan
CCA5850 Putih Ungu CCA5855 Putih Ungu
12-5 Kekuningan Keputihan 6-1 Kekuningan Keputihan
CCA5850 Putih Ungu CCA5855 Putih Ungu
14-1 Kekuningan keputihan 6-2 Kekuningan Keputihan
CCA5850 Putih Ungu CCA5855 Putih Ungu
2-1 Kekuningan Keputihan 7-1 Kekuningan Keputihan
CCA5850 Putih CCA5855 Putih
Ungu Ungu
2-2 Kekuningan 7-2 Kekuningan
CCA5850 Putih Ungu CCA5855 Putih Ungu
3-1 Kekuningan keputihan 7-3 Kekuningan Keputihan
CCA5850 Putih Ungu Putih Ungu
Jatilaba
4-1 Kekuningan keputihan Kekuningan Keputihan
CCA5850 Putih Ungu Putih Ungu
Tit Super
4-2 Kekuningan Keputihan Kekuningan Keputihan
37
Tabel Lampiran 6. Bentuk Daun, Bentuk Buah, dan Warna Buah Sebelum Matang
Genotipe Cabai F4 yang Dievaluasi dan Varietas Pembanding
Warna Warna
Bentuk Bentuk buah Bentuk Bentuk buah
Genotipe Genotipe
daun buah sebelum daun buah sebelum
matang matang
CCA5849 1-1 Lanceolate Elongate coklat CCA5850 6-1 Lanceolate Elongate coklat
CCA5849 1-2 Lanceolate Elongate coklat CCA5850 7-1 Lanceolate Elongate coklat
CCA5849 1-3 Lanceolate Elongate coklat CCA5850 8-1 Lanceolate Elongate coklat
CCA5849 1-4 Lanceolate Elongate coklat CCA5850 8-2 Lanceolate Elongate coklat
CCA5849 2-1 Lanceolate Triangular coklat CCA5855 1-2 Lanceolate Elongate coklat
CCA5849 2-2 Lanceolate Elongate coklat CCA5855 2-1 Lanceolate Elongate coklat
CCA5849 3-1 Lanceolate Elongate coklat CCA5855 2-2 Lanceolate Elongate coklat
CCA5850 10-1 Lanceolate Elongate coklat CCA5855 3-1 Lanceolate Elongate coklat
CCA5850 1-1 Lanceolate Elongate coklat CCA5855 3-2 Lanceolate Elongate coklat
CCA5850 1-2 Lanceolate Elongate coklat CCA5855 4-1 Lanceolate Elongate coklat
CCA5850 12-3 Ovate Elongate coklat CCA5855 5-1 Deltoid Elongate coklat
CCA5850 12-4 Ovate Elongate coklat CCA5855 5-2 Ovate Elongate coklat
CCA5850 12-5 Lanceolate Elongate coklat CCA5855 6-1 Lanceolate Elongate coklat
CCA5850 14-1 Lanceolate Elongate coklat CCA5855 6-2 Lanceolate Elongate coklat
CCA5850 2-1 Lanceolate Elongate coklat CCA5855 7-1 Deltoid Elongate coklat
CCA5850 2-2 Lanceolate Elongate coklat CCA5855 7-2 Ovate Elongate coklat
CCA5850 3-1 Lanceolate Elongate coklat CCA5855 7-3 Lanceolate Elongate coklat
CCA5850 4-1 Lanceolate Elongate coklat Jatilaba Lanceolate Elongate coklat
CCA5850 4-2 Lanceolate Elongate coklat Tit Super Lanceolate Elongate coklat
Tabel Lampiran 7. Calix Margin dan Plant Growth Habit Genotipe Cabai F4 yang
Dievaluasi dan Varietas Pembanding
Plant
Calix Calix Plant Growth
Genotipe Growth Genotipe
Margin Margin Habit
Habit
CCA5849 1-1 Intermediate Intermediate CCA5850 6-1 Intermediate Intermediate
CCA5849 1-2 Intermediate Intermediate CCA5850 7-1 Intermediate Intermediate
CCA5849 1-3 Intermediate Intermediate CCA5850 8-1 Intermediate Intermediate
CCA5849 1-4 Intermediate Intermediate CCA5850 8-2 Intermediate Intermediate
CCA5849 2-1 entire Intermediate CCA5855 1-2 Intermediate Erect
CCA5849 2-2 Intermediate Intermediate CCA5855 2-1 Intermediate Intermediate
CCA5849 3-1 Intermediate Intermediate CCA5855 2-2 Intermediate Intermediate
CCA5850 10-1 Intermediate Intermediate CCA5855 3-1 Intermediate Erect
CCA5850 1-1 entire Intermediate CCA5855 3-2 Intermediate Intermediate
CCA5850 1-2 Intermediate Intermediate CCA5855 4-1 Intermediate Intermediate
CCA5850 12-3 Intermediate Intermediate CCA5855 5-1 Intermediate Intermediate
CCA5850 12-4 Intermediate Intermediate CCA5855 5-2 Intermediate Intermediate
CCA5850 12-5 Intermediate Intermediate CCA5855 6-1 Intermediate Intermediate
CCA5850 14-1 Intermediate Intermediate CCA5855 6-2 Intermediate Intermediate
CCA5850 2-1 Intermediate Intermediate CCA5855 7-1 Intermediate Intermediate
CCA5850 2-2 Intermediate Intermediate CCA5855 7-2 Intermediate Intermediate
CCA5850 3-1 Intermediate Intermediate CCA5855 7-3 Intermediate Intermediate
CCA5850 4-1 Intermediate Intermediate Jatilaba Intermediate Intermediate
CCA5850 4-2 Intermediate Intermediate Tit Super Intermediate Intermediate
38
Tabel Lampiran 8. Warna Buku, Bentuk Batang, dan Warna Daun Genotipe Cabai
F4 yang Dievaluasi dan Varietas Pembanding
Bentuk Warna Warna Bentuk Warna
Genotipe Warna buku Genotipe
batang daun buku batang daun
CCA5849 1-1 Ungu(Kehijauan) cylindrical Hijau CCA5850 6-1 Ungu cylindrical Hijau
CCA5849 1-2 Ungu cylindrical Hijau CCA5850 7-1 Ungu cylindrical Hijau
CCA5849 1-3 Ungu cylindrical Hijau CCA5850 8-1 Ungu cylindrical Hijau
CCA5849 1-4 Ungu cylindrical Hijau CCA5850 8-2 Ungu cylindrical Hijau
CCA5849 2-1 Ungu cylindrical Hijau CCA5855 1-2 Ungu cylindrical Hijau
CCA5849 2-2 Ungu cylindrical Hijau CCA5855 2-1 Ungu cylindrical Hijau
CCA5849 3-1 Ungu(Kehijauan) cylindrical Hijau CCA5855 2-2 Ungu cylindrical Hijau
CCA5850 10-1 Ungu cylindrical Hijau CCA5855 3-1 Ungu cylindrical Hijau
CCA5850 1-1 Ungu(Kehijauan) cylindrical Hijau CCA5855 3-2 Ungu cylindrical Hijau
CCA5850 1-2 Ungu cylindrical Hijau CCA5855 4-1 Ungu cylindrical Hijau
CCA5850 12-3 Ungu cylindrical Hijau CCA5855 5-1 Ungu cylindrical Hijau
CCA5850 12-4 Ungu cylindrical Hijau CCA5855 5-2 Ungu cylindrical Hijau
CCA5850 12-5 Ungu cylindrical Hijau CCA5855 6-1 Ungu cylindrical Hijau
CCA5850 14-1 Hijau cylindrical Hijau CCA5855 6-2 Ungu cylindrical Hijau
CCA5850 2-1 Ungu(Kehijauan) cylindrical Hijau CCA5855 7-1 Ungu cylindrical Hijau
CCA5850 2-2 Ungu cylindrical Hijau CCA5855 7-2 Ungu cylindrical Hijau
CCA5850 3-1 Ungu(Kehijauan) cylindrical Hijau CCA5855 7-3 Ungu cylindrical Hijau
CCA5850 4-1 Ungu(Kehijauan) cylindrical Hijau Jatilaba Ungu cylindrical Hijau
CCA5850 4-2 Ungu cylindrical Hijau Tit Super Ungu cylindrical Hijau
(a) (b)
(c) (d)