Anda di halaman 1dari 14

PENGENALAN PUPUK

Oleh:

Calvin Fransnada Sinaga

210301207

AET 4

Praktikum Dasar Ilmu Tanah

Agroteknologi

Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

2022
JUDUL Pengenalan Pupuk

Tanggal Praktikum Selasa, 12 April 2022

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Seperti yang telah diketahui bahwa tanah merupakan salah satu
media tumbuh tanaman dalam fungsinya untuk menyediakan air,
udara, dan unsur hara untuk pertumbuhan tanaman.Namun dalam
penerapannya, kemampuan tanah dalam menyediakan unsur hara
sangat terbatas. Hal tersebut yang mendorong manusia untuk
berpikir dan berusaha dalam melestarikan kesuburan tanahnya.
Salah satu dari usaha manusia untuk melestarikan tanahnya adalah
dengan cara penambahan pupuk yang dikenal dengan istilah
pemupukan (Hasibuan, 2006).

Pupuk adalah suatu bahan yang digunakan untuk mengubah sifat


fisik, kimia, atau biologi tanah sehingga menjadi lebih baik bagi
pertumbuhan tanaman. Pengertian ini termasuk misalnya
pemberian bahan kapur dengan maksud meningkatkan pH tanah
yang masam, pemberian legin bersama benih tanaman kacang-
kacangan, dan pemberian urea dalam tanah yang kekurangan akan
meningkatkan kadar N dalam tanah tersebut. Usaha-usaha tersebut
dinamakan pemupukan. Dengan demikian, bahan kapur, legin, dan
urea disebut pupuk. Pada pengertian khususnya pupuk merupakan
suatu bahan yang mengandung satu atau lebih hara tanaman
(Rosmarkam, 2002).

Setiap jenis unsur hara mempunyai reaksi yang berbeda pada


berbagai jenis tanah. Ada unsur hara mineral yang sangat mudah
larut di dalam air dan mudah hilang karena menguap atau tercuci
oleh air. Ada juga unsur hara yang terikat oleh koloid tanah, bahkan
ada juga yang dapat menghambat ketersediaan unsur hara lain. Di
dalam tanah, unsur hara tersebut saling berinteraksi. Keragaman
reaksi dan interaksi unsur-unsur tersebut sangat mempengaruhi
terhadap efisiensi pemberian pupuk ditanah (Novizan, 2005).

Kandungan zat hara dalam tanah berbeda-beda, tergantung sifat-


sifat tanahnya. Sebagai contoh kandungan zat hara pada tanah yang
berat atau liat akan berbeda dengan tanah berpasir. Oleh karena itu
jenis dan dosis pupuk pada kedua jenis tanah tersebut harus
berbeda. Untuk mengetahui kandungan zat hara dalam tanah perlu
dilakukannya pemeriksaan kandungan zat hara dalam tanah yang
disebut uji tanah (Novizan, 2005).

Berdasarkan uraian di atas, maka perlunya dilakukan praktikum ini


untuk mengetahui jenis-jenis pupuk dalam peranannya bagi setiap
karakteristik tanah untuk digunakan tanaman dalam bertumbuh dan
berkembang.

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengenal dan mengetahui


jenis-jenis pupuk beserta sifatnya, serta mengetahui cara penentuan
dosis pupuk dalam pemupukan.

Kegunaan dari praktikum ini adalah untuk memberikan


pemahaman kepada praktikan mengenai hal-hal yang menyangkut
tentang pemupukan dan penentuan dosis pupuk.

1.2 Tujuan Praktikum

Pupuk mungkin sudah tidak asing lagi bagi kita, apalagi bagi para
petani. Pupuk merupakan material yang digunakan untuk
mencukupi kebutuhan hara yang diperlukan tanaman agar mampu
berproduksi dengan baik, dengan cara ditambahkan pada media
tanam ataupun pada tanaman. Dalam penggunaannya, tentunya
takaran dan cara penggunaannya berbeda untuk masing-masing
jenis pupuk, bisa saja hasil yang didapat tidak sesuai dengan
harapan bila dalam penerapannya tidak sesuai dengan takaran dan
cara penggunaan yang baik dan benar. Oleh karena itu, sangat
penting untuk memahami terlebih dahulu teori ataupuncara
penggunaannya. (Hakim, 2008).
2. TINJAUAN PUSTAKA
Pupuk adalah material yang ditambahkan pada media tanam atau
tanaman untuk mencukupi kebutuhan hara yang diperlukan
tanaman sehingga mampu berproduksi dengan baik. Material pupuk
dapat berupa bahan organik ataupun non-organik (mineral). Pupuk
berbeda dari suplemen. Pupuk mengandung bahan baku yang
diperlukan pertumbuhan dan perkembangan tanaman, sementara
suplemen seperti hormon tumbuhan membantu kelancaran proses
metabolisme. Dalam aplikasi pupuk harus diperhatikan kebutuhan
hara tanaman, agar tanaman tidak mendapatkan suplai hara secara
berlebihan. Suplai hara yang terlalu sedikit atau terlalu banyak
dapat membahayakan pertumbuhan tanaman. Pupuk dapat
diberikan lewat tanah ataupun disemprotkan ke permukaan daun
(Sumarno, 2013).

Jenis dan contoh pupuk dapat diklasifikasikan oleh beberapa


golongan yaitu berdasarkan asal, senyawa, fase, penggunaan,
fisiologi, jumlah dan macam haranya diantaranya adalah sebagai
berikut:

Menurut Hardjowigeno (2007), pupuk dapat diklasifikasikan ke


dalam beberapa macam, yaitu :

Pupuk Organik

Pupuk organik merupakan pupuk yang tersusun dari materi


makhluk hidup, seperti pelapukan sisa-sisa tanaman, hewan, dan
manusia. Pupuk organik dapat berbentuk padat maupun cair yang
digunakan untuk memperbaiki sifat fisika, kimia, dan biologi tanah.
Contoh pupuk organik yaitu pupuk kandang, kompos, humus, pupuk
hijau, dan pupuk burung atau guano.

Pupuk anorganik atau pupuk buatan adalah pupuk yang sengaja


dibuat oleh manusia dalam pabrik dan mengandung unsur hara
tertentu dalam kadar tinggi. Pupuk anorganik digunakan untuk
mengatasi kekurangan mineral murni dari alam yang diperlukan
tumbuhan untuk hidup secara wajar. Puuk anorganik dapat
menghasilkan bulir hijau dan yang dibutuhkan dalam proses
fotosintesis. Contoh pupuk anorganik yaitu pupuk urea, KCL, dan
SP36.

Menurut Rosmarkam (2002), pupuk berdasarkan senyawanya dapat


digolongkan menjadi dua, yaitu:

Pupuk Organik, yakni pupuk yang berupa senyawa organik.


Kebanyakan pupuk alam tergolong ke dalam pupuk organik.

Pupuk anorganik atau mineral, yakni pupuk dari senyawa anorganik.


Hampir semua pupuk buatan tergolong pupuk anorganik.

Menurut Rahardi (2007), pupuk berdasarkan fasaenya dapat


digolongkan menjadi dua, yaitu:

Pupuk padat

Ada yang berbentuk serpih atau hancuran kasar, hancuran halus,


butiran atau granular, serbuk, dan tablet. Contohnya adalah pupuk
fosfat alam dan guano fosfat.

Pupuk cair

Pupuk cair organik, terbuat dari bahan tumbuhan atau hewan,


dibuat dengan mencairkan pupuk padat anorganik. Contohnya
adalah cuka kayu, dan urine ternak

Menurut Rosmarkam (2002), pupuk berdasarkan penggunaannya


dapat digolongkan menjadi dua, yaitu:

Pupuk akar atau pupuk tanah, yakni pupuk yang diberikan ke dalam
tanah di sekitar akar agar diserap oleh akar tanaman. Pupuk akar
biasanya hanya berupa pupuk majemuk makro atau mikro.

Pupuk daun, yakni pupuk yang cara pemupukannya dilarutkan


terlebih dahulu dalam air, kemudian disemprotkan pada permukaan
daun. Pupuk daun umumnya berupa pupuk lengkap, makro dan
mikro yang berbentuk padat seperti kristal halus dan cairan.

Menurut Rosmarkam (2002), pupuk berdasarkan fisiologinya dapat


digolongkan menjadi dua, yaitu:

Pupuk yang mempunyai reaksi fisiologis asam, yakni ppupuk yang


bila diberikan ke dalam tanah ada kecenderungan tanah menjadi
lebih asam (pH menjadi lebih rendah). Contohnya adalah ZA dan
urea

Pupuk yang mempunyai reaksi fisiologis basis, yakni pupuk yang bila
diberikan ke dalam tanah menyebabkan pH tanah cenderung naik.
Contohnya adalah pupuk chili salpeter, calnitro dan kalsium sianida.

Menurut Sutedjo (2012), pupuk berdasarkan kadar kandungan hara


dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu:

Pupuk berkadar hara tinggi yaitu kandungan unsur haranya lebih


dari 30%,

Pupuk berkadar hara sedang yaitu kandungan unsur haranya 20-


30%.
Pupuk berkadar hara rendah yaitu kandungan unsur haranya 20%.

Menurut Rahardi (2007), pupuk berdasarkan macam hara dapat


digolongkan menjadi dua, yaitu:

Pupuk yang hanya mengandung unsur hara makro.

Pupuk yang hanya mengandung unsur hara mikro.

Pemupukan merupakan usaha yang dilakukan pada satu


pertanaman berarti menambahkan atau menyediakan hara bagi
tanaman yang memegang peranan penting dalam upaya
meningkatkan hasil pertanian.Anjuran pemupukan yang tepat terus
digalakkan melalui program pemupukan berimbang (dosis dan jenis
pupuk yang digunakan sesuai dengan kebutuhan tanaman dan
kondisi lokasi/spesifik lokasi), namun sejak sekitar tahun 1996 telah
terjadi penurunan produktivitas (leveling off) sedangkan
penggunaan pupuk terus meningkat. Hal ini berarti terjadi
penurunan efisiensi pemupukan. Berbagai faktor tanah dan
lingkungan tanaman harus dikaji lebih mendalam (Sumarno, 2013).

Pemupukan merupakan salah suatu kegiatan pemberian atau


penambahan zat-zat pada tanaman atau pada tanah untuk
mencukupi keadaan makanan atau unsur hara dalam tanah yang
tidak cukup terkandung didalamnya. Dari semua unsur hara yang
diperlukan tanaman, unsur N (nitrogen), P (fosfor) dan K (kalium)
merupakan tiga unsur utama yang diberikan pada tanaman. Ada dua
alasan yang dapat menyebabkan ketiga hara tersebut dikatakan
sebagai unsur utama dan unsur esensial karena (1) apabila unsur-
unsur itu tidak tersedia maka dapat menyebabkan siklus hidup
tanaman tidak lengkap, perkembangannya tidak normal, kualitas
hasil tidak sempurna dan sebagainya. (2) unsur-unsur tersebut
terlibat langsung dalam kebutuhan tanaman, dimana fungsi unsur-
unsur tersebut tidak dapat digantikan oleh unsur lainnya (Sutedjo,
2012).

Pemupukan yang tidak tepat dapat menimbulkan kerugian


seperti pupuk yang terbuang percuma, serta tidak mencapai sasaran
sehingga tidak efisien dalam kadar haranya. Sedangkan kerugian
pada tanaman itu sendiri adalah tanaman menjadi tidak sehat serta
mudah terserang hama dan penyakit sehingga hasil yang diperoleh
menjadi rendah (Lingga,et al. 2010).

Istilah pemupukan dinamakan 5 tepat pemupukan. 5 tepat


pemupukan diantaranya yaitu sebagai berikut:

Tepat jenis maksudnya yaitu pada saat pemupukan harus


tepat dalam menentukan jenis pupuk yang dibutuhkan oleh
tanaman. Misalnya pada saat pemupukan tanaman padi, jika
tanaman tersebut membutuhkan pupuk N maka kita harus
memupuk Urea atau jika tanaman tersebut kekurangan unsur P
maka perlu diberikan pupuk SP36 atau pupuk lain yang mengandung
unsur P. Apabila jenis pupuk yang digunakan salah, maka akan
membuat tanaman yang kita pupuk tidak akan bertambah bagus
(Azri, 2016).

Tepat dosis yang di maksud disini yaitu pada saat


dilakukannya pemupukan, dosis yang diberikan harus tepat atau
sesuai dengan kebutuhan tanaman atau yang tertera pada label.
Karena pemberian dosis pupuk yang salah akan menyebabkan
ketidakefisienan terhadap tanaman bahkan menyebabkan
kerusakan pada tanaman. Tepat dosis disini dimaksudkan agar dosis
yang kita berikan ke tanaman tidak sampai terlalu sedikit ataupun
terlalu banyak. Apabila dosis yang kita berikan terlalu sedikit, maka
tanaman masih kekurangan unsur hara. Dan apabila dosis terlalu
banyak maka pupuk tersebut bisa saja menjadi toksik bagi tanaman
itu sendiri (Azri, 2016).

Tepat waktu yang di maksud disini yaitu pada saat


dilakukannya t pemberian pupuk yang baik dan benar, maka
hendaknya disesuaikan kapan tanaman tersebut membutuhkan
asupan lebih unsur hara atau pada waktu yang tepat. Hal tersebut
dimaksudkan agar tanaman dapat tumbuh dan berkembang dengan
optimal. Waktu pemupukan biasanya saat sebelum penanaman,
saat tanam, dan setelah tanam (Azri, 2016).

Tepat tempat yang di maksud disini yaitu pada saat


dilakukannya pemupukan harus memperhatikan tempat atau lokasi
tanaman sehingga dapat mengaplikasikan pemupukan secara tepat.
Misalnya pada saat pemupukan, lokasi pemupukan berada pada
ketinggian dan kecepatan angin besar. Maka jangan menggunakan
pupuk yang berbentuk cair dan disemprotkan. Pemupukan yang
baik juga memperhatikan peletakan pupuk pada tanaman. Entah
disekitar tanaman ataupun di dalam tanah. Hal tersebut
mempengaruhi hasil penyerapan tanaman akan asupan pupuk yang
kita berikan (Azri, 2016).

Tepat cara yang di maksud disini yaitu pada saat dilakukannya


pemupukan, cara kita harus benar.Cara pemberian pupuk yang
salah akan membuat pupuk terbuang sia-sia ataupun tercuci oleh air
dan terdenitrifikasi sehingga tidak dapat ditangkap langsung oleh
tanaman. Untuk itu cara pemupukan harus benar dan tepat sasaran
(Azri, 2016).

Bagi tanaman, pupuk sama seperti makanan pada manusia. Oleh


tanaman, pupuk digunakan untuk tumbuh, hidup, dan berkembang.
Pupuk mengandung zat atau unsur hara yang sangat berguna bagi
tanaman. Kandungan hara dalam tanaman berbeda–beda,
tergantung pada jenis hara, jenis tanaman, kesuburan tanah atau
jenisnya, dan pengelolaan tanaman (Novitan, 2002).

Pemupukan pada tanah dilakukan untuk mempertahankan dan


meperbaiki kesuburan tanah sehingga produktivitas tanah dapat
meningkat dan memperoleh hasil yang optimal. Dengan pemupukan
kita dapat berusaha mengembalikan unsur-unsur hara dalam tanah
yang hilang karena terserap oleh tanaman yang tumbuh diatasnya
dan kemungkinan adanya kehilangan unsur hara karena erosi dan
yang tercuci (Lingga, 2001).

Alasan utama sehingga tanah bisa sangat keras adalah penggunaan


pupuk anorganik tunggal dalam jangka waktu lama. Sebagai contoh,
residu sulfat dan karbonat yang terkandung dalam pupuk dan tanah
bisa bereaksi dengan kalsium tanah yang menyebabkan sulitnya
pengolahan tanah. Penggunaan pupuk yang setimbang menghindari
kekerasan tanah sehingga meningkatkan pertumbuhan tanaman
dan porositas tanah serta kadar air tersedia tanah (Roidah, 2013)

Pemupukan yang tidak tepat dosis, waktu, dan caranya


menyebabkan tanaman tidak tumbuh optimal, baik karena tanaman
kekurangan unsur hara maupun karena kelebihan pupuk.
Pemupukan yang berlebihan tidak hanya merugikan bagi tanaman
tetapi dapat pula dirasakan bagi tanah karena dapat menyebabkan
kecenderungan terjadinya ketidakseimbangan unsur hara dalam
tanah, kerusakan sifat tanah, dan pencemaran lingkungan (Alavan,
2015).
Alat yang digunakan pada praktikum pengenalan pupuk ini adalah

1 alat tulis

2 handphone.

3 laptop

Bahan yang digunakan pada praktikum pada praktikum


pengenalan pupuk ini adalah

1. pupuk Urea,

2. pupuk SP-36,

3.pupuk KCl,

4.Pupuk ZA,

5.Pupuk Kompos.

Cara kerja dalam praktikum pengenalan pupuk adalah sebagai


berikut:

3.3.1 Pengenalan Pupuk

Menyiapkan alat tulis.

Memperhatikan dan mengamati setiap jenis pupuk

Mencatat nama pupuk, kadar persentase, kandungan hara,


khususnya Nitrogen, Fosfat dan Kalium, bentuk dan warna masing-
masing pupuk, serta sifat pupuk tersebut.

Menyiapkan alat tulis:

Melampirkan hasil dan pembahasan.

3. METODE PRAKTIKUM

3.1 Bahan

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, maka dapat diperoleh


informasi bahwa kadar hara, warna, bentuk, serta sifat dari setiap
jenis pupuk berbeda-beda. Karena sifat dan kadar haranya yang
berbeda, maka fungsinya untuk memenuhi kebutuhan hara suatu
tanaman juga berbeda. Kandungan pupuk berguna untuk
melengkapi serta mencukupi unsur hara pada tanaman maupun
3.2 Bahan tanah. Hal ini sesuai dengan pendapat Sutedjo (2006), yang
menyatakan bahwa pemupukan merupakan salah suatu kegiatan
pemberian atau penambahan zat-zat pada tanaman atau pada
tanah untuk mencukupi keadaan makanan atau unsur hara dalam
tanah yang tidak cukup terkandung didalamnya. Dari semua unsur
hara yang diperlukan tanaman, unsur N (nitrogen), P (fosfor) dan K
(kalium) merupakan tiga unsur utama yang diberikan pada tanaman.

Pupuk SP36 memiliki kadar hara 36%, berwarna putih,


memiliki bentuk granular dan pupuk SP36 bersifat tidak higroskopis.
Hal ini sesuai dengan pendapat Alviani (2015), yang menyatakan
3.3 Cara Kerja bahwa pupuk SP36 merupakan pupuk anorganik yang memiliki
kandungan unsur hara jelas yaitu 36% P, kekurangan dari pupuk
SP36 ini yaitu dengan sifatnya yang tidak higroskopis serta
penggunaan yang berlebih dapat mengakibatkan residu pada tanah.

Pupuk KCL memiliki kadar hara 60%, berwarna merah,


berbentuk kristal, dan memiliki sifat higroskopis. Hal ini sesuai
dengan pendapat Mulyani (2012), yang menyatakan bahwa pupuk
KCL merupakan pupuk anorganik yang termasuk salah satu jenis
pupuk kalium tunggal yaitu yang memiliki kandungan unsur hara
50% K, pupuk ini memiliki kemampuan untuk menyerap molekul air
dengan baik.

Pupuk ZA memiliki kadar hara 24%, berwarna putih,


berbentuk kristal, dan memiliki sifat higroskopis. Hal ini sesuai
dengan pendapat Kiswondo (2013), yang menyatakan bahwa pupuk
ZA ((NH4)2SO4) merupakan pupuk anorganik yang terdiri atas
senyawa (S) Sulfur (24%) dalam Sulfat dan (N) Nitrogen (21%) dalam
bentuk amonium yang mudah larut dan diserap tanaman.

Pupuk Urea memiliki kadar hara 46%, berwarna pinnk,


berbentuk butiran, dan memiliki sifat higroskopis. Hal ini sesuai
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
pendapat Anhar (2016), yang menyatakan bahwa pupuk urea
4.1 Hasil merupakan pupuk buatan, dengan kandungan nitrogen sebesar 45
% dan pupuk ini tergolong dalam pupuk yang higroskopis, yaitu pada
kelembaban nisbih 73 persen sudah mulai menarik air dari udara.

Pupuk kompos berwarna cokelat, berbentuk granular, dan


bersifat higroskopis, sedangkan kandungan dari pupuk ini tidak
dapat diketahui berapa pastinya. Hal ini sesuai dengan pendapat
Sutanto (2002), yang menyatakan bahwa ciri fisik pupuk kompos
yang baik adalah berwarna cokelat, agak lembab, gembur, dan
bahan pembentuknya sudah tidak tampak lagi.

4.2 Pembahasan
Kesimpulan

Based on the description above, it can be concluded that:

ZA fertilizer, KCL fertilizer and Urea are classified as hygroscopic


fertilizer, while compost and SP36 fertilizer are classified as non-
hygroscopic fertilizers.

Determination of fertilizer dosage is based on the type of plant and


the condition of a soil.

Saran

Untuk praktikum selanjutnya diharapkan agar asisten lebih efisien


menjelaskan sehingga praktikum berjalan dengan lancar dan tertib
agar praktikan mampu memahami materi dengan jelas.

Alavan, H.R. 2015. Pengaruh Pemupukan Terhadap Pertumbuhan


Beberapa Varietas Padi Gogo (Oryza Sativa L.). Jurnal Floratek,
Vol.10: 61 – 68.

Alviani, Puput. 2015. Bertanam Hidroponik Untuk Pemula. Jakarta:


Bibit Publisher

Anhar, R. 2016. Pengaruh Dosis Pupuk Urea Terhadap Pertumbuhan


dan Produksi Plasma Nutfah Padi Lokal Asal Aceh. Jurnal Universitas
Syiah Kuala, Vol.1: 3-4

Azri. 2016. Pengaruh Pemupukan Terhadap Pertumbuhan dan


Produktivitas Tumbuhan Kaliandra (Calliandra calothyrsus) pada
Tanah Inseptisol. Jurnal Ilmu Tanah, Vol.2(2): 23-41.

Hakim, N. 2008.Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Lampung: Lembaga


Penerbitan Universitas Lampung.

Hardjowigeno, S. 2007. Ilmu Tanah. Jakarta: Akademika Press Indo.

Hasibuan, B. 2006.Pupuk dan Pemupukan. Medan: USU Press.

Kiswondo, S. 2013. Penggunaan Abu Sekam dan Pupuk ZA terhadap


Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Tomat. Jurnal Embryo. 8: 9-17

Lingga, et al. 2010. Pupuk dan Pemupukan. Bandung: Pustaka


Buana.
5. KESIMPULAN DAN SARAN
Lingga, Pinus. 2001. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Jakarta: Penebar
5.1 Kesimpulan Swadaya.

Mulyani, A. 2012. Lahan Kering untuk Pertanian Dalam Teknologi


Pengelolaan Lahan Kering. Jurnal Pusat Penelitian dan
Pengembangan Tanah dan Agroklimat, Badan Litbang Deptan,
Bogor. Hal. 1-34

Novizan. 2005. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. Depok:


Agromedia pustaka.

Rahardi, F. 2007. Agar Tanaman Cepat Berbuah. Jakarta: Agromedia


Pustaka
5.2 Saran
Roidah, I.S. 2013. Manfaat Penggunaan Pupuk Organik untuk
Kesuburan Tanah. Jurnal Universitas Tulungagung Bonorowo,
Vol.1(1): 1-9.

Rosmarkam, Afandie, dan Nasih Widya Yowono. 2002. Ilmu


Kesuburan Tanah. Yogyakarta : Penerbit Kanisius.

Sumarno. 2013. Pupuk dan Pemupukan Ramah Lingkungan. Fakultas


Pertanian, Universitas Brawijaya.

Sutanto, Rachman. 2002. Pertanian organik: Menuju Pertanian


Alternatif dan Berkelanjutan. Jakarta: Swadaya

Sutedjo, M. 2012. Pupuk dan Cara Pemupukan. Jakarta: Rineka


Cipta.

Sutedjo, M. 2006. Memproduksi Kompos dan Mikroorganisme Lokal.


Jakarta: Rineka Cipta.

6. DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai