Anda di halaman 1dari 11

BAB IV

APLIKASI PEMUPUKAN PADA OKRA

A. PENDAHULIAN
1. Latar Belakang
Tanaman okra mulai banyak dibudidayakan di Indonesia. Selama
ini tanaman sayur okra banyak diambil buah mudanya yang berbentuk
silindris meruncing untuk sayur. Bahkan di beberapa negara seperti
India, Srilangka, Jepang, Philiphina, Saudi Arabia dan Eropa, masakan
buah okra ini sangat populer
Permasalahan yang sering terjadi pada tanaman okra saat ini adalah
kurangnya ketersediaan media tanam yang subur, sehingga akan
mempengaruhi pertumbuhan. Untuk mengatasi masalah tersebut, maka
perlu dilakukan penambahan pupuk dengan komposisi yang tepat agar
pertumbuhan semai dapat lebih baik dan tingkat keberhasilannya
tinggi. Media tanam dapat diperbaiki dengan cara meningkatkan kadar
bahan organiknya. Peranan bahan organik itu selain dapat
memperbaiki struktur tanah, juga dapat menambah unsur hara dan
mempengaruhi aktifitas mikroorganisme di dalamnya.
Pemupukan merupakan faktor yang sangat penting dalam
membudidayakan tanaman, pemupukan memberikan kontribusi yang
sangat luas dalam meningkatkan produktifitas dan kualitas produk
yang dihasilkan. Salah satu efek pemupukan yang sangat bermanfaat
yaitu meningkatkan kesuburan tanah yang menyebabkan tingkat
produksi tanaman menjadi relatif stabil serta meningkatkan daya tahan
tanaman terhadap serangan penyakit dan pengaruh iklim yang tidak
menguntungkan. Selain itu, pemupukan bermanfaat melengkapi
penyediaan unsur hara di dalam tanah sehingga kebutuhan tanaman
terpenuhi dan pada akhirnya tercapai hasil produksi yang maksimal
(Pahan, 2008).
2. Tujuan Praktikum
a. Mengetahui cara aplikasi pemupukan
b. Mengetahui cara perhitungan kebutuhan pupuk

B. TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman okra (Abelmoschus esculentus L.) atau yang lebih dikenal
dengan kacang bendi adalah sayuran yang berasal dari Benua Afrika.
Menurut Naveed et al., (2009) okra termasuk famili Malvaceae (kapas-
kapasan) yang tersebar di daerah tropik dan subtropik seperti India, Afrika
Barat dan Brazil. Tanaman ini sangat popular di negara-negara Eropa dan
Australia. Okra merupakan tanaman semusim, dan dikenal dengan
beberapa nama antara lain lady’s finger, qiu kui, okura, okro,
quiabos,ochro, quiabo, gumbo, bamya, bamia, bendi, bhindi, kacang
bendi, dan kopi arab. Taksonomi tanaman okra sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Malvales
Familiy : Malvaceae
Genus : Abelmoschus
Spesies : Abelmoschus esculentus L.Moench
Jenis-Jenis Pupuk :
1. Pupuk organik
Pupuk organik adalah pupuk yang berupa senyawa organik,
misalnya pupuk kandang, kompos, guano serta sisa-sisa tanaman
lainnya yang dapat menambah kesuburan tanah dan perbaikan sifat
fisik tanah (Rosmarkam, 2013). Pemberian bahan organik sebagai
pupuk memberikan pengaruh yang sangat kompleks bagi pertumbuhan
tanaman, terutama karena kemampuannya memperbaiki sifat fisik dan
biologi tanah (Pahan, 2008).
keberadaan bahan organik merupakan salah satu alat bantu dalam
optimalisasi pertumbuhan tanaman, yang terpenting adalah peranan
bahan organik yang dapat memperbaiki kondisi tanah. Perbaikan sifat
fisik tanah terutama sekali terjadi karena meningkatnya kegiatan
mikroorganisme didalam tanah sehingga struktur tanah menjadi lebih
baik (lebih remah), aerasi tanah dan kapasitas dalam menahan air
meningkat, serta adanya bahan organik akan berfungsi sebagai mulsa
yang melindungi permukaan tanah dari erosi dan pencucian hara
(Pahan, 2008).
2. Pupuk anorganik
Pupuk anorganik atau pupuk buatan adalah pupuk yang sengaja
dibuat oleh manusia (produksi pabrik) yang mengandung unsur hara
tertentu dengan kadar yang tinggi (Hardjowigeno, 2003).
Menurut Hardjowigeno (2003), Pupuk anorganik/buatan dapat
dibedakan menjadi 2 yaitu:
a. Pupuk Tunggal
Pupuk tunggal yaitu pupuk yang hanya mengandung satu jenis
unsur hara sebagai penambah kesuburan tanah, misalnya pupuk
pupuk N, pupuk P, pupuk Kdan sebagainya. Pahan (2008)
menambahkan, adapun kelebihan dan kelemahan dalam
penggunaan pupuk tunggal adalah sebagai berikut:
1) Kelebihan
a) Mudah didapat dan harga lebih murah
b) Kepastian dosis bisa lebih tepat sesuai rekomendasi yang
dibutuhkan
c) Kelarutan dalam tanah sangat cepat dan cepat diserap tanaman.
2) Kelemahan
a) Pupuk secara kelarutan cepat sehingga tingkat lossis ataupun
kehilangan pupuk sangat tinggi contohnya tercuci, menguap
(urea). Kondisi ini dipengaruhi terhadap aplikasi pemberian
pupuk (4 T) tepat waktu, tepat cara, tepat dosis dan tepat
tempat, sehingga kehilanggan dapat diperkecil.
b) Pupuk majemuk yaitu pupuk yang mengandung lebih dari satu
unsur hara yang digunakan untuk menambah kesuburan tanah.
Pupuk majemuk yang umumnya hanya mencakup 3 hara
makro yaitu N, P, dan K. Pupuk majemuk yang paling banyak
digunakan adalah pupuk NPK, misalnya Rustika yang
mengandung unsur N, P, K dan Mg dengan komposisi 15-15-
6-4 (Pahan, 2008).
Penggunaan pupuk majemuk harus disesuaikan dengan kebutuhan
dari jenis tanaman yang akan dipupuk karena setiap jenis tanaman
memerlukan perbandingan N, P, dan K tertentu (Mangoensoekarjo,
2007).
Menurut Pahan (2008) menambahkan, adapun kelebihan dan
kelemahan dalam penggunaan pupuk majemuk adalah sebagai berikut:
1. Kelebihan
a. Pupuk slow reliase (tidak secara keseluruhan terurai sebab
pupuk komposisi tidak sama dengan bahan lainnya).
b. Tidak merusak tanah bersinergis.
c. Lebih mudah aplikasinya, lebih lengkap dan seimbang
kandungan unsurharanya, lebih seragam penyebaran unsur
haranya, lebih efisienpenggunaannya, lebih efisien dalam
penggunaan tenaga kerja dan waktu, serta lebih mudah
pengadaan dan penyimpanan
2. Kekurangan
a. Harga pupuk sangat mahal
b. Ketepatan dosis tidak bisa tercapai sebab setiap unsur seyawa
hara terdapat dalam perbandingan yang berbeda.
c. Kebutuhan pupuk tidak sama setiap unsurnya.
Pada aplikasi pemupukkan dapat dilakukan dengan cara :
1. Ditabur atau disebar
Cara pemupukan ini yaitu pupuk ditabur atau disebar pada
permukaan tanah dalam piringan sekitar 50 cm – 150 cm dari
batang pokok sampai bagian bersih pada piringan, akan tetapi juga
tergantung pada umur tanaman. Aplikasi pemupukan seperti ini
diterapkan untuk pupuk berupa butiran (granular) atau serbuk
(Mangonsoekarjo, 2008). Pemupukan N (Urea atau ZA) ditabur
merata di dalam piringan mulai radius 50 cm dari pokok sampai
batas pinggir piringan. Pupuk P (RP, TSP atau JRP) jika kondisi
areal ditutupi kacangan penutup tanah, maka pemupukan ditabur
merata di gawangan kelapa sawit. Jika kondisi areal tidak ada
penutup tanah kacangan, maka pupuk ditabur mulai radius 100 cm
dari pokok sampai 275 cm atau sejauh lebar tajuk. Pupuk K (MOP
atau Abu janjang) ditabur merata mulai dari pangkal pokok sampai
sejauh lebar tajuk. Pupuk Mg (Kieserite) ditabur merata mulai 100
cm dari pangkal pokok sampai sejauh lebar tajuk. Pupuk B (HGF
Borate) jika dosis kurang dari 30 gram/pokok, maka pemberiannya
ditabur melalui ketiak daun pada lingkaran II dan III sesudah daun
tombak. Jika dosis Borate lebih dari 30 gram/pokok, maka
pemberian ditabur melingkar di tanah dekat pokok (Risza, 2010).
2. Larikan
Pemupukan cara ini dilakukan pada tanaman yang jarak
tanamnya rapat dan teratur. Cara pemupukannya dengan membuat
lubang larikan sedalam ± 5 cm sepanjang jalur tanaman untuk
tempat penaburan pupuk. Setelah pupuk dimasukkan ke dalam
lubang larikan kemudian tutup lagi dengan tanah agar pupuk yang
diberikan tidak mudah menguap (Fauzi, et al, 2014).
3. Pemupukan melalui daun
Menurut Fauzi, et al, (2014), penyerapan unsur hara melalui
daun ternyata lebih cepat dan lebih sempurna karena langsung
dapat diolah oleh daun, namun pemupukan lewat daun perlu
diperhatikan seperti kepekatannya agar tidak merusak pada daun.
4. Dimasukkan ke lubang tanam
Cara pemupukan ini dengan cara pupuk dimasukkan ke dalam
lubang tanam yang telah dibuat, kemudian ditutup lagi dengan
tanah. Cara ini digunakan untuk tanaman tahunan. Kelebihan dari
cara ini yaitu pupuk tidak akan keluar atau hanyut saat hujan.
(Mangonsoekarjo, 2007).

C. ALAT,BAHAN DAN LANGKAH KERJA


1. Alat
a. Timbangan analitik
b. Plastik
2. Bahan
a. Benih okra
b. Pupuk baglog
3. Langkah Kerja :
a. Pada lahan dibersihkan terebih dahulu dari gulma yang tumbuh di
areal yang akan ditanami. Lahan dapat dibersihkan dengan
menggunakan sabit, parang, atau menggunakan herbisida. Setelah
lahan bebas dari tumbuhan pengganggu, dilakukan pengolahan
tanah dengan traktor, diikuti dengan garu serta perataan sampai
lahan siap ditanami
b. Membuat lubang dengan cara ditugal sedalam 5cm. Jarak tanam
yang dianjurkan yaitu jarak tanam 70 cm x 80 cm dengan 2 benih
per lubang tanam
c. Memasukan benih kedalam lubang dan tutup dengan pupuk
kandang, dengan dosis 1,5 – 3 ton/ha atau 1 – 2 gengam atau 50
gram tiap lubang. Dosis pemupukan okra adalah 150 kg/ha SP, 150
kg/ha KCL, dan 100 kg/ha Urea. Pupuk diberikan dengan cara
ditungal sedalam 5 cm dengan jarak 10 cm dari batang tanaman
dan ditutup dengan tanah
d. Melakukan pemupukan susulan pertama kali dilakukan ketika
tanaman okra berusia 10-15 hari setelah tanam. Pemupukan
dilakukan dengan cara dikocor menggunakan pupuk ZA atau Urea
dan KCL dengan perbandingan 1 : 1. Gunakan 1 kg pupuk nitrogen
dan 1 kg pupuk KCL larutkan dalam 500 liter air dikocorkan pada
pangkal batang dengan takaran 200ml larutan pupuk untuk satu
tanaman. Pemupukan dilakukan setiap 7-10 hari sekali atau
disesuaikan dengan kondisi tanaman
e. Pemupukan susulan kedua saat tanaman berusia 1 bulan,
pemupukan susulan dengan cara ditabur disamping tanaman.
Penaburan pupuk sebaiknya dilakukan setelah penyiraman atau
ketika tanah dalam keaadaan basah atau lembab. Jenis dan dosis
pupuk yang digunakan disesuaikan dengan kebutuhan tanaman,
antara lain Za/Urea, KCL, TSP, dan NPK. Ketika tanaman mulai
berbunga ( memasuki masa generatif ) gunakan pupuk mengandung
P dan K tinggi dan kurangi pupuk mengandung unsur N.
f. Panen buah okra dimulai ketika tanaman berusia 60-80 hari. Buah
okra dipanen ketika masih muda, yaitu 5-6 hari setelah bunga
mekar, kira-kira yang sudah beukuran panjang 10-12 cm.
Pemanenan bisa dilakukan setiap 2 atau 3 hari sekali, dan
berlangsung hingga 2-3 bulan sejak panen pertama. Masa panen
tergantung pada kondisi tanaman dan pemeliharaan tanaman.
D. HASIL PENGAMATAN
Tabel 4.1 Hasil Pengamatan Pemupukan Okra dengan Cara Kocor
Tinggi Tanaman(cm) Jumlah Daun Pengamatan
Tanaman Pengamatan Ke- Ke-
Sampel
1 2 3 1 2 3
1 9 12 12,2 5 5 3
2 5,9 8 34 5 2 10
3 8,5 18 34,3 6 9 10
4 11 13 46,5 7 7 15
5 9,6 12,7 26 6 7 9
Rata-rata 8,8 12,74 30,5 5,8 6 9,6

Tabel 4.2 Hasil Pengamatan Pemupukan Okra dengan Cara Tugal


Tinggi Tanaman (cm)
Tanaman Jumlah Daun Pengamatan Ke-
Pengamatan Ke-
Sampel
1 2 3 1 2 3
1 9 0 0 10 0 0
2 5 0 0 9 0 0
3 4,3 6 16 4 6 8
4 6 7 16 9 7 8
5 5,5 0 0 3 0 0
Rata-rata 5,96 2,6 6,4 7 3 3

Tabel 4.3 Hasil Pengamatan Pemupukan Okra dengan Cara Larikan

Tinggi Tanaman (cm) Jumlah Daun Pengamatan


Tanaman Pengamatan Ke- Ke-
Sampel
1 2 3 1 2 3
1 4 7 13 4 5 7
2 8 0 0 4 0 0
3 6 0 0 7 0 0
4 6,5 0 0 5 0 0
5 5 11 15 5 7 8
Rata-rata 5,9 3,6 5,6 5 2,4 3
a. Presentasi Kehidupan Minggu ke-1
5
𝑥 100% = 25%
20
b. Presentasi Kehidupan Minggu ke-2
2
𝑥 100% = 10%
20
c. Presentasi Kehidupan Minggu ke-3
2
x 100% = 10%
20

E. PEMBAHASAN
Pemupukan adalah penyediaan zat hara pada tanaman ,pemupukan
juga berfungsi untuk memperbaiki unsur hara pada tanah dan pemupukan
bertujuan untuk menambah unsur hara pada tanaman sehingga tanaman
dapat mengghasilkan produksi yang maksimal. Pemupukan dibagi menjadi
3 metode yaitu tugal,kocor dan larik. Kocor adalah metode pemupukan
dengan cara mencampurkan pupuk dengan air lalu dilarutkan dan
kemudian disiram ke tanaman, Larikan adalah metode pemupukan dengan
cara pupuk ditaburkan diantara larikan dan kemudian ditutup lagi dengan
tanah,tugal adalah metode pemupukan dengan cara dibenamkan kedalam
lubang disebelah tanamannya kemudian ditutup dengan tanah. Dari 3
metode ini yang paling baik adalah metode kocor karena pada metode
kocor pupuk tecampur rata kedalam tanamannya dan dapat cepat diserap
oleh tanaman.
Dalam praktikum aplikasi pemupukan pada okra memakai pupuk
baglog, dan pupuk ZA. Pupuk baglog diberikan pada saat sebelum
penanaman yaitu dengan cara dicampur dengan tanah yang berfungsi
untuk memperbaiki unsur hara pada tanah,sedangakan pupuk ZA
diberikan pada saat okra sudah berumur 2 minggu dan diberikan secara
ditugal.
Berdasarkan table diatas pada metode pemupukan secara tugal
menghasilkan rata rata tinggi tanaman 5,96cm, 2,6cm, 6,4cm dan rata rata
jumlah daun 7, 3, 3. Pada saat setelah diberi pupuk mengalami penurunan
karena tanaman okra pada sampel 1,2,dan 5 mati karena pupuk diberi pada
siang hari sehingga terjadi pemanasan pada tanaman tersebut dan pada
minggu ke dua walaupun terjadi penurunan pada rata rata tinggi dan
jumlah daun karena 3 tanaman mati tapi pada 2 tanaman yang tetap hidup
terjadi pertambahan tinggi dan jumlah daun,dan juga pada minggu ke 3
terjadi pertumbuhan tinggi yang cukup mencolok sehingga dapat melebihi
pada minggu pertama.
Presentase hidup pada tanaman okra dapat dihasilkan dengan cara
tugal presentase sebanyak 25%, 10%, 10%. Hal tersebut disebabkan pada
benih okra yang mengalami dormansi sehingga membutuhkan waktu yang
cukup lama agar benih tanaman dapat tumbuh. Hama yang sering
mengganggu dalam proses pertumbuhan tanaman yaitu ,ulat, tungau,lalat
bibit,pengorok,kutu atau persik dan uret

F. KESIMPULAN
Pada praktikum pemupukan pada okra dapat disimpulkan bahwa
pengaplikasian pemupukan padat dilakukan dengan 3 metode yatu dengan
larik ,tugal dan kocor.Metode terbaik adalah metode kocor karena pupuk
tecampur rata kedalam tanamannya dan dapat cepat diserap oleh tanaman.
DAFTAR PUSTAKA
Fauzi, Y., Yustina E. W., Iman S., dan Rudi H. 2003. Kelapa
Sawit(Budidaya, Pemanfaatan Hasil dan Limbah, Analisa Usaha,
dan Pemasaran). Penebar Swadaya. Jakarta.
Hardjowigeno.2003. Pupuk dan pemupukan Tomat. Kanisius:Yogyakarta

Mangoensoekarjo S. 2007. Pendahuluan. Dalam: Mangoensoekarjo S. ( Eds).


Manajemen Tanah dan Pemupukan Budidaya Perkebunan. Gajah Mada
University press, Yogyakarta.

Naveed, A., A.A. Khan., dan I.A. Khan. 2009. Generation mean analysis of water
stress tolerance in okra (Abelmoschus esculentus L.).Pak. J. Bot., 41:
195-205

Pahan, l. 2008.Panduan Lengkap Kelapa Sawit: Manajemen Agribisnis dari Hulu


hingga Hilir. Penebar Swadaya

Risza, Suyatno. 2010. Masa Depan Kelapa Sawit Indonesia. Kanisius.


Yogyakarta.

Rosmarkam, Afandhie dan Nasih Widyia Yuwono. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah.
Kanisius.Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai