Anda di halaman 1dari 6

BAB VI

INTENSITAS CAHAYA
A.PENDAHULUAN
1.Latar belakang
Cahaya matahari merupakan sumber utama energi bagi kehidupan, tanpa
adanya cahaya matahari kehidupan tidak akan ada. Bagi pertumbuhan tanaman
ternyata pengaruh cahaya selain ditentukan oleh kualitasnya ternyata ditentukan
intensitasnya. Intensitas cahaya adalah banyaknya energi yang diterima oleh
suatu tanaman per satuan luas dan per satuan waktu (kal/cm2/hari). Dengan
demikian pengertian intensitas yang dimaksud sudah termasuk lama penyinaran,
yaitu lama matahari bersinar dalam satu hari. Pada dasarnya intensitas cahaya
matahari akan berpengaruh nyata terhadap sifat morfologi tanaman. Hal ini
dikarenakan intensitas cahaya matahari dibutuhkan untuk berlangsungnya reaksi
CO2 dan air untuk membentuk karbohidrat. Sehingga dalam prosesnya
karbohidrat ini akan diubah dengan proses metabolisme sel sehingga menjadi
energi yang dibutuhkan sel dalam rangka pertumbuhan dan perkembangannya.
Tanaman yang mendapatkan cahaya matahari dengan intensitas yang tinggi
menyebabkan lilit batang tumbuh lebih cepat, susunan pembuluh kayu lebih
sempurna, internodia menjadi lebih pendek, daun lebih tebal tetapi ukurannya
lebih kecil dibanding dengan tanaman yang terlindung. Beberapa efek dari
cahaya matahari penuh yang melebihi kebutuhan optimum akan dapat
menyebabkan layu, fotosistesis lambat, laju respirasi meningkat tetapi kondisi
tersebut cenderung mempertinggi daya tahan tanaman.
Kangkung merupakan tanaman yang dapat tumbuh lebih dari satu tahun.
Tanaman kangkung memiliki sistem perakaran tunggang dan cabang-cabangnya
akar menyebar kesemua arah, dapat menembus tanah sampai kedalaman 60
hingga 100 cm, dan melebar secara mendatar pada radius 150 cm atau lebih,
terutama pada jenis kangkung air. Batang kangkung bulat dan berlubang,
berbuku-buku, banyak mengandung air (herbacious) dari buku-bukunya mudah
sekali keluar akar. Memiliki percabangan yang banyak dan setelah tumbuh lama
batangnya akan menjalar (Djuariah, 2007).
2.tujuan praktikum
a.mengetahui prinsip kerja lux meter
B.TINJAUAN PUSTAKA
Dalam sejarah, suatu sumber cahaya buatan awalnya merupakan lilin
(candela). Satuan cahaya candela atau (Cd) adalah satuan dari intensitas cahaya (I)
pada sebuah sumber energi yang dapat memancarkan energi cahaya kesegala arah.
Intensitas cahaya merupakan fluks cahaya dalam per satuan sudut ruang dalam
pancaran cahaya yang datang. Intensitas cahaya (luminous intensity) adalah kuat
cahaya yang dikeluarkan oleh sebuah sumber cahaya ke arah tertentu, diukur
dengan Candela (satwiko ,2004)

I= …………… (2.3)
Dimana:
I = Intensitas Cahaya (Cd)

= Fluks Cahaya (lm)


ꙍ =sudut ruang(sr)(Sumardjati, Prih, 2008)
menurut (basuki,1998) Lux meter adalah alat untuk mengukur intensitas atau
jumlah cahaya di sekitar kita. Prinsip kerja alat ini adalah di dalam alat ini
memperlihatkan hasil pengukurannya menggunakan format digital. Alat ini terdiri
dari rangka, sebuah sensor dengan sel foto dan layar panel. Sensor tersebut
diletakkan pada sumber cahaya yang akan diukur intensitasnya. Cahaya akan
menyinari sel foto sebagai energi yang diteruskan oleh sel foto menjadi arus
listrik. Makin banyak cahaya yang diserap oleh sel, arus yang dihasilkan pun
semakin besar. Jadi prinsip kerjanya yaitu bekerja dengan sensor cahaya. Prinsip
kerja dari lux meter adalah mengubah energi dari foton menjadi elektron. Idealnya
satu foton dapat membangkitkan satu elektron. Cahaya akan menyinari sel foto
yang kemudian akan ditangkap oleh sensor sebagai energi yang diteruskan oleh sel
foto menjadi arus listrik. Makin banyak cahaya yang diserap  oleh sel, arus yang
dihasilkan pun semakin besar. Di dalam perangkat lux meter ini terdapat suatu
penguat yang berfungsi memperkuat arus yang masuk sehingga arus dapat terbaca.
Tanpa penguat arus ini arus yang dihasilkan oleh cahaya tidak mungkin terbaca
karena arus yang dihasilkan sangat kecil. Untuk lux meter digital hasilnya akan
ditampilkan pada layar panel sedangkan untuk lux meter analog arus akan
menggerakkan jarum penunjuk skala. Sensor cahaya yang digunakan pada lux
meter adalah Photo dioda. Photo diode digunakan sebagai komponen pendeteksi
ada tidaknya cahaya maupun dapat digunakan untuk membentuk sebuah alat ukur
akurat yang dapat mendeteksi intensitas cahaya dibawah 1pW/cm2 sampai
intensitas diatas 10mW/cm2. Photo dioda mempunyai resistansi yang rendah pada
kondisi forward bias, kita dapat memanfaatkan photo dioda ini pada kondisi
reverse bias dimana resistansi dari photo dioda akan turun seiring dengan
intensitas cahaya yang masuk. Berbagai jenis cahaya yang masuk pada lux meter
baik itu cahaya alami atapun buatan akan mendapatkan respon yang berbeda dari
sensor. Berbagai warna yang diukur akan menghasilkan suhu warna yang berbeda,
dan panjang gelombang yang berbeda pula. Oleh karena itu pembacaan hasil yang
ditampilkan oleh layar panel adalah kombinasi dari efek panjang gelombang yang
ditangkap olehsensor photo diode
Basuki (1998) juga menambahkan bahwa Pembacaan hasil pada Luxmeter
dibaca pada layar panel LCD yang format pembacaannya pun memakai format
digital. Format digital sendiri didalam penampilannya menyerupai angka 8 yang
terputus-putus. LCD pun mempunyai karakteristik yaitu menggunakan molekul
asimetrik dalam cairan organic transparan dan orientasi molekul diatur dengan
medan listrik eksternal.
C.ALAT,BAHAN,DAN CARA KERJA
1. Alat
a. Lux meter
b. Alat tulis
2. Bahan
a. Tanaman kangkung
3. Cara kerja
Dalam pengoperasikan atau menjalankan lux meter amat sederhana. Tidak
serumit alat ukur lainnya, dalam penggunaanya yang perlu diperhatikan adalah
sensornya, karena sensorlah yang akan mengukur kekuatan penerangan suatu
cahaya. Oleh karena itu sensorlah yang akan megukur kekuatan penerangan suatu
cahaya. Oleh karena itu sensor harus ditempatkan pada daerah yang akan diukur
tingkat kekuatan cahayanya (iluminasi) secara tepat agar hasil yang ditampilkan
pun akurat.
Adapun prosedur penggunaan alat ini adalah sebaagai berikut :
a) Geser tombol on atau off ke arah On.
b) Pilih kisaran range yang akan diukur (2.000 lux, 20.000 lux atau 50.000 lux )
pada tombol range.
c) Arahkan sensor cahaya dengan menggunakan tangan pada permukaan daerah
yang akan diukur kuat penerangannya.
d) Lihat hasil pengukuran pada layar panel.
D.HASIL PENGAMATAN
Tabel 6.1 pengamatan intensitas tanaman kangkung dengan jarak tanam 10x10 dan
15x15
Jarak Tanam (10 x 10 ) Jarak Tanam (15 x 15)
Sampel
Atas Kanopi Bawah Kanopi Atas Kanopi Bawah Kanopi
1.  420X300 320X300  480X300  240X300 

E.PEMBAHASAN
Cahaya merupakan energi yang berbentuk gelombang elektromagnetik yang
kasat mata deng panjang gelombang sekitar 340-750 nm. Cahaya sangat
diperlukan pada tanaman dalam aktifitasnya pertumbuhan nya terutama pada
fotosintesis. Intensitas cahaya adalah daya yang dapat dipancarkan oleh sumber
cahaya pada arah tertentu per satuan sudut. Dalam kaitannya dengan pertumbuhan
tanaman, tanaman perlu menerima intesitas cahaya yang optimal sehingga proses
pertumbuhan daripada tanaman dapat berlangsung dengan baik.
Pada praktikum dilakukan pengamatan intensitas cahaya terhadap kanopi atas
dan bawah daun tanaman kangkung dengan jarak tanam 10 x 10 cm dan 15 x 15
cm menggunaakaan lux meter. berdasarkan pengamatan didapatkan hasil kanopi
atas dan bawah daun kangkung jarak tanam 10 x 10 cm adalah 420x300 dan
320x300 , sedangkan kanopi atas dan bawah daun kangkung jarak tanam 15 x 15
cm adalah 480x300 dan 240x300. Pada pengamatan ini diketahui bahwa pada
kanopi atas daun tanaman kangkung jarak tanam 15 x 15 cm lebih besar daripada
10 x 10 cm. Hal ini dikarenakan jarak tanam 15 x 15 cm memiliki indeks luas
daun yang lebih besar daripada 10 x 10 cm sehingga intensitas cahaya yang
diterima lebih maksimal.besarnya penerimaan intesitas cahaya pada tanaman
membuat proses asimilasi karbohidrat pada tanaman semakin besar sehingga
pertumbuhan tanaman akan semakin baik dan produk yang dihasilkan akan
maksimal.
F. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan diketahui caraya kerja lux meter

DAFTAR PUSTAKA

Basuki,1998, Prinsip Kerja Alat Ukur, Dikmenjur,Jakarta.


Djuriah, D. 2007. Evaluasi Plasma Nutfah Kangkung di Dataran Rancaekek.
Jurnal Hortikultura 7(3): 756-762.
Prasasto Satwiko, 2004. Fisika Bangunan 1 edisi 2. Yogyakarta : Andi
Prih Sumardjati, 2008, Teknik Pemanfaatan Tenaga Listrik.

Anda mungkin juga menyukai