Anda di halaman 1dari 10

BULETIN PALAWIJA NO.

18, 2009

PERBAIKAN PERBENIHAN GUNA MENDUKUNG


PENINGKATAN PRODUKSI UBI JALAR

Yudi Widodo, St.A. Rahayuningsih, dan Nasir Saleh1)

ABSTRAK widely used as foods, feeds as well as the raw mate-


Perbaikan perbenihan guna mendukung rials for industries. Along with the food diversifica-
peningkaan produksi ubi jalar. Ubi jalar (Ipo- tion programs which promote other source for car-
moea batatas) merupakan tanaman yang sudah lama bohydrate than rice, the development of chemical and
dikenal dan dibudidayakan oleh masyarakat Indone- industries, the needs of sweet potato will sharply
sia. Sebagai sumber karbohidrat, ubi jalar banyak increase. Therefore, the sweet potato should be de-
dimanfaatkan untuk bahan pangan dan bahan baku veloped through increasing productivity and extend-
industri. Sejalan dengan program diversifikasi pangan ing of the production areas. The production technol-
yang menjadikan sumber karbohidrat sebagai ogy and areas for the sweet potato are available. How-
alternatif selain beras, perkembangan industri kimia ever, seedling systems to produce adequate and sus-
berbasis ubi jalar, dan berkembangnya industri pakan tain supply of good seedlings are still needed. Sweet
ternak, kebutuhan ubi jalar dipastikan akan potato mostly propagated through vine-cuttings that
meningkat tajam sehingga diperlukan peningkatan genetically is not different to their parent should be
produksi baik melalui peningkatan produktivitas slightly different with seed regulations for seed-propa-
maupun perluasan areal tanaman komoditas tersebut. gated commodities. Furthermore, relationship and
Teknologi budidaya untuk peningkatan produktivitas linkages between seed producer, seed grower need to
maupun lahan untuk pengembangan ubi jalar telah be improved. To obtain a sustain seedling industries,
tersedia. Namun masih diperlukan sistem perbenihan synergistic cooperation of private companies, research
yang mampu menjamin tersedianya benih bermutu institute as well as public institutes related to seed
secara memadai dan berkesinambungan. Sistem regulation and facilitation are urgently required.
perbenihan ubi jalar yang perbanyakannya meng- Key words: Development sweet potato seedling, Ipo-
gunakan bagian vegetatif berupa stek batang atau moea batatas
stek pucuk dan secara genetis tidak berbeda dengan
induknya perlu diatur tersendiri agak berbeda dengan
tanaman yang diperbanyak melalui biji. Hubungan, PENDAHULUAN
keterkaitan dan koordinasi antara produsen benih/
benih terutama penyedia benih sumber, penangkar Di Indonesia, tanaman ubi jalar sudah dikenal
benih, distributor/penyalur benih yang selama ini dan dibudidayakan secara turun temurun oleh
masih dirasa kurang harmonis masih perlu sebagian masyarakat. Sebagai sumber
ditingkatkan. Untuk mencapai pertumbuhan industri karbohidrat, ubi jalar merupakan tanaman
benihan yang berkelanjutan, diperlukan peran sinergi bahan makanan dari kelompok umbi-umbian
sektor swasta, institusi riset pemerintah dan institusi yang sering dimanfaatkan sebagai pengganti
yang menangani regulasi serta fasilitasi perbenihan. beras, bahkan di beberapa daerah ubi jalar
Kata kunci: Pengembangan benih ubi jalar, Ipomoea digunakan sebagai makanan pokok. Sebagian
batatas besar produksi ubi jalar digunakan untuk
memenuhi kebutuhan di dalam negeri sebagai
ABSTRACT bahan pangan, dan dalam jumlah yang lebih kecil
Improving seedling system for supporting juga dimanfaatkan sebagai pakan maupun bahan
the increase of sweet potato production. Sweet baku industri.
potato has been cultivated by Indonesian farmers for Ke depan, kebutuhan ubi jalar di dalam negeri
years. As a source of carbohydrate, sweet potato was
dipastikan akan meningkat sejalan dengan
meningkatnya jumlah penduduk dan semakin
1
Peneliti Ekofisiologi Balai Penelitian Tanaman Kacang- berkembangnya industri berbahan baku ubi jalar
kacangan dan Umbi-umbian, Kotak Pos 66 Malang 65101,
Telp. (0341) 801468, e-mail: balitkabi@litbang.deptan.go.id (Anonim 2002). Di samping untuk memenuhi
kebutuhan dalam negeri, produk ubi jalar Indo-
Diterbitkan di Buletin Palawija No. 18: 48–57 (2009).

48
WIDODO DKK: PERBAIKAN PERBENIHAN GUNA MENDUKUNG PENINGKATAN UBI JALAR

nesia juga berpeluang besar untuk diekspor. diperoleh dapat mencapai 25–30 t/ha (Balitkabi
Dewasa ini peluang ekspor ubi jalar ke luar negeri 2005).
khususnya Jepang dan Korea serta Timur Tengah Ubi jalar sebagian besar diusahakan di lahan
semakin terbuka (Nainggolan 2005). Ekspor ke kering dan hanya sebagian kecil ditanam di lahan
Jepang dan Korea meski persyaratan mutu relatif sawah dengan berbagai jenis tanah yaitu: Alfisol,
sulit, tetapi sudah mampu dipenuhi oleh beberapa Ultisol, dan Inceptisol yang pada umumnya mem-
perusahaan yang bekerjasama dengan importir punyai tingkat kesuburan rendah.
(foreign buyer). Sementara itu, untuk pasar Pulau Jawa masih merupakan sentra produksi
Timur Tengah tidak menuntut persyaratan yang ubi jalar . Pada tahun 2007 provinsi Jawa Barat,
sulit, bahkan ubi jalar bentuk segarpun diterima, Jawa Timur dan Jawa Tengah secara total mem-
sehingga peluang untuk meningkatkan produksi beri kontribusi sebesar 37,5% dari produksi
sangat terbuka. Guna mendorong pengembangan Nasional, diikuti provinsi Papua, Sumatera Utara
ubi jalar tersebut, penggunaan varietas unggul dan Nusa Tenggara Timur masing-masing mem-
dan sistem perbenihan yang andal dalam penye- beri kontribusi sebesar 16,3%, 6,2%, dan 5,4%
diaan benihnya merupakan hal yang sangat (BPS 2008). Di Sumatera Utara, ubi jalar selain
urgen untuk diperbaiki. sebagai pangan, juga digunakan sebagai pakan
babi. Pada beberapa tahun terakhir ubi jalar (jenis
PRODUKSI UBI JALAR
Beniazuma) banyak dikembangkan untuk
Luas tanam dan produksi ubi jalar selama 10 diekspor ke Jepang.
tahun terakhir (1998–2007) relatif stagnan atau
sedikit berkurang masing-masing sebesar –1,01%/ ARTI PENTING VARIETAS UNGGUL
tahun dan –0,03%; akan tetapi produktivitas DALAM UPAYA PENGEMBANGAN
mengalami sedikit kenaikan sebesar 1,10%/tahun UBI JALAR
(Tabel 1). Kontraksi luas panen dan produksi ubi Salah satu kendala dalam upaya pengem-
jalar ini tampaknya berkait dengan permintaan bangan ubi jalar adalah masih rendahnya tingkat
yang derivasinya adalah harga serta kelancaran penggunaan varietas unggul (Suryana 2006).
pasar. Menyikapi hal tersebut, petani tidak selalu Sebagian besar petani masih menggunakan
menanam ubi jalar, tetapi mempertimbangkan varietas lokal atau varietas unggul lama yang
dan membandingkannya dengan komoditas disukai secara turun temurun meskipun produk-
palawija lainnya. Produktivitas ubi jalar pada tivitasnya rendah.
tahun 2007 baru mencapai 10,7 t/ha yang berarti Tersedianya kultivar unggul yang berdaya
masih terbuka peluang besar untuk ditingkatkan. hasil tinggi dengan kualitas hasil yang baik
Dengan teknologi budidaya yang cukup maju dan (sesuai keinginan pengguna) serta tahan hama
menggunakan varietas unggul, hasil umbi yang dan penyakit merupakan parameter penting

Tabel 1. Perkembangan luas panen, produksi, dan produktivitas ubi jalar


selama 10 tahun (1998–2007).

Tahun Produksi Luas panen Produktivitas


(000 ton) (000 ha) (t/ha)
1998 1935,0 202,1 9,60
1999 1665,0 172,0 9,70
2000 1827,7 194,3 9,40
2001 1749,1 181,0 9,70
2002 1771,6 177,3 10,00
2003 1991,5 197,5 10,00
2004 1901,8 184,5 10,10
2005 1857,0 178,3 10,40
2006 1854,2 176,6 10,50
2007 1886,8 176,9 10,70
Sumber: BPS 2008; 2002.

49
BULETIN PALAWIJA NO. 18, 2009

Tabel 2. Varietas unggul ubi jalar yang telah dilepas di Indonesia.

Varietas Asal usul Tahun Umur Hasil Keunggulan


dilepas (bln) (t/ha)
Daya Putri Selatan/Jonga 1977 4 23 • Agak tahan hama boleng
• Tahan terhadap penyakit
keriting
Borobudur No.380/Filipina II 1982 3,5–4 20 • Toleran hama penggerek
• Toleran penyakit kudis
Prambanan – 1982 – 28 –
Mendut IITA, Nigeria 1989 4 35 • Mampu beradaptasi di lahan
marginal
• Dapat ditanam sampai 900 m
dpl
Kalasan AVRDC, Taiwan 1991 3–4 40 • Agak tahan karat daun
• Mampu beradaptasi pada lahan
marginal
Muaratakus SQ-27xIK-I 1995 4–4,5 30–35 • Tahan penyakit kudis
(Sphaceloma batatas.)
• Cocok di lahan kering & sawah
Cangkuang SRIS 226 1998 4–4,5 30–31 • Agak tahan hama boleng
• Tahan penyakit kudis
Sewu Daya Op Sr-8 1998 4–4,5 28–30 • Agak tahan hama boleng
Tahan penyakit kudis
Sari Genjahrante x Lapis 2001 3,5–4 30–35 • Agak tahan hama boleng
• Tahan penyakit kudis
Boko No.14 x MLG 1258 2001 4–4,5 25–30 • Agak tahan hama boleng
• Toleran penyakit kudis
Sukuh AB 940 2001 4–4,5 25–30 • Agak tahan hama boleng
• Tahan penyakit kudis
Jago B0059-3 2001 4–4,5 25–30 • Agak tahan hama boleng
• Agak tahan penyakit kudis
Kidal Inaswang 2001 4–4,5 25–30 • Agak tahan hama boleng
• Tahan penyakit kudis
Papua Solossa Muara Takus x Slate 2006 6 24–30 • Tahan penyakit kudis, agak
peka hama boleng
Papua Patippi Gowok 2006 6 26–32 •Agak tahan penyakit kudis, agak
peka hama boleng
Sawentar Mantang merah 2006 6 24–30 •Tahan penyakit kudis, agak
peka hama boleng
Sumber: Balitkabi 2008a.

untuk adopsi petani terhadap VUB. Dibandingkan rinda banyak berkembang di daerah tersebut.
dengan komoditas padi, sebagian besar petani ubi Sebaliknya di Karanganyar (Jawa Tengah) petani
jalar masih menggunakan varietas lokal atau lebih menyukai ubi jalar dengan kulit umbi ber-
varietas unggul lama yang dalam beberapa hal warna putih.
mempunyai sifat yang disukai petani, meskipun Penggunaan varietas ubi jalar juga banyak
kadang produktivitasnya lebih rendah dibanding ditentukan oleh kegunaan ubi jalar tersebut.
varietas unggul dan rentan terhadap serangan Untuk bahan konsumsi secara langsung petani
hama dan penyakit. Preferensi petani terhadap memilih ubi jalar dengan rasa enak dan tekstur
ubi jalar juga sangat beragam. Di Blitar petani mempur. Sebaliknya apabila dimaksudkan untuk
lebih suka ubi jalar dengan kulit umbi berwarna pembuatan tepung dipilih ubi jalar dengan kadar
merah dan daging umbi berwarna kekuningan bahan kering dan kadar tepung tinggi.
sehingga varietas lokal Genjah Rante dan Sama-

50
WIDODO DKK: PERBAIKAN PERBENIHAN GUNA MENDUKUNG PENINGKATAN UBI JALAR

Hingga tahun 2005 tersedia 13 varietas unggul beragam, sehingga banyak kultivar yang satu
ubi jalar dengan berbagai karakter keunggulan- sama lain mirip akan tetapi apabila diamati
nya, termasuk potensi hasil yang tinggi (Tabel 2). dengan cermat ternyata ditemukan beberapa sifat
Pada tahun 2006 Balitkabi melepas tiga varietas yang berbeda. Pada ubi jalar, terjadinya duplikasi
ubi jalar yang sesuai untuk dataran tinggi di kultivar merupakan hal yang sering terjadi, ada
Papua, yaitu: Papua Solosa, Papua Patipi, dan kemungkinan satu kultivar memiliki beberapa
Sawentar. nama, dan sebaliknya beberapa kultivar mempu-
Meskipun sudah cukup banyak varietas ubi nyai satu nama yang sama.
jalar yang dilepas, namun belum semua varietas- Stek ubi jalar diambil dari tanaman (asal umbi
varietas tersebut diadopsi dan ditanam secara luas atau stek), dari tanaman yang telah berumur dua
oleh masyarakat. Ubi jalar varietas Sari sudah bulan atau lebih. Benih (stek) yang baik berasal
banyak diusahakan di daerah Malang dan dari bagian ujung batang atau cabang atau dari
Karanganyar. Terbatasnya penyebaran dan tunas pada persemaian umbi, sepanjang 20–25
adopsi Varietas Unggul Baru (VUB) ubi jalar cm. Tanaman yang berasal dari stek bukan pucuk
sebagian disebabkan karena kelemahan dalam tumbuh 1–2 minggu lebih lambat, dan hasilnya
mendiseminasikan dan penyediaan benihnya lebih rendah dibanding tanaman yang berasal
(Suryana 2006). Hal ini disebabkan karena diban- dari stek pucuk. Pengambilan stek sebaiknya dila-
ding komoditas lain, ubi jalar di beberapa daerah kukan pada pagi hari (kandungan air dalam stek
belum dianggap komoditas unggulan dan prio- maksimum agar tidak mudah layu). Untuk
ritas. Sejauh ini petani mendapatkan benih ubi mengurangi penguapan, dilakukan perempesan
jalar dari pertanaman musim sebelumnya atau (pengurangan daun pada stek). Stek dapat disim-
memperoleh dari tetangga (Saleh et al. 2002). pan di tempat teduh selama 1–7 hari (Wargiono
Namun demikian di beberapa daerah sentra 1980).
produksi seperti Blitar dan Mojokerto, petani telah Telah terbukti bahwa benih merupakan salah
mempersiapkan benih yang berasal dari ubi satu sarana produksi yang penting dalam upaya
diperbanyak untuk tujuan penanaman skala meningkatkan mutu dan produksi tanaman, yang
produksi setelah padi sawah. Pada daerah sentra pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan
produksi ubi jalar tersebut memang terjadi petani. Oleh karena itu sistem perbenihan harus
penggunaan stek batang terus-menerus tanpa mampu menjamin tersedianya benih bermutu
peremajaan dari ubi, tampaknya penurunan secara memadai dan berkesinambungan. Secara
produktivitas varietas yang ditanam adalah umum tidak terdapat perbedaan teknik produksi
akibat dari praktik semacam itu. Oleh karena itu, tanaman ubi jalar untuk tujuan benih dan untuk
perlu dipikirkan cara yang tepat, aman, dan konsumsi. Tanaman perbenihan harus murni
murah dalam perbanyakan dan penyebaran benih (tidak tercampur varietas lain), tumbuh sehat,
varietas unggul baru (VUB) agar tidak terjadi bebas dari gangguan hama dan penyakit
penurunan produktivitas, sebagaimana varietas (Balitkabi 2008b).
lokal yang ditanam oleh petani. Berdasar tingkat kemurnian benih, secara
umum benih digolongkan menjadi empat kelas
SISTEM PERBENIHAN UBI JALAR
yaitu: Benih Penjenis (Breeder seed), Benih Dasar
Berbeda dengan tanaman padi, jagung atau- (Foundation seed), Benih Pokok (Stock seed), dan
pun kacang-kacangan yang diperbanyak dengan Benih Sebar (Extention seed). Namun mengingat
biji, tanaman ubi jalar pada umumnya diper- karakteristik serta cara perbanyakan tanaman ubi
banyak dengan stek batang. Perbanyakan dengan jalar yang menggunakan bagian vegetatif berupa
biji hanya digunakan dalam bidang pemuliaan stek batang, maka sistem perbenihan ubi jalar
untuk menghasilkan turunan baru dengan karak- tidak sepenuhnya mengikuti alur kelas benih
ter yang lebih baik daripada tetuanya (induk). sesuai sistem sertifikasi (BS → BD; BD → BP;
Sebagian besar kultivar ubi jalar bersifat self BP→BR)
incompatible sehingga biji-biji yang terbentuk
Pada tanaman ubi jalar, benih sumber BS yang
merupakan hasil persilangan bebas yang apabila
dihasilkan Balitkabi dan didistribusikan oleh
ditumbuhkan akan menghasilkan tanaman
Direktorat Perbenihan ke daerah pada umumnya
dengan kenampakan morfologi yang sangat
langsung diperbanyak untuk menghasilkan benih

51
BULETIN PALAWIJA NO. 18, 2009

setingkat BR (Benih Sebar). Pada tanaman ubi meter. Jika untuk menjaga proses kemurnian
jalar pengalaman menunjukkan bahwa per- dalam perbanyakan benih, petani harus melaku-
banyakan tanaman dengan stek secara terus- kan layaknya rekomendasi lembaga penelitian,
menerus mempunyai kecenderungan penurunan yaitu jarak tanam dua meter tentu memberatkan
hasil pada generasi berikutnya. Untuk meng- petani sebab populasi dalam satuan luas akan
hindari hal tersebut setelah 3–5 generasi berkurang yang pada gilirannya juga menyebab-
perbanyakan harus diperbarui dengan cara kan produksi tidak optimal. Hal semacam ini
menanam atau menunaskan umbi untuk bahan bukan saja dilemma tetapi juga menjadi enigma
perbanyakan. yang perlu dipecahkan melalui kelembagaan,
Berdasarkan hal tersebut diusulkan bahwa yaitu mulai dari kelompok tani hingga lembaga
pada ubi jalar sistem pengelompokan benih dari yang berwenang dalam perbanyakan dan
BS, BD, BP, dan BR tidak berlaku selama pengawasan benih (benih).Hingga saat ini Sistem
kemurnian varietas dapat dijaga. Salah satu cara sertifikasi yang diselenggarakan oleh Balai
adalah dengan melakukan isolasi waktu dalam Pengawasan dan Sertifikasi Benih (BPSB) bidang
perbanyakan benih sehingga suatu varietas tidak tanaman pangan yang diberlakukan pada
tercampur dengan varietas lainnya. Pada komoditas lain belum menjangkau komoditas ubi
tanaman ubi jalar yang dimaksud benih sumber jalar. Oleh karena itu penanganan perbenihan
kelas Benih Penjenis (BS) varietas ubi jalar adalah ubi jalar lebih ditekankan pada upaya penyediaan
umbi yang terpilih dari varietas yang dimaksud. benih varietas unggul secara berkecukupan.
Stek sulur dari umbi yang dikecambahkan atau
ditunaskan (langkah: menumbuhkan tunas dan PERMASALAHAN PENGEMBANGAN
perbanyakan benih sumber) merupakan benih PERBENIHAN UBI JALAR
kelas Benih Dasar (BD). Umbi yang dihasilkan Data empiris lapang menunjukkan bahwa
dari benih kelas BD merupakan bahan untuk keberhasilan peningkatan produksi dan produk-
untuk menghasilkan stek/benih kelas Benih Pokok tivitas tanaman pangan (termasuk ubi jalar)
(BP) dan seterusnya (Gambar 1). Secara genetis sangat ditentukan oleh ketersediaan benih ber-
tidak terdapat perbedaan antara benih pada kelas mutu dari varietas unggul yang diharapkan dapat
yang dihasilkan oleh pemulia hingga yang memenuhi tujuh tepat: tepat varietas, mutu,
disebarkan antar petani. Perbedaan yang utama jumlah, waktu, lokasi, harga, dan pelayanan.
hanya pada taraf kemurniannya, karena Namun sejauh ini hal tersebut belum dapat ter-
umumnya pada benih sebar di tingkat petani ter- laksana dengan baik. Tanaman ubi jalar diper-
campur-campur. Dari masing-masing pertanaman banyak secara vegetatif (stek atau umbi) sehingga
dari umbi, benih akan siap diambil pada saat sekali beli benih, untuk selanjutnya tidak perlu
umur tanaman sekitar tiga bulan (Yusuf 2005). beli benih lagi. Namun kemurnian dan kualitas
Guna mencegah tercampurnya varietas satu perlu diperhatikan. Permasalahan dalam pengem-
dengan lainnya pada saat perbanyakan benih bangan perbenihan ubi jalar adalah:
disarankan dilakukan isolasi jarak minimal dua 1. Dari aspek penyediaan benih, ubi jalar yang
diperbanyak dengan stek batang mempunyai
UMBI (BS) ditunaskan menghasilkan stek tingkat perbanyakan (multiplication rate)
benih FS rendah. Dari satu tanaman pembenihan ubi
jalar dapat diambil 3–5 stek pucuk, sehingga
UMBI yang dihasilkan
ditunaskan menghasilkan benih BD dari satu hektar dapat diambil 120.000–
200.000 stek pucuk.
UMBI yang dihasilkan
2. Benih ubi jalar bersifat rowa (bulk) sehingga
ditunaskan menghasilkan benih BP untuk transportasi benih diperlukan biaya
yang besar. Transportasi benih ubi jalar
memerlukan pengemasan yang baik, suhu,
UMBI yang dihasilkan
ditunaskan
dan aerasi terjaga sehingga benih tidak
menghasilkan benih BR
menjadi busuk atau kering saat sampai di
Gambar 1. Skema perbanyakan benih ubi jalar mulai tujuan. Dengan sifat penggandaan benih yang
dari kelas BS-BR rendah dan biaya transportasi yang mahal,

52
WIDODO DKK: PERBAIKAN PERBENIHAN GUNA MENDUKUNG PENINGKATAN UBI JALAR

insentif bagi penangkar juga menjadi rendah. lemah (belum ada skema perkreditan khusus
3. Benih (umbi atau stek) tidak dapat disimpan untuk permodalan industri perbenihan).
lama dalam ruang simpan, apalagi bila Kebijakan yang ada belum mampu memotivasi
terserang hama boleng ataupun penyakit para peneliti dan pemulia untuk menghasilkan
simpanan. Serangan hama dan penyakit VUB.
mengakibatkan daya tumbuh benih cepat Di era otonomi, banyak Balai-balai Benih di
menurun. Kondisi demikian juga menambah Provinsi dan kabupaten/kota tidak berfungsi
risiko bagi penangkar benih ubi jalar. secara optimal. Terhadap varietas-varietas unggul
4. Di samping alasan teknis, sikap sebagian besar baru yang belum banyak dikenal masyarakat dan
petani merasa belum memerlukan benih belum jelas pasarnya, Balai Benih enggan untuk
berlabel dari penangkar. Di lahan kering pada memproduksi benih/benih varietas tersebut.
umumnya petani menggunakan benih ubi Mereka lebih tertarik untuk mengembangkan
jalar dari pertanaman musim sebelumnya. benih varietas-varietas yang sudah komersial
Hasil survei di Jawa Timur menunjukkan dengan pasar yang jelas. Hal ini terutama terkait
bahwa petani ubi jalar mendapatkan stek dari dengan tugas sebagai unit kerja daerah yang
pertanaman sebelumnya atau dari tetangga harus dapat menghasilkan Pendapatan Asli
satu desa/lain desa (Saleh et al. 2002). Ke- Daerah (PAD) bagi kabupaten setempat. Dinas
biasaan tersebut juga merupakan permasalah- Pertanian yang membidangi tanaman Pangan di
an bagi pengembangan perbenihan ubi jalar. Provinsi maupun kabupaten/kota pada umumnya
belum sepenuhnya memprogramkan penanganan
Menurut Departemen Pertanian (2006), secara
perbenihan ubi jalar baik pada aspek produksi
umum permasalahan sistem perbenihan yang ada
maupun pemanfaatannya secara berkesinambu-
di Indonesia antara lain adalah:
ngan (Yusuf 2005).
1. Lemahnya keterkaitan dan koordinasi antar-
Perubahan/dinamika lingkungan domestik
institusi yang menangani perbenihan.
maupun global juga akan mempengaruhi kinerja
2. Adanya perubahan organisasi di Departemen perbenihan di Indonesia. Di lingkungan domestik
Pertanian (pertengahan 1995) mengakibatkan misalnya terjadinya perubahan sistem peme-
adanya sebagian tumpang tindih dalam tugas rintahan pusat dan daerah, sistem penganggaran
pokok dan fungsi (tupoksi) beberapa instansi dan pelaksanaan paradigma good governance
yang menangani perbenihan. (credibility, accountability dan tranparancy)
3. Pedoman penilaian, pelepasan, dan penarikan menuntut peran swasta/masyarakat dalam pem-
varietas belum lengkap bangunan yang lebih besar. Hal ini juga akan
4. Adopsi varietas unggul, produksi, dan distribusi mempengaruhi sistem perbenihan. Ke depan
benih masih lemah. industri pemuliaan, industri produksi dan distri-
busi, terutama benih/benih komersial sepenuhnya
Hubungan, keterkaitan dan koordinasi antara harus ditangani swasta. Era reformasi yang me-
produsen benih/benih terutama penyedia benih nuntut peningkatan pelayanan prima dari peme-
sumber, penangkar benih, distributor/penyalur rintah (termasuk penyediaan benih/benih sampai
benih yang selama ini masih dirasa kurang pada tingkat petani perlu disikapi dengan pening-
harmonis masih perlu ditingkatkan. katan kinerja secara profesional di masing-masing
Untuk mencapai pertumbuhan industri per- instansi yang terkait dengan perbenihan.
benihan yang berkelanjutan, diperlukan peran Lingkungan global antara lain ratifikasi kese-
sinergi sektor swasta institusi riset pemerintah pakatan internasional (GATT/WTO), regional
dan dan institusi yang menangani regulasi serta (APEC, AFTA, NAFTA), secara langsung atau
fasilitasi perbenihan. Sejauh ini minat pengusaha tidak langsung akan berpengaruh terhadap pasar
swasta dalam membangun industri benih/benih benih domestik sehingga perlu diantisipasi secara
varietas konvensional masih rendah. Pada cermat. Dewasa ini, perusahaan multinasional
umumnya mereka lebih bergerak dalam kegiatan yang berinvestasi di pertanian juga semakin gigih
sosialisasi VUB pada masyarakat. Di sisi lain untuk menjual benih tanaman pangan seperti
fasilitasi Pemerintah dalam menyiapkan sarana/ jagung, padi dan kacang-kacangan maupun
prasarana serta permodalan industri benih masih hortikultura khususnya kentang dan sayuran

53
BULETIN PALAWIJA NO. 18, 2009

lainya, hal ini dikhawatirkan akan mendesak tanpa ada konsekuensi lanjut, karena yang seperti
penyebaran VUB yang telah dan akan dilepas. itu hanya retorika. Perusahaan yang telah
Guna mengantisipasi hal tersebut, perlu disusun berinvestasi dalam agribisnis ubi jalar merupakan
strategi yang jitu, bagi komoditas yang belum aset yang langka yang harus diselamatkan, tetapi
dijamah oleh perusahaan multinasional untuk tanpa harus mengorbankan hak-hak petani
diperkuat sistem penyebaran benihnya. untuk meraih kesejahteraanya. Hingga saat ini
agribisnis yang berkembang khususnya pada ubi
PENYEBARAN VUB DALAM jalar maupun ubi kayu (komoditas pertanian
AGRIBISNIS UBI JALAR umumnya) masih cenderung menghambat atau
a. Agribisnis Terintegrasi bahkan melucuti petani untuk meraih hak guna
menikmati kesejahteraan.
Di satu anasir, agribisnis harus bercorak atau
berorientasi pada pasar yang dinamis dan kompe- b. Kemitraan Partisipatif
titif. Akan tetapi di sisi lain agribisnis pada sub- Kebijakan desentralistik sesuai semangat
sistem budidaya yang melibatkan banyak petani otonomi daerah harus ditumbuh-kembangkan.
bersifat sebaliknya, yaitu cenderung statis dan Dalam hal ini pemerintah daerah, dinas pertanian
koperatif. Pembuat kebijakan harus berempati kabupaten hingga provinsi turut peduli terhadap
pada dua sisi, sayangnya pembuat kebijakan perkembangan skala agribisnis ubi jalar. Prinsip
sering kurang berpijak pada fakta karena tidak peduli untuk berbagi rasa (peran) secara jujur
pernah mengalami, sehingga kebijakan yang (care to share fairly) perlu diwujudkan dalam
diputuskan mandul (tidak efektif). Kebijakan merumuskan kebijakan yang bersifat partisipatif.
yang dibangun harus mampu mencegah terja- Van de Fliert (1993; 1999) dan Van de Fliert et al.
dinya homo homini lupus (manusia serigala (1996;2003) dan Van de Fliert dan Braun
sesamanya) dari sifat pasar terhadap petani. (1997;1999) menyarankan agar penerapan
Informasi tentang pengolahan dan pemasaran teknik partisipatif yang luas dapat diperluas tidak
meskipun disuluhkan giat, tampaknya akan hanya dalam aspek penelitian saja. Tingginya
mustahil dikerjakan oleh petani secara individual, beban biaya yang ditanggung perusahaan untuk
kecuali berkelompok (koperasi). Tetapi apabila melakukan lobi terhadap pemerintah sering ber-
menyimak perkembangan koperasi pertanian konsekuensi terhadap rendahnya harga bahan
selama ini apalagi untuk menangani ubi jalar baku berupa ubi jalar segar (fresh sweetpotato as
yang masih dianggap inferior, tentu masih belum raw material) yang harus diterima oleh petani
memberikan hasil. Asimetri informasi tentang untuk efisiensi, sebab menaikkan harga produk
pengolahan dan pemasaran yang menjadi daya akhir lebih rawan kehilangan konsumen. Oleh
tarik pihak swasta (perusahaan) untuk mela- karena itu, kebijakan yang diputuskan harus adil,
kukan kegiatan agribisnis memang perlu dihor- tidak memihak dan pembuat kebijakan tidak
mati. Namun demikian, pembuat kebijakan seyo- menjadi beban bagi perusahaan maupun petani.
gyanya faham terhadap pengolahan dan pema- Pola Kemitraan (partnership pattern) untuk
saran sehingga kebijakannya mampu membe- melindungi petani dan industri atau sebaliknya
rikan nuansa homo homini socius (manusia perlu dibangun. Pola kemitraan yang bercorak
mengasihi sesamanya) antara sub-sistem peng- mencairkan pemangkuan hak menjadi pembagian
olahan dan pemasaran dengan petani di sub- tanggung jawab (from stakeholder to shareholder)
sistem budidaya. Oleh karena itu, kebijakan dalam perlu disuburkan, sehingga tidak ada peluang
pengembangan keberlanjutan agribisnis tidak bagi masing-masing pihak untuk melakukan
dapat bersifat parsial hanya condong dari aspek eksploitasi pada pihak lain. Dengan pola kemi-
ekonomi semata, tetapi juga perlu mengede- traan perusahaan dan petani akan berbagi peran
pankan etika, estetika serta nilai-nilai humanistik. (sharing role) dalam suatu kesatuan rangkaian
Untuk menuangkan kebijakan agar dapat agribisnis (continuum). Atas dasar pola kemi-
melingkupi semua pihak yang terlibat memang traan, kebutuhan bahan baku perusahaan dapat
harus dilibatkan, sehingga matra yang dihasilkan dipenuhi oleh petani jika taraf harga ditentukan
akan memiliki kekuatan kata-kata sesuai fakta saat awal sebelum penanaman. Dengan demikian,
yang membumi dan bersifat operasional. Akan petani akan dapat menghitung berapa luas lahan
percuma jika kebijakan hanya berupa himbauan yang akan ditanami, berapa input yang dipakai

54
WIDODO DKK: PERBAIKAN PERBENIHAN GUNA MENDUKUNG PENINGKATAN UBI JALAR

guna mencapai produktivitas tinggi. Bagi petani dapat disebar-luaskan (diperdagangkan), tetapi
yang terpenting adalah kepastian pasar dan pada contoh kasus ubi jalar sangat unik.
tingkat harga wajar yang merupakan insentif Pengalaman Balitkabi yang bekerjasama dengan
dalam berusahatani ubi jalar. Bagi perusahaan Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya atas
meskipun telah menjalin pola kemitraan dengan dukungan dana dari International Development
petani, tetapi perlu keamanan pasok bahan baku. Research Center (IDRC) Canada pada tahun
Untuk maksud tersebut, perusahaan dapat 1987–1993 (diperpanjang hingga 1996) melaku-
didorong untuk mengusahakan kebun sendiri kan kegiatan penelitian di tingkat petani (On
yang dapat memasok sekitar 30–50% kebutuhan Farm Client Oriented Research). Dalam melaku-
bahan baku yang diperlukan. Kebun tersebut kan kegiatan tersebut digunakan beberapa klon
dapat menyewa lahan milik petani, lahan desa, calon varietas unggul ubi jalar, yang ternyata
atau milik ulayat atau tanah Hak Guna Usaha banyak diminati oleh petani. Meskipun klon-klon
(HGU). Dengan cara seperti ini sekaligus meru- tesebut belum secara resmi dilepas sebagai
pakan wahana retrospeksi bagi perusahaan varietas unggul baru, tetapi atas dasar evaluasi
untuk menilai praksis (praktek dan refleksi) petani maka klon-klon seperti 73/6-2, Ciceh-16,
agribisnis ubi jalar. Biaya produksi dan taraf pro- Taiwan/395-6 menyebar secara informal
duktivitas yang dicapai oleh perusahaan di kebun antarpetani dan ditanam dalam skala luas.
yang dikelola sendiri dapat digunakan sebagai Penyebaran benih dari klon-klon tersebut sangat
tolok ukur untuk menentukan taraf harga yang didukung oleh peran pembenihan (perbenihan)
harus diterima petani. yang dilakukan oleh petani yang telah terikat
Peran sektor informal seperti pedagang kontrak dengan para pedagang desa (penebas).
pengumpul yang sekaligus pemasok industri Di mana petani lain yang ingin menanam
maupun pasar perlu dimanfaatkan sebagai mitra umumnya memperoleh benih dari pucuk-pucuk
guna pengembangan dan penyebaran VUB ubi tanaman produksi yang telah dikuasai oleh para
jalar. Widodo (1995) selalu mengundang dan meli- penebas (pedagang desa), sehingga benih dapat
batkan pedagang dalam perencanaan, monitor- disiapkan (dipotong) umumnya 5–7 hari sebelum
ing dan evaluasi saat panen beberapa klon dan panen.
VUB ubi jalar pada kegiatan uji multilokasi Sesungguhnya ketiga klon-klon yang diminati
(Gambar 2). petani di sentra produksi ubi jalar Karanganyar
(Jateng), Magetan, Blitar, dan Mojokerto (Jatim)
PENYEBARAN KLON/VARIETAS pernah diusulkan untuk dilepas sebagai varietas
UNGGUL: ANTARA FAKTA DAN DATA unggul baru, tetapi dalam sidang pelepasan
Meskipun dalam Undang-undang Perlindung- varietas dituntut data yang tidak dapat dipenuhi,
an Varietas Tanaman (PVT), hanya varietas yang sehingga meskipun fakta menyajikan alur cerita
tetapi data yang diperlukan belum mencukupi.
Klon-klon tersebut selain tersebar juga masih
VUB yang dilepas tersimpan dalam koleksi plasma nutfah Balitkabi
(living collection).
Sosialisasi (Balitkabi, Diperta & BPSP) Munculnya klon-klon maupun varietas baru
yang dinilai oleh petani lebih unggul dan memiliki
potensi pasar yang baik akan dapat menggantikan
Petani andalan/pedagang pengumpul klon maupun varietas lama. Selain itu, terdapat
fenomena bahwa klon dan varietas lama yang
Pasar industri diperbanyak dengan stek batang terus-menerus
semakin lama kian menurun produktivitasnya.
Oleh karena itu umumnya dalam evaluasi
Kelompok tani/petani produktivitas klon unggul baru mampu menunjuk-
kan keunggulan potensi hasilnya. Dalam hal ini,
Diperta & BPSB kisah sukses varietas unggul Sari maupun Beta-
2 yang berkembang mulai dari Tumpang Malang,
Gambar 2. Alur benih VUB ubi jalar melalui sektor kemudian Pacet Mojokerto dan seterusnya
formal dan informal yang potensial

55
BULETIN PALAWIJA NO. 18, 2009

menyebar ke daerah sentra produksi ubi jalar di pada pihak-pihak yang memerlukan secara
Jatim dan Jateng serta Indonesia. Penyebaran proporsional.
kedua varietas tersebut juga diawali dari saat
keduanya masih sebagai klon unggul baru yang DAFTAR PUSTAKA
diminati oleh petani. Dalam perkembangannya Ditjen. Bina Produksi Tanaman Pangan.. 2002. Prospek
setelah sekitar 10 tahun varietas sari ternyata dan peluang agribisnis ubi jalar. Direktorat Kacang-
lebih disukai hama kutu bintil, sehingga akhirnya kacangan dan Umbi-umbian. Jakarta. 49 hlm.
petani lebih memilih varietas unggul yang lebih Balitkabi. 2005. Teknologi Produksi Kacang-kacangan
baru yaitu Beta-2. Sesungguhnya dengan dan Umbi-umbian. Balitkabi Malang 36 hlm.
penyediaan benih yang berkualitas, produktivitas
Balitkabi. 2008a. Panduan Teknis Produksi Benih
Sari masih sebanding dengan Beta-2. Oleh Sumber Ubi Kayu dan Ubi Jalar. Balitkabi Malang.
karena itu, seharusnya pembenihan (perbenihan) 34 hlm.
dari ubi yang mampu untuk meningkatkan mutu
Balitkabi.2008b. Deskripsi varietas unggul kacang-
stek batang baru sebagaimana yang dilakukan kacangan dan umbi-umbian. Balai Penelitian
oleh petani di Srengat Blitar perlu dirancang Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian,
untuk dikembangkan. Dengan cara demikian Malang 154 hlm.
penurunan potensi hasil varietas lama dapat
BPS. 2002. Statistik Indonesia. Badan Pusat Statistik.
dihindari, selain itu juga varietas unggul baru Jakarta. 604 hlm.
yang dilepas juga benar-benar unggul potensinya
(bukan karena varietas lama pembanding telah BPS. 2008. Statistik Indonesia. Badan Pusat Statistik.
Jakarta. 610 hlm.
terdegradasi mutu stek dan menurun potensi
hasilnya). Departemen Pertanian, 2006. Arah dan Strategi Sistem
Perbenihan Tanaman Nasional. Departemen Perta-
KESIMPULAN nian 53 hlm.
Dari bahasan di atas dapat ditarik kesimpulan Nainggolan, K. 2005. Indonesia sweetpotato development.
sebagai berikut. Sweetpotato Research and Development: its contri-
bution to the Asian Food Economy. Bogor Agricul-
1. Sejalan dengan potensi dan peluang tural University and CIP-ESEAP, Bogor. p:11–16.
pengembangan produksi ubi jalar, potensi
pengembangan perbenihan ubi jalar cukup Saleh, N., U. Jayasingheand St.A.Rahayuningsih. 2002.
Flow of sweetpotato vine cutting materials among
menjanjikan.
farmers in East Java. In Progress in Potato and
2. Benih ubi jalar yang diperbanyak secara Sweetpotato Research in Indonesia. pp: 211–225.
vegetatif dan secara genetik tidak berbeda
Suryana, A. 2006. Kebijakan Penelitian dan Pengem-
dengan induknya tidak sepenuhnya perlu bangan ubi kayu untuk agroindustri dan ketahanan
mengikuti alur dan pengelompokan benih yang pangan. Prospek, Strategi, dan Teknologi Pengem-
ada. bangan Ubi Kayu untuk Agroindustri dan Ketahanan
3. Guna merealisasikan agar potensi tersebut Pangan. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Tanaman Pangan Bogor hlm: 1–19.
menjadi kenyataan, upaya perbaikan sistem
perbenihan secara umum masih perlu Van de Fliert, E. 1993. Integrated Pest Management:
dilakukan. Farmer field schools generate sustainable practices.
A case study in Central Java evaluating IPM train-
4. Peran aktif sektor informal khususnya ing. Wageningen, Netherlands. 304 p.
pedagang pengumpul yang umumnya sebagai
pemasok pasar dan industri perlu ditumbuh- Van de Fliert, E., R. Asmunati, Wiyanto, Y. Widodo,
and A.R. Braun. 1996. From basic approach to tai-
kan untuk turut aktif dalam penyebaran VUB lored curriculum: Participatory development of a
ubi jalar. farmer field school model for sweetpotato. In UP-
5. Agar tidak terjadi perubahan nama VUB ubi WARD. Into action research : Partnerships in Asian
jalar di tingkat petani pihak BPSB maupun rootcrop research and development. UPWARD, Los
dinas perlu melakukan pengawasan yang Banos, Laguna, Philippines. P 59-74.
luwes, dan menyebarkan informasi sumber Van de Fliert, E. and A.R. Braun. 1997. One step back,
VUB serta mengarahkan penyebarannya ke two step forward : Sweetpotato ICM development in

56
WIDODO DKK: PERBAIKAN PERBENIHAN GUNA MENDUKUNG PENINGKATAN UBI JALAR

Indonesia. P 153-167. In : UPWARD. Local R&D : field schools in Indonesia. p. 171–185. In K.O. Fuglie
Institutionalizing innovations in rootcrop agriculture. (Ed.) Progress in Potato and Sweetpotato Research
UPWARD, Los Banos, Laguna, Philippines. in Indonesia. CIP-ESEAP and AARD, Jakarta, Indo-
nesia.
Van de Fliert, E. 1999. Integrative, farmer-participatory
methodology for poverty-sensitive research: Widodo, Y. 1995. Sweetpotato cultivation in a rice-based
Sweetpotato and potato integrated crop management farming system : the dynamics of indegenous knowl-
in Southeast Asia. Paper presented at the Centro edge. pp.105–114. In Jurg Schneider (Ed.) Proc. of an
Internacional de Agricultura Tropical International International Workshop on Indegenous Knowledge in
Workshop Assessing the Impact of Agricultural Re- Conservation of Crop Genetic Resources. Cisarua
search on Poverty Alleviation held 14–16 September Bogor January 30 February 3, 1995. CIP-CRIFC.
1999, San Jose, Costa Rica, 14 p.
Wargiono, J. 1980. Ubi Jalar dan Cara Bercocok
Van de Fliert, E. and A.R. Braun. 1999. Farmer field Tanamnya. Lembaga Pusat Penelitian Pertanian
school for integrated crop management of sweetpotato: Bogor. 37 hlm.
Field guides and technical manual. International
Yusuf, M. 2005. Teknik produksi benih sumber ubi jalar.
Potato Center, Bogor, Indonesia. 286 p.
Pelatihan sistem produksi benih sumber kacang-
Van de Fliert, E., N.L. Johnson, R. Asmunati, and kacangan dan umbi-umbian bagi petugas lapang di
Wiyanto. 2003. Beyond higher yields : The impact of Balitkabi. Tanggal 30 Nopember – 2 Desember 2005.
sweetpotato integrated crop management and farmer Balitkabi Malang. 10 hlm.

57

Anda mungkin juga menyukai