PENDAHULUAN
Kacang tanah merupakan salah satu jenis produk pertanian Indonesia yang
banyak dikonsumsi sebagai sumber protein dan nabati. Kacang tanah dimanfaatkan
sebagai bahan pangan konsumsi langsung atau campuran makanan seperti roti,
bumbu dapur, bahan baku industri, dan pakan ternak, sehingga kebutuhan kacang
pertanian kacang tanah. BPS Sulawesi Tenggara (2018) mencatat produksi kacang
tanah di Sulawesi Tenggara tahun 2015 sebesar 3.470 ton dengan luas panen 4.862
ha. Rata-rata produksi tersebut jauh lebih rendah dibandingkan dengan produksi
nasional sebesar 605.449 ton dengan luas panen 454.347 ha dan beberapa daerah
lainnya seperti jawa tengah sebesar 109.204 ton dengan luas panen 81.1395 ha (BPS
Nasional, 2018).
tanah. Salah satu cara untuk meningkatkan produksi kacang tanah yang
yang berasal dari sisa-sisa tanaman, hewan, seperti pupuk kandang, kompos, pupuk
hijau, jerami, dan bahan lain yang dapat berperan memperbaiki sifat fisik, kimia dan
biologi tanah.
dapat menambah tersedianya bahan makanan (unsur hara) bagi tanaman yang
2
dapat diserapnya dari dalam tanah. Dengan kata lain pupuk kandang mempunyai
yang menjamin kesuburan tanah. Pupuk kandang dianggap sebagai pupuk lengkap
dikarenakan kotoran sapi tersebut sudah mengalami fermentasi dan penguraian lanjut
dalam perut sapi sehingga kotorannya halus dan memiliki struktur yang lunak yang
sangat baik untuk keberlangsungan hidup jasad renik. Jasad renik sangat penting
bagi kesuburan tanah dan sisa-sisa tanaman yang dapat diubahnya menjadi humus,
tanaman.
agen hayati yang banyak terdapat di alam seperti mikoriza. Mikoriza merupakan
jenis cendawan tanah yang keberadaannya dalam tanah sangat mempunyai banyak
manfaat. Hal ini disebabkan karena mikroiza dapat meningkatkan ketersediaan dan
pengambilan unsur fosfor, air, dan nutrisi lainnya, serta untuk pengendalian penyakit
yang disebabkan oleh pathogen tular tanah Talanca (2010). Commented [A1]: Kemukakan tentang keberadaan dan atau
kelimpahan mikoriza arbuscula pada media tanam, dan kenapa
harus mengaplikasikan pupuk kandang, kemukakan efek nya
Penggunaan pupuk kandang dan keberadaan mikoriza pada media tanam terhadap tanaman pada keadaan bermikoriza tanpa pupuk
kandang/bahan organic dan bermikoriza dengan kehadiran bahan
organic, masukkan rujukan pendukungnya
kacang tanah diharapkan tidak hanya mampu meningkatkan hasil tanaman secara
Commented [A2]: Cara penulisan sesuaikan dgn panduan
uraian tersebut maka penggunaan bahan organik berupa penggunan pupuk kandang
pada tanah bermikoriza perlu dikaji lebih lanjut. Oleh karena itu penting dilakukan
penelitian ini.
3
1. Apakah ada pengaruh pupuk kotoran sapi terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman
kacang tanah serta perkembangan spora insitu. Commented [A3]: Tuliskan sporanya apa/siapa
Commented [A4]: Dijawab pada hypothesis apakah ada
2. Seberapa besar perlakuan pupuk kotoran sapi memberikan pengaruh terhadap laju pengaruh atau tdk
pertumbuhan dan hasil kacang tanah pada lahan bermikoriza insitu? Commented [A5]: Dijawab pada hypothesis berapa besar
kemungkinan peningkatan pertumbuhan dan hsl tan. Mis. Dapt
menigkatkan pertumbuhan dan hsl … % (jawaban disesuaikan dgn
3. Bagaimana pengaruh pupuk kotoran sapi terhadap laju pertumbuhan dan hasil hsl penelitian terdahulu terkait liti yg akan dilakukan
tanaman kacang tanah pada lahan bermikoriza insitu dalam meningkatkan serapan N
1. Untuk mengetahui pengaruh pupuk kotoran sapi terhadap pertumbuhan dan hasil
terhadap laju pertumbuhan dan hasil tanaman kacang tanah pada lahan bermikoriza
insitu.
pertumbuhan dan hasil tanaman kacang tanah pada lahan bermikoriza insitu dalam
Manfaat dari penelitian ini yaitu sebagai sumber informasi bagi peneliti
berikut:
Genus : Arachis
Penyebaran kacang tanah di Indonesia mulai ditanam pada awal abad ke-
17, masuknya kacang tanah ke wilayah Nusantara dibawa oleh pedagang Cina dan
Portugis. Sentra produksi kacang tanah pada mulanya terpusat di Pulau Jawa,
(Adisarwanto, 2004).
Penanaman kacang tanah pertama kali dilakukan oleh orang Indian. Setelah
Benua Amerika ditemukan, tanaman ini ditanam oleh pendatang dari Eropa,
(Rukmana, 1998).
Akar (radix)
tidak dapat menambat nitrogen bebas (N2) dari udara tanpa bakteri rhizobium.
tanaman kacang tanah. Pada bintil-bitil akar teradapat unsur nitrogen yang
(Rukmana, 1998).
Perakaran tanaman kacang tanah terdiri dari atas lembaga (radicula), akar
tunggang (radix primaria), dan akar cabang (radix lateralis). Pertumbuhan akar
menyebar kesemua arah sedalam lebih kurang 30cm dari permukaan tanah. Akar
berfungsi sebagai organ penghisap unsur hara dan air untuk pertumbuhan
tanaman. Fungsi tersebut dapat terganggu bila tanah beraerasi buruk, kadar airnya
kurang, kandungan senyawa AI dan Mn tinggi, serta derajat keasaman (pH) tanah
Batang (Caulis)
tipe pertubuhan tegak atau mendatar. Pada mulanya batang tumbuh tunggal,
antara 30- 50cm atau lebih, tergantung jenis atau varietas kacang tanah dan
Kesuburan tanah. Ruas-ruas batang yang terletak didalam tanah merupakan tempat
6
melekat akar, bunga, dan buah. Ruas-ruas batang yang berada di atas permukaan
Daun (Folium)
berpasangan, dan bersirip genap. Tiap tangkai daun terdiri atas empat helai daun.
Daun muda berwarna hijau kekuning-kungan, setelah tua menjadi hijau tua.
Daun-daun tua akan menguning dan berguguran mulai dari bawah keatas
bersamaan dengan stadium polong tua. Helaian daun bersifat nititropic, yakni
memiliki bulu yang berfungsi sebagai panahan atau penyimpan debu (Rukmana,
1998).
Bunga (Flos)
kuning dan bertangkai panjang yang tumbuh dari ketiak daun. Fase berbunga
biasanya berlangsung setelah taman berumur 4-6 minggu. Bunga pada kacang
tanah juga menyerbuk sendiri (self pollination) pada malam hari. Dari semua
bunga yang tumbuh, hanya 70%-75% yang membentuk bakal polong (ginofora).
Bunga mekar selama seitar 24 jam, kemudian layu, dan gugur. Ujung tangkai
Buah (Fructus)
Buah kacang tanah berbentuk polong dan dibentuk di dalam tanah. Polong
kacang tanah berkulit keras, dan berwarna putih kecokelat-cokelatan. Tiap polong
7
berisi satu sampai tiga biji atau lebih. Ukuran polong barvariasi, tergantung jenis
atau varietasnya dan tingkat kesuburan tanah. Polong berukuran besar biasanya
Biji (semen)
Biji kacang tanah berbentuk agak bulat sampai lonjong, terbungkus kulit
biji tipis berwarna putih, merah, atau ungu. Inti biji (nucleus seminis) terdiri atas
lembaga (embrio), dan putih telur (albumen). Biji kacang tanah yang
berkeping dua bahan makanan. Ukuran biji kacang tanah bervariasi, mulai dari
kecil sampai besar. Biji kecil beratnya antara 250g - 400g per 1.000 butir,
sedangkan biji besar lebih kurang 500g per 1.000 butir (Rukmana, 1998).
Secara umum, kacang tanah mempunyai dua tipe yaitu tipe tegak (bunch type)
dan menjalar (runner type). Tipe tegak banyak disukai karena umur panennya
lebih pendek, 100-120 hari. Buahnya hanya pada ruas-ruas pada pangkal utama
dan cabangnya. Tiap polong berbiji antara 2-4 butir sehingga masaknya bisa
antara 33-66 cm dengan umur antara 150-200 hari. Tiap ruas yang berdekatan
(Marzuki, 2007).
8
Bunga keluar pada ketiak daun. Mahkota bunga (corolla) berwarna kuning.
bunganya hanya satu hari, mekar di pagi hari dan layu disore hari. Bunga kacang
tanah yang terbentuk setelah terjadi pembuahan. Setelah terjadi pembuahan, bakal
buah tumbuh memanjang, inilah yang disebut ginofor yang nantinya akan
menjadi tangkai polong. Polong kacang tanah berkulit keras dan berwarna
dan varietasnya dan juga tidak lepas dari kesuburan tanah dari tanaman tersebut
(Adisarwanto, 2004).
diameter 1,5cm. Tiap polong berisi satu sampai tiga biji yaitu kacang tanah tipe
Virginia yang biasa ditanam dan tumbuh didaerah subtropis, dan kacang tanah
yang memiliki 3-4 biji adalah tipe Valencia yang biasa tumbuh di daerah tropis.
Biji kacang tanah berbentuk agak bulat sampai lonjong dan terbungkus kulit biji
yang tipis berwarna putih, merah, atau ungu. Inti biji (nucleus seminis) terdiri dari
Kacang tanah berakar tunggang dengan akar cabang yang tumbuh tegak
lurus. Akar cabang ini mempunyai bulu akar yang bersifat sementara dan
berfungsi sebagai alat penyerap hara. Akar samping atau akar serabut tanaman
kacang terdapat bintil-bintil atau nodul yang berisi bakteri yang disebut dengan
9
rhizobium sp. Bakteri ini mampu mengikat nitrogen bebas dari udara. Pemberian
pupuk nitrogen, seperti urea pada tanaman kacang tanah dapat menyebabkan
bakteri malas mengikat nitrogen sehingga produksi polong tidak akan meningkat
(Marzuki, 2007).
pertumbuhan dan hasil kacang tanah. Iklim yang dmaksud adalah suhu,
a. Suhu
pertumbuhan awal tanaman. Pada suhu tanah kurang dari 18 0C, kecepatan
berkecambah akan lambat. Suhu tanah di atas 400C justru akan mematikan benih
terletak antara 20-300C. Selain suhu tanah, suhu udara juga berpengaruh terutama
pada periode pembungaan. Pada fase generatif suhu udara optimum adalah 24-
b. Cahaya
Terbukanya bunga dan jumlah bunga yang terbentuk sangat tergantung pada
cahaya. Intensitas cahaya yang rendah pada saat pembentukan ginofor akan
10
pengisian polong akan menurunkan jumlah dan berat polong serta akan
c. Curah Hujan
atau dapat menjadi kendala terhadap pertumbuhan dan pencapaian hasil kacang
tanah. Total curah hujan optimum adalah 300-350mm sampai panen. Curah hujan
sangat ideal bila terbagi merata selama pertumbuhan tanaman. Curah hujan yang
cukup sangat dibutuhkan oleh tanaman agar tanaman dapat berkecambah dengan
Curah hujan yang terlalu banyak pada awal tumbuh akan menekan
pertumbuhan dan dapat menurunkan hasil. Curah hujan yang tinggi pada periode
pemasakan polong maka polong akan pecah dan biji akan berkecambah karena
penundaan saat panen. Kelembaban tanah yang cukup pada periode awal tumbuh,
saat berbunga, serta saat pembentukan dan pengisian polong sangat penting untuk
a. Tanah
Jenis tanah lempung berpasir, liat berpasir atau lempung liat berpasir
sangat cocok untuk tanaman kacang tanah. Kemasaman (pH) tanah yang
cocok untuk kacang tanah 6,5-7,0. PH tanah 7,5-8,0 daun akan menguning dan
terjadi bercak hitam pada polong. Kacang tanah masih cukup tumbuh dengan
baik bila tumbuh pada tanah masam (pH < 5,0) tetapi peka terhadap tanah
11
basa. Tanah yang basa hasil polong akan berkurang karena ukuran dan
b. Air
Air sangat penting bagi pertumbuhan tanaman kacang tanah, fungsi air
antara lain membantu penyerapan unsur hara (makanan) dari tanah oleh akar
melancarkan aerase udara dan oksigen di dalam tanah. Air dalam tanah harus
lahan bekas sawah. Hama utama pada kacang tanah antara lain sebagai berikut
Pupuk organik adalah pupuk yang berbentuk padat atau cair yang
berasal berasal dari sisa tanaman, kotoran hewan (pupuk kandang), pupuk hijau,
kesuburan tanah yang berujung pada sistem pertanian berkelanjutan yang dapat
menjamin kelestarian usaha tani. Tanah yang subur dan banyak mengandung bahan
organik. Asam-asam organik ini berupa asam malonat, asam oksalat, asam tatrat
kemampuan tanah untuk menahan air, sumber unsur hara N, P, S dan unsur-unsur
tukar kation tanah menjadi tinggi) dan sumber energi bagi mikroorganisme.
sehingga struktur tanah menjadi lebih baik, akar mudah menembus tanah dan lebih
efisien dalam menyerap unsur hara. Bahan organik juga dapat meningkatkan daya
serap tanah serta memperbaiki aerase dan drainase tanah. Bahan organik akan
memperbaiki struktur tanah dan menambah kemampuan tanah menahan unsur hara,
sehingga ketersediaan unsur hara yang akan diserap oleh tanaman semakin
2015). Afandi et al., (2015) turut mempertegas bahwa melalui pemberian bahan
tanah, sehingga keberadaan bahan organik dalam tanah akan memacu kegiatan
organik berkonsentrasi rendah dan dapat memperbaiki siklus hara. Pasokan bahan
organik dapat menyehatkan kehidupan flora dan fauna tanah, yang pada gilirannya
mineral masam seperti ultisol, bahan organik yang diberikan pada tanah tersebut
dapat sekaligus mengurangi keracunan Al, Fe, Mn, memperbaiki daya tanah
daya tahan tanah terhadap erosi, meningkatkan produksi 10-30%, dan berfungsi
tanaman.
14
tanaman tercukupi. Ada 2 macam pupuk yaitu, pupuk organik/ pupuk kompos dan
secara artifisial oleh populasi berbagai macam mikroba dalam kondisi lingkungan
yang hangat, lembab, dan aerobik atau anaerobik (J.H. Crawford, 2003).
unsur hara. Tujuanya agar unsur makro dan mikro dari makhluk hidup, khususnya
tumbuhan, bisa seimbang. Serta mengaktikan produktifitas dari tanaman, selain itu
juga mempunyai aspek pelestarian lingkungan. Menurut Tarmeji et al., (2018) bahan
bahan organik mempengaruhi ketersediaan jumlah fauna tanah yang ada pada setiap
kimia, dan biologi pada suatu tanah. Penggunaan pupuk organik selain diaplikasikan
al, 2014).
potensial memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah dan mengandung bakteri Bacillus
sp yang sangat berguna sehingga perlu dimanfaatkan. Selain itu kotoran sapi tersebut
sudah mengalami fermentasi dan penguraian lanjut dalam perut sapi sehingga
15
kotorannya halus memiliki struktur yang lunak. Kandungan unsur hara makro
0.5-1.1%; 0.5-0.6% dan 1.3-1.8%; sedangkan kandungan hara mikro adalah Fe; Mn;
Cu; Zn, dan B masing-masing 690-151.8; 167-369; 24-40; 128-183 dan 13-30 ppm
digunakan sebagai pengganti NPK dengan harga yang terjangkau dan memiliki efek
bahwa pemberian pupuk organik seperti pupuk kotoran sapi memberikan efek yang
signifikan pada warna daun padi saat 56 Hari MST, jumlah produksi, tinggi tanaman,
tertinggi tercatat melalui pemberian pupuk kotoran sapi sebanyak 10 ton ha-1 yang
rendah (Mahabub et al, 2016). Pada tanaman Lili Prancis, pertumbuhan optimal yang
ditunjukkan dengan tinggi, jumlah cabang yang banyak, daun yang besar
dipengaruhi oleh pemberian pupuk kotoran sapi sebanyak 9,0 t ha-1 (Garjila et al,
2017).
tanaman yang lebih tinggi, daun dan buah yang lebih banyak dibandingkan tanpa
Mikoriza berasal dari bahasa yunani asal kata mykes yaitu fungi, dan rhiza
yang berarti akar. Banyak definisi yang dikemukakan berkaitan dengan fungi
mikoriza arbuskula salah satunya definisi mikoriza secara luas dikemukakan oleh
Brundrett (2004), yang mencakup seluruh keragaman mikoriza sebagai suatu asosiasi
simbiotik yang esensial bagi satu atau kedalam mitra, antara suatu fungi mikoriza
(terspesialisasi untuk hidup dalam tanah dan tumbuhan) dan akar terutama
bertanggung jawab untuk transper hara. Mikoriza terjadi dalam suatu organ
tumbuhan yang terspesialisasi dan dimana hubungan kontak dekat berasal dari
mutualisme antara fungi dan perakaran tumbuhan tingkat tinggi. Simbiosis yang
pertumbuhan lain dari tanaman inang, sebaliknya fungi memberi keuntungan kepada
tanaman inang dengan cara membantu tanaman dalam menyerap unsur hara terutama
P (Harley and Smith 1983; Harley 1989 dalam Brundrett et al., 1996).
Dalam bukunya Smith and Read (2008) menuliskan bahwa mikoriza terbagi
atas 2 (dua) golongan besar yaitu Endomikoriza dan Ektomikoriza. Secara umum
endomikoriza terbagi atas 6 (enam) sub tipe yaitu mikoriza arbuskula (FMA),
17
pertanian. Sasvari et al. (2012), melaporkan bahwa terdapat berbagai jenis jenis
fungi mikoriza yang berasosiasi dengan perakaran tanaman. Husin et al. (2017)
terdapat berbagai fungi mikoriza yang ditemukan rizosfer jagung, gaharu dan kakao
yang tumbuh di pertambangan batubara. Jenis fungi mikoriza yang ditemukan yaitu
fistulosum, G. luteum, G. versiforme. Hasid et al. (2014) dan Halim et al., (2014)
melaporkan juga bahwa jenis spora yang dirizosfer tanaman terdiri dari Glomus,
bentuk permukaan spora, hiasan spora dan ukuran spora. Setiap jenis fungi mikoriza
yang ditemukan memiliki ciri yang berbeda sehingga kemampuan untuk beradaptasi
pada lingkungan dan tumbuhan inang juga berbeda. Perbedaan sifat adaptasi tersebut
dapat mempengaruhi oleh jumlah spora, sifat fisik, pH tanah serta kemampuan
pada tanah-tanah masam. Sedangkan jenis fungi mikoriza lain seperti Glomus sp
lebih banyak ditemukan pada tanah-tanah alkalis dan populasinya ditemukan lebih
sedikit pada tanah-tanah yang masam. Adanya tingkat keragaman spora yang
pertumbuhan tanaman jagung. Hasid et al., (2014) menyatakan bahwa daya dukung
18
infeksi fungi mikoriza arbuskula sebesar 56,67-86,67% dan jumlah spora berkisar
Infeksi fungi mikoriza arbuskula pada akar tanaman ditandai dengan adanya
hifa, vesikula dan arbsukula yang berada dalam jaringan tanaman jagung. Infeksi
fungi mikoriza arbuskula dapat diketahui dengan adanya hifa, vesikula, arbuskula,
maupun spora (Setiadi dan Setiawan, 2011; Halim et al., 2014; Halim et al., 2016).
Nainggolan et al. (2014), bahwa hifa merupakan salah satu struktur dari
FMA berbentuk seperti benang-benang halus yang berfungsi sebagai penyerap unsur
hara dari luar. Arbuskula adalah unit kolonisasi yang telah mencapai sel korteks
yang lebih dalam letaknya dan menembus dinding sel serta membentuk sistem
dan sebagai pertukaran nutrisi dalam tanaman. Infeksi mikoriza juga ditandai dengan
adanya struktur berbentuk bulat yang disebut vesikula. Vesikula ini berperan sebagai
Sumber inokulum FMA yang biasa dipakai adalah spora, akar yang terifeksi
dan potongan hifa fungi mikoriza (Mansur, 2003). Dikemukakan pula bahwa dari
ketiga sumber inokulum FMA tersebut, spora merupakan sumber inokulum yang
paling penting karena ketahananya terhadap pengaruh lingkungan, daya hidup lama,
bahan utama pembiakan FMA dengan identitas yang jelas serta propagul ini dapat
dijadikan sebagai bahan identifikasi FMA sampai pada tingkat spesies. Oleh karena
itu spora menjadi perhatian utama dalam mengisolasi, menetukan distribusi dan
Hasid et al. (2015) melaporkan bahwa inokulum yang berasal rizosfer alang-
alang yang dicobakan pada tanaman jagung dapat menginfeksi perakaran tanaman.
Infeksi dan jumlah spora meningkat seiring bertambahnya usia tanaman hingga usia
60 hari setelah inokulasi, baik pada jagung maupun di alang-alang. Halim et al.
kontrol. Infeksi fungi mikoriza yang rendah atau tinggi sangat ditentukan oleh
kecocokan fungi mikoriza dengan tanaman, faktor lingkungan beserta interaksi serta
penyerapan air (Auge, 2001) dan unsur hara, khususnya P (Smith and Read, 2008),
meningkatkan tolerasi tanaman terhadap logam berat (Zhang et al. 2004), dan
kekeringan dari pada yang tidak bermikoriza. Rusaknya jaringan korteks akibat
kekeringan dan matinya akar tidak akan permanen pengaruhnya pada akar yang
bermikoriza. Setelah periode kekurangan air (water stress), akar yang bermikoriza
akan cepat kembali normal. Hal ini disebabkan karena hifa fungi mampu menyerap
air yang ada pada pori-pori tanah saat akar tanaman tidak mampu lagi menyerap air.
Penyebaran hifa sangat luas di dalam tanah menyebabkan jumlah air yang diambil
dan Shrestha, et al. (2009) melaporkan juga bahwa perlakuan fungi mikoriza
meningkatkan pertumbuhan jagung. Hal ini disebabkan oleh adanya infeksi fungi
20
satunya adalah adanya perubahan sifat kimia tanah. Anozie dan Orluchukwu, (2018)
melaporkan bahwa penggunaan fungi mikoriza dapat memperbaiki sifat kimia tanah.
Hasil analisis tanah pra-tanam menunjukkan bahwa tanah rendah kalsium (0,78
Cmolkg), Magnesium (1,30 Cmol / kg), Kalium (0,79 Cmol / kg) dan Sodium (0,80
Cmolkg) di bawah tingkat kritis. Hasil analisis tanah pada akhir percobaan yang
Kalium, Kalsium, Magnesium dan Sodium di tanah yang diinfeksi AMF. Hal ini
meningkatkan bahan organik tanah dan unsur hara. Inokulasi AMF secara signifikan
Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Oyetunji et al.,
(2009) dan Olawuyi et al., (2010) yang melaporkan bahwa inokulasi fungi mikoriza
Selain peningkatan unsur hara, fungi mikoriza juga dapat menembus sel
pertumbuhan tanaman kacang tanah. Hal ini disebabkan karena mikoriza yang
Tingginya air dan unsur hara yang terserap oleh tanaman membuat
Hormon sitokinin dan auksin ini berperan dalam pembelahan dan pemanjangan sel,
Penelitian ini dibuat berdasarkan acuan dan keterkaitan teori dari penelitian-
penelitian terdahulu seperti dalam Akbari et al. (2011) yang melaporkan peningkatan
hasil kacang tanah dengan penggunaan pupuk hayati dan pupuk organik. Ola et al
(2013) melaporkan bahwa terjadi peningkatan hasil terhadap produksi kacang tanah
produksi kacang tanah terhadap dosisi pemberian pupuk kotoran sapi dan pupuk
Fosfor pada tanah Ultisol. Dan hasil pengamatan menunjukkan bahwa dosis kotoran
sapi berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kacang tanah.
Walaupun dosis pupuk fosfor tidak berpengaruh nyata terhadap semua variabel
pengamatan kecuali terhadap berat biji. Musa dan Ajit (2015) juga menuliskan
22
bahwa aplikasi kotoran sapi pada tingkat 15 t ha-1 merupakan perlakuan paling
optimal untuk produksi kacang tanah di wilayah studi pada saat musim hujan.
Kotoran sapi merupakan salah satu bahan organik yang dapat memperbaiki
struktur tanah, menambah bahan organik tanah dan sebagai sumber nitrogen dan zat
fosfor yang sangat penting bagi pertumbuhan dan pengembangan tanaman (Farizaldi,
2014), memiliki kandungan serat tinggi seperti selulosa (Silitonga et al, 2018) dan
terbukti mengandung nutrisi Nitrogen (2,0%), Fosfor (1,5%) dan Kalium (2,2%)
Mg pada daun merica terutama pada perlakuan 10 t ha-1 (Ewulo et al, 2015),
menghasilkan tanaman yang lebih tinggi, daun dan buah yang lebih banyak pada
produksi akar hingga kedalaman 61-80 cm (Baldi dan Toselli, 2013). Selain itu,
jagung.
Namun, tanaman kacang tanah yang secara alami bersimbiosis dengan bakteri
agen hayati lainnya dapat meningkatkan kualitas benih kacang tanah karena
23
kacang tanah. Adapun penekanan pemakaian pupuk organik secara kontinu dan
serapan P dan biomassa bobot segar, namun tidak berpengaruh signifikan terhadap
parameter. Mate dan Saidanshiv (2018) juga menjelaskan bahwa kombinasi semua
jamur VAM menunjukkan peningkatan hasil yang signifikan dan menunjukkan lebih
Produksi kacang tanah yang cukup rendah terutama pada jenis tanah marginal
beberapa upaya dengan memanfaatkan bahan organik yang jumlahnya cukup banyak
di alam seperti pupuk kotoran sapi. Pupuk kotoran sapi mengandung unsur hara yang
lengkap untuk tanaman (Silitonga et al, 2018) seperti Nitrogen (2%), Fosfor (1,5%),
pupuk kandang, juga diperlukan pemanfaatan sumber daya hayati lainnya seperti
adanya kombinasi pupuk kotoran sapi dan mikoriza ini bertujuan mampu
Bagan alur kerangka pikir dalam penelitian ini disajikan pada Gambar 1.
25
Tanah marginal
3.2 Hipotesis
1. Terdapat pengaruh pupuk kotoran sapi terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman
2. Terdapat perlakuan pupuk kotoran sapi yang memberikan pengaruh terbaik terhadap
laju pertumbuhan dan hasil tanaman kacang tanah pada lahan bermikoriza insitu. Commented [A9]: Belum menjawab rumusan masalah 2
3. Terdapat pengaruh pupuk kotoran sapi terhadap peningkatan laju pertumbuhan dan
hasil tanaman kacang tanah pada lahan bermikoriza insitu dalam meningkatkan
mekanisme serapan N dan P di dalam jaringan kacang tanah. Commented [A10]: Belum menjawab rumusan masalah 3
26
………….2 0 1 9 .
Bahan yang akan digunakan adalah benih kacang tanah, ampas sagu, pupuk
kandang sapi, dedak, gula pasir, gula merah, label perlakuan, terpal, tugal, aquades,
nenas, bayam, pepaya, larutan KOH 10%, HCl 2%, H2O2 10% dan aniline blue
timbangan, oven, mistar, gembor, gunting, pinset, cawan petri, gelas ukur, kaca
objek, mikroskop, erlen meyer, saringan bertingkat dengan ukuran lubang 355 µm,
125 µm dan 15 µm, gelas kimia, pipet mikro, pipet tetes, hygrometer, lux meter,
Penelitian ini akan dilaksanakan pada lahan sub optimal bermikoriza insitu
kotoran sapi yang terdiri dari 13 taraf yaitu tanpa pupuk (A0), menggunakan pupuk
kotoran sapi 5 t.ha-1 (A1), pupuk kotoran sapi 10 t.ha-1 (A2), pupuk kotoran sapi 5
t.ha-1 (A3), pupuk kotoran sapi 20 t.ha-1 (A4), pupuk kotoran sapi + ampas sagu 5
t.ha-1 (A5), pupuk kotoran sapi + ampas sagu 10 t.ha-1 (A6), pupuk kotoran sapi +
27
ampas sagu 15 t.ha-1 (A7), pupuk kotoran sapi + ampas sagu 20 t.ha-1 (A8), pupuk
kotoran sapi + ampas sagu dikomposkan + 5 t.ha-1 (A9), pupuk kotoran sapi + ampas
sagu dikomposkan 10 t.ha-1 (A10), pupuk kotoran sapi + ampas sagu dikomposkan 15
t.ha-1 (A11), pupuk kotoran sapi + ampas sagu dikomposkan 20 t.ha-1 (A12).
Perlakuan ini diulang sebanyak 3 ulangan, sehingga secara keseluruhan terdapat 39 Commented [A11]: + seluruhnya
unit percobaan. sesuai dengan denah penelitian disajikan pada lampiran 1. Commented [A12]: Tambahkan kata: denah penelitian
disajikan pada Lampiran …(sesuaikan no. lampiran yg ada)
Persiapan lahan dalam penelitian ini yaitu membersihkan gulma pada lahan
yang akan digunakan dalam penelitian. Setelah lahan tersebut dibersihkan maka
dilakukan pengolahan tanah. Pengolahan tanah dilakukan sebanyak dua kali yaitu
dengan jarak 50 cm, di dalam kelompok dibuat petak perlakuan dengan jarak 30
cm.
4.4.2. Pemupukan
diaplikasikan 1 minggu sebelum penanaman dan dengan takaran disesuaikan Commented [A13]: Berapa lama sebelum penanaman
Commented [A14]: Dengan takaran
dengan denah percobaan dan perlakuan sebagaimana diuraikan pada rancangan Commented [A15]: … perlakuan sebagaimana diuraikan pada
rancangan penelitian
penelitian yang diberikan.
4.4.3. Penanaman
28
yang dibuat dengan cara tugal. Jarak tanam yang digunakan yaitu 30 cm x 20 cm.
Setelah itu, biji kacang tanah yang telah disiapkan dimasukkan ke dalam lubang Commented [A16]: kurang tepat
tanam yang telah dibuat, sebanyak satu biji tiap lubang tanam.
4.4.4. Penyulaman
4.4.5. Pemeliharaan
dapat dilakukan dengan mencabut atau membersihkan gulma yang tumbuh dipetak
percobaan, agar tidak terjadi kompetisi serapan hara dan tidak terdapat pengaruh
gulma dengan tanaman kacang tanah. Penyiraman dapat dilakukan sesuai kapasitas
4.4.6. Pengamatan
Pengamatan pertumbuhan dapat dilakukan pada umur 14, 28, 42, 56 dan
70 HST dan pengamatan produksi tanaman dapat dilakukan sesuai dengan variable
pengamatan.
Isolasi spora FMA dilakukan dengan metode penyaringan basah (wet sieving)
secara bertingkat (Shamini dan Amutha, 2014). Isolasi dan identifikasi FMA Commented [A17]: tambahkan klmt: merujuk pada Shamini
dan Amutha (2014)
dilakukan dengan menimbang tanah sebanyak 100 gram, tanah dimasukkan dalam Commented [A18]: +++ … merujuk pada …., dengan prosedur
kerja terlampir (Lampiran …)
gelas beaker 1000 ml dan ditambah air sampai volume 500 ml. Suspensi tanah
detik sampai partikel yang besar mengendap (Pacioni, 1992). Setelah itu cairan
lubang 355 µm, 125 µm dan 15 µm. Setelah cairan supernata tersebut dituang dalam
saringan bertingkat, dilakukan pembilasan dengan air kran untuk menjamin bahwa
semua partikel yang kecil sudah terbawa oleh air. Hasil saringan tersebut dituang
kedalam tabung reaksi dengan bantuan botol semprot. Setelah itu hasil saringan
menggunakan mikroskop stereo (Nainggolan et al., 2014) Commented [A19]: = coment A19
3. Analisis Tanah
Analisis tanah dapat dilakukan dengan mengambil sampel tanah sebelum Commented [A20]: Ganti dengan kata akan
aplikasi pupuk organik dan kemudian dianalisis di Laboratorium Ilmu Tanah Commented [A21]: double
Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo. Commented [A22]: Prosedur analisis merujuk pada …..
(tuliskan referensinya)
Analisis kimia kompos ampas sagu (N, P, K, Ca, Mg). Analisis kompos
ampas dapat dilakukan dengan mengambil sampel kompos ampas sagu hasil
Jumlah koloni bakteri yang hidup dan berkembang dikompos ampas sagu
dengan aquades steril sampai 10-7. Selanjutnya biakan bakteri kompos ampas sagu
tersebut diambil 10-5, 10-6 dan 10 -7 disebar pada media TSA 100%. Selanjutnya
biakan bakteri tersebut diamati 3 hari setelah disebar di media TSA dan dihitung
Pertumbuhan tanaman diukur pada umur 14, 28, 42, 56 dan 70 HST
1. Tinggi tanaman. Tinggi tanaman diukur dengan menggunakan alat ukur (mistar)
tangkai
3. Jumlah daun (helai). Jumlah daun diamati dengan cara menghitung semua daun
4. Indeks luas daun. Indeks luas daun dihitung dengan menggunakan persamaan:
ILD = LD/LA
LD = P x L x P
5. Indeks luas daun (ILD), yaitu nisbah antara total luas daun tanaman dengan
𝐴
ILD = (Salisbury, 1996)
𝑃
Keterangan :
A = total luas daun tanaman
P = luas tegakan tanaman
6. Berat kering tanaman (g) diukur dengan menimbang berat tanaman yang sudah Commented [A25]: Bobot
di Oven dengan suhu 700C selama 2x 24 jam Commented [A26]: 2x24 jam ???
7. Laju tumbuh relatif tanaman (LTR), yaitu peningkatan bobot kering tiap satuan
(lnm2− lnm1)
LTR = (g. m−1 hari−1 )
(t 2 − t1)
8. Laju Asimilasi Bersih (LAB), yaitu peningkatan laju penambahan bobobt kering
total tanaman (g) per satuan luas lahan (m) tiap satuan waktu pengamatan (t),
t2 = Waktu pengamatan 2
mengambil sampel pada masing perlakuan dan diovenkan pada suhu 700C
10. Laju Pertumbuhan Absolut atau Absolute Growth Rate (AGR) (g hari-1),
m1 = Berat Awal
m2 = Berat Akhir
t2 – t1 = Interval Waktu t2 = waktu pengamatan ke-2,
t1 = waktu pengamatan ke 1.
11. Nisbah Luas Daun (NLD) atau Leaf Area Ratio (LAR) m2g-1 adalah
perbandingan luas daun terhadap bobot kering tanaman yang ada. Rumus yang
(LD)
NLD =
(W)
1. Jumlah polong, dihitung dengan menghitung jumlah polong sesudah panen pada
2. Jumlah polong isi dan polong hampa, dihitung dengan menghitung jumlah
3. Berat polong, dihitung dengan menimbang polong sesudah panen pada 3 sampel
yang diamati.
4. Berat biji, dihitung dengan menimbang polong sesudah panen pada 3 sampel
yang diamati.
5. Bobot (kering) 100 biji. Pengamatan dilakukan pada saat panen dengan
menimbang 100 biji kering yang telah diovenkan dengan suhu 600C selama 2 x
7. Indeks Panen (IP). Indeks panen adalah perbandingan hasil panen dengan
Hasil Panen
IP = (Salisbury, 1996)
Biomassa Total
Keterangan :
IP = Indeks panen
Biomaas Total = Hasil panen + Bobot kering
8. Kadar air biji, dilakukan dengan metode oven suhu tinggi konstan (1030C
(M2 − M3)
KA =
(M2 − M1)
Serapan hara tanaman yang akan dianalisis adalah serapan hara N dan P.
Bahan tanaman yang digunakan sebagai bahan analisis adalah daun tanaman yang
diambil pada saat tanaman mencapai pertumbuhan vegetatif maksimum. Commented [A27]: Tuliskan rujukan prosedur pengukuran
1. Bintil akar. Bintil akar dihitung pada setiap pengamatan pertumbuhan tanaman.
2. Spora FMA. Spora FMA dapat dihitung sebelum perlakuan dan sesudah
3. Infeksi Akar. Infeksi akar FMA dapat dihitung sebelum perlakuan dan sesudah
Sampel tanah diambil sebelum dan sesudah aplikasi pupuk organik dengan Unsur N
Kondisi iklim akan diamati dari awal sampai akhir penelitian dengan
parameter, suhu tanah, kelembaban tanah, suhu mikro, kelembaban mikro dan
intensitas cahaya.
35
hitung menunjukan pengaruh nyata atau sangat nyata dilanjutkan dengan Uji Jarak
Berganda Duncan (UJBD) pada taraf kepercayaan 95%. Untuk melihat hubungan
pupuk organik, spora fungi mikoriza terhadap produksi kacang tanah maka
DAFTAR PUSTAKA Commented [A28]: Cara penulisan merujuk pada Panduan PPs
Akbari LF, Butani BM, Naria JN, Golakiya BA. Effect of integrated nutrient
management on groundnut-wheat cropping sequence. Asian Journal of Soil
Science. 2011; 6:14-18.
Baldi, E. dan M. Toselli, 2013. Root Growth And Survivorship In Cow Manure And
Compost Amended Soils. Plant Soil Environ. Vol. 59, 2013, No. 5: 221–226
Brundrett, M, Bougher, N, Dell, B, Gove, T, and Majozuk, N., 1996. Working With
Mycorrhizas in Forestry and Agriculture. Australian Centre for International
Agricultural Research Canbera. Australia.
Ewulo B.S., Hasan K.O, dan Ojeniyi, S.O, 2015. Comparative effect of cowdung manure
on soil and leaf nutrient and Yield of pepper. International Journal of
Agricultural Research.
Farizaldi. 2014. Pengaruh Pemberian Pupuk Kandang Dan Abu Sabut Kelapa Terhadap
Pertumbuhan Sentro (Centrosema pubescens) Pada Ultisol. Jurnal Penelitian
Universitas Jambi Seri Sains. 16(1):71-76
Garjila Y.A, J. O. Shiyam, R. John. 2017. Effect of Cowdung Compost Manure Rates of
Application on the Growth and Leaf Yield of Spider Plant (Cleome gynandra L.
Briq) in Jalingo, Taraba State, Nigeria. Archives of Current Research
International 7(2): 1-6, 2017; Article no.ACRI.3270.
Gudugi I.A.S., 2013. Effect Of Cow Dung And Variety On The Growth And Yield Of
Okra (Abelmoschus esculentus (L.) European Journal of Experimental Biology,
2013, 3(2):495-498
Hariani, Farida dan Erlita, 2016. Granting Mycorrhizal And Sludge To Increase
Production Plant Of Peanut (Arachis hypogaea L). Agrium. April 2016 Volume
20 No.1.
Hartatik, W. dan L. R. Widowati. 2010. Pupuk Kandang. Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian. Bogor
Kulkarni MV, Patel KC, Patil DD and Madhuri Pathak. 2018. Effect of organic and
inorganic fertilizers on yield and yield attributes of groundnut and wheat.
International Journal of Chemical Studies 2018; 6(2): 87-90.
Mahadi, M.A., S.A. Dadari, B. Tanimu, N.C. Kuchinda, A.I. Sharifai and M.S. Bature.
2013. Effects of Weed Control and Cow Dung Manure on Growth Performance
of Quality Protein Maize in Samaru, Zaria, Nigeria. Nigerian Journal of Basic
and Applied Science (June, 2013), 21(2): 85-9.
Mate HT and Saindanshiv SE. 2018. Application of VAM Fungi to increase Groundnut
(Arachis hypogea L.) production. Int. Res. J. of Science & Engineering, 2018;
Special Issue A4:107-109.
Musa M dan Ijat Singh, 2015. Influence of Cow Dung Application on the Yield and Yield
Components of Two Groundnut (Arachis hypogaea L.) Varieties in Sokoto, Semi-
arid Zone of Nigeria. Agricultura Tropica Et Subtropica, 48/3-4, 75-81, 2015.
Ola BL, Pareek BL, Rathore PS, Kumawat A. Effect of integrated nutrient management
on productivity of groundnut (Arachis hypogaea l.) in arid Western Rajasthan.
Agriculture for Sustainable Development. 2013; 1(1):13-15.
Prasasti O.H, Kristanti Indah Purwani, dan Sri Nurhatika. 2013. Pengaruh Mikoriza
Glomus fasciculatum Terhadap Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Kacang Tanah
yang Terinfeksi Patogen Sclerotium rolfsii. Jurnal Sains Dan Seni Pomits Vol. 2,
No.2, (2013) 2337-3520
Rahmad Budiono, 2009. Pengaruh Pemberian Pupuk Organik dan Nitrogen terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kangkung Darat. Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian. Jawa Timur. Surabaya.
Silitonga, L., Edhi Turmudi, Widodo. 2018. Growth and Yield Response of Peanut
(Arachis hypogaea L.) to Cow Manure Dosage and Phosphorus Fertilizer on
Ultisol. A Akta Agrosia. 2018. 21(1):11-18.
Solomon, Wisdom G.O, Ndana R.W and Abdulrahim Y. 2012. The Comparative study
of the effect of organic manure cow dung and inorganic fertilizer N.P.K on the
growth rate of maize (Zea Mays L). International Research Journal of
Agricultural Science and Soil Science Vol. 2(12) pp. 516519.
Syakur, A, et al. 2011. Analisis Iklim Mikro Didalam Rumah Tanaman Untuk
Memprediksi Waktu Pembungaan Dan Matang Fisiologis Tanaman Tomat
Dengan Menggunakan Metode Artificial Neutral Network. Jurnal Agroscientiae,
Yogyakarta
Talanca, Haris. 2010. Status Cendawan Mikoriza Vesikular Arbuskular (MVA) Pada
Tanaman. Prosiding Pekan Serealia Nasional. Balai Penelitian Tanaman
Serealia, Sulawesi Selatan.
J. Tanimu, E.O. Uyovbisere, S.W.J. Lyocks and Y. Tanimu. 2013. Effects of Cow Dung
on the Growth and Development of Maize Crop. Greener Journal of Agricultural
Scinces. Vol. 3 (5), pp. 371-383, May 2013.
Tarmeji, A., R. Shanti, dan Patmawati, 2018. Hubungan Bahan Organik dengan
Keberadaan Fauna Tanah pada Umur Rehabilitasi Lahan Pasca Tambang yang
Berbeda, Jurnal Agroekoteknologi Tropika, 1 (1) : 1-10.
Uko, A. Effiong, Idorenyin Asukwo Udo dan Emmanuel Bassey Effa. 2018. Growth and
yield responses of groundnut (Arachis hypogaea L.) to arbuscular mycorrhizal
fungi inoculation in Calabar, Nigeria. Asian J. Crop Sci., 11: 8-16.
Y. Zhang., L.D. Guo., and R.J. Liu., 2004. Survey of Arbuscula Mycorrhizal Fungi in
Deforested and Natural Forest Land in the Subtropical Region of Dujiangyan,
Southwest China. Plant and Soil 261 : 257-263 Kluwer Academic Publishers.
China.
Yasier, I., Syakur and Helmi, 2019. Research Article. International Journal Of
Advanced Research (IJAR). Int. J. Adv. Res. 7(2), 771-777.