Anda di halaman 1dari 13

ISSN 1907-0799

STRATEGI EFISIENSI PENGGUNAAN BAHAN ORGANIK UNTUK KESUBURAN


DAN PRODUKTIVITAS TANAH MELALUI PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA HAYATI TANAH

Efficiency Strategy of Organic Matter Use for Soil Fertility and Productivity
by Soil Biology Resources Empowerment

Subowo G.
Balai Penelitian Tanah
Jl. Ir. H. Juanda 98, Bogor 16123

ABSTRAK
Indonesia merupakan negara kepulauan di kawasan vulkanik tropika basah memiliki keanekaragaman hayati tanah, laju
pelapukan dan erosi tanah tinggi, namun memiliki kesuburan dan kandungan bahan organik tanah yang rendah. Perbaikan kesuburan
tanah untuk tanaman secara langsung dengan pemberian bahan organik memerlukan jumlah yang besar dan mahal. Masalah yang
dihadapi kemampuan produksi bahan organik rendah, laju pelapukan tinggi, diperlukan dalam jumlah besar dan berada di wilayah
kepulauan, sehingga sulit dalam pengadaan dan konservasi bahan organik di dalam tanah serta biaya transportasi mahal. Pemberian
bahan organik dengan tujuan untuk pemberdayaan sumberdaya hayati tanah untuk meningkatkan kesuburan tanah potensial
diupayakan. Selain memerlukan dosis pemberian bahan organik yang relatif lebih rendah juga dapat mencegah munculnya serangan
hama penyakit tular tanah dan meningkatkan konservasi bahan organik tanah. Dalam menentukan evaluasi kesesuaian lahan di
kawasan vulkanik tropika basah hendaknya perlu mempertimbangkan adanya peranan populasi organisme tanah untuk mendukung
produksi tanaman dan menjaga kelestarian kandungan bahan organik tanah.

Kata kunci : Kesuburan dan produktivitas tanah, keaneka-ragaman hayati, bahan organik, pemberdayaan hayati tanah

ABSTRACT
Indonesia is an archipelago in wet tropical volcanic regions have high soil biodiversity, high rate of weathering and high
of soil erosion, but low on soil fertility and soil organic matter content. Improvement of soil fertility to plant directly with the
provision of organic materials requires a large amount and expensive. Problems faced by low organic matter production ability,
high decomposition rate, bulky and is in the archipelago, making it difficult in the procurement and conservation of organic matter
in soil and expensive transportation costs. Provision of organic materials with the aim of empowering the soil biology resources to
enhance soil fertility potential pursued. In addition to the dose of organic matters required is relatively lower may also prevent the
emergence of soil born diseases are also increasing of soil organic matter conservation. In determining land suitability evaluation
in wet tropical volcanic region should consider the role of soil organism populations to support crop production and protected soil
organic matter content.

Keywords : Soil fertility and productivity, biodiversity, organic matter, empowering soil biology

K
awasan tropika basah yang berada tanaman/hewan relatif rendah/kecil. Pengadaan
antara 23o30 Lintang Utara dan 23o30 biomasa sebagai sumber bahan organik tanah
Lintang Selatan memiliki pasokan sinar secara insitu sangat terbatas. Dukungan
matahari dan curah hujan yang besar sepanjang kesuburan tanah untuk pertumbuhan tanaman
tahun. Laju pelapukan mineral ataupun bahan semusim dengan intensitas panen tinggi menjadi
organik (BO), erosi tanah, dan pencucian hara rendah. Sedang tanaman tahunan berakar dalam
berlangsung intensif serta memiliki laju dan permanen memiliki penyanggaan relatif lebih
fotosintesis dan fotorespirasi yang tinggi. baik. Untuk mendukung produksi pangan yang
Sebagian besar tanah lahan kering memiliki merupakan kebutuhan pokok dengan berbasis
kesuburan tanah dan kandungan bahan organik pada tanaman semusim banyak menghadapi
rendah. Fotorespirasi yang tinggi mengakibatkan hambatan. Tanpa pengkayaan bahan organik
produk biomassa (bahan organik) yang yang memiliki kandungan hara lengkap,
dihasilkan yang merupakan selisih antara hasil kesuburan dan produktivitas tanah sulit
fotosintesis terhadap fotorespirasi per individu ditingkatkan. Masalah yang dihadapi jumlah

13
Jurnal Sumberdaya Lahan Vol. 4 No. 1, Juli 2010

bahan organik yang harus diberikan cukup besar, tersebut dapat membantu memperbaiki
karena kandungan hara pada bahan organik produktivitas tanah.
relatif rendah dan laju pelapukan cepat serta
Tujuan dari penulisan ini diharapkan dapat
mudah tercuci. memberikan wawasan tentang pentingnya
Indonesia merupakan salah satu wilayah efisiensi penggunaan bahan organik di kawasan
yang berada di tropika basah. Selain memiliki megabiodiversity tropika basah yang tidak hanya
laju pelapukan, erosi, dan pencucian hara tinggi sebagai sumber hara, namun juga berperan
juga memiliki laju pengkayaan mineral dan penting dalam mendukung perbaikan aktivitas
keanekaragaman jenis organisme (megabiodiver- organisme tanah. Meningkatnya aktivitas
sity) yang tinggi. Secara potensial kandungan organisme tanah yang mampu mencegah laju
mineral/hara dalam tanah pada prinsipnya telah penyusutan bahan organik, memperbaiki aerasi
ada, namun tingkat ketersediaannya sangat dan agregat tanah, meningkatkan ketersediaan
beragam dan tergantung pada kondisi lahan dan hara, dan mencegah berkembangnya hama-
kemampuan tanaman melakukan serapan. penyakit tular tanah akan meningkatkan
Dengan mempertimbangkan dukungan kesuburan dan produktivitas tanah. Melalui
sumberdaya seperti ini Indonesia memiliki pendekatan ini diharapkan dapat mengurangi
peluang yang baik untuk pengembangan jumlah atau dosis pemberian bahan organik
pertanian dengan berbasis pada pemanfaatan tanah untuk meningkatkan produksi tanaman.
sumberdaya tanah/lahan. Dalam batas tertentu
laju pelapukan tinggi potensial dimanfaatkan Kandungan bahan organik dan
untuk mempercepat pelapukan mineral-mineral kesuburan tanah di Indonesia
primer, sehingga hara yang terkandung di
dalamnya dapat dimanfaatkan untuk meningkat- Indonesia merupakan salah satu negara di
kan produksi dan kualitas produk pertanian. kawasan tropika basah yang memiliki tanah
Pengkayaan hara/bahan organik di dalam tanah mineral bermasalah dalam kaitannya dengan
dapat meningkatkan aktivitas organisme tanah tingginya laju dekomposisi bahan organik dan
yang pada tahap selanjutnya akan memperbaiki pencucian hara. Bahan organik tanah umumnya
dan mempertahankan kesuburan tanah. rendah (<2%) dan pH tanah masam. Las dan
Beberapa organisme tanah mampu Setyorini (2010) menyatakan bahwa sekitar
meningkatkan kesuburan tanah melalui hasil 73% lahan pertanian di Indonesia 73%
samping yang dihasilkan, seperti organisme memiliki kandungan C-organik tanah <2,00%.
pelarut fosfat ataupun penambat N-bebas yang Sanchez (1976) mengatakan bahwa rendahya
hidup bebas/soliter ataupun yang hidup kandungan bahan organik tanah tropika
bersimbiose secara mutualistis dengan tanaman. disebabkan oleh temperatur yang tinggi dan
Benang-benang miselium/hifa dari jamur benang cepatnya laju dekomposisi.
(fungi) juga dapat mengikat agregat-agregat Sudriatna dan Subowo (2007) juga
tanah untuk saling berikatan, sehingga tidak mendapatkan bahwa pengaruh residu bahan
mudah rusak dan tahan terhadap tekanan fisik/ organik yang diberikan sebanyak 5 t/ha pada
erosi. Fauna tanah yang hidup di dalam tanah tanaman tomat selama empat bulan di Bogor
dengan menggali lubang dan mencampur tanah sudah tidak berpengaruh nyata terhadap
dapat memperbaiki aerasi dan kesuburan tanah. pertumbuhan kacang hijau yang ditanam pada
Sebaliknya juga terdapat organisme tanah yang musim berikutnya. Bahkan Kariada dan Aribawa
merugikan tanaman, seperti organisme hama (2009) mendapatkan bahwa pemberian pupuk
ataupun penyakit tanaman. Untuk itu selektivitas organik tidak berpengaruh nyata terhadap hasil
dalam pemberdayaan organisme tanah sesuai gabah kering panen. Kasno et al. (2009) juga
dengan yang diharapkan perlu diperhatikan, agar mendapatkan bahwa pemberian pupuk kandang
nilai manfaat dari aktivitas organisme target sebanyak 10 t/ha tidak meningkatkan produksi

14
Subowo G. : Strategi Efisiensi Penggunaan Bahan Organik

padi sawah, namun neraca hara P dan K menjadi N/ha/musim diperlukan pupuk kotoran unggas
positif. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi 67 t/ha/musim atau 151 t/ha/musim jerami padi.
penambahan hara P dan K dalam tanah namun
Hasil penelitian Sutono et al. (2009)
belum mempengaruhi produksi padi. Efisiensi
dengan memberikan bahan organik dari pupuk
penggunaan bahan organik sebagai pupuk untuk
kandang didapatkan bahwa hubungan antara
meningkatkan kesuburan dan produktivitas tanah bahan organik tanah dengan produksi jagung
perlu diupayakan dengan tetap memperhatikan pada tanah terdegradasi berat dengan C-organik
nilai fungsi bahan organik yang tidak hanya 0,68% didapatkan persamaan regresi :
sebagai fungsi fisiko-kimia tetapi juga fungsi
hayati sebagai sumber hara dan energi bagi Y (produksi jagung) = -1,0856x2 + 6,2855x +
organisme tanah. 2,1079
Sebagai fungsi keharaan, pelepasan hara/ R2 = 0,9011
mineral diawali dengan adanya mineralisasi oleh
pelapukan/perombakan melalui proses fisiko- Dari nilai persamaan kwadratik ini
kimia ataupun biologi dengan dihasilkan unsur- menunjukkan bahwa puncak produksi jagung
unsur pembentuknya dalam bentuk ion (kation/ dicapai pada kandungan 2,9% C-organik tanah
dengan puncak produksi 11,21 t/ha. Sedang
anion). Swift et al. (1979) menyatakan
untuk kandungan C-organik 1% dicapai produksi
dekomposisi bahan organik merupakan proses
7,31 t/ha. Hal ini menunjukkan bahwa
pemecahan integratif kompleks di antara peningkatan produksi jagung dari C-organik
organisme (makro dan mikro organisme), faktor 1,0% menjadi 2,9% terjadi peningkatan
lingkungan (utamanya temperatur dan kelem- produksi 3,90 t/ha atau dengan pemberian
baban) dan jenis bahan organik. Kandungan hara bahan organik sebanyak 65,36 t/ha dapat
makro pada beberapa sumber bahan organik memberikan hasil jagung 3,90 t/ha. Sementara
tanah sebagian besar <1,0% (Tabel 1). Hasil pengadaan pupuk kandang tersebut juga
dekomposisi dihasilkan bahan mudah larut dan membutuhkan hijauan pakan yang besarnya 2
sisa padatan serta jaringan organisme hidup. kali lipat ( 130,72 ton hijauan). Sementara
Melalui proses pertukaran aktif maupun pasif, potensi kemampuan produksi hasil samping/
limbah bahan organik dari tanaman semusim
bahan mudah larut yang ada dalam tanah
relatif rendah <10 t/ha. Bahkan apabila
terserap ke jaringan tanaman melalui proses
mempertimbangkan nilai laju perkembangan/
pertukaran ion dan selanjutnya dimobilisasi penyusutan alami bahan organik tanah pertanian
dalam metabolisme tanaman. Dari Tabel 1 kawasan tropika basah (internal rate natural of
menunjukkan bahwa untuk memenuhi kebutuhan increase) yang bernilai <1, akan memerlukan
hara tanaman padi sawah sebanyak 100 kg tambahan bahan organik tanah yang lebih besar

Tabel 1. Kandungan hara makro beberapa sumber bahan organik tanah


Kandungan hara makro
No. Jenis bahan organik
N P K Ca
...................... % ......................
1. Jerami padi 0,66 0,07 0,93 0,29
2. Sekam 0,49 0,05 0,49 0,06
3. Batang jagung 0,81 0,15 1,42 0,24
4. Serbuk kayu 1,33 0,07 0,60 1,44
5. Kotoran sapi perah 0,53 0,35 0,41 0,28
6. Kotoran sapi daging 0,65 0,15 0,30 0,12
7. Kotoran unggas 1,50 0,77 0,89 0,30
8. Kotoran domba 1,28 0,19 0,93 0,59
Sumber : Las dan Setyorini (2010)

15
Jurnal Sumberdaya Lahan Vol. 4 No. 1, Juli 2010

untuk kebutuhan pertanaman berikutnya. Sholeh Peranan bahan organik terhadap aktivitas
et al. (1997) mendapatkan bahwa pemberian organisme tanah
bahan organik sebanyak 10 t/ha pada tanah
Ultisols Lampung mampu meningkatkan produksi Masalah yang penting dalam usahatani di
padi gogo, namun residu bahan organik yang kawasan tropika basah adalah rendahnya
diberikan tidak berpengaruh nyata terhadap kandungan hara tanah, ketersediaan bahan
produksi ketela pohon yang ditanam pada musim organik tanah, dan kemampuan tanah menahan
berikutnya (Tabel 2). Pada Tabel 2 menunjukkan air (William and Joseph, 1976). Pemberian
bahwa untuk musim tanam pertama (MT I) bahan organik ke dalam tanah akan membantu
pemberian bahan organik tanpa penambahan mengurangi erosi, mempertahankan kelembaban
pupuk N (Urea) memberikan produksi gabah padi tanah, mengendalikan pH tanah, memperbaiki
gogo lebih rendah dibanding dengan yang drainase, mencegah pengerasan dan retakan,
mendapat tambahan Urea. Sedangkan pada meningkatkan kapasitas pertukaran ion, dan
musim taman kedua (MT II) residu pemberian meningkatkan aktivitas biologi tanah (Vidyarthy
bahan rorganik tidak memberikan pengaruh yang and Misra, 1982). Semua peran tersebut dapat
nyata terhadap produksi ketela pohon. Kondisi berlangsung setelah bahan organik mengalami
ini menunjukkan bahwa pemberian bahan organik perombakan oleh aktivitas organisme tanah.
tanah dengan orientasi semata-mata untuk Tanpa adanya aktivitas organisme tanah bahan
mendukung produksi tanaman secara langsung organik tersebut akan tetap utuh (tidak terurai)
sangat kurang efisien. Untuk itu pemberian di dalam tanah dan dapat mengganggu sistem
bahan organik tanah untuk tanaman semusim di produksi tanaman seperti halnya yang banyak
kawasan vulkanik tropika basah perlu terjadi di kawasan subtropika. Lal (1995)
ditingkatkan nilai efektivitasnya melalui menyatakan penurunan jumlah dan kualitas
pemberdayaan potensi sumberdaya hayati tanah. bahan organik serta aktivitas biologi maupun

Tabel 2. Rata-rata produksi padi gogo (MT I) dan ketela pohon (MT II) pada penelitian pengaruh
pemberian beberapa bahan organik pada tanah Ultisols Lampung
Perlakuan ** Produksi*
Petak utama : BO (10 t/ha) Padi gogo (MT I) Ketela pohon (MT II)
Anak petak : urea (kg/ha) 0 50 100 200 0 50 100 200
.................................................. t/ha ..................................................
Tanpa BO (kontrol) 46,6 b 52,1 b 55,5 a 53,3 ab 29,4 a 31,2 a 34,0 a 37,3 a
B A A A A A A A
BO kotoran sapi 57,0 a 59,8 a 57,5 a 58,6 a 31,5 a 34,3 a 31,5 a 35,2 a
A A A A A A A A
BO sisa tanaman 51,0 ab 51,6 b 52,4 a 51,7 a 32,2 a 36,0 a 37,6 a 35,4 a
A A A A A A A A
BO Flemingia congesta 49,8 ab 51,9 b 54,6 a 53,9 a 30,4 a 34,2 a 36,9 a 37,8 a
A A A A A A A A
Rata-rata produksi 51,1 53,9 55,0 54,4 30,9 33,9 35,0 36,4
Sumber : Sholeh et al. (1997)
Keterangan :
* Angka yang diikuti dengan huruf yang sama dari masing-masing musim tanam tidak berbeda nyata sampai
taraf nyata 5%, huruf kecil antar kolom (petak utama) dan huruf besar antar baris (anak petak).
** Perlakuan pemberian bahan organik (petak utama) dan N (urea) (anak petak) hanya diberikan pada MT I,
kecuali pemberian BO sisa tanaman diberikan hanya pada MT II dengan menggunakan jerami hasil panen
MT I. Pupuk dasar diberikan setiap musim tanam dengan dosis 200 kg TSP/ha dan 100 kg KCl/ha.

16
Subowo G. : Strategi Efisiensi Penggunaan Bahan Organik

keanekaragaman spesies fauna tanah merupakan agroklimat, drainase, potensi banjir, kedalaman
bentuk degradasi tanah yang penting untuk efektif, toksisitas, dan kesuburan tanah.
tanah tropika basah. Sebagai wilayah Sedangkan aspek potensi biologi tanah yang
megabiodiversity Indonesia layak memberdayakan tidak berpengaruh langsung terhadap
potensi sumberdaya hayati tanah tersebut untuk pertumbuhan tanaman belum dipertimbangkan
memberikan sumbangan yang besar dalam dalam kriteria kesuburan tanah (Tabel 3).
upaya meningkatkan kesuburan dan produktivitas
Hal ini terjadi karena kriteria tersebut
tanah.
sebagian besar didasarkan pada kondisi yang
Dalam evaluasi kesesuaian lahan yang ada di kawasan subtropika yang memiliki
selama ini dianut di Indonesia juga disusun kandungan C-organik tanah tinggi. Akibatnya
berdasarkan beberapa parameter kesuburan kriteria kandungan bahan organik (C-organik)
tanah dan lahan dengan berbasis sifat fisiko- tanah yang mampu memberikan produksi
kimia tanah yang berpengaruh langsung tanaman secara nyata memiliki kandungan
terhadap pertumbuhan tanaman. Kriteria rendah pada tingkat >2,0% dan tinggi pada
parameter kesesuaian lahan yang digunakan >3,0%. Sementara tanah-tanah pertanian di
antara lain: ketinggian tempat, kelerengan, zona Indonesia >70% berada pada kandungan <2%

Tabel 3. Kriteria kesuburan tanah mineral


Sifat tanah Rendah Sedang Tinggi
I. Sifat fisika :
1. Pori aerasi (%) 5 10 11 15 >15
2. Pori pemegang air tersedia (%) 5 10 11 15 16 20
3. Permeabilitas (cm/jam) <2,00 2,02 6,35 6,36 12,70
4. Erodibilitas <0,200 0,21 0,32 >0,33
II. Sifat kimia :
5. C (%) 1,0 2,0 2,01 3,00 3,01 5,00
6. N (%) 0,1 0,2 0,21 0,50 0,51 0,75
7. C/N 5 10 11 15 16 25
8. P2O5 HCl 25% (mg/100g) 15 20 21 40 41 60
P2O5 Bray (ppm P) 57 8 10 11 15
P2O5 Olsen (ppm P) 5 10 11 15 16 20
9. K2O5 HCl 25% (mg/100g) 10 20 21 40 41 60
10. KTK(CEC) (me/100g tanah) 56 17 24 25 40
11. Susunan kation :
K (me/100g) 0,1 0,3 0,40 0,50 0,60 1,00
Na (me/100g) 0,1 0,3 0,40 0,70 0,80 1,00
Mg (me/100g) 0,4 1,0 1,10 2,00 2,10 8,00
Ca (me/100g) 25 6 10 11 20
12. Kejenuhan basa (%) 20 40 41 60 61 80
13. Kejenuhan alumunium (%) 5 10 11 20 20 40
14. Cadangan mineral (%) 5 10 11 20 20 40
15. Salinitas DHL ECEx103 (mmhos/cm) 12 23 3 4
16. Persentase natrium dapat tukar (ESP) 25 5 10 10 15
17. Kemasaman Masam Agak masam Agak alkalis
18. pH (H2O) 4,5 5,5 5,6 6,5 7,6 8,5
Sumber : Pusat Penelitian Tanah (1983)
Catatan : Penilaian ini hanya didasarkan pada sifat umum tanah secara empiris dan belum
dihubungkan dengan kebutuhan tanaman.

17
Jurnal Sumberdaya Lahan Vol. 4 No. 1, Juli 2010

dan bahkan banyak yang <1,0%. Untuk itu berlangsung apabila ada dukungan dari aktivitas
pengaruh pemberian bahan organik tanah di populasi organisme tanah. Dengan perbaikan ini,
Indonesia yang kaya sumberdaya hayati tanah maka tanah lapisan atas akan lebih tahan
perlu mempertimbangkan peranan organisme terhadap erosi dan juga dapat meningkatkan
tanah yang selain mampu memperbaiki potensi menyangga kapasitas pertukaran ion.
kesuburan tanah juga memperpanjang daur
Adanya lubang-lubang cacing tanah
energi/hara di dalam tanah melalui hierarhi rantai
ataupun dari fauna tanah lainnya dapat
makanan (food web) yang pada gilirannya akan
meningkatkan laju infiltrasi dan perkolasi air,
menghambat pelepasan karbon (emisi karbon) ke
udara. Kriteria populasi biologi tanah, utamanya sehingga dapat mengurangi aliran permukaan
organisme yang memiliki andil dalam perbaikan dan erosi tanah. Subowo et al. (2002)
kesuburan tanah di kawasan vulkan tropika mendapatkan bahwa populasi cacing tanah
basah hendaknya juga dipertimbangkan dalam geofagus Pheretima hupiensis pada tanah
menentukan tingkat kesuburan dan kesesuaian Ultisols berkorelasi nyata dan negatif dengan
lahan untuk mendukung produksi tanaman. ketahanan tanah serta berkorelasi positif dengan
kadar air tanah. Hal ini menunjukkan bahwa
Beberapa peranan organisme tanah dalam
keberadaan cacing tanah mampu menurunkan
meningkatkan kesuburan dan produktivitas
kepadatan tanah dan meningkatkan potensi
tanah antara lain adalah :
ketersediaan air bagi tanaman. Cacing tanah
geofagus dengan kemampuannya mencerna
Perbaikan sifat fisik tanah
tanah dan melepaskan kembali dalam bentuk
Masalah kesuburan tanah di kawasan kascing yang memiliki stabilitas agregat tinggi,
tropika basah yang sementara ini sulit diatasi selain dapat memperbaiki aerasi tanah (melalui
dengan upaya pengelolaan lahan, baik melalui lubang-lubang yang dihasilkan) juga dapat
pengolahan tanah ataupun pemupukan adalah mengembalikan kandungan liat yang tereluviasi
perbaikan sifat fisik tanah. Kerusakan sifat fisik dari lapisan bawah ke lapisan atas. Kascing
tanah ini terjadi akibat tingginya laju pelapukan merupakan makroagregat yang stabil dan dapat
bahan organik, erosi dan iluviasi/eluviasi liat bertahan lebih dari 1 tahun (Blanchart et al.
serta sistem pengolahan tanah yang kurang 1991 dalam Martin, 1991). Demikian juga
tepat. Tanah lapisan atas memiliki kandungan dengan aktivitas pencernaannya yang mampu
bahan organik rendah dan terdapat akumulasi mencampur bahan organik dan mineral tanah,
liat di lapisan bawah. Tanah didominasi oleh cacing tanah dapat mencegah kehilangan bahan
Ultisols, Inseptisols, dan Oxisols. Untuk organik melalui erosi dan pencucian.
memperbaiki kondisi fisik tanah ini dapat Terbentuknya lubang-lubang pada lapisan argilik
diupayakan dengan perbaikan stabilitas agregat juga akan memperbaiki aerasi tanah dan juga
tanah, perbaikan aerasi tanah di lapisan yang memberi peluang akar tanaman untuk mampu
memadat dan pencampuran kembali tanah menembus lapisan argilik, memperluas daerah
lapisan bawah dengan lapisan atas. Erfandi et al. jelajah akar dan mempertahankan tegaknya
(2004) mendapatkan bahwa pemberian bahan tanaman. Benang-benang hifa dari jamur benang
organik pada tanah Ultisols dapat memperbaiki (fungi) juga dapat memperkuat ikatan antar
berat isi, pori aerasi, air tersedia, dan stabilitas partikel tanah, sehingga dapat tahan terhadap
agregat tanah lapisan 0 20 cm. Lebih dari gerusan erosi ataupun tekanan fisik lainnya.
50% pembentukan agregat tanah di Eropa
dilakukan oleh cacing tanah, sehingga dapat Peningkatan ketersediaan hara tanah
meningkatkan ruang pori, meningkatkan
kapasitas tanah menahan air dan laju infiltrasi Tanaman merupakan organisme authotrof
(Strok and Eggleton, 1992). Keadaan ini yang dalam pertumbuhannya memerlukan hara
menunjukkan bahwa perbaikan ini hanya dapat dalam bentuk anorganik (ion). Pelepasan hara

18
Subowo G. : Strategi Efisiensi Penggunaan Bahan Organik

tanaman yang berasal dari bahan induk tanah Keberadaan organisme tanah ini mampu
ataupun dari bahan organik diawali oleh proses memperkaya hara tanah untuk meningkatkan
demineralisasi. Proses demineralisasi ini kesuburan dan produktivitas tanah.
berlangsung secara fisiko-kimia ataupun oleh
Pemberian pupuk organik (20 t/ha) dan
aktivitas biologis yang dalam kenyataan di
pupuk buatan/anorganik serta kombinasinya
lapangan kedua proses ini selalu berlangsung
pada tanah lahan kering masam di Tamanbogo
bersama-sama saling melengkapi satu dengan
(Lampung) tidak berpengaruh nyata terhadap
yang lain. Tanpa adanya peran organisme tanah
sifat kimia tanah termasuk C-organik tanah
mineralisasi/dekomposisi mineral ataupun bahan
(Yusnaini et al., 2004). Namun berpengaruh
organik tanah berlangsung lambat. Adanya
nyata terhadap populasi cacing tanah dengan
aktivitas dekomposisi bahan organik, hara-hara
populasi tertinggi pada perlakuan pemberian
yang terkandung di dalamnya dilepaskan dalam
kotoran ayam. Populasi Mikoriza Vesikular
bentuk tersedia bagi tanaman, baik hara makro
Arboskular (MVA) dapat dijumpai pada seluruh
maupun mikro. Selama dekomposisi bahan
perlakuan, dan terdapat beda nyata dengan
organik unsur hara Na, Ca, Mg, dan K terus
dilepaskan sebagai kation-bebas, tetapi Fe dan produksi jagung. Produksi jagung tertinggi pada
Al banyak dalam ikatan, dan N banyak perlakuan kotoran ayam 50% + pupuk NPK
diasimilasi dalam sel mikroba (Coleman and 50%. Keadaan ini menunjukkan bahwa pengaruh
Crossley, 1995). Edwards dan Lofty (1977) juga pemberian bahan organik ataupun pupuk buatan
menyatakan bahwa bahan tanah mineral terhadap produksi tanaman tidak semata-mata
maupun bahan organik yang dicerna cacing disebabkan oleh perbaikan sifat kimia ataupun
tanah dikembalikan ke dalam tanah dalam kandungan C-organik tanah, tapi juga
bentuk kotoran dan hara yang lebih tersedia bagi dipengaruhi perkembangan populasi biologi
tanaman. Diperkirakan cacing tanah mempunyai tanah (cacing tanah dan VMA).
andil pengkayaan N tanah sebesar 3,41 4,1
g/tahun melalui sekresi, lendir, dan kotorannya/ Konservasi C-organik tanah dan menekan emisi
kascing (Curry et al., 1995). CO2

Selain itu beberapa organisme tanah Belakangan ini isue pemanasan global
mampu memanfaatkan hara dari udara seperti telah banyak mendapatkan perhatian serius dari
N2-bebas yang hidup bebas ataupun bersimbiose beberapa kalangan. Sebagai penyebab terjadinya
dengan tanaman dan selanjutnya dapat tersedia pemanasan global adalah akibat terbukanya
bagi tanaman. Organisme tanah yang mampu lapisan pelindung ozon sebagai akibat tingginya
menambat N2-udara melalui simbiose dengan emisi gas CF, CO2, CH4, NOx , SOx, dan lain-
tanaman adalah bakteri Rhizobium bersimbiose lain. Pembukaan lahan untuk pertanian ataupun
dengan tanaman kacang-kacangan (legume). pengolahan tanah secara intensif merupakan
Sedang yang hidup bersimbiose dengan Azolla salah satu penyebab meningkatnya emisi CO2.
adalah dari kelompok blue green algae (BGA), Indonesia sebagai salah satu negara tropika
seperti Anabaena, Nostoc, Oscillatoria, dan lain- basah dengan laju pelapukan bahan organik
lain. Organisme penambat N2-udara yang hidup tanah yang tinggi disinyalir merupakan salah
bebas (soliter) antara lain dari kelompok BGA satu negara yang memiliki andil dalam
yang hidup di lahan basah dan Azotobacter peningkatan emisi CO2. Dalam proses
(bacteria). Juga terdapat fungi Mikorisa yang dekomposisi bahan organik oleh organisme
dapat hidup di dalam akar tanaman hidup heterotrof selain dihasilkan kompos juga
(endotropik) ataupun hidup bebas di tanah dilepaskan CO2 sebagai hasil samping oksidasi
(ektotropik) dapat meningkatkan serapan dan bahan organik untuk menghasilkan energi.
ketersediaan P untuk tanaman serta melindungi
akar dari serangan patogen (Alexander, 1977). C6H12O6 + O2 6CO2 + 6H2O + Energi

19
Jurnal Sumberdaya Lahan Vol. 4 No. 1, Juli 2010

Konversi pemanfaatan bahan organik oleh Kusinha (1997) juga mendapatkan bahwa
organisme tanah untuk menghasilkan energi dan kandungan C pada kascing selalu lebih tinggi (
sintesis bahan-bahan pembentuk sel baru untuk 2 kali) dari pada kandungan C tanah di
mempertahankan kehidupannya (Alexander, sekitarnya. Martin (1991) juga mendapatkan
1977). Hasil samping yang dihasilkan dalam bahwa mineralisasi C pada kascing 4 kali lebih
proses dekomposisi bahan organik antara lain lambat (3%/th) dibanding pada tanah (11%/th).
CO2, asam-asam organik, alkohol, dan lain-lain. Pada saatnya setelah organisme tanah mati pada
Dekomposisi bahan organik pada kondisi aerobik prinsipnya juga merupakan salah satu sumber
20-40% C-organik terasimilasi dalam sel dan bahan organik tanah.
sisanya sebagai CO2 ataupun produk samping. Masalah yang dihadapi pada tanah
Diantaranya C yang terasimilasi dalam pertanian yang mengalami pengolahan tanah
pembentukan sel baru bagi bakteri aerobik ataupun aplikasi pestisida intensif dan memiliki
sebanyak 5-10% dan pada bakteri anaerobik penutupan rendah menekan berkembangnya
hanya sebanyak 2-5%. Dalam proses populasi fauna tanah, sehingga aktivitas
dekomposisi bahan organik C banyak hilang oleh perombakan bahan organik dilakukan langsung
respirasi mikroba tanah, sedangkan N banyak oleh mikroorganisme tanah dan laju penyusutan
terasimilasi dalam sel mikroba dan dekomposisi bahan organik tanah menjadi lebih cepat. Hasil
akan terhenti setelah mencapai kesetimbangan inventarisasi populasi cacing tanah Pheretima
C:N seperti pada biomasa mikroba (Coleman and hupiensis pada tanah Ultisols didapatkan bahwa
Crossley, 1995). Sementara dari jenis fungi pada tanah terbuka (padang rumput) dan
dapat mengendalikan C-organik tanah, karena intensitas pengolahan tinggi (lahan padi gogo)
dalam proses dekomposisi bahan organik tanah mempunyai populasi lebih rendah dibanding
pelepasan C sebagai CO2 sangat rendah dan 30- pada tanah yang lebih permanen dan
40% C-organik tersimpan sebagai meselium berpenutupan lebih tinggi, seperti kebun karet,
(Alexander,1977). Sedang fauna tanah yang pisang, sengon, dan belukar (Tabel 4).
berperanan penting dalam dekomposisi bahan Sejalan dengan upaya efisiensi
organik tanah adalah dari kelompok meso dan penggunaan bahan organik tanah dengan
mikro fauna, termasuk cacing tanah. Fauna memberdayakan aktivitas organisme tanah,
tanah berperanan dalam pemecahan bahan maka peningkatan populasi fauna tanah (meso
oganik secara fisik menjadi ukuran yang lebih dan mikro fauna) ataupun fungi tanah yang
halus dan dilepaskan kembali sebagai kotoran mempunyai andil dalam memperbaiki kesuburan
(Walters, 1991 dalam Coleman and Crossley, tanah juga dapat mencegah kehilangan C-
1995). Bahkan untuk jaringan dari insekta tanah organik tanah dan menekan pelepsan emisi CO2.
banyak dibangun dari bahan kitin dan sangat Untuk itu pemberdayaan sumberdaya hayati
tahan terhadap pelapukan, sehingga dapat tanah, utamanya fauna dan fungi tanah akan
melindungi C-organik dalam tanah dan terhindar mampu mempertahankan kandungan C-organik
dari pelepasan sebagai CO2. Makulec dan tanah dan kesuburan tanah tetap tinggi.

Tabel 4. Populasi cacing tanah Pheretima hupiensis pada tanah Ultisols beberapa penggunaan lahan
Penggunaan lahan
Bulan (musim) Semak Padang Kebun Kebun Kebun
Padi gogo
belukar rumput sengon pisang karet
................................... populasi cacing tanah/m2 ...................................
Maret (musim hujan) 7 2 20 45 49 4
Juli (peralihan MH ke MK) 26 - 52 17 35 6
Agustus (musim kering) 16 - 19 14 12 1
Sumber : Subowo et al. (2002)

20
Subowo G. : Strategi Efisiensi Penggunaan Bahan Organik

Pengendalian hama-penyakit tular tanah organisme predator melalui perbaikan habitat/


mikroklimat organisme predator akan mampu
Organisme yang hidup di dalam tanah ada menekan serangan hama-penyakit tular tanah
yang dapat berperan sebagai predator, detritifor secara alami dan kondusif mengikuti dinamika
ataupun sebagai hama-penyakit tanaman. serangannya dan murah.
Peledakan hama penyakit tular tanah sering
terjadi akibat hilangnya predator akibat
penggunaan pestisida ataupun sistem Strategi efisiensi penggunaan bahan organik
untuk produksi pertanian
pengelolaan lahan yang kurang selektif.
Sementara dalam rangka menetapkan evaluasi
Bahan organik mempunyai peranan penting
kesesuaian lahan faktor populasi organisme yang
sebagai bahan pemicu kesuburan tanah, baik
memiliki peluang sebagai organisme penyubur
secara langsung sebagai pamasok hara bagi
tanah ataupun yang berpotensi sebagai hama
organisme authotrof (tanaman) juga sebagai
penyakit tidak termasuk dalam parameter yang
sumber energi bagi organisme heterotrof (fauna
dipertimbangkan (Tabel 3). Akibatnya sering
terjadi wilayah yang direkomendasikan untuk dan mikroorganisme tanah). Meningkatnya
kegiatan produksi pertanian pada saat tertentu aktivitas biologi tanah akan mendorong
muncul serangan hama-penyakit tanah. Kasus terjadinya perbaikan kesuburan tanah, baik
serangan jamur upas (Fusarium) pada lahan kesuburan fisik, kimia maupun biologi tanah.
pisang, serangan jamur akar putih pada lahan Perbaikan sifat fisik, kimia dan biologi tanah
karet, serangan Ganoderma pada lahan kelapa yang searah dengan kebutuhan tanaman (plant
sawit merupakan bukti pentingnya requirement) tanaman target akan mampu
mempertimbangkan sumberdaya hayati tanah memperbaiki pertumbuhan dan produksi
sebagai faktor yang perlu dipertimbangkan tanaman. Hasil penelitian Subowo et al. (2002)
dalam evaluasi kesesuaian lahan. Sementara didapatkan bahwa inokulasi cacing tanah
pengendalian secara kimiawi dengan aplikasi di Pheretima hupiensis (endogaesis) pada tanah
dalam tanah akan memerlukan biaya yang cukup Ultisols dengan diikuti pemberian bahan organik
besar dan kurang efektif. Apabila terjadi pada secara vertikal sampai pada lapisan argilik dan
tanaman tahunan yang memerlukan investasi pengolahan tanah minimum memberikan hasil
besar dan berjangka panjang, maka kondisi ini kedelai lebih tinggi dibanding dengan perlakuan
akan menimbulkan kerugian yang sangat besar. pemberian bahan organik secara mulsa dan
Beberapa hama tanah yang sering pengolahan tanah dalam (Tabel 5). Adanya
mengganggu sistem produksi pertanian antara bahan organik sampai lapisan argilik, cacing
lain hama sundep, blast, Agromixa, uret. Sedang tanah memanfaatkan sebagai sumber makanan
untuk penyakit antara lain Fusarium, Nematoda, dan melakukan pengolahan tanah di lapisan
Pithium, Pithoptora, kresek (Xantomonas). bawah/argilik, sehingga menurunkan kepadatan
Sementara predator alami yang mampu menekan lapisan argilik dan meningkatkan aerasi tanah.
perkembangan populasi organisme hama- Peningkatan aerasi tanah memberikan dukungan
penyakit ini antara lain dari kelompok insekta yang baik bagi berkembangnya Rhizobium dalam
tanah (Collembola, Coleoptera, dan lain-lain). bintil akar kedelai untuk melakukan aktivitas
Fungi tanah Arthrobotrys, Dactylaria, Dactylella, penambatan N dan meningkatkan pertumbuhan/
dan Harposporium, dengan aerasi tanah yang produksi kedelai. Hal ini menunjukkan bahwa
baik mampu hidup di tanah masam lahan kering pengaruh langsung pemberian bahan organik
serta mampu mematikan Nematoda ataupun meningkatkan aktivitas cacing tanah.
Protozoa yang banyak berperan sebagai penyakit Selanjutnya aktivitas cacing tanah memperbaiki
pada akar tanaman (Alexander, 1977). Selain itu aerasi tanah untuk meningkatkan aktivitas
fungi berperan dalam dekomposisi selulosa, penambatan N oleh Rhizobium, sehingga dapat
hemiselulosa, pektin, dan lignin. Pemberdayaan memperbaiki pertumbuhan tanaman kedelai.

21
Jurnal Sumberdaya Lahan Vol. 4 No. 1, Juli 2010

Tabel 5. Rata-rata produksi kedelai, pengaruh pengolahan tanah, cara


pemberian bahan organik dan inokulasi P. hupiensis pada tanah
Ultisols
Cara pengolahan tanah*
No. Cara pemberian BO
Olah minimum Olah atas Olah dalam Rata-rata
t/ha
1. Vertikal 2,36 b 2,17 a 1,77 a 2,10
B B A
2. Alur 1,83 a 2,11 a 1,95 a 1,96
A A A
3. Mulsa 1,90 a 1,88 a 2,06 a 1,95
A A A
Rata-rata 2,04 2,05 1,93
Sumber : Subowo et al. (2002)
Catatan :* Angka yang diikuti dengan oleh huruf kecil dalam kolom dan huruf
besar dalam baris yang sama tidak berbeda nyata sampai taraf nyata
5% (DMRT).

Masalah yang dihadapi dalam penggunaan Analisis faktor pembatas kesuburan tanah untuk
bahan organik yang bersifat bulky (volumeous) produksi tanaman
dan berada di wilayah kepulauan ( 13.700
pulau) serta memiliki laju pelapukan yang cepat, Ketersediaan hara tanah merupakan faktor
maka selain sulitnya dalam pengadaan dan utama untuk mendukung pertumbuhan tanaman.
konservasi juga transportasi yang mahal. Anas Tanpa dukungan keharaan tanah yang cukup
et al. (2010) telah menemukan bahwa petani di tanaman akan mengalami hambatan pertumbuh-
Jombang (Jawa Timur) yang menerapkan SRI an. Sesuai dengan kondisi fisiologi tanaman,
sejak 2007-2009 untuk lahan seluas 625 ha ketersediaan hara tanah akan diserap oleh akar
telah mengalami kesulitan mendapatkan pupuk tanaman melalui sistem pertukaran ion ataupun
organik. Hal ini menunjukkan bahwa petani telah proses difusi. Melalui proses ini hara tanah akan
menyadari pentingnya bahan organik untuk masuk ke jaringan tanaman dan melalui proses
meningkatkan produksi padi sawah. Namun metabolisme hara-hara tersebut mendukung
dengan orientasi bahan organik sebagai sumber pertumbuhan tanaman. Apabila jumlah ataupun
hara tanaman diperlukan dosis yang besar, jenis hara tidak tercukupi, maka tanaman akan
sehingga mengalami kesulitan dalam pengadaan- tumbuh merana. Untuk itu perlu dilakukan
nya. Untuk itu nilai fungsi bahan organik evaluasi faktor pembatas ini, sehingga dapat
hendaknya dapat ditingkatkan efektifnya dengan dilakukan upaya perbaikan melalui pemberian
orientasi bukan hanya sebagai sumber hara bahan organik yang efisien.
langsung bagi tanaman semata, namun juga Untuk menguji faktor pembatas daya
sebagai sumber energi organisme tanah ataupun dukung tanah dapat dilakukan dengan melihat
perbaikan sifat fisik tanah untuk memperbaiki tampilan tanaman yag ada ataupun melalui hasil
kesuburan tanah. Adanya bahan organik tanah analisis tanaman ataupun kesuburan tanah. Dari
dapat meningkatkan aktivitas organisme tanah, faktor pembatas sifat fisik, kimia ataupun biologi
sehingga dapat membantu menyediakan hara, tanah yang ada, selanjutnya dipilih upaya
memperbaiki sifat fisik tanah, ataupun dapat perbaikan yang dapat dilakukan. Perbaikan
menekan aktivitas organisme hama-penyakit. secara langsung untuk sifat fisik tanah dengan
Langkah-langkah strategis yang perlu pengolahan tanah, sifat kimia tanah dengan
dipertimbangkan agar bahan organik efektif pemupukan, dan biologi tanah dengan melakukan
untuk perbaikan pertumbuhan dan produksi inokulasi organisme. Sedang perbaikan secara
tanaman antara lain : tidak langsung dapat dilakukan dengan pemberian

22
Subowo G. : Strategi Efisiensi Penggunaan Bahan Organik

bahan organik ataupun bahan amelioran lain. fisik tanah serta kemampuannya untuk mencegah
Adanya bahan organik ini akan memberikan serangan hama-penyakit tanaman. Penggunaan
pasokan energi bagi organisme tanah dan bahan amelioran ataupun bahan organik untuk
selanjutnya dapat memperbaiki kondisi fisiko- mendukung aktivitas biologi tanah akan lebih
kimia tanah. Jenis, jumlah dan cara pemberian efektif dan berkelanjutan sesuai dengan dinamika
bahan organik hendaknya disesuaikan dengan klimak ekosistem tanah.
upaya perbaikan faktor-faktor pembatas yang
ada, sehingga penggunaan bahan organik lebih Pemberdayaan organisme tanah sebagai agen
efektif dan bernilai guna. pembaik kesuburan tanah

Banyak organisme di dalam tanah yang


Evaluasi organisme tanah native potensial untuk
mampu meningkatkan ketersediaan hara tanah
perbaikan pertumbuhan tanaman
ataupun perbaikan sifat fisik-kimia tanah untuk
Masing-masing subsistem tanah pada pertumbuhan tanaman. Dengan diketahuinya
prinsipnya memiliki kondisi biofisik tanah yang faktor pembatas untuk pertumbuhan tanaman
berbeda. Hal-hal yang mempengaruhi daya dan jenis organisme tanah native yang ada,
dukung tanah selain dari bahan induk pembentuk maka upaya untuk memperbaiki daya dukung
tanah juga kondisi lingkungan yang menyer- tanah untuk tanaman dapat dilakukan lebih
tainya, termasuk daya dukung biologi tanah baik mudah dan efektif dengan mengaktifkan peranan
sebagai organisme yang mampu memasok hara, organisme tanah native ataupun introduksi yang
memperbaiki sifat fisik tanah, sebagai predator, mampu mengatasi permasalahan faktor pembatas
pertumbuhan tanaman tersebut. Dengan
ataupun sebagai hama-penyakit tanaman.
memberikan kondisi habitat yang baik bagi
Indonesia memiliki keanekaragaman jenis
aktivitas organisme tanah, maka pertumbuhan
organisme yang tinggi (megabiodiversity),
tanaman akan mampu tumbuh dengan baik.
termasuk populasi organisme tanah. Namun
pemanfaatannya untuk mendukung produksi Pemberian bahan organik merupakan kunci
komoditi pertanian sering kali belum mampu utama untuk dapat mengaktifkan peranan
memberikan manfaat secara langsung, karena organisme tanah yang sebagian besar
kondisi lingkungan belum sesuai untuk merupakan organisme heterotrof yang sangat
mendukung aktivitasnya. Inventarisasi jenis dan membutuhkan bahan organik sebagai sumber
populasi organisme tanah native penting energi. Tingginya aktivitas organisme tanah yang
dilakukan, sehingga dapat diketahui secara pasti mampu memperbaiki kesuburan tanah dan
potensi daya dukungnya. Apabila jenis mencegah adanya serangan hama penyakit
organisme target telah tersedia dapat dilakukan tanaman akan mampu memberikan dukungan
upaya perbaikan habitatnya dengan ameliorasi, untuk produksi tanaman. Seleksi input teknologi
sehingga nilai manfaat organisme tersebut dapat sesuai dengan kebutuhan organisme target
mendukung pertumbuhan tanaman. Sebaliknya untuk perbaikan kesuburan tanah merupakan
apabila tidak terdapat organisme yang mampu langkah yang tepat agar penggunaan bahan
mendukung perbaikan pertumbuhan tanaman organik tanah efektif dan bernilai guna untuk
dapat dilakukan introduksi/inokulasi dan diikuti mendukung produksi tanaman.
ameliorasi agar kondisi fisiko-kimia tanah sesuai
untuk mendukung aktivitas organisme target.
KESIMPULAN
Dengan diketahuinya daya dukung
organisme tanah native yang telah terseleksi 1. Dalam upaya meningkatkan produktivitas
secara alami dalam kurun waktu yang panjang tanah di Indonesia yang berada di kawasan
kita dapat mendayagunakan potensi biologi vulkanik tropika basah dengan kandungan
tanah, baik melalui kemampuannya meningkatkan bahan organik tanah rendah, pemberian
ketersediaan hara, memperbaiki sifat kimia dan bahan organik mutlak diperlukan. Masalah

23
Jurnal Sumberdaya Lahan Vol. 4 No. 1, Juli 2010

yang dihadapi kemampuan produksi bahan Erfandi, D., U. Kurnia, dan I. Juarsah. 2004.
organik rendah, laju pelapukan bahan organik Pemanfaatan Bahan Organik dalam
tinggi juga bersifat bulky dan berada di Perbaikan Sifat Fisik dan Kimia Tanah
wilayah kepulauan, sehingga sulit dalam Ultisols. Hlm 77-85. Dalam Prosiding
pengadaan dan konservasi bahan organik Semnas. Pendayagunaan Tanah Masam,
Buku II, Puslitbang Tanah dan
juga biaya transportasi yang mahal.
Agroklimat, Bogor.
2. Pemberian bahan organik dengan tujuan
Kariada, I K. dan I B. Aribawa. 2009. Kajian
pemberdayaan sumberdaya hayati tanah peranan pupuk organik dalam mendukung
untuk meningkatkan kesuburan tanah pengelolaan terpadu (PTT) di Subak
potensial perlu diupayakan. Selain Mangku, Tabanan, Bali. Hlm 265-276.
memerlukan dosis yang lebih rendah juga Dalam Prosiding Semiloka Nas. Inovasi
dapat meningkatkan konservasi bahan Sumberdaya Lahan: Inovasi Teknologi
organik tanah dan menekan emisi CO2. Sumberdaya Lahan Mendukung Sistem
Pertanian Industrial, Bogor 24-25
3. Dalam menentukan evaluasi kesesuaian
November 2009.
lahan hendaknya perlu mempertimbangkan
adanya peranan populasi organisme tanah Kasno, A., Nurjaya, dan D. Ardi S. 2009. Neraca
untuk mendukung produksi tanaman dan hara N, P, dan K pada pengelolaan hara
terpadu lahan sawah bermineral liat
menjaga kelestarian kandungan bahan organik
campuran dan 1:1. Hlm 205-219. Dalam
tanah.
Prosiding Semiloka Nas. Inovasi
Sumberdaya Lahan: Inovasi teknologi
Sumberdaya Lahan Mendukung Sistem
DAFTAR PUSTAKA
Pertanian Industrial, Bogor 24-25
November 2009.
Alexander, M. 1977. Introduction of Soil
Microbiology. John Wiley and Sons, Lal, R. 1995. Sustainable Management of Soil
New York-Chichester-Brisbane-Toronto- Resources in the Humic Tropics. United
Singapore. nations University Press, Tokio-New
Anas, I., M.P. Utami, N. Hakim, dan F. Rozie. York-Paris. Pp 25-29.
2010. Peranan Pupuk Organik dan Pupuk Las, I. dan D. Setyorini. 2010. Kondisi Lahan,
Hayati dalam Meningkatkan Produksi Teknologi, Arah, dan Pengembangan
Padi untuk Mencapai Swasembada beras Pupuk Majemuk NPK dan Pupuk Organik.
berkelanjutan. Hlm 20. Dalam Prosiding Hlm 47. Dalam Prosiding Semnas
Semnas Peranan Pupuk NPK dan Organik Peranan Pupuk NPK dan Organik dalam
dalam Meningkatkan Produksi dan Meningkatkan Produksi dan
Swasembada Beras Berkelanjutan. Balai Swasembada Beras Berkelanjutan. Balai
Besar Litbang Sumberdaya Lahan Besar Litbang Sumberdaya Lahan
Pertanian. Bogor, 24 Februari 2010. Pertanian, Bogor 24 Februari 2010.
Coleman, D.C. and D.A. Crossley Jr. 1995. Makulec, G. and A. Kusinska. 1997. The role of
Fundamental of Soil Ecology. Academic earthworms (Lumbricidae) in transfor-
Press. San Diego. New York. Boston. mations of organic matter and in the
London. Sydney. Tokio. Toronto. nutrient cycling in the soils of ley
Curry, J.P., D. Byrne, and K.E. Boyle. 1995. The meadow and permanent meadows.
earthworm population of winter cereal Ekologia Polska (Ekol. pol) 45(3-4):825-
field and its effects on soil and nitrogen 837.
turnover. Biol. Fertil. Soils. (19):166- Martin, A. 1991. Short and long-term effects of
172. endogeic earthworm Milsonia anomala
Edwards, C.A., and J.R. Lofty. 1977. Biology of (Omodeo) (Megascolecidae, Oligochaeta)
Earthworms. A Halsted Press Boo, John of tropical savanna, on soil organic
Wiley & Sons, New York. matter. Biol. Fertil. Soils (11):234-238.

24
Subowo G. : Strategi Efisiensi Penggunaan Bahan Organik

Pusat Penelitian Tanah. 1983. Term of Sutono, S., H. Kusnadi, dan U. Kurnia. 2009.
Reference (TOR): Survei Kapabilitas Baku Mutu Tanah pada Lahan
Tanah. Proyek Penelitian Pertanian Terdegradasi di Daerah Aliran Sungai
Menunjang Transmigrasi (P3MT). Citanduy. Makalah disampaikan pada
Kerjasama Pusat Penelitian Tanah dan Semiloka Nas. Inovasi Sumberdaya
Departemen Transmigrasi. Lahan: Inovasi teknologi Sumberdaya
Sholeh, D. Nursyamsi, dan J.S. Adiningsih. Lahan Mendukung Sistem Pertanian
1997. Pengelolaan bahan organik dan Industrial, Bogor 24-25 November 2009.
nitrogen untuk tanaman padi dan ketela
Swift, M.J., O.W. Heal, and J.M. Anderson.
pohon pada lahan kering yang
mempunyai tanah Ultisols di Lampung. 1979. Decomposition in Terrestrial
Hlm 193-206. Dalam Prosiding Ecosyatem. Blackwell, Oxford.
Pertemuan Pembahasan dan Komunikasi Vidyarthy, G.S. and R.V. Misra. 1982. The role
Hasil Penelitian Tanah dan Agroklimat. and importance of organic materials and
Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. biological nitrogen fixation in rational
Stork, N.E. and P. Eggleton. 1992. invertebrates improvement of agricultural production.
as determinants and indicators of soil FAO Soils Bulletine, No. 45.
quality. American Journal of Alternative
Agriculture 7(1 and 2):38-47. Williams, C.N. and K.T. Joseph. 1976. Climate
Soil and Crop Production in Humic-
Subowo, I. Anas, G. Djajakirana, A. tropics. Kualalumpur, Oxford University
Abdurachman, dan S. Hardjowigeno.
Press. London.
2002. Pemanfaatan cacing tanah untuk
meningkatkan produktivitas Ultisols lahan Yusnaini, M.A.S. Arif, J. Lumbanraja, S.G.
kering. Jurnal Tanah dan Iklim 20:35-46. Nugroho, dan M. Monaha. 2004.
Sudriatna, U. dan Subowo. 2007. tanggap Pengaruh jangka panjang pemberian
kacang hijau terhadap sisa bahan pupuk organik dan inorganik serta
amelioran pada tanah Inceptisols dan kombinasinya terhadap perbaikan kualitas
Alfisols. Hlm 12. Dalam Prosiding tanah masam Taman Bogo. Hlm 283-
Seminar Nasional Hasil-hasil Penelitian 293. Dalam Prosiding Semnas. Pendaya-
dan Pengkajian Teknologi Pertanian, gunaan Tanah masam, Buku II,
Palembang, 26-27 Juli 2006. Puslitbang Tanah dan Agroklimat. Bogor.

25

Anda mungkin juga menyukai