Pertambangan: sebagian atau Pertambangan: sebagian atau seluruh
seluruh tahapan kegiatan dalam tahapan kegiatan dalam rangka, rangka penelitian, pengelolaan dan pengelolaan dan pengusahaan mineral pengusahaan mineral atau batubara atau batubara yang meliputi Pasal 1 ayat yang meliputi penyelidikan umum, penyelidikan umum, eksplorasi, studi 1 eksplorasi, studi kelayakan, kelayakan, konstruksi, penambangan, konstruksi, penambangan, pengolahan dan/atau pemurnian atau pengolahan dan pemurnian, pengembangan dan/atau pemanfaatan, pengangkutan dan penjualan, serta pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan pascatambang. kegiatan pascatambang Mineral: senyawa anorganik yang terbentuk di alam, yang memiliki sifat fisik dan kimia tertentu serta susunan kristal teratur atau gabungannya yang membentuk batuan, baik dalam bentuk lepas atau padu. Batubara: endapan senyawa organic karbonan yang terbentuk secara alamiah dari sisa tumbuh- tumbuhan. Pertambangan Mineral: pertambangan kumpulan mineral yang berupa bijih atau batuan, di luar panas bumi, minyak dan gas bumi, serta air tanah. Pertambangan Batubara: pertambangan endapan karbon yang terdapat di dalam bumi, termasuk bitumen padat, gambut, dan batuan aspal. 6a. Kontrak Karya (KK): Perjanjian antara pemerintah dengan perusahaan berbadan hukum Indonesia untuk melakukan kegiatan usaha Usaha Pertambangan: kegiatan Pertambangan Mineral. dalam rangka pengusahaan mineral atau batubara yang meliputi tahapan 6b. Perjuangan Karya Pengusahaan kegiatan penyelidikan umum, Pertambangan Batubara (PKP2B): Pasal 1 eksplorasi, studi kelayakan, Perjanjian antara pemerintah dengan angka 6 konstruksi, penambangan, perusahaan berbadan hukum Indonesia pengolahan dan pemurnian, untuk melakukan kegiatan Usaha pengangkutan dan penjualan, serta Pertambangan Batubara. pascatambang. 6c. Perizinan Berusaha: legalitas yang diberikan kepada pelaku usaha untuk memulai dan menjalankan usaha dan/atau kegiatannya. IUP Eksplorasi: izin usaha yang diberikan untuk melakukan tahapan kegiatan penyelidikan umum, eksplorasi, dan studi kelayakan. IUP Operasi Produksi: izin usaha yang diberikan setelah selesai pelaksanaan IUP Eksplorasi untuk melakukan tahapan kegiatan operasi produksi. Penyelidikan Umum: tahapan kegiatan pertambangan untuk mengetahui kondisi geologi regional dan indikasi adanya mineralisasi. Eksplorasi: tahapan kegiatan usaha pertambangan untuk memperoleh informasi secara terperinci dan teliti tentang lokasi, bentuk, dimensi, sebaran, kualitasi dan sumber daya terukur dari bahan galian, serta informasi mengenai lingkungan social dan lingkungan hidup. Studi Kelayakan: tahapan kegiatan usaha pertambangan untuk memperoleh informasi secara rinci seluruh aspek yang berkaitan untuk menentukan kelayakan ekonomis dan teknis usaha pertambangan, termasuk analisi mengenai dampak lingkungan serta perencanaan pascatambang. Pasal 1 ayat Operasi Produksi: tahapan kegiatan Operasi Produksi: tahapan kegiatan 17 usaha pertambangan yang meliputi Usaha Pertambangan yang meliputi konstruksi, penambangan, konstruksi, penambangan, pengolahan pengolahan, pemurnian, termasuk dan/atau pemurnian atau pengangkutan dan penjualan, serta pengembangan dan/atau pemanfaatan, sarana pegendalian dampak termasuk pengangkutan dan penjualan, lingkungan sesuai dengan hasil studi serta sarana pengendalian dampak kelayakan. lingkungan sesuai dengan hasil studi kelayakan Konstruksi: adalah kegiatan usaha pertambangan untuk melakukan pembangunan seluruh fasilitas operasi produksi, termasuk pengendalian dampak lingkungan. Penambangan: bagian kegiatan usaha pertambangan untuk memproduksi mineral dan/atau batubara dan mineral ikutannya. Pengolahan dan Pemurnian: kegiatan usaha pertambangan untuk meningkatkan mutu mineral dan/atau batubara serta memanfaatkan dan memperoleh mineral ikutan. Badan Usaha: setiap badan hokum yang bergerak di bidang pertambangan yang didirikan berdasarkan hukum Indonesia dan berkedudukan dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Jasa Pertambangan: jasa penunjang yang berkaitan dengan kegiatan usaha pertambangan. Reklamasi: kegiatan yang dilakukan sepanjang tahapan usaha pertambangan untuk menata, memulihkan, dan memperbaiki kualitas lingkungan dan ekosistem agar dapat berfungsi kembali sesuai peruntukannya. Kegiatan Pascatambang: kegiatan terencana, sistematis, dan berlanjut setelah akhir sebagian atau seluruh kegiatan usaha pertambangan untuk memulihkan fungsi lingkungan alam dan fungsi social menurut kondisi local di seluruh wilayah penambangan. Wilayah Pertambangan (WP): wilayah yang memiliki potensi mineral dan/atau batubara dan tidak terikat dengan Batasan administrasi pemerintah yang merupakan bagian dari tata ruang nasional. Wilayah Usaha Pertambangan (WUP): bagian dari WP yang telah memiliki ketersediaan data, potensi, dan/atau informasi geologi. Wilayah Izin Usaha Pertambangan (WIUP): wilayah yang diberikan kepada pemegang IUP Pasal 4 (2) Penguasaan mineral dan batubara oleh negara diselenggarakan oleh Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah. Pasal 14 Penetapan WUP dilakukan oleh Pemerintah setelah berkoordinasi dengan pemerintah daerah dan disampaikan secara tertulis kepada Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia. Pasal 15 Pemerintah dapat melimpahkan sebagian kewenangannya dalam penetapan WUP kepada pemerintah provinsi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal 16 1 WUP terdiri atas 1 atau beberapa WIUP yang berada pada lintas wilayah provinsi, lintas wilayah kabupaten/kota, dan/atau dalam 1 wilayah kabupaten/kota. Pasal 36 (1) IUP Terdiri atas 2 tahap: a. IUP Eksplorasi meliputi kegiatan penyelidikan umum, eksplorasi, dan studi kelayakan; dan b. IUP Operasi Produksi meliputi kegiatan konstruksi, penambangan, pengolahan dan pemurnian, serta pengangkutan dan penjualan. (2) Pemegang IUP Eksplorasi dan pemegang IUP Operasi Produksi dapat melakukan sebagian atau seluruh kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1). Pasal 37 IUP diberikan oleh: a. Bupati/walikota apabila WIUP berada di dalam suatu wilayah kabupaten/kota; b. Gubernur bila WIUP berada pada lintas wilayah kabupaten/kota dalam 1 (satu) prov setelah mendapatkan rekomendasi dari bupati/walikota setembpat sesuai dengan ketentuan perundang- undangan; dan c. Menteri apabila WIUP berada pada lintas wilayah provinsi setelah mendapatkan rekomendasi dari gubernur dan bupati/walikota setempat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan.