Anda di halaman 1dari 7

MATRIX INDONESIAN MINERAL AND COAL MINING LAW

Ketentuan UU No. 4/2009 UU No. 3/2020 Penjelasan

Pertambangan: sebagian atau Pertambangan: sebagian atau seluruh


seluruh tahapan kegiatan dalam tahapan kegiatan dalam rangka,
rangka penelitian, pengelolaan dan pengelolaan dan pengusahaan mineral
pengusahaan mineral atau batubara atau batubara yang meliputi
Pasal 1 ayat yang meliputi penyelidikan umum, penyelidikan umum, eksplorasi, studi
1 eksplorasi, studi kelayakan, kelayakan, konstruksi, penambangan,
konstruksi, penambangan, pengolahan dan/atau pemurnian atau
pengolahan dan pemurnian, pengembangan dan/atau pemanfaatan,
pengangkutan dan penjualan, serta pengangkutan dan penjualan, serta
kegiatan pascatambang. kegiatan pascatambang
Mineral: senyawa anorganik yang
terbentuk di alam, yang memiliki
sifat fisik dan kimia tertentu serta
susunan kristal teratur atau
gabungannya yang membentuk
batuan, baik dalam bentuk lepas atau
padu.
Batubara: endapan senyawa
organic karbonan yang terbentuk
secara alamiah dari sisa tumbuh-
tumbuhan.
Pertambangan Mineral:
pertambangan kumpulan mineral
yang berupa bijih atau batuan, di
luar panas bumi, minyak dan gas
bumi, serta air tanah.
Pertambangan Batubara:
pertambangan endapan karbon yang
terdapat di dalam bumi, termasuk
bitumen padat, gambut, dan batuan
aspal.
6a. Kontrak Karya (KK): Perjanjian
antara pemerintah dengan perusahaan
berbadan hukum Indonesia untuk
melakukan kegiatan usaha
Usaha Pertambangan: kegiatan Pertambangan Mineral.
dalam rangka pengusahaan mineral
atau batubara yang meliputi tahapan 6b. Perjuangan Karya Pengusahaan
kegiatan penyelidikan umum, Pertambangan Batubara (PKP2B):
Pasal 1
eksplorasi, studi kelayakan, Perjanjian antara pemerintah dengan
angka 6
konstruksi, penambangan, perusahaan berbadan hukum Indonesia
pengolahan dan pemurnian, untuk melakukan kegiatan Usaha
pengangkutan dan penjualan, serta Pertambangan Batubara.
pascatambang.
6c. Perizinan Berusaha: legalitas
yang diberikan kepada pelaku usaha
untuk memulai dan menjalankan usaha
dan/atau kegiatannya.
IUP Eksplorasi: izin usaha yang
diberikan untuk melakukan tahapan
kegiatan penyelidikan umum,
eksplorasi, dan studi kelayakan.
IUP Operasi Produksi: izin usaha
yang diberikan setelah selesai
pelaksanaan IUP Eksplorasi untuk
melakukan tahapan kegiatan operasi
produksi.
Penyelidikan Umum: tahapan
kegiatan pertambangan untuk
mengetahui kondisi geologi regional
dan indikasi adanya mineralisasi.
Eksplorasi: tahapan kegiatan usaha
pertambangan untuk memperoleh
informasi secara terperinci dan teliti
tentang lokasi, bentuk, dimensi,
sebaran, kualitasi dan sumber daya
terukur dari bahan galian, serta
informasi mengenai lingkungan
social dan lingkungan hidup.
Studi Kelayakan: tahapan kegiatan
usaha pertambangan untuk
memperoleh informasi secara rinci
seluruh aspek yang berkaitan untuk
menentukan kelayakan ekonomis
dan teknis usaha pertambangan,
termasuk analisi mengenai dampak
lingkungan serta perencanaan
pascatambang.
Pasal 1 ayat Operasi Produksi: tahapan kegiatan Operasi Produksi: tahapan kegiatan
17 usaha pertambangan yang meliputi Usaha Pertambangan yang meliputi
konstruksi, penambangan, konstruksi, penambangan, pengolahan
pengolahan, pemurnian, termasuk dan/atau pemurnian atau
pengangkutan dan penjualan, serta pengembangan dan/atau pemanfaatan,
sarana pegendalian dampak termasuk pengangkutan dan penjualan,
lingkungan sesuai dengan hasil studi serta sarana pengendalian dampak
kelayakan. lingkungan sesuai dengan hasil studi
kelayakan
Konstruksi: adalah kegiatan usaha
pertambangan untuk melakukan
pembangunan seluruh fasilitas
operasi produksi, termasuk
pengendalian dampak lingkungan.
Penambangan: bagian kegiatan
usaha pertambangan untuk
memproduksi mineral dan/atau
batubara dan mineral ikutannya.
Pengolahan dan Pemurnian:
kegiatan usaha pertambangan untuk
meningkatkan mutu mineral
dan/atau batubara serta
memanfaatkan dan memperoleh
mineral ikutan.
Badan Usaha: setiap badan hokum
yang bergerak di bidang
pertambangan yang didirikan
berdasarkan hukum Indonesia dan
berkedudukan dalam wilayah
Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Jasa Pertambangan: jasa
penunjang yang berkaitan dengan
kegiatan usaha pertambangan.
Reklamasi: kegiatan yang dilakukan
sepanjang tahapan usaha
pertambangan untuk menata,
memulihkan, dan memperbaiki
kualitas lingkungan dan ekosistem
agar dapat berfungsi kembali sesuai
peruntukannya.
Kegiatan Pascatambang: kegiatan
terencana, sistematis, dan berlanjut
setelah akhir sebagian atau seluruh
kegiatan usaha pertambangan untuk
memulihkan fungsi lingkungan alam
dan fungsi social menurut kondisi
local di seluruh wilayah
penambangan.
Wilayah Pertambangan (WP):
wilayah yang memiliki potensi
mineral dan/atau batubara dan tidak
terikat dengan Batasan administrasi
pemerintah yang merupakan bagian
dari tata ruang nasional.
Wilayah Usaha Pertambangan
(WUP): bagian dari WP yang telah
memiliki ketersediaan data, potensi,
dan/atau informasi geologi.
Wilayah Izin Usaha
Pertambangan (WIUP): wilayah
yang diberikan kepada pemegang
IUP
Pasal 4 (2) Penguasaan mineral dan batubara
oleh negara diselenggarakan oleh
Pemerintah dan/atau Pemerintah
Daerah.
Pasal 14 Penetapan WUP dilakukan oleh
Pemerintah setelah berkoordinasi
dengan pemerintah daerah dan
disampaikan secara tertulis kepada
Dewan Perwakilan Rakyat Republik
Indonesia.
Pasal 15 Pemerintah dapat melimpahkan
sebagian kewenangannya dalam
penetapan WUP kepada pemerintah
provinsi sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Pasal 16 1 WUP terdiri atas 1 atau beberapa
WIUP yang berada pada lintas
wilayah provinsi, lintas wilayah
kabupaten/kota, dan/atau dalam 1
wilayah kabupaten/kota.
Pasal 36 (1) IUP Terdiri atas 2 tahap:
a. IUP Eksplorasi meliputi
kegiatan penyelidikan
umum, eksplorasi, dan
studi kelayakan; dan
b. IUP Operasi Produksi
meliputi kegiatan
konstruksi,
penambangan,
pengolahan dan
pemurnian, serta
pengangkutan dan
penjualan.
(2) Pemegang IUP Eksplorasi
dan pemegang IUP Operasi
Produksi dapat melakukan
sebagian atau seluruh
kegiatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1).
Pasal 37 IUP diberikan oleh:
a. Bupati/walikota apabila
WIUP berada di dalam suatu
wilayah kabupaten/kota;
b. Gubernur bila WIUP berada
pada lintas wilayah
kabupaten/kota dalam 1
(satu) prov setelah
mendapatkan rekomendasi
dari bupati/walikota
setembpat sesuai dengan
ketentuan perundang-
undangan; dan
c. Menteri apabila WIUP
berada pada lintas wilayah
provinsi setelah
mendapatkan rekomendasi
dari gubernur dan
bupati/walikota setempat
sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-
undangan.

Anda mungkin juga menyukai