Anda di halaman 1dari 17

Volume 8, Nomor 2, Agustus 2019

URGENSI PENGATURAN MENGENAI EKSPLORASI DAN EKSPLOITASI


PERTAMBANGAN DI AREA DASAR LAUT INTERNASIONAL
(INTERNATIONAL SEA BED AREA)
(Setting The Urgency Of Exploration And Exploitation Of Mining In The International Sea Bed Area)

M Ilham F Putuhena
Badan Pembinaan Hukum Nasional
Jl. Mayjen Sutoyo No.10 Cililitan Jakarta Timur
e-mail: ilham.bphn@gmail.com

Naskah diterima: 10 Mei 2019; revisi: 2 Agustus 2019; disetujui: 2 Agustus 2019

Abstrak
Potensi kekayaan yang terkandung di laut Indonesia bisa dijadikan modal dasar meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Selain potensi laut yang terdapat di dalam wilayah kedaulatannya, Indonesia juga memiliki hak untuk mengelola dan
memanfaatkan kekayaan laut di Area Dasar laut internasional berdasarkan United Nations Convention on the Law of the
Sea 1982 (UNCLOS 1982). Kegiatan di Area Dasar laut internasional dilaksanakan berdasarkan prinsip warisan bersama
umat manusia (Common Heritage of Mankind) dan diatur oleh International Seabed Authority (ISA). Kegiatan tersebut
berbentuk eksplorasi dan eksploitasi tambang mineral dan dalam melakukan kegiatan tersebut perlu keberadaan negara
sponsor. Saat ini belum ada pengaturan yang mengatur mengenai pertambangan yang dilakukan Indonesia di kawasan
Area dasar laut tersebut, Oleh karena itu penting untuk melihat bagaimana urgensi pengaturan Indonesia mengenai hal
tersebut.
Kata Kunci: peraturan, tambang, area dasar laut

Abstract
The potential of wealth contained in Indonesia’s seas can be used as the basic capital to improve the welfare of the
community. In addition to the marine potential contained in Indonesia’s territorial sovereignty, Indonesia also has the right
to manage and utilize the marine resources in the International Seabed Area based on the United Nations Convention
on the Law of the Sea 1982 (UNCLOS 1982). International Seabed Areas activities are carried out based on the principles
of the Common Heritage of Mankind and regulated by the International Seabed Authority (ISA). These activities take
the form of exploration and exploitation of mineral mines and in carrying out these activities need the existence of a
sponsoring country. Currently there are no regulations governing mining conducted in Indonesia in the area of the seabed
area, therefore it is important to see how urgent the Indonesian regulation is in this regard.
Keywords: regulation, mine, seabed area

Urgensi Pengaturan Mengenai Eksplorasi dan Eksploitasi Pertambangan ... (M Ilham F Putuhena) 167
Volume 8, Nomor 2, Agustus 2019

A. Pendahuluan air (gelombang, pasang surut, arus) sesuai


dengan densitas yang bervariasi (massa per
Potensi kekayaan yang terkandung di
unit volume) dari mineral penyusunnya.
laut Indonesia bisa dijadikan modal dasar
Mineral-mineral ini mengandung unsur logam
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
berat (barium, kromium, emas, besi, unsur
Potensi ekonomi sektor kelautan Indonesia
tanah jarang, timah, thorium, tungsten,
dengan luas wilayah laut yang mencapai
zirkonium) dan bukan logam (berlian, kapur,
70% saat ini hanya memberikan kontribusi
pasir mengandung silika, kerikil).3 Sampai
terhadap Produk Domestik Bruto (PDB)
saat ini International Seabed Authority (ISA)
nasional dari bidang kelautan di bawah 30%.
telah menyelidiki tiga jenis sumber daya
Diperkirakan potensi ekonomi sektor kelautan
mineral yang terkandung di area dasar laut
Indonesia adalah US$ 1,2 triliun/tahun dan
unternasional yaitu:4
mampu menyerap tenaga kerja 40 juta orang.
1) Polymetallic nodules, mengandung banyak
Selain itu, potensi panas bumi, mineral,
konsentrasi mangan, nikel, tembaga, dan
minyak, dan gas bumi sebagai konsekuensi
kobalt. Mereka ditemukan berlimpah di
dari posisi Indonesia yang dilalui oleh dua
beberapa cekungan samudera, terutama
ring of fire dunia juga sangat luar biasa.1
Zona Clarion-Clipperton (CCZ), dataran
Selain potensi laut yang terdapat di dalam
abyssal besar selebar benua Amerika
kedaulatan wilayah indonesia,2 Indonesia
Serikat yang terletak 4.000 hingga 6.000
juga dapat mengelola sumberdaya laut di
meter di bawah permukaan Samudra
luar kedaulatan wilayah indonesia, seperti
Pasifik Timur. Miliaran bintil-bintil
potensi sumberdaya alam di area dasar
berukuran kentang tersebar di atas atau
laut internasional yang terkandung mineral
setengahnya tertanam di dalam dasar
berharga dengan konsentrasi yang lebih besar
berlumpur CCZ.
dari pada di sebagian besar lokasi mineral di
2) Polymetallic sulfides, ditemukan di
darat.
daerah aktivitas vulkanik bawah laut dan
Mineral di area dasar laut internasional
penyebaran dasar laut, biasanya pada
berasal dari erosi mekanis dari batuan
kedalaman 1.000 hingga 4.000 meter.
kontinental terkonsentrasi dalam endapan
Endapan sering terletak di dekat batas
placer, yang diurutkan berdasarkan gerakan
lempeng tektonik. Ventilasi hidrotermal

1
Aan Kurnia, S.Sos Laksamana Muda TNI, Ancaman dan Peluang dalam Menyongsong Poros Maritim Dunia,
http://law.ui.ac.id/v3/ancaman-dan-peluang-dalam-menyongsong-poros-maritim-dunia/, diakses 6 Mei
2019.
2
Undang- Undang Nomor 43 Tahun 2008 tentang Wilayah Indonesia, Pasal 6 (1) Batas Wilayah Negara
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5, meliputi: a. di darat berbatas dengan Wilayah Negara: Malaysia, Papua
Nugini, dan Timor Leste; b. di laut berbatas dengan Wilayah Negara: Malaysia, Papua Nugini, Singapura, dan
Timor Leste; dan c. di udara mengikuti batas kedaulatan negara di darat dan di laut, dan batasnya dengan
angkasa luar ditetapkan berdasarkan perkembangan hukum internasional.
3
ISA, Marine Mineral Resources, lihat: https://www.isa.org.jm/files/documents/EN/Brochures/ENG6.pdf di
akses pada 22 juli 2019.
4
The PEW caritable trust, A fact sheet from The PEW caritable trust, Deep-sea Mining: The Basics, june 2018,
Hlm. 4-5. Lihat: https://www.pewtrusts.org/en/research-and.../fact-sheets/.../deep-sea-mining-the-basics,
di akses 7 Mei 2019.

168 Jurnal RechtsVinding, Vol. 8 No. 2, Agustus 2019 hlm. 167–183


Volume 8, Nomor 2, Agustus 2019

melepaskan larutan super panas, kaya persiapan Penilaian Dampak Lingkungan,


mineral. Saat larutan ini mendingin, memperoleh nasihat hukum dan teknis, dan
mineral mengendap, membentuk pengadaan Penilaian Kelayakan Ekonomi.
menara di dasar laut dengan konsentrasi Setelah izin diperoleh dari badan pengatur
tinggi mineral berharga. Deposito yang dan investor, pengeluaran modal (capital
terbentuk oleh letusan ini, bersama expenditures/CAPEX) diperlukan untuk
dengan endapan bawah permukaan desain, konstruksi, pengujian, perbaikan,
dangkal, dapat menyediakan area yang pemeliharaan, dan manufaktur penuh mesin
kaya tetapi berukuran sedang untuk pertambangan laut dalam (Alat Produksi
eksploitasi mineral. Dasar Laut, Sistem Riser dan Pengangkatan,
3) Cobalt crusts, sering ditemukan di sisi Sistem Pendukung Produksi, Kapal Dukungan
dan puncak gunung bawah laut. Deposito Produksi).6
terkaya ditemukan pada kedalaman 800 Selama fase eksploitasi, modal yang
hingga 2.500 meter sebagai lapisan gunung cukup akan dibutuhkan untuk menutup
bawah laut di Pasifik barat. Ketebalan biaya regulasi dan pengeluaran operasional
kerak dapat mencapai 25 sentimeter (operating expenditures/OPEX), termasuk
(hampir 10 inci), tetapi endapan yang lebih biaya tenaga kerja untuk menjalankan operasi
khas mencapai 10 hingga 15 sentimeter (4 penambangan dan infrastrukturnya, bahan
hingga 6 inci). bakar untuk kapal dan mesin di setiap lokasi,
utilitas, transportasi, suku cadang, dan barang
Teknologi dan operasi yang diperlukan
habis pakai antara lain. Biaya pasca penggalian
untuk penggalian laut dalam berbeda dalam
termasuk pengupasan bahan limbah,
banyak hal dari operasi berbasis darat.
pengolahan mineral mentah, pengangkutan
Penambangan yang sukses di laut dalam
dan pengolahan bijih besi dan limbah di luar
memerlukan teknologi yang harus mampu
lokasi, dan menghasilkan produk yang siap
menahan tekanan besar, suhu rendah dan
dipasarkan.7
berfungsi tanpa cacat di air laut. Selain itu,
Secara umum kewenangan pengelolaan
pemahaman yang kuat tentang ekosistem
sumber daya alam di laut berdasarkan United
yang terkena dampak diperlukan untuk
Nations Convention on the Law of the Sea
menilai dampak lingkungan dari operasi.5
Sebelum mineral laut dalam dapat 1982 (UNCLOS 1982) yang telah diratifikasi
diangkat dari dasar laut internasional ke dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun
permukaan, operator potensial menghadapi 1985 tentang Pengesahan United Nations
biaya yang cukup besar. Pertama, ada biaya Convention on The Law of The Sea (Konvensi
yang terkait dengan penerapan ke ISA untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa Tentang Hukum
kontrak eksplorasi dan eksploitasi, termasuk Laut) telah menentukan wilayah yang tunduk
pada kedaulatan negara, wilayah yurisdiksi

5
Luc Cuyvers, Whitney Berry, Kristina Gjerde, Torsten Thiele and Caroline Wilhem, Deep seabed mining A rising

environmental challenge, IUCN, Gland Switzerland, in collaboration with Gallifrey Foundation, 2018, hlm 39.
6
Ibid.
7
Ibid.

Urgensi Pengaturan Mengenai Eksplorasi dan Eksploitasi Pertambangan ... (M Ilham F Putuhena) 169
Volume 8, Nomor 2, Agustus 2019

negara dan wilayah laut internasional satu sisi telah ada tawaran beberapa negara
(International Sea Bed Area).8 yang ingin mengajukan kerja sama untuk
Indonesia memiliki hak untuk meng­ eksplorasi dan eksploitasi penambangan di
eksplorasi dan mengeksploitasi sumber dasar laut internasional, Salah satu negara
daya mineral dan energi di Area Dasar Laut yang sudah mengajukan proposal kerja sama
Internasional. Hak tersebut dijalankan secara dengan Indonesia adalah Polandia. Tetapi
merata dan berkeadilan di bawah pengendalian karena belum ada peraturan perundang
ISA. Namun, untuk dapat mengolah kekayaan undangan yang mengatur sehingga Indonesia
alam tersebut, pemerintah Indonesia harus belum dapat melakukan kerja sama untuk
menyusun sebuah instrumen hukum yang mengelola kekayaan alam yang ada di dasar
menjadi dasar dan panduan negara dalam laut internasional.
melakukan kerja sama dengan negara lain Berdasarkan latar belakang tersebut diatas
yang memiliki kemampuan eksplorasi dan maka permasalahan yang menjadi fokus di
eksploitasi. 9 dalam pembahasan artikel ini yaitu urgensi
Untuk melakukan pengelolan pertam­ dan dampak terhadap pengaturan mengenai
bangan mineral Indonesia telah memiliki eksplorasi dan eksploitasi pertambangan
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 di Area Dasar Laut Internasional, serta
tentang Pertambangan Mineral dan Batubara bentuk dan ruang lingkup pengaturan
(Undang-Undang Minerba), tetapi undang- yang akan diatur terkait eksplorasi dan
undang tersebut belum menjangkau eksploitasi pertambangan di Area Dasar Laut
pengaturan tentang pertambangan di Area Internasional. Dengan permasalahan tersebut
Dasar Laut Internasional termasuk Undang- diharapkan kajian ini dapat memberikan
Undang Nomor 32 tahun 2014 tentang jawaban atas keburuhan negara dalam
Kelautan walaupun dalam Pasal 12 ayat (1) melakukan pengaturan di wilayah Area Dasar
mengatur bahwa Di Kawasan Dasar Laut Laut Internasional.
Internasional sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 10 ayat (2), Pemerintah berwenang B. Metode Penelitian
membuat perjanjian atau bekerja sama Metode penelitian berisi cara pengumpulan
dengan lembaga internasional terkait. Tetapi data, metode analisis data, serta waktu dan
menurut Pasal 12 ayat (2) bahwa perjanjian tempat jika diperlukan. Soerjono Soekanto
atau kerja sama tersebut dilaksanakan sesuai berpendapat bahwa penelitian hukum adalah
dengan ketentuan peraturan perundang- suatu kegiatan ilmiah, yang didasarkan pada
undangan dan hukum laut internasional. Di metode, sistematika dan pemikiran tertentu,

8
Heryandi, Kerjasama Internasional Pengelolaan Sea Bed Area Dan Implikasinya Bagi Negara pantai, Jurnal
Dinamika Hukum Vol. 13 No. 3 September 2013, hal 356. http://dinamikahukum.fh.unsoed.ac.id/index.php/
JDH/article/download/242/233, diakses 22 Juli 2019.
9
Budi Purwanto, Asisten Deputi Bidang Hukum dan Perjanjian Maritim Kemenko Bidang Kemaritiman, dalam
Seminar nasional bertajuk ”Seabed Minning Law in Indonesia: Challenges and Opportunities” di Fakultas
Hukum Universitas Brawijaya Malang, Jawa Timur, Senin, (15/4/2019). Kemenko Maritim godok aturan
pengelolaan SDA dasar laut internasional, https://www.antaranews.com/berita/831744/kemenko-maritim-
godok-aturan-pengelolaan-sda-dasar-laut-internasional diakses terakhir tanggal 7 mei 20019.

170 Jurnal RechtsVinding, Vol. 8 No. 2, Agustus 2019 hlm. 167–183


Volume 8, Nomor 2, Agustus 2019

yang bertujuan untuk mempelajari satu atau konsep-konsep serta peraturan yang berkaitan
beberapa gejala hukum tertentu, dengan dengan permasalahan, seperti konvensi
jalan menganalisanya.10 Menurutnya tipologi internasional.14
penelitian hukum dapat dibagi ke dalam Menurut Peter Mahmud Marzuki,
penelitian hukum normatif dan penelitian pendekatan dalam penelitian hukum terdapat
hukum empiris.11 beberapa pendekatan, yaitu pendekatan
Jenis Penelitian yang digunakan dalam undang-undang (statute approach),
kajian ini adalah penelitian hukum normatif, pendekatan kasus (case approach),
karena ruang lingkup kajian adalah pendekatan historis (historical approach),
melakukan studi hukum terhadap pengaturan dan pendekatan konseptual (conceptual
mengenai pertambangan dan Area Dasar approach).15
Laut Internasional (International Sea Bed Kajian ini dilakukan dengan pendekatan
Area) yang dikaitkan dengan doktrin hukum. undang-undang (statute approach). Bahan
Menurut Peter Mahmud Marzuki, penelitian Hukum yang diperoleh dalam penelitian ini
hukum normatif adalah suatu proses untuk dianalisa melalui pendekatan kualitatif yaitu
menemukan suatu aturan hukum, prinsip- tata cara penelitian yang menghasilkan data
prinsip hukum maupun doktrin-doktrin deskriptif analitis dari apa yang diperoleh
hukum guna menjawab isu hukum yang secara tertulis, agar data-data itu dapat
dihadapi.12 Secara sederhana Soerjono diteliti dan dipelajari untuk menganalisis
Soekanto berpendapat bahwa penelitian obyek penelitian yang utuh secara mendalam
hukum normatif atau yuridis normatif yaitu dan komprehensif, sehingga pada akhirnya
penelitian hukum kepustakaan yang dilakukan dapat mengerti serta memahami aspek-aspek
dengan cara meneliti bahan pustaka atau data yang menjadi obyek penelitian.16 Penelitian
sekunder.13 ini akan mengumpulkan berbagai pengaturan
Sehingga pengkajian ini akan dilakukan yang terkait dengan pertambangan di Area
dengan menggunakan ketentuan-ketentuan Dasar laut Internasional (International Sea
hukum yang berlaku di Indonesia, baik bahan Bed Area).
hukum primer maupun bahan hukum sekunder
dan juga menggunakan pendapat para ahli
di bidang hukum, terutama yang berkaitan
dengan masalah penelitian. Penelitian ini
juga didukung dengan pendekatan normatif
dengan cara meneliti bahan pustaka dengan
mempelajari dan menelaah teori-teori,

10
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, cetakan III, (UI Press: Jakarta, 2007), hal. 43.
11
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, ibid . 15.
12
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, (Kencana Prenada Media Group: Jakarta, 2005), hal. 93.
13
Soerjono Soekanto dan Sri Mamuji. Op cit, hal. 15.
14
Soerjono Soekanto dan Sri Mamuji. ibid, hal. 145.
15
Peter Mahmud Marzuki, op cit, hal. 35.
16
Peter Mahmud Marzuki, ibid, hlm.109

Urgensi Pengaturan Mengenai Eksplorasi dan Eksploitasi Pertambangan ... (M Ilham F Putuhena) 171
Volume 8, Nomor 2, Agustus 2019

C. Pembahasan Indonesia atas segala sumber kekayaan


1. Urgensi dan Dampak Pengaturan “bumi, air dan kekayaan alam yang
mengenai explorasi dan Explotasi terkandung di dalamnya”, termasuk pula
pertambangan di Area Dasar Laut di dalamnya pengertian kepemilikan publik
Internasional (International Sea Bed oleh kolektivitas rakyat atas sumber-sumber
Area) kekayaan dimaksud.
Mahkamah Konstitusi telah meletakkan Rakyat secara kolektif itu dikonstruksikan
kerangka konstitusional yang kongkrit akan oleh UUD 1945 memberikan mandat kepada
sistem pengelolaan sumber daya energi  negara untuk mengadakan 5 hal yaitu:18
di Indonesia, pemaknaan atas kekayaan 1) Fungsi kebijakan (beleid).
alam yang terkandung dalam bumi dan air 2) Fungsi pengurusan (bestuursdaad),
Indonesia yang harus dikuasai oleh negara dilakukan oleh Pemerintah dengan
dan dipergunakan untuk sebesar-besar kewenangannya untuk mengeluarkan dan
kemakmuran rakyat sebagaimana dimaksud mencabut fasilitas perizinan (vergunning),
Pasal 33 ayat (2) dan ayat (3) Undang- lisensi (licentie), dan konsesi (consessie).
Undang Dasar Negara Republik Indonesia 3) Fungsi pengaturan (regelendaad), fungsi
(UUD NRI) Tahun 1945.17 Dalam putusan pengaturan oleh negara (regelendaad)
tersebut dipertimbangkan pula bahwa makna dilakukan melalui kewenangan legislasi
“dikuasai oleh negara” tidak dapat diartikan oleh DPR bersama Pemerintah, dan
hanya sebagai hak untuk mengatur, karena regulasi oleh Pemerintah.
hal demikian sudah dengan sendirinya 4) Fungsi pengelolaan (beheersdaad),
melekat dalam fungsi-fungsi negara tanpa Fungsi pengelolaan (beheersdaad)
harus disebut secara khusus dalam Undang- dilakukan melalui mekanisme pemilikan
Undang Dasar. Sekiranya pun Pasal 33 tidak saham (share-holding) dan/atau sebagai
tercantum dalam UUD NRI Tahun 1945, instrumen kelembagaan, yang melaluinya
kewenangan negara untuk mengatur tetap negara, dalam hal ini Pemerintah,
ada pada negara, bahkan dalam negara yang mendayagunakan penguasaannya atas
menganut paham ekonomi liberal sekalipun. sumber-sumber kekayaan itu untuk
Oleh karena itu, dalam putusan tersebut digunakan bagi sebesar-besarnya
Mahkamah Kontitusi telah merumuskan kemakmuran rakyat. dan
makna atas prinsip dikuasai oleh negara. 5) Fungsi pengawasan (toezichthoudensdaad)
Dikuasai oleh negara harus diartikan untuk tujuan sebesar besarnya
mencakup makna penguasaan oleh negara kemakmuran rakyat. Fungsi pengawasan
dalam arti yang luas yang bersumber dan oleh negara (toezichthoudensdaad)
diturunkan dari konsepsi kedaulatan rakyat dilakukan oleh organ negara dalam rangka

17
Putusan Nomor 002/PUU-I/2003 tanggal 21 Desember dan Putusan  Nomor 36/PUU-X/2012 Tanggal 13
November 2012 2004 tentang Pengujian Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas
Bumi.
18
Ilham Putuhena, Ratio Legal Prinsip Penguasaan Negara Atas Sumber Daya Energi, lihat: http://www.pushep.
or.id/view_publikasi.php?category=RisetKajian&id=40#.XTWMxjM3PDc diakses pada tanggal 22 juli 2019.

172 Jurnal RechtsVinding, Vol. 8 No. 2, Agustus 2019 hlm. 167–183


Volume 8, Nomor 2, Agustus 2019

mengawasi dan mengendalikan agar Sedangkan pada pada wilayah yuridiksi,


pelaksanaan penguasaan oleh negara negara tidak punya kedaulatan penuh tetapi
atas sumber-sumber kekayaan dimaksud secara Hukum Internasional negara berhak
benar-benar dilakukan untuk sebesar- untuk mengelola dan mengatur kekayaan
besarnya kemakmuran seluruh rakyat. alamnya termasuk bertindak terhadap
peristiwa dalam wilayah tersebut. Wilayah
Kelima bentuk penguasaan negara, yaitu yuridiksi adalah wilayah Zona Ekonomi
fungsi kebijakan dan pengurusan, pengaturan, Eksklusif dan Wilayah Zona Landas Kontinen.
pengelolaan dan pengawasan ditempatkan Begitupun pada wilayah bebas bukan menjadi
dalam posisi yang sama. Apabila Pemerintah kepemilikan satu negara tetapi merupakan
hanya melakukan salah satu dari empat kepemilikan bersama (Global Common)
fungsi penguasaan negara, misalnya hanya sehingga tidak ada satu negara pun yang
melaksanakan fungsi mengatur, padahal memiliki wilayah tersebut. Adapun wilayah
fungsi mengatur adalah fungsi negara yang bebas adalah Laut Lepas (High Sea), Area
umum di negara mana pun tanpa perlu Dasar laut Internasional (International Sea
ada Pasal 33 UUD 1945, maka  tidak dapat Bed Area), Antartika (Antarctic Treaty), dan
diartikan bahwa negara telah menjalankan Antariksa (Moon Treaty).
penguasaannya atas sumber daya alam Kepemilikan bersama didasarkan pada
karena penguasaan negara tidak mencapai prinsip warisan bersama ummat manusia
tujuan sebesar-besarnya bagi kemakmuran (Common Heritage of Mankind/CHM)19 berarti
rakyat sebagaimana maksud Pasal 33 UUD setiap manusia bebas melakukan kegiatan
NRI Tahun 1945. Pemaknaan tersebut harus eksplorasi diwilayah laut internasional dan
dimaknai bahwa sumberdaya alam berada memiliki tanggungjawab bersama untuk
dalam wilayah kedaulatan Indonesia. mengawasi dan menjaga wilayah tersebut dari
Sedangkan terkait pengelolaan wilayah kerusakan.20 McDougall dan Cocca, sebagai
laut secara hukum internasional diatur global common terdapat 3 (tiga) kemungkinan
dalam UNCLOS 1982 menjadi 3 wilayah, yaitu aspek hukum pengaturan yang terkait yaitu:21
wilayah kedaulatan (sovereignty) dan wilayah 1) Res Communis Omnium, yaitu sumber daya
hak berdaulat (sovereign rights) atau wilayah alam bersama sebagai warisan bersama
yuridiksi, dan wilayah Bebas (global common). ummat manusia diatur dan dicadangkan
Pada wilayah kedulatan berlaku kekuasaan bagi semua bangsa;
penuh suatu negara atas wilayah (territory) 2) Res Extra Commercium, yaitu sumber daya
yang dimilikinya sehingga berlaku hukum alam bersama sebagai warisan bersama
nasional, pada wilayah inilah tafsir MK ummat manusia diatur oleh sebagai
atas pasal 33 UUD NRI Tahun 1945 berlaku.

19
Konsep warisan bersama umat manusia pertama kali dinyatakan oleh Duta Besar Malta untuk PBB, Arvid
Pardo, pada sidang Majelis Umum PBB 1 November 1967.
20
Nur Yanto, Memahami Hukum Laut Indonesia, Jakarta: Mitra Wacana Media, 2014, hlm. 44.
21
Pacale Ehrenfreund, (dkk), “Responsible Space Exploration and Use: Balancing Stake Holder Interest”, New
Space Journal, Space Policy Institute, Elliot School of International Affairs, George Washington University,
2013, hlm 62.

Urgensi Pengaturan Mengenai Eksplorasi dan Eksploitasi Pertambangan ... (M Ilham F Putuhena) 173
Volume 8, Nomor 2, Agustus 2019

internasional seperti Perserikatan Bangsa- Area Dasar Laut Internasional diatur


Bangsa (PBB), dll; atau dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun
3) Res Communis Humanitatis, yaitu sumber 2014 tentang Kelautan mengatur mengenai
daya alam bersama sebagai warisan Kawasan Dasar Laut Internasional, dalam
bersama ummat manusia tidak dimiliki Pasal 10 ayat (2) mengatur bahwa (2) Kawasan
oleh bangsa apapun tapi darinya semua Dasar Laut Internasional merupakan dasar
bangsa dapat memperoleh keuntungan/ laut serta tanah di bawahnya yang terletak
manfaat. di luar batas-batas yurisdiksi nasional.
Kemudian dalam Pasal 12 ayat (1) mengatur
Dalam membahas mengenai dasar laut
bahwa di Kawasan Dasar Laut Internasional
dalam UNCLOS 1982 maka akan membahas
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10
tiga bentuk dasar laut dalam wilayah. Pertama,
ayat (2), Pemerintah berwenang membuat
dasar laut yang berada dibawah laut teritorial
perjanjian atau bekerja sama dengan lembaga
(kedaulatan) termasuk perairan kepulauan.22
Kedua, dasar laut yang tunduk dan berada internasional terkait. Kemudian Pasal 12
dibawah yurisdiksi negara.23 Ketiga, dasar laut ayat (2) mengatur bahwa perjanjian atau
yang berada di luar kedaulatan dan yurisdiksi kerja sama sebagaimana dimaksud pada ayat
negara, dimana tidak satu negara yang dapat (1) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
menundukan wilayah dasar laut ini dibawah peraturan perundang-undangan dan hukum
yurisdiksinya atau dikenal dengan Area Dasar laut internasional dalam hal ini adalah
Laut Internasional (International Sea Bed UNCLOS 1982.
Area).24 Menurut Pasal 137 UNCLOS 1982, diatur
Wilayah Area Dasar Laut Internasional bahwa status hukum kawasan dan kekayaan-
diatur untuk kepentingan pencadangan kekayaan dalam Area Dasar laut Internasional
Sumber Daya Alam bagi generasi yang akan (International Sea Bed Area) adalah:
datang, baik perairannya maupun dasar laut 1) Tidak satu Negarapun boleh menuntut
dan tanah di bawahnya dan memerlukan atau melaksanakan kedaulatan atau hak-
pengaturan pengelolaan yang hati-hati dari hak berdaulatnya atas bagian manapun
seluruh negara. Oleh sebab itu, diperlukan dari kawasan atau kekayaan-kekayaan-
adanya kerja sama negara-negara pantai nya, demikian pula tidak satu Negara atau
melalui badan khusus yang dikenal dengan badan hukum atau peroranganpun boleh
suatu badan bernama Otorita Dasar mengambil tindakan pemilikan terhadap
Laut Internasional (International Seabed bagian kawasan manapun. Tidak satupun
Authority/ISA) yang berada di bawah naungan tuntutan atau penyelenggaraan kedaulatan
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).25 atau hak-hak berdaulat ataupun tindakan
pemilikan yang demikian akan diakui.

22
UNCLOS 1982 Bab II Pasal 2 - Pasal 16, Pasal 8 mengenai perairan pedalaman, Bab IV Pasal 46-Pasal 54
mengenai perairan kepulauan.
23
Rezim hukum dasar laut ini dikenal dengan Rezim Zona Ekonomi Eksklusif UNCLOS 1982 Pasal 55-Pasal 75
dan Rezim Landas Kontinen diatur dalam UNCLOS 1982 Bab VI Pasal 76-Pasal 85.
24
UNCLOS 1982 Bab XI Pasal 172-Pasal 191.
25
Heryandi, Op Cit. Hlm. 355.

174 Jurnal RechtsVinding, Vol. 8 No. 2, Agustus 2019 hlm. 167–183


Volume 8, Nomor 2, Agustus 2019

2) Segala hak terhadap kekayaan-kekayaan di hak dan kepentingan-kepentingan yang sah


Kawasan ada pada umat manusia sebagai Negara pantai, yaitu:
suatu keseluruhan, yang atas nama siapa 1) Kegiatan di kawasan, berkenaan dengan
Otorita bertindak. Kekayaan-kekayaan ini endapan-endapan kekayaan di kawasan
tidak tunduk pada pengalihan hak. Namun yang letaknya melintasi garis-garis batas
demikian mineral-mineral yang dihasilkan yurisdiksi nasional, dilakukan dengan
dari kawasan hanya dapat dialihkan sesuai memperhatikan seperlunya hak dan
dengan ketentuan Bab ini dan ketentuan- kepentingan sah setiap Negara pantai yang
ketentuan, peraturan-peraturan dan yurisdiksinya dilintasi endapan tersebut.
prosedur-prosedur otorita. 2) Konsultasi, termasuk suatu cara
3) Tidak satu Negara, badan hukum atau pemberitahuan terlebih dahulu,
peroranganpun boleh menuntut, mem­ harus dipelihara dengan Negara yang
peroleh atau melaksanakan hak-hak yang bersangkutan, dengan maksud untuk
bertalian dengan mineral-mineral yang mencegah pelanggaran terhadap hak-
dihasilkan dari kawasan, kecuali apabila hak dan kepentingan-kepentingan
dilakukan sesuai dengan ketentuan Bab tersebut. Dalam hal kegiatan-kegiatan di
ini. Apabila tidak demikian, maka tidak Kawasan dapat mengakibatkan eksploitasi
satupun juga tuntutan, perolehan atau kekayaan-kekayaan yang terletak di dalam
pelaksanaan hak-hak demikian akan yurisdiksi nasional, maka disyaratkan
diakui. adanya persetujuan terlebih dahulu dari
Kemudian dalam pasal 140 UNCLOS 1982 Negara pantai yang bersangkutan.
mengatur bahwa Otorita dalam hal ini ISA 3) Baik Bab ini maupun hak-hak yang diberikan
harus menetapkan pembagian yang adil dari atau dilaksanakan sesuai dengan Bab ini,
keuntungan-keuntungan dan keuntungan- tidak mempengaruhi hak Negara pantai
keuntungan ekonomi lainnya yang didapat untuk mengambil tindakan-tindakan yang
dari kegiatan-kegiatan di kawasan melalui konsisten dengan ketentuan-ketentuan
mekanisme yang tepat atas dasar non- yang relevan dari Bab XII yang dianggap
diskriminasi sesuai dengan pasal 160 ayat 2 perlu untuk mencegah, mengurangi
(f) ke (i). atau melenyapkan marabahaya yang
Dalam pengelolaan sumber daya laut mengancam garis pantainya atau
tersebut maka keterlibatan negara pantai kepentingan-kepentingan yang berkaitan
juga diatur antara lain, bahwa Penggunaan dengan itu dari pencemaran atau ancaman
Kawasan atau Area Laut Dalam Internasional pencemaran atau kejadian-kejadian
semata-mata untuk maksud damai oleh berbahaya lainnya yang berasal dari atau
semua Negara, baik Negara pantai maupun yang disebabkan oleh kegiatan-kegiatan
Negara tak berpantai tanpa diskriminasi dan apapun di kawasan.
tanpa mengurangi ketentuan-ketentuan lain Berdasarkan hal tersebut maka semua
dari Bab ini (Pasal 141 UNCLOS 1982). kegiatan di Area Dasar Laut Internasional,
Kemudian secara khusus diatur dalam dilakukan dengan memperhatikan seperlunya
Pasal 142 UNCLOS 1982 mengenai hak- hak dan kepentingan sah setiap Negara pantai

Urgensi Pengaturan Mengenai Eksplorasi dan Eksploitasi Pertambangan ... (M Ilham F Putuhena) 175
Volume 8, Nomor 2, Agustus 2019

yang yurisdiksinya dilintasi endapan tersebut, Polimetalik di Daerah (the Regulations on


dan dalam hal kegiatan di Area Dasar Prospecting and Exploration for Polymetallic
Laut Internasional dapat mengakibatkan Sulphides in the Area) diadopsi 7 Mei 2010, dan
eksploitasi kekayaan-kekayaan yang terletak Peraturan tentang Prospeksi dan Eksplorasi
di dalam yurisdiksi nasional, maka disyaratkan untuk Cobalt-Rich Crusts (the Regulations on
adanya persetujuan terlebih dahulu dari Prospecting and Exploration for Cobalt-Rich
Negara pantai yang bersangkutan. Crusts) diadopsi 27 Juli 2012.26
Khusus terkait dengan Eksplorasi dan Dalam pengaturan tersebut Prospeksi dan
Eksplotiasi diatur dalam Pasal 153 UNCLOS Eksplorasi diatur adanya Sertifikat Sponsor,
1982 bahwa kegiatan di kawasan (Area Dasar dimana setiap aplikasi oleh perusahaan
Laut Internasional) harus diorganisasikan, negara atau salah satu entitas harus disertai
dilaksanakan dan dikendalikan oleh dengan sertifikat sponsor yang dikeluarkan
ISA. Kegiatan kawasan (Area Dasar Laut oleh Negara yang merupakan warga negara
Internasional) harus dilaksanakan oleh nasional atau negara warga negara atau
Perusahaan, dan bersama-sama dengan negara dikontrol secara efektif. Seperti
Otorita oleh Negara-negara Peserta atau dalam kasus kemitraan atau konsorsium
perusahaan Negara, atau badan hukum entitas dari lebih dari satu Negara, setiap
atau perorangan yang memiliki kebangsaan Negara yang terlibat harus mengeluarkan
Negara-negara peserta atau yang secara efektif sertifikat sponsor. Apabila pemohon memiliki
dikendalikan oleh mereka atau warga negara kewarganegaraan dari satu Negara tetapi
mereka, jika disponsori oleh Negara-negara secara efektif dikendalikan oleh Negara lain
tersebut, atau oleh setiap kelompok yang atau warga negaranya, masing-masing Negara
disebut sebelumnya yang memenuhi syarat- yang terlibat harus mengeluarkan sertifikat
syarat yang ditentukan. Dari pengaturan sponsor.27 Setiap sertifikat sponsor harus
tersebut terlihat bahwa posisi negara sponsor ditandatangani sebagaimana mestinya atas
menjadi sangat penting dalam pelaksanaan nama Negara dimana dokumen itu diserahkan
eksplorasi dan eksploitasi. dan memuat:
Sampai saat ini, ISA telah menerbitkan a) Nama pemohon;
Peraturan tentang Prospeksi dan Eksplorasi b) Nama Negara sponsor;
untuk Nodules Polimetalik di area c) Pernyataan bahwa pemohon adalah:
(Regulations on Prospecting and Exploration Warga negara dari Negara sponsor;
for Polymetallic Nodules in the Area) diadopsi atau tunduk pada kontrol efektif Negara
13 Juli 2000, yang kemudian diperbarui dan sponsor atau warga negaranya;
diadopsi 25 Juli 2013; Peraturan tentang d) Pernyataan oleh Negara sponsor bahwa
Prospeksi dan Eksplorasi untuk Sulfida itu mensponsori pemohon;

26
International Seabed Authority, https://www.isa.org.jm/mining-code, diakses tanggal 8 mei 2019.
27
Pasal 11 Peraturan tentang Prospeksi dan Eksplorasi untuk Nodules Polimetalik di Area (Regulations on
Prospecting and Exploration for Polymetallic Nodules in the Area) dan Pasal 11 Peraturan tentang Prospeksi
dan Eksplorasi untuk Sulfida Polimetalik di Daerah (the Regulations on Prospecting and Exploration for
Polymetallic Sulphides in the Area).

176 Jurnal RechtsVinding, Vol. 8 No. 2, Agustus 2019 hlm. 167–183


Volume 8, Nomor 2, Agustus 2019

e) Tanggal penyimpanan oleh Negara sponsor wilayah kedaulatan Indonesia, dan untuk
dari instrumennya ratifikasi, atau aksesi wilayah yuridiksi Indonesia yaitu Zona
atau suksesi, konvensi; Ekonomi Eksklusif28 dan Landas Kontinen29.
f) Pernyataan bahwa Negara sponsor Sedangkan wilayah bebas (Globa Common)
bertanggung jawab sesuai dengan pasal terkait Area Dasar Laut Internasional belum
139, pasal 153, paragraf 4, dan Lampiran ada pengaturan.
III, pasal 4, paragraf 4 Konvensi UNCLOUS Dari kajian diatas dapat disimpulkan
1982. bahwa pengaturan khusus terkait dengan
Pertambangan Area Dasar Laut Internasional
Dari pengaturan tersebut terlihat
belum diatur secara spesifik, pengaturan
pentingnya peran dan tanggung jawab negara
secara umum telah diatur dalam Undang-
sponsor, termasuk Indonesia sebagai negara
Undang Undang-Undang Nomor 32 Tahun
pantai. Sehingga pengaturan dalam pemberian
2014 tentang Kelautan, tetapi belum secara
sertifikat sponsor kepada warga negara atau
spesifik membahas mengenai Pertambangan
perusahaan yang meminta Indonesia sebagai
atau Eksploradi dan Eksploitasi Area Dasar
negara sponsor perlu di diatur dengan cermat.
Laut Internasional. Sedangkan ratifikasi
Untuk itu perlu dikaji bagaimana pengaturan
UNCLOS 1982 dengan Undang-Undang
Explorasi dan Explotasi pertambangan di Area
Nomor 17 Tahun 1985 Tentang Pengesahan
Dasar Laut Internasional.
United Nations Convention on The Law of The
Pengaturan mengenai pertambangan saat
Sea (Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa
ini diatur dalam Undang-Undang Nomor 4
Tentang Hukum Laut) dan Undang hanya
Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral
memberikan gambaran umum yang perlu
dan Batubara (Undang-Undang Minerba)
ditindak lanjuti dalam Undang-Undang Sektor
dengan menganut rezim izin, dalam Undang-
Pertambangan.
Undang Minerba diatur mengenai Izin Usaha
Sehingga dilihat dari aspek pengaturan
Pertambangan (IUP), Izin Usaha Pertambangan
maka perlu untuk diatur mengenai Eksplorasi
Khusus (IUPK) dan Izin Pertambangan Rakyat
dan Eksploitasi Area Dasar Laut Internasional
(IPR). IUP terdiri dari 2 (dua) izin yaitu
yang akan menjadi dasar dalam mengatur
pertama, IUP Eksplorasi dan IUP Operasi
mekanisme atau tata cara Indonesia menjadi
Produksi. Sedangkan IUPK terdiri dari IUPK
negara sponsor apabila terdapat warga
Eksplorasi dan IUPK Operasi Produksi. Terkait
negara atau perusahaan yang mengajukan
dengan izin atau persetujuan pemerintah
permohonan untuk melakukan kegiatan di
Indonesia sebagai Negara sponsor belum
Area Dasar Laut Internasional yang terkait
diatur.
dengan Indonesai sebagai negara pantai.
Undang-Undang Minerba masih mengatur
Urgensi pengaturan mengenai Eksplorasi
mengenai proses pertambangan dalam
dan Eksploitasi Area Dasar Laut Internasional
negeri, jika dikaitkan dengan UNCLOS 1982
selain adanya dasar dalam memproses
masih terkait dengan pertambangan dalam

28
Pasal 4 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1973 tentang Landas kontinen.
29
Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1983 tentang Zona Ekonomi Eksklusif.

Urgensi Pengaturan Mengenai Eksplorasi dan Eksploitasi Pertambangan ... (M Ilham F Putuhena) 177
Volume 8, Nomor 2, Agustus 2019

permohonan untuk disponsori oleh Indonesia a. pengaturan lebih lanjut mengenai


juga bertujuan bahwa pemohon juga mampu ketentuan Undang-Undang Dasar Negara
melaksanakan kegiatan dengan menjaga Republik Indonesia Tahun 1945;
untuk tidak terjadinya pencemaran yang b. perintah suatu Undang-Undang untuk
dapat berakibat bagi Indonesia. Dengan diatur dengan Undang-Undang;
adanya pengaturan tersebut maka Indonesia c. pengesahan perjanjian internasional
dapat melakukan peran pencegahan dan tertentu;
sekaligus pengawasan dalam proses kegiatan d. tindak lanjut atas putusan Mahkamah
pertambangan yang dilakukan.30 Konstitusi; dan/atau
e. pemenuhan kebutuhan hukum dalam
2.
Bentuk dan Ruang Lingkup masyarakat.
Pengaturan yang Akan Diatur
Terkait Eksplorasi dan Eksploitasi Pilihan pengaturan pertambangan di Area
Pertambangan di Area Dasar Laut
Dasar Laut Internasional melalui Undang-
Internasional (International Sea Bed
Area) Undang masuk dalam kategori pemenuhan
kebutuhan hukum dalam masyarakat, dalam
a. Bentuk Pengaturan
hal ini kebutuhan atas perkembangan Hukum
Pertanyaan pertama yang harus dijawab Internasional.
apabila perlu adanya pengaturan eksplorasi Untuk pilihan pengaturan melalui
dan eksploitasi pertambangan di Area Dasar Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
Laut Internasional adalah bentuk pengaturan Undang merupakan Peraturan Perundang-
yang dipilih. Berdasarkan Undang-Undang undangan yang ditetapkan oleh Presiden dalam
Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan hal ihwal kegentingan yang memaksa. Materi
Peraturan Perundang-Undangan (Undang- muatan Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang PPP) terdapat beberapa pilihan Undang-Undang sama dengan materi muatan
bentuk pilihan untuk mengatur mengenai Undang-Undang. Pilihan menggunakan
eksplorasi dan eksploitasi pertambangan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
tersebut, diantaranya adalah31 Undang- Undang memerlukan kondisi mendesak,
Undang, Peraturan Pemerintah Pengganti karena pengaturan pertambangan di Area
Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, dan Dasar Laut Internasional belum dapat
Peraturan Presiden. dikategorikan mendesak maka pemilihan
Dalam Pasal 10 ayat 1 Undang-Undang Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
PPP diatur mengenai materi muatan Undang- Undang tidak tepat.
Undang berisi: Penggunaan Peraturan Pemerintah tidak
tepat karena Peraturan Pemerintah dibentuk

30
Pasal 196 UNCLOS 1982 mengatur bahwa Negara-negara harus mengambil segala tindakan untuk mencegah,
mengurangi dan mengendalikan pencemaran lingkungan laut sebagai akbiat penggunaan teknologi-teknologi
yang ada di bawah yurisdiksi atau pengawasan mereka, atau memasukkan dengan sengaja atau tidak, jenis-
jenis asing atau jenis baru, kedalam bagian tertentu lingkungan laut, hingga dapat mengakibatkan perubahan-
perubahan penting dan merugikan kepada lingkungan laut.
31
Pasal 7 ayat (1) (Undang-Undang PPP) Jenis dan hierarki Peraturan Perundang-undangan terdiri atas:

178 Jurnal RechtsVinding, Vol. 8 No. 2, Agustus 2019 hlm. 167–183


Volume 8, Nomor 2, Agustus 2019

untuk melaksanakan perintah Undang- Perubahan Undang-Undang dengan


Undang atau untuk menjalankan Undang- melakukan perluasan wilayah jangkauan
Undang sepanjang diperlukan dengan tidak Undang-Undang Minerba akan merubah politik
menyimpang dari materi yang diatur dalam hukum yang awalnya hanya melaksanakan
Undang-Undang yang bersangkutan.32 Sampai Pasal 33 Undang-Undang Dasar Republik
saat ini belum ada Undang-Undang yang secara Indonesia tahun 1945 tentang penguasaan
khusus mengatur apalagi mendelegasikan negara atas sumber daya alam di Indonesia,
pengaturan Pertambangan di Area dasar laut yang kedepannya berubah diperluan sebagai
internasional. negara yang menjalankan prinsip Hukum
Pilihan berikutnya adalah menggunakan Internasional yaitu prinsip warisan bersama
Peraturan Presiden. Peraturan Presiden ummat manusia (Common Heritage of
bertujuan untuk menjalankan perintah Mankind) dan juga perlindungan Indonesai
Peraturan Perundang-undangan yang sebagai negara pantai yang akan menerima
lebih tinggi atau dalam menyelenggarakan dampak apabila terjadi pengeboran.
kekuasaan pemerintahan. Materi muatan
Peraturan Presiden untuk menyelenggarakan b. Ruang lingkup pengaturan
pengaturan lebih lanjut perintah Undang- Selanjutnya yang perlu untuk dibahas
Undang atau Peraturan Pemerintah secara adalah mengenai ruang lingkup pengaturan.
tegas maupun tidak tegas diperintahkan Perlu dibahas terlebih dahulu prinsip
pembentukannya.33 Pilihan penggunaan dilakukan dengan pendekatan putusan MK
peraturan presiden sebagai bentuk pengaturan maka negara dalam pengelolaan sumber daya
tidak dapat dilakukan karena belum ada alam di wilayah kedaulatan berhak untuk
perintah Undang-Undang atau Peraturan mengadakan 5 hal, yaitu:34 Fungsi kebijakan
Pemerintah terkait dengan Pertambangan (beleid), Fungsi pengurusan (bestuursdaad),
di Area Dasar Laut Internasional, walaupun Fungsi pengaturan (regelendaad), Fungsi
dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun pengelolaan (beheersdaad), dan Fungsi
2014 tentang Kelautan telah mengatur pengawasan (toezichthoudensdaad).
mengenai Kawasan Dasar Laut Internasional. Dikaitkan dengan pengelolaan di Area
Oleh karena itu, sebaiknya dilakukan Dasar Laut Internasional maka secara prinsip
perubahan Undang-Undang Minerba yang beberapa fungsi tersebut menjadi kewenangan
memasukkan terkait kewenangan untuk dari ISA, sebagai otoritas tunggal dalam
menjadi negara sponsor yang juga akan pengelola area. Tetapi untuk kepentingan
melibatkan negara lain atau badan hukum nasional maka beberapa fungsi tersebut
internasional. Pengaturan kewenangan tetap harus di jadikan pegangan oleh negara,
tersebut harus dimunculkan di tingkat yaitu fungsi pengurusan (bestuursdaad),
Undang-Undang. fungsi pengaturan (regelendaad), fungsi

32
Pasal 11 dan Pasal 12 dan penjelasan Undang-Undang PPP.
33
Pasal 13 dan penjelasan Undang-Undang PPP.
34
Op.cit: Ilham Putuhena, Ratio Legal Prinsip Penguasaan Negara Atas Sumber Daya Energi.

Urgensi Pengaturan Mengenai Eksplorasi dan Eksploitasi Pertambangan ... (M Ilham F Putuhena) 179
Volume 8, Nomor 2, Agustus 2019

pengelolaan (beheersdaad), dan fungsi yaitu suatu Negara oleh otoritas yang ditunjuk
pengawasan (toezichthoudensdaad). Khusus untuk tujuan itu olehnya, suatu entitas oleh
terkait fungsi kebijakan (beleid) merupakan perwakilan yang ditunjuk atau otoritas yang
kewenangan yang dimiliki oleh ISA. ditunjuk untuk tujuan itu oleh Negara atau
Berdasarkan keempat prinsip tersebut Negara sponsor, dan suatu Perusahaan, oleh
maka menentukan arah materi pengaturan otoritas kompetennya. Untuk itu perlu diatur
yang menempatkan Indonesia sebagai Pihak yang dapat mengajukan permohonan
negara berdaulat yang apabila berhadapan kepada Indonesia untuk menjadi negara
dengan pihak ketiga yang akan melakukan sponsor.35
pertambangan maka akan menggunakan Sebagai negara sponsor maka Indonesia
prinsip perizinan bukan menggunakan kontrak mempunyai kewenangan untuk memberikan
yang menempatkan negara setara dengan izin, dalam memberikan izin perlu diatur
pihak ketiga tersebut. bagaimana syarat dalam pemberian izin
Obyek materi pengaturan akan terkait tersebut, diantaranya adalah:
terkait dengan pertambangan. Dalam 1) Analisis terhadap lokasi Pertambangan di
pertambangan terdapat dua hal yang Area Dasar Laut Internasional yang sesuai
penting untuk diatur terkait dengan kegiatan dengan aturan ISA.
pertambangan yaitu kegiatan eksplorasi yaitu 2) Kemampuan dari pemohon untuk
mencari lokasi potensial yang mengandung melakukan kegiatan pertambangan
mineral. Dan kegiatan kedua adalah kegiatan termasuk modal dan teknologi,
eksplorasi atau disebut juga dengan kegiatan persyaratan tersebut untuk melihat
produksi yaitu mengambil mineral dari lokasi keseriusan dan kemampuan pemohon
yang sudah ditentukan. Sehingga terdapat dua dalam melaksanakan pertambangan di
substansi yang perlu diatur yaitu substansi izin area.
eksplorasi dan izin eksploitasi pertambangan. 3) Analisi Dampak Lingkungan (AMDAL),
Sebagaimana telah dijelaskan bahwa untuk menjaga tidak terjadinya
posisi negara Indonesia merupakan pencemaran lingkungan ataupun langkah
negara yang akan diminta sebagai negara langkah apabila terjadi pencemaran
sponsor dalam kegiatan explorasi dan sehingga dapat mencegah kerusakan
explotasi pertambangan di Area Dasar yang lebih besar dan meluas terhadap
Laut Internasional. Sehingga terdapat tiga lingkungan.
pihak, yaitu pertama, ISA sebagai pemegang 4) Hak dan Kewajiban Pemohon dan Negara
kewenangan dalam memberikan izin untuk Sponsor diantaranya menerima royalti
melakukan kegiatan pertambangan; kedua, dan pengawasan terhadap kegiatan
negara sponsor seperti Indonesia yang juga pertambangan.
merupakan anggota ISA; ketiga, Pemohon

35
Berdasarkan regulasi yang dibuat oleh ISA, maka pihak yang dapat mengajukan ada tiga yaitu Suatu negara
oleh otoritas yang ditunjuk untuk tujuan itu olehnya; suatu entitas oleh perwakilan yang ditunjuk atau
otoritas yang ditunjuk untuk tujuan itu oleh negara atau negara sponsor; atau suatu perusahaan, oleh otoritas
kompetennya.

180 Jurnal RechtsVinding, Vol. 8 No. 2, Agustus 2019 hlm. 167–183


Volume 8, Nomor 2, Agustus 2019

Pengaturan lain adalah terkait kerahasiaan pantai. Pengaturan tersebut juga ditujukan
informasi, atau larangan terhadap penerima untuk menjaga wilayah Indonesia dari dampak
izin khususnya dalam memberikan informasi kerusakan lingkungan yang potensial timbul
kepada pihak lain karena informasi terhadap akibat kegiatan eksplorasi dan eksploitasi
pelaksanaan harus menjadi informasi khusus tersebut.
yang hanya bisa diakses oleh negara sponsor Berdasarkan kondisi tersebut maka
dan ISA. Larangan juga harus di berikan sebaiknya dilakukan perubahan Undang-
apabila pemohon melakukan pertambangan Undang Minerba yang memasukkan terkait
diluar dari permohonan izin yang diajukan. kewenangan untuk menjadi negara sponsor.
Pengaturan kewenangan instansi yang Pengaturan kewenangan tersebut harus
akan menerima dan memeriksa permohonan. dimunculkan di tingkat Undang-Undang. Selain
Sehingga menjadi jelas penangguang jawab itu juga perlu menentukan bentuk izin yang
atas permohonan yang diajukan, dan juga diberikan sebagai negara sponsor. Perluasan
akan melakuka pemeriksaan terhadap wilayah jangkauan Undang-Undang Minerba
syarat administratif, menentukan apakah akan merubah politik hukum yang awalnya
permohonan diterima atau tidak dan hanya melaksanakan Pasal 33 Undang-
mengeluarkan izin pertambangan, instansi Undang Dasar Republik Indonesia tahun 1945
juga diberikan kewenangan melakukan tentang penguasaan negara atas sumber daya
pengawasan terhadap kegiatan pertambangan alam di Indonesia, yang kedepannya berubah
serta berwenang melakukan pembatalan izin. diperluan sebagai negara yang menjalankan
Pengaturan tersebut merupakan peng­ prinsip hukum internasional yaitu prinsip
aturan minimum yang dapat diatur dalam warisan bersama ummat manusia (Common
undang-undang, untuk pengaturan teknis Heritage of Mankind).
seperti tata cara pemeriksaan permohonan Sehubungan dengan telah ada negara
atau teknis pengawasan dapat didelegasikan yang mengajukan permohonan Indonesai
melalui peraturan teknis seperti peraturan sebagai negara sponsor dan mengantisipasi
pemerintah karena akan melibatkan beberapa pengaturan permohonan selanjutnya maka
kementerian. diusulkan untuk dapat segera melakukan
perencanaan pembentukan Undang-Undang,
D. Penutup termasuk penyusunan naskah akademik dan
Dari kajian tersebut diatas maka dapat penyusunan Rancangan Undang-Undang
disimpulkan Perlu untuk diatur mengenai Perubahan Atas Undang-Undang Minerba.
Eksplorasi dan Eksploitasi Area Dasar Laut
Internasional sehingga menjadi dasar Daftar Pustaka
dalam mengatur mekanisme atau tata cara Buku
Indonesia menjadi Negara Sponsor apabila Askin, Mohammad, Aspek Yuridis Pengelolaan
terdapat warga negara atau perusahaan yang Sumber Daya Kemaritiman dan Lingkungan
Hidup, Tulisan pada Buku Dinamika
mengajukan permohonan untuk melakukan
Perkembangan Hukum Tata Negara dan
kegiatan di Area Dasar Laut Internasional Hukum Lingkungan, Airlangga University
yang terkait dengan Indonesai sebagai negara Press, Surabaya, 2008

Urgensi Pengaturan Mengenai Eksplorasi dan Eksploitasi Pertambangan ... (M Ilham F Putuhena) 181
Volume 8, Nomor 2, Agustus 2019

Cuyvers, Luc, Whitney Berry, Kristina Gjerde, godok-aturan-pengelolaan-sda-dasar-laut-


Torsten Thiele and Caroline Wilhem, Deep internasional, diakses 7 mei 20019.
Seabed Mining A Rising Environmental Heryandi, Kerja sama Internasional Pengelolaan
Challenge, IUCN, Gland Switzerland, in Sea Bed Area Dan Implikasinya Bagi Negara
collaboration with Gallifrey Foundation, 2018 pantai, Jurnal Dinamika Hukum Vol. 13 No. (3
Departemen Kelautan dan Perikanan, Analisa September 2013).
Kebijakan Industri dan Jasa Kelautan Nasional, The PEW caritable trust, A fact sheet from The
(Sekretariat Jenderal DKP: 2006), PEW caritable trust , Deep-sea Mining: The
Ehrenfreud, Pacale, (dkk), “Responsible Space Basics, june 2018, Hlm. 4-5. Lihat: https://
Exploration and Use: Balancing Stake Holder www.pewtrusts.org /en/research-and.../
Interest”, New Space Journal, Space Policy fact-sheets/.../deep-sea-mining-the-basics,,
Institute, Elliot School of International Affairs, diakses 7 Mei 2019.
George Washington University, 2013 Peluang Investasi Migas di Indonesia, https://
Purwaka, T.H., Indonesian Interisland Shipping: www.esdm.go.id/id/media-center/arsip-
An Assessment Of The Relationship Of berita/peluang-investasi-migas-di-indonesia,
Government Policies And Quality Of Shipping diakses 7 Mei 2019.
Services (Ph.D. dissertation, University of Wolfgang Friedman, The Future of The Ocean
Hawaii, 1989) (New York: George Braziller, Inc.,1971),
Marzuki, Peter Mahmud, Penelitian Hukum, ISA, Marine Mineral Resources, https://www.isa.
(Kencana Prenada Media Group: Jakarta, org.jm/files/documents/EN/Brochures/ENG6.
2005) pdf, diakses 8 mei 2019.
Soekanto, Soerjono, Pengantar Penelitian Hukum, International Seabed Authority, https://www.isa.
cetakan III, (UI Press: Jakarta, 2007) org.jm/mining-code, diakses 8 mei 2019.
Yanto, Nur, Memahami Hukum Laut Indonesia, Ilham Putuhena, Ratio Legal Prinsip Penguasaan
Jakarta: Mitra Wacana Media, 2014 Negara Atas Sumber Daya Energi, http://
w w w . p u s h e p . o r. i d / v i e w _ p u b l i k a s i .
Internet php?category=RisetKajian&id=40#.
XTWMxjM3PDc, diakses 22 juli 2019.
Aan Kurnia, S.Sos Laksamana Muda TNI,
Ancaman dan Peluang dalam Menyongsong
Poros Maritim Dunia, http://law.ui.ac.id/v3/
Peraturan Perundang-Undangan
ancaman-dan-peluang-dalam-menyongsong- Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1973 tentang
poros-maritim-dunia/, diakses 6 Mei 2019. Landas Kontinen
Andi Arsana, Batas Maritim untuk Orang Awam, Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1985 Tentang
https://madeandi.com/2014/12/11/batas- Pengesahan United Nations Convention on
maritim-untuk-orang-awam/, diakses 6 Mei The Law of The Sea (Konvensi Perserikatan
2019. Bangsa-Bangsa Tentang Hukum Laut)
Hamid Attamimi, Materi Muatan Peraturan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1983 tentang
Perundang-Undangan, http://jhp.ui.ac.id/ Zona Ekonomi Eksklusif
index.php/home/article/view/1175, diakses 7 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang
mei 2019. Pertambangan Mineral dan Batubara
Budi Purwanto, Asisten Deputi Bidang Hukum Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
dan Perjanjian Maritim Kemenko Bidang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan
Kemaritiman, dalam Seminar nasional Undang-Undang Nomor 32 tahun 2014 tentang
bertajuk ”Seabed Minning Law in Indonesia: Kelautan
Challenges and Opportunities” di Fakultas Peraturan tentang Prospeksi dan Eksplorasi untuk
Hukum Universitas Brawijaya Malang, Jawa Nodules Polimetalik di Area (Regulations on
Timur, Senin, (15/4/2019). Kemenko Maritim Prospecting and Exploration for Polymetallic
godok aturan pengelolaan SDA dasar laut Nodules in the Area)
internasional, https://www.antaranews. Peraturan tentang Prospeksi dan Eksplorasi untuk
c o m / b e r i ta / 8 3 1 7 4 4 / ke m e n ko - m a r i t i m - Sulfida Polimetalik di Daerah (the Regulations

182 Jurnal RechtsVinding, Vol. 8 No. 2, Agustus 2019 hlm. 167–183


Volume 8, Nomor 2, Agustus 2019

on Prospecting and Exploration for Polymetallic


Sulphides in the Area).

Urgensi Pengaturan Mengenai Eksplorasi dan Eksploitasi Pertambangan ... (M Ilham F Putuhena) 183

Anda mungkin juga menyukai