Anda di halaman 1dari 94

Mata Kuliah:

Wawasan Kemaritiman
(UHO 6207)
Ruang lingkup & pokok bahasan, Wawasan Kemaritiman

Kuliah ke Pokok Bahasan Ruang lingkup


I Definisi maritim, kepulauan dan 1. Martim dan
nusantara kemaritiman
2. Negara Kepulauan
3. Definisi Nusantara
II Sejarah kemaritiman Indonesia 1. Bukti sejarah
2. Bukti arkeologis
III Aspek sosial dan buadaya maritim 1. Peradaban maritim
2. Sumber daya manusia
3. Masyarakat pesisir
Pokok Bahasan (lanjutan)
Kuliah Pokok Bahasan Ruang lingkup
ke
IV Ekonomi maritim 1. Industri dan jasa sumberdaya maritim
2. Potensi sumber daya perikanan
V Ekonomi maritim 3. Sumberdaya migas dan mineral
(lanjutan) 4. Parawisata bahari
VI Zona ekonomi ekslusif 1. Pengertian zona ekonomi eklusif (ZEE)
2. Cakupan ZEE
3. Hak dan kewajiban negara di ZEE
VII Lingkungan Maritim 1. Ekosistem di laut
2. Pemanfaatan lingkungan maritim
VIII Ilmu da teknologi 1. Pengenalan teknologi bidang maritim
maritim 2. Potensi dan tantangan riset maritim
3. Riset laut ilegal
Pokok bahasan (lanjutan)
Kuliah Pokok Bahasan Ruang lingkup
ke
IX Potensi dan mitigasi 1. Potensi bencana di laut
bencana di laut 2. Mitigasi bencana
X Pelayaran dan aktivitas 1. Pengertian hak pelayaran
kenelayanan 2. Kenelayanan; hak-hak di
berbagai zona maritim
XI Polisi laut 1. Pengertian pencemaran laut
2. Berbagai bentuk pencemaran
laut
3.Pengaturan pencemaran laut
XII Pertanahanan dan 1.Batas maritim
kemanan maritim 2.Alur laut kepulauan
3.Sengketa laut internasional
Pokok bahasan (lanjutan)

Kuliah ke Pokok bahasan Ruang lingkup


XIII Negara maritim 1. Konsep negara martim
2. Syarat-syarat negara maritim
3. Peran Indonesia
4. Pengaturan negara maritim
XIV Peranan Ideologi 1. Sumberdaya Maritim (migas,
dalam Pengelolaan mineral, pariwisata)
Sumberdaya 2. Pengelolaan sumberdaya maritim
Maritim (Migas,
mineral, pariwisata)
Referensi :

1. Membangun budaya maritim dan kearifan


lokal di Indonesia: perspektif angkatan laut,
oleh: Laksamana TNI Agus Suhartono, S.E
2. Membangun negara maritim dalam
perspektif ekonomi, oleh: Prof. DR. Dimyati
Hartono, S.H
3. IUU Fishing dan peraturannya
4. UU RI No. 31 Tahun 2004 dan UU RI No. 45
Tahun 2009 tentang peubahan atas UU No.
31 Tahun 2004 tentang perikanan
Referensi(lanjutan)

5. Jurnal ekonomi maritim Indonesia, Oleh :


Universitas Maritim Raja Ali Haji
6. UU RI No. 5 Tahun 1983 tentang ZEE
Indonesia
7. PP RI No. 15 Tahun 1984 tentang
pengeolaan sumberdaya alam hayati di ZEE
Indonesia
8. PP No. 21 Tahun 2010 tentang perlindungan
lingkungan maritim
Referensi(lanjutan)

9. Produk-produk dari International maritime


organization
10. Pemberdayaan sumberdaya kelautan,
perikanan dan perhubungan laut dalam
abad 21, oleh : Prof. Tridoyo Kusmastanto
11. UU No. 29 Tahun 2007 tentang
pengelolaan wilayah pesisir dan PPK
12. IMI-Indonesian maritim institut
13. PP No. 21 Tahun 2010 tentang
perlindungan negara maritim
Referensi (lanjutan)

14. Konsep negara maritim dan ketahanan


nasional
15. Indonesia negara maritim, oleh : Karya
Wahono, Penerbit Teraju
16. UU No. 22 Tahun 1999 yang telah dirubah
menjadi UU No. 32 Tahun 2004 tentang
pemberian kewenangan PEMDA
I. PENDAHULUAN
1.1 Pengertian Maritim Dan Kemaritiman
 Maritim (maritime – bahasa Inggris) = navigasi atau
bahari
 Pemahaman maritim adalah segala aktivitas pelayaran
dan perniagaan/perdagangan yang berhubungan dengan
kelautan atau yang disebut dengan pelayaran niaga,
sehingga maritim adalah berkenaan dengan laut dan
berhubungan dengan pelayaran dan perdagangan laut.
 Pengertian kemaritiman adalah menunjukkan kegiatan di
laut yang berhubungan dengan pelayaran dan
perdagangan.
Lanjutan .......
 Kegiatan di laut yang menyangkut eksplorasi, eksploitasi atau
penangkapan ikan bukan merupakan kemaritiman
 Berdasarkan terminologi, kemaritiman adalah mencakup
ruang/wilayah permukaan laut, pelagik dan mesopelagik yang
merupakan daerah subur dimana didaerah ini terdapat kegiatan
seperti penangkapan, pariwisata, lalulintas, pelayaran dan jasa-jasa
kelautan.
 Laut merupakan kumpulan air asin yang luas sekali dipermukaan
bumi yang memisahkan pulau dengan pulau, benua dengan benua.
Misalnya Laut Jawa, Laut Merah.
 Lautan (= samudra) – ocean (bahasa Inggris) merupakan laut yang
luas sekali. Seperti lautan atlantik (Atlantic Ocean – Samudra
Atlantik), Lautan Pasifik (Pasific Ocean – Samudra Pasifik).
Lanjutan.......
 Konvensi Hukum Laut PBB (UNCLOS) 1982, tidak memberikan definisi
tentang laut atau “SEA” secara jelas. Tetapi definisi LAUT mencakup
pengertian sangat luas, seperti SEA BED and SUBSOIL, collisions at sea
‘ocean’ (misalnya ocean floor, ocean space, oceanography, oceanologi),
MARINE (misalnya: MARINE activities, MARINE scientific research,
MARINE environment, MARINE life, MARINE mammals, MARINE
transmissions), MARITIME (misalnya: MARITIME causalty, MARITIME
traffic).
 Istilah KELAUTAN dipakai karena istilah ini lebih luas dan bersifat publik dari
pada menggunakan istilah KEMARITIMAN, sehingga pengertian laut dan
KELAUTAN dalam kamus tersebut tidak menunjuk kepada Konvensi PBB
tentang hukum laut 1982 (UNCLOS).
 Pengertian KELAUTAN secara terminologi mencakup aspek yang sangat luas
yaitu termasuk ruang/wilayah udara di atas permukaan air laut, pelagik (dari
permukaan sampai 200 m kolom air), mesopelagik (pelagik sampai kedalaman
500 m), abisal (kedalaman 500 – 700 m) hingga mencapai dasar laut (under the
sea) yang dikenal sebagai landas kontinen.
1.2 Negara Kepulauan Indonesia
 Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) terdiri dari 17.508 pulau
beserta segenap air laut disekitarnya sampai sejauh 200 mil dari garis
pangkalnya. Zona pesisir, landas benua, lereng benua, cekungan samudra di
bawahnya dan udara di atasnya (Dewan Hankamnas & BPPT, 1996; 12).
 NKRI terbentang dari 92⁰ BT sampai dengan 141⁰ BT dan dari 7 ⁰20’
LU sampai dengan 14⁰ LS merupakan Negara Kepulauan terbesar di
dunia yang terdiri dari:
(1). 5.707 pulau yang telah diberi nama dan 11.801
pulau yang belum bernama,
(2). Luas perairan 3,1 juta km², luas perairan nusantara
2,8 juta km², luas laut territorial 0,3 juta km² dan
luas perairan ZEE 2,7 juta km²,
(3). Panjang seluruh garis pantai 80.791 km (43.670 mil),
panjang garis dasar 14.698 km (7.945 mil).
Lanjutan......
 NKRI sebagai Negara Kepulauan mempunyai kompleksitas dalam
karakteristik cuaca dan iklim (meteorologi dan klimatologi), keadaan
perairan laut (oseanografi), serta tatanan kerak bumi (geologi) yang
menyebabkan perbedaan potensi sumberdaya alam hayati dan nonhayatinya
dengan massa bumi (benua) lainnya.
 Bagian dalam kawasan barat tersusun oleh pulau-pulau utama Sumatera,
Jawa, dan Kalimantan yang merupakan sistem paparan Sunda dengan
kedalaman dasar laut sampai sekitar 200 m. Kearah Timur terletak Selat
Makassar, Laut Bali, Laut Flores yang merupakan zona transisi antara sistem
Paparan Sunda dengan sistem Laut Banda.
 Di ujung bagian Timur Negara Kepulauan Indonesia ditempati oleh sistem
Laut Banda yang merupakan laut dalam dengan kedalaman 1.000 – 6.000 m
yang dikelilingi oleh Pulau Sulawesi di bagian barat, gugusan pulau-pulau
Sula dan Seram di utara, rangkaian gunung api di selatan dan timur
 Di bagian selatan ditandai oleh gugusan kepulauan gunung api aktif NTB-
NTT yang relatif kecil.
Lanjutan......
 Bagian luar wilayah maritim Indonesia sebagian besar membentuk tepi benua
konvergen aktif, terdiri dari Samudra Hindia (selatan – barat) dan Samudra
Pasifik (timur laut), Laut Sulawesi (utara) serta Laut Cina Selatan (barat laut).
 Kawasan Barat Wilayah Maritim Indonesia (WMI) memanjang dari pantai
barat Sumatera sampai pantai timur Kalimantan Timur, berciri sistem
Samudra Hindia (bagian luar WMI), memanjang dari bagian barat Sumatera
sampai ke selatan Sumba, serta sistem Laut Jawa yang merupakan sistem
perairan Sunda pada sebagian besar perairan Indonesia pada bagian dalam
WMI.
 Kawasan Timur WMI memanjang dari pantai bagian timur Kawasan Timur
WMI sampai pada batas paling timur dari wilayah yuridiksi Indonesia. Pada
bagian luarnya ditempati oleh tepi benua Australia (laut Timor dan Laut
Arafura) di bagian selatan. Laut Karolina dan Samudra Pasifik di bagian
timur dan Laut Sulawesi di bagian utara. Sedangkan bagian dalam ditempati
oleh Laut Flores di bagian barat, Laut Banda di bagian timur dan Laut
Maluku di bagian paling utara.
Lanjutan......
 Secara umum WMI diapit oleh dua samudra yaitu Samudra Hindia dan
Samudra Pasifik dan dua benua yaitu Benua Australia dan Benua Asia
yang dilalui ekuator geografis dan meteorologis, serta merupakan
pertemuan antara tiga lempeng kerak bumi (Eurasia, Indo-Pasifik dan
Pasifik). Perairan WMI diperkirakan mempunyai potensi sumberdaya
hayati seperti ikan dan rumput laut maupun nonhayati seperti mineral
dan gas bumi, serta sumberdaya laut lainnya.
 Ditinjau dari sudut pandang geologi kelautan, pakar kebumian (Earth
Scientists) sepakat bahwa WMI adalah merupakan salah satu
laboratorium alam yang terlengkap di dunia. Para pakar kebumian
Internasional banyak menggunakan proses geologi yang terjadi di
WMI saat ini sebagai suatu acuan untuk menjelaskan proses
pembentukan jalur pegunungan yang berlangsung ratusan juta tahun
yang lalu. Acuan ini merupakan kunci untuk memahami proses-proses
yang berlangsung pada masa silam
1.3 Wawasan Nusantara
 WMI sebagai aktualisasi Wawasan Nusantara dalam dimensi
kehidupan nasional mencakup kehidupan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara. Aktualisasinya dalam kehidupan bermasyarakat
adalah kehidupan bersama yang saling berinteraksi antara orang-
orang dalam suatu kelompok, dimana setiap orang atau pihak yang
berkepentingan terhadap pihak lainnya saling mempunyai kewajiban.
 Kehidupan berbangsa adalah kehidupan yang berkaitan dengan
penyaluran aspirasi dan upaya mewujudkan cita-cita bangsa yang
dilandasi oleh nilai-nilai luhur bangsa. Pemerintahan Negara sesuai
tugasnya mempunyai kewenangan untuk mengatur seluruh warga
negara dan penyelenggara negara. Oleh karena itu, kehidupan
bernegara merupakan kehidupan yang didasari oleh keharusan atas
kesadaran untuk mentaati secara konsekuen aturan-aturan yang
dikeluarkan oleh negara.
Lanjutan ......
 WMI sebagai aktualisasi Wawasan Nusantara mengandung tiga unsur,
yaitu: (1). wadah, (2). isi dan (3). tata laku.

(1). Wadah
 Wadah konsepsi WMI berbentuk Wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang meliputi daratan, lautan dan udara yang didalamnya
mencakup wilayah laut nusantara, wilayah laut territorial, serta wilayah
laut landas benua dan ZEE sebagai hak kedaulatan dan yuridiksi nasional.
 Bentuk dan wujud daerah WMI terletak di posisi silang antara Samudra
Pasifik dan Samudra Hindia serta Benua Asia dan Benua Australia yang
merupakan satu kesatuan utuh menyeluruh.
 Daerah WMI didayagunakan untuk kepentingan nasional dalam
mewujudkan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, dimana
kedaulatan berada di tangan rakyat, kekuasaan pemerintah dibatasi oleh
undang-undang serta sistem pemerintahan konstitusional.
Lanjutan .......
(2). Isi
 Unsur Isi WMI mencakup cita-cita bangsa Indonesia yang bertujuan

mewujudkan kesejahteraan dan keamanan bagi seluruh bangsa


Indonesia, serta turut mewujudkan kebahagian dan perdamaian bagi
seluruh umat manusia. Konsepsi WMI juga bertujuan mewujudkan
kesatuan di dalam semua aspek kehidupan nasional, baik alamiah
maupun sosial.
 Bangsa Indonesia dalam pendayagunaan WMI bercita-cita
mewujudkan Negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat,
adil dan makmur, modern, mandiri dan unggul dalam ilmu
pengetahuan dan teknologi kebumian, teknologi kelautan dan
teknologi kedirgantaraan.
 Hal penting dari Isi WMI adalah pendayagunaan WMI didasarkan

pada persatuan dan kesatuan, kesejahteraan dan keamanan, serta


konsultasi dan kerjasama.
(3). Tata laku
 Tata laku merupakan proses atau hasil interaksi antara wadah dan isi

yang meliputi tata laku lahiriah dan tata laku batiniah. Tata laku
batiniah mencerminkan kepribadian bangsa dalam pendayagunaan
WMI yang dijiwai oleh sikap mental bangsa yang luhur dan terpuji.
 Tata laku lahiriah tercermin dalam tata perencanaan, tata pelaksanaan

dan tata pengawasan penyelenggaraan dan pengaturan WMI yang


berdasarkan kesejahteraan dan keamanan, konsultasi dan kerjasama.
 Tata laku selain mempengaruhi pembentukan aspirasi masyarakat

dalam pendayagunaan WMI, juga merupakan perwujudan segenap


potensi, sumberdaya dan sarana, baik kemampuan fisik maupun non
fisik yang dimiliki bangsa. Untuk itu, geopolitik WMI harus
senantiasa memperhatikan ciri-ciri dan kondisi serta konstalasi
geografi dan geologisnya, serta perkembangan lingkungan strategis,
baik lingkup nasional maupun internasional.
II. SEJARAH KEMARITIMAN INDONESIA
2.1 Pengantar
 Sejarah telah menunjukkan bahwa bangsa Indonesia yang mencintai

laut sejak dahulu merupakan masyarakat maritim. Dalam catatan


sejarah, terekam bukti-bukti bahwa nenek moyang bangsa Indonesia
menguasai lautan nusantara, bahkan mampu mengarungi samudra
luas sampai ke pesisir Madagaskar dan Afrika Selatan
 Fakta prasejarah Cadas Gua yang terdapat di pulau-pulau Muna,

Seram dan Arguni yang diperkirakan berasal dari 1000 tahun SM


dipenuhi dengan lukisan perahu-perahu layar. Juga ditemukan
beberapa artefak suku Aborigin di Australia yang diperkirakan berasal
dari 2500 tahun SM serupa yang ditemukan di Pulau Jawa. Kenyataan
ini memberikan indikasi bahwa jauh sebelum gelombang migrasi dari
Indochina yang datang ke Indonesia, nenek moyang bangsa Nusantara
sudah berhubungan dengan suku Aborigin di Australia lewat laut.
Lanjutan .......
 Bangsa Indonesia dengan karakteristik sosial budaya
kemaritiman, bukanlah merupakan fenomena baru. Fakta
sejarah menunjukkan bahwa fenomena kehidupan
kemaritiman, pelayaran dan perikanan beserta kelembagaan
formal dan informal yang menyertainya merupakan
kontinuitas dari proses perkembangan kemaritiman
Indonesia masa lalu.
Proses perkembangan tersebut memberi gambaran tentang
bagian-bagian masa yang lebih maju dari pada masa
sebelum atau sesudahnya.
Lanjutan .....
 Munculnya kerajaan-kerajaan Maritim Nusantara yang
berdaulat dengan sistem pertahanan keamanan yang
ampuh, tumbuhnya sektor-sektor ekonomi kemaritiman
terutama pelayaran dan perikanan, aplikasi pengetahuan
dan teknologi kelautan yang ada serta diberlakukannya
kebijakan dan hukum perundang-undangan laut merupakan
hasil kreatifitas inovatif lokal. Kesemuanya adalah prestasi
masyarakat maritim masa lalu yang harus diapresiasi
setinggi-tingginya oleh generasi sekarang, dimana prestasi
itu potensial dijadikan rujukan pembelajaran bagi rekayasa
perkembangan masyarakat dan kebudayaan maritim
Indonesia ke depan. “Belajarlah sejarah, maka engkau jadi
bijak”.
Lanjutan .....
 Keperkasaan dan kejayaan nenek moyang kita di laut
haruslah menjadi penyemangat generasi sekarang dan yang
akan datang. Bentuk implementasinya pada masa kini,
bukan hanya sekedar berlayar, tetapi bagaimana bangsa
Indonesia yang wilayahnya dua pertiga adalah lautan dapat
dimanfaatkan demi kesejahteraan dan pembangunan
bangsa.
2.2 Kerajaan-Kerajaan Maritim Indonesia
 Sejarah perjalanan bangsa mencatat bahwa ada dua kutub
kekuasaan kerajaan maritim yang menjadi soko guru Negara
maritim nusantara. Keduanya adalah Sriwijaya yang didirikan
pada abad ke-7 hingga abad ke-13 Masehi dan Majapahit pada
abad ke-13 hingga abad ke-16 Masehi. Bersamaan dengan itu, di
Wilayah Timur Nusantara muncul pula Kerajaan Gowa sebagai
kerajaan maritim besar yang dibuktikan dengan adanya ekspansi
kekuasaan dari berbagai kerajaan di Sulawesi Selatan, bahkan di
Nusantara bagian Timur seperti Kerajaan Wolio di Buton, Bima
di Sumbawa, Banggai dan Gorontalo di Sulawesi bagian Timur
dan Utara, dan lain-lainnya ditambah dengan keperkasaan dan
kepiawaian pelaut-pelaut Bugis Makassar dalam mengarungi
samudera yang terkenal dan dikagumi seantero nusantara.
Lanjutan .....
 Beberapa kerajaan maritim Nusantara yang pernah tumbuh
dan berjaya: (1). Kerajaan Tarumanegara di Tanjung Priok
Jakarta abad ke-3 hingga tahun 690 M, (2). Dinasti
Sanjayawangsa dan Chailendrawangsa yang menguasai
Jawa Tengah abad ke-7 hingga abad ke-10, (3). Kerajaan
Darmawangsa di Jawa Timur tahun 991 – 1016 M, (4).
Kerajaan Melayu Srivujaya (Sriwijaya) masa pemerintahan
Balaputradewa dan Dharmaphala di Sumatera Selatan abad
ke-8 hingga abad ke-9 M, (5). Kerajaan Samudera Pasai
tahun 1225-1523 M, (6). Kerajaan Banten tahun 1481-1531
M, (7). Kerajaan-kerajaan di bagian Timur Nusantara pada
abad ke-17.
2.2.1 Kerajaan Sriwijaya
 Puncak kejayaan Kerajaan Sriwijaya adalah sekitar abad

ke-9 antara tahun 833-836 M pada masa pemerintahan


Balaputradewa yang memiliki orientasi pembangunan
ekonomi maritim dan menguasai perdagangan di Selat
Malaka bahkan Asia Tenggara dan juga telah mampu
membuka jalur perdagangan dengan Cina dan India.
Setelah runtuhnya kerajaan Fu Nan di Champa (Kamboja),
wilayah kekuasaan Sriwijaya meliputi sebagian besar
wilayah barat Nusantara dengan ibu kota pemerintahannya
di sekitar Palembang Sumatera Selatan.
Lanjutan ......
 Kerajaan Sriwijaya terdiri atas tiga zona utama,
(1). Daerah ibukota muara yang berpusat
di Palembang,
(2). Lembah sungai Musi yang berfungsi sebagai
daerah pendukung,
(3). Daerah-daerah muara saingan yang mampu
menjadi pusat kekuasaan saingan.

 Ibukota diperintah langsung oleh seorang penguasa (raja), sementara


daerah pendukung tetap diperintah oleh tokoh lokal. Wilayah hulu
sungai Musi sangat kaya akan berbagai komoditas dagang Sriwijaya.
Tiongkok merupakan negara tujuan utama ekspor dan telah menjalin
hubungan diplomatik sejak awal berdirinya kerajaan Sriwijaya.
Lanjutan ......
 Sebagai pusat kerajaan maritim, Sriwijaya mempunyai
beberapa produk unggulan, diantaranya: pala, cengkeh,
kapulaga, pinang, kayu gaharu, kayu cendana, gading,
timah, emas, perak, penyu serta beraneka rempah-rempah
yang dibeli oleh pedagang dari Cina, India, Arab dan
Madagaskar. Seringkali barang-barang tersebut dibarter
dengan kain, procelen dan barang-barang gerabah. Sebagai
bangsa maritim Sriwijaya telah mampu menguasai pangsa
pasar Asia bahkan pembangunan kanal ekonomi tiga arah
(Nusantara-Cina-India) telah menjadi saksi sejarah bahwa
mayoritas dari produk domestik dunia dapat dikuasai oleh
kerjasama tiga negara tersebut.
Lanjutan.......
 Kebesaran kerajaan Sriwijaya itu dibuktikan dengan
berbagai penemuan prasasti, diantaranya adalah Kedukan
Bukit (683 M) di Palembang, prasasti Talang Tuwo (684 M)
di sebelah barat Palembang, prasasti Kota Kapur (686 M) di
bagian barat Pulau Bangka dan prasasti-prasasti lain yang
ditemukan di Palembang dan Jambi. Penemuan berbagai
bukti sejarah keberadaan Sriwijaya ini sangat penting untuk
mengetahui perjalanan panjang dan mata rantai sejarah
nusantara khususnya mengenai kemaritiman.
2.2.2 Kerajaan Majapahit
 Di Pulau Jawa terdapat Kerajaan Majapahit yang mencapai
puncak kejayaannyapun berdasarkan visi maritimnya.
Wilayah kekuasaannya merupakan sebaran kerajaan
bawahan yang memiliki pelabuhan dan komoditas dagang
vital terutama beras. Kapal-kapal dan pelaut-pelaut Jawa
tercatat dalam kronik-kronik di mancanegara (Sukodaya,
Thailand dan Pegu-Myanmar) sebagai manifestasi kejayaan
Negara maritim Majapahit yang juga menjadi pusat budaya
dan peradaban di nusantara. Selain itu, kekuatan
maritimnya merupakan modal dasar untuk melakukan
kolonisasi, ekspansi dan penetrasi budaya dizaman tersebut.
Lanjutan......
 Kekuasaan Majapahit meliputi hampir seluruh wilayah Indonesia saat
ini, termasuk daerah-daerah Sumatera di bagian barat dan di bagian
timur, termasuk Maluku serta sebagian Papua dan beberapa Negara
Asia Tenggara seperti Champa, Malaysia, Singapura, Siam, Birma
bagian selatan, dan Vietnam. Majapahit juga menjalin hubungan
bilateral dengan pemerintah Cina serta memiliki beberapa duta besar
serta diplomat di Cina.
 Puncak kebesaran Majapahit dicapai pada saat pemerintahan Raja
Hayam Wuruk dan Mahapatih Gajah Mada pada pertengahan abad ke-
14.
 Mahapatih Gajah Mada adalah tokoh pelopor persatuan nusantara
dengan Sumpah Bhakti Persadanya yang dikenal dengan nama
Sumpah Palapa dihadapan majelis tinggi Kerajaan Majapahit ketika
beliau diangkat menjadi Patih Mangubumi Majapahit pada tahun
1336 M.
Lanjutan ......
 Teks Sumpah Palapa ditemukan dalam Kitab Kuno Pararaton
yang berbunyi: “ Sira Gaja Mada Patih Amangkubhumi tan ayun
amuktia palapa, sira Gajah Mada; Lamun huwus kalah
nusantara isun amukti palapa, lamun kalah ring Gurun, ring
Seram, Tanjung Pura, ring Haru, ring Pahang, Dompo, ring
Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, samana isun amukti palapa
(Beliau Gajah Mada Patih Amangkubhumi tidak ingin
melepaskan puasa, Beliau Gajah Mada; Jika telah mengalahkan
nusantara, saya (baru akan) melepaskan puasa, Jika
mengalahkan Gurun, Seram, Tanjung Pura (Kalimantan Barat),
Haru (Karo, Sumatera Utara), Pahang (Semenanjung Melayu),
Dompo (Sumbawa), Bali, Sunda (Jawa Barat), Palembang,
Tumasik (Singapura), demikianlah saya (baru akan) melepaskan
puasa)”.
Lanjutan ......
 Dalam berbagai penelitian sejarah Majapahit, memang
lebih banyak ditemukan tulisan tentang kekuatan politik
Majapahit daripada kekuatan ekonominya. Namun
demikian, Majapahit sebagai Negara maritim memiliki
wibawa dan kekuasaan yang luar biasa di Asia Tenggara
karena kemajuan peralatan perang armada lautnya. Apa
yang dilakukan oleh Patih Gajah Mada merupakan sikap
yang memiliki implikasi yang menyangkut strategi dan
kebijakan kerajaan dalam pengelolaan serta pemanfaatan
laut utamanya dalam masalah transportasi serta pertahanan
wilayah Majapahit sebagai pusat kerajaan yang harus
mampu mengkoordinasi negeri kekuasaannya serta
melindungi diri dari serangan musuh.
2.2.3 Kerajaan Gowa
 Kerajaan maritim nusantara bagian timur adalah Kerajaan
Gowa (1548-1669) dan kedua Kesultanan Ternate dan Buton
yang kurang lebih sezaman dengan Kerajaan Gowa (Schoorl,
1985). Kerajaan Gowa mulai mengalami pertumbuhan sejak
tahun 1548 dan mencapai puncaknya tahun 1669.
 Kerajaan Maritim Gowa berpusat di kota pelabuhan Somba
Opu menjalin hubungan kerjasama dengan kota-kota dagang
lainnya di Asia Tenggara, seperti Siam, Pegu, Malaka dan
Banten. Kerajaan ini mencapai puncak kejayaannya sebagai
salah satu kerajaan maritim penting di Asia Tenggara dan
terkuat di Nusantara bagian timur pada abad ke-16
Lanjutan ......
 Langkah-langkah penting Raja Gowa untuk membangun
kerajaan maritim ini adalah :
(1). Mengatur dan menguasai produksi pertanian dan hasil-
hasil hutan di pedalaman untuk komoditi perdagangan
maritim,
(2 ). Menjadikan Somba Opu sebagai tempat pelabuhan
transit utama bagi perdagangan rempah-rempah dari
Maluku,
(3). Menjalin hubungan kerjasama dan diplomatik dengan
kerajaan-kerajaan luar dan menjadikan Somba Opu
sebagai kota internasional,
(4). Membangun angkatan perang dan benteng-benteng
pertahanan pantai, sampai abad ke-17 ada 12 benteng
Lanjutan .....
(5). Meningkatkan penghasilan kerajaan melalui perdagangan,
kontak-kontak dagang dilakukan dengan banyak negara/
kerajaan, jaringan-jaringan perdagangan dikontrol dengan
sangat ketat, undang-undang, sistem cukai, izin tinggal
orang asing.
(6). Membangun sistem birokrasi yang menunjang kegiatan
sosial ekonomi dan politiknya.
 Kerajaan Gowa mulai bangkit dibawah Raja Gowa ke IX Karaeng
Tumaparisi Kallonna. Periode (1512-1548) sangat penting artinya
terutama bagi sejarah kemaritiman Indonesia Timur. Karaeng
Tumaparisi Kallonna yang menjadikan kerjaan Gowa beralih secara
formal dari tradisi birokrasi agraria ke tradisi birokrasi maritim. Karena
itu Raja Gowa ini memindahkan pusat kekuasaan dari pedalaman ke
kawasan pesisir yaitu dari Tamalate ke Somba Opu di Muara Sungai
Jeneberang.
Lanjutan .......
 Perpindahan pusat kekuasaan dan perubahan tradisi kerajaan Gowa
dari kerajaan agraris ke kerajaan Maritim, ditandai dengan
pengangkatan Daeng Pamatte sebagai Sabannare (Syahbandar)
kerajaan Gowa yang pertama.
 Munculnya pelabuhan Makassar tidak terpisahkan dari usaha
kerajaan Gowa membangun diri sebagai kerajaan maritim utama di
Sulaawesi Selatan. Usaha-usaha itu dilakukan antara lain adalah
menguasai daerah-daerah pedalaman Bugis penghasil beras dan
hasil hutan, sehingga terjadi perang atas kerajaan-kerajaan Bugis di
pedalaman sejak abad 15.
 Untuk mewujudkan Somba Opu sebagai pusat perdagangan,
Kerajaan Gowa berusaha menjalin kerjasama dan hubungan
diplomatik dengan kerajaan-kerajaan luar di Nusantara dengan
membangun angkatan perang dan sistem birokrasi pelabuhan yang
handal.
2.3 Sejarah Kemaritiman Bugis Makassar
 Sekitar tahun 1600, jauh sebelum datangnya orang-orang
Belanda, Raja Gowa yang ke-14 I MANGURANGI DG
MANRABIA SULTAN ALAUDDIN mendirikan keraton Somba
Opu, dan disekelilingnya itu berdiam 2000 kepala keluarga
Portugis.
 Orang-orang Makassar pada masa itu amat berani berlayar
mengarungi lautan luas, sehingga orang Portugis menggelar
mereka Celebes De Makassares (orang-orang Makassar yang
ulung dan masyhur). Hal ini diperkuat dengan adanya bukti
dalam buku Lontara Lagaligo pada abad X Sawerigading (putra
Raja Luwu II) sudah melayari negeri-negeri seperti Maluku,
Ternate, Cina, Jawa, Malaka, Asia Tenggara, Kamboja, dan
Madagaskar dengan tujuan mengadakan pelayaran muhibah dan
pengenalan dunia.
Lanjutan ......
 Kehidupan kota Makassar sebagai kota pelabuhan yang dikenal
oleh dunia Internasional sangat erat hubungannya dengan
tumbuhnya satu kerajaan maritim yang dikenal dengan kerajaan
Gowa terutama dalam abad XVI.
 Sebuah sumber Portugis yang dapat dipergunakan sekedar untuk
mengungkapkan bahagian-bahagian gelap dari sejarah ini.
Diterbitkan dalam tahun 1944 oleh Armando Costesao, yaitu
terjemahan dalam bahasa inggris, catatan perjalanan Tom Pires
yang berjudul “SUMAORIENTALE” Dalam tahun 1513. Sumber
itu menyajikan tentang orang Makassar. Dikatakan bahwa orang
Makassar itu telah melakukan perdagangan dengan orang Malaka,
Jawa, Borneo, Siam dan semua negeri-negeri antara Pahan dan
Siam. Orang Makassar itu lebih menyerupai orang Siam. Mereka
adalah bajak-bajak laut yang ulung dengan perahunya yang banyak.
Lanjutan......
Dengan perahu-perahu mereka mengarungi lautan, melakukan
pembajakan sampai teluk Pegu (Pilipina), ke Maluku, ke Banda,
dan semua pulau disekitar pulau Jawa. Disamping itu dikatakan
bahwa banyak pula diantara mereka yang tidak menjadi bajak-bajak
laut itu, terdiri atas pedagang-pedagang cekatan. Mereka
melakukan perdagangan dengan menggunakan perahu layar yang
besar dan bagus bentuknya. Mereka membawa beras yang putih
sekali, juga membawa sedikit emas. Barang-barang dagangan
mereka ditukarkan dengan brentangi-brentangi, bahan-bahan
pakaian, cambay, dan kemenyan. Kaum mereka mempunyai bentuk
tubuh yang bagus-bagus, semuanya memakai keris atau tombak-
tombak yang tajam, semuanya menjelajahi dunia dan semua orang
takut pada mereka. Penyamun-penyamun lainnya tak dapat berbuat
apa-apa untuk melawan sampan-sampan jongka mereka yang
sanggup membela diri.
Lanjutan ....
 Menurut Prof. B.J.O. Schrieke, seorang sarjana sosiologi dan
sejarah bahwa sampai pada permulaan abad ke-16 peranan
Gowa di Nusantara ini belumlah dapat dikatakan berarti.
Perniagaan rempah-rempah di Nusantara ini masih dikuasai
bangsa Melayu dari Malaka dan Johor serta orang-orang dari
Jawa. Keadaan itu berlangsung sampai ditaklukannya
Malaka oleh Aceh yang mulai mengembangkan kekuatannya
di bagian barat Nusantara. Kegiatan perniagaan berpindah ke
pulau Jawa, dimana pengaruh Portugis masih sangat kecil.
Akan tetapi dengan timbulnya persaingan-persaingan antara
negeri-negeri pesisir dengan negeri-negeri pedalaman Jawa
maka akhirnya pusat perniagaan rempah-rempah berpindah
ke Makassar, dan semakin meningkat sesudah tahun 1625.
III. ASPEK SOSIAL DAN BUDAYA MARITIM
3.1 Masyarakat Maritim
 Masyarakat menurut Koentjaraningrat (1980) ialah kesatuan

hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat-


istiadat tertentu yang bersifat kontinu dan yang terikat oleh
suatu rasa identitas bersama. Kesatuan hidup manusia yang
disebut masyarakat ialah berupa kelompok, golongan,
komunitas, kesatuan suku bangsa (ethnic group) atau
masyarakat negara bangsa (nation state). Interaksi yang
kontinu ialah hubungan pergaulan dan kerjasama antar
anggota kelompok atau golongan, hubungan antar warga dari
komunitas, hubungan antar warga dalam satu suku bangsa
atau antar warga negara bangsa. Adat-istiadat dan identitas
ialah kebudayaan masyarakat itu sendiri.
Lanjutan .......
 Masyarakat maritim dipahami sebagai kesatuan-kesatuan hidup
manusia berupa kelompok-kelompok kerja (termasuk satuan-satuan
tugas), komunitas sekampung atau sedesa, kesatuan suku bangsa,
kesatuan administrasi berupa kecamatan, provinsi, bahkan bisa
merupakan negara atau kerajaan, yang sebagian besar atau sepenuhnya
menggantungkan kehidupan ekonominya secara langsung atau tidak
langsung pada pemanfaatan sumberdaya laut (hayati dan nonhayati)
dan jasa-jasa laut, yang dipedomani oleh dan dicirikan bersama dengan
kebudayaan maritimnya.
 Masyarakat maritim di Nusantara, secara ideal dapat dikatakan semua
masyarakat Indonesia termasuk masyarakat maritim, karena penduduk
negara kepulauan ini pada umumnya memiliki wawasan dan gambaran
dunia laut yang luas, pulau-pulau besar dan kecil yang menaburi lautan
tersebut, dan penduduk dengan keragaman etnis menghuni pulau-pulau
yang berjejer dari Sabang sampai Merauke.
Lanjutan .......
 Kebanyakan kelompok suku bangsa di kawasan pantai dan
pedalaman mempunyai cerita rakyat dan mitologi tentang
peradaban laut. Sungai-sungai tertentu diceritakan oleh penduduk
lokal sebagai yang pernah menjadi rute-rute pelayaran masuk
keluarnya perahu dan kapal-kapal besar di zaman mitologi tersebut.
 Gambaran masyarakat pedalaman akan kegiatan ekonomi
kemaritiman tumbuh dari pengetahuan dan apresiasi mereka
terhadap jasa-jasa positif dan nyata masyarakat maritim terhadap
mereka. Dari sejak dahulu, hampir semua penduduk perkotaan dan
pedalaman mengkonsumsi ikan kering, terasi, dan garam yang
dihasilkan oleh penduduk nelayan. Ketika sudah digunakan sarana
pengawetan modern berupa es untuk hasil laut, tangkapan nelayan
terutama berupa ikan segar sudah menjangkau konsumen di
pedalaman.
Lanjutan .........
 Jasa kemaritiman yang tak kalah pentingnya bagi masyarakat
pedalaman ialah jasa pelayaran antar pulau. Sejak dahulu para
pengembara/perantau dan pedagang antar pulau selalu memanfaatkan
jasa perhubungan laut. Kenyataannya dari waktu ke waktu peranan jasa
pelayaran di Indonesia semakin penting dimungkinkan daya
tampungnya lebih besar dan tarif angkutan laut masih selalu lebih
rendah dari pada tarif pesawat.
 Pemanfaatan jasa perikanan dan pelayaran pada gilirannya melibatkan
hubungan fungsional yang timbal balik antara masyarakat pedalaman
dan masyarakat maritim (nelayan dan pelayar). Masing-masing pihak
sadar akan fungsi atau peranannya, sebab bukan hanya penduduk desa
dan kota pedalaman yang memanfaatkan jasa masyarakat nelayan dan
pelayar tetapi masyarakat nelayan dan pelayar yang ada di pesisir dan
pulau-pulau memperoleh bahan pangan, sandang dan papan dari
masyarakat petani dan industri di pedalaman dan kota.
3.2 Karakteristik Sosial Masyarakat Maritim
 Karakteristik sosial masyarakat maritim, dalam hal ini mereka yang
menggantungkan sepenuhnya atau sebagian terbesar kehidupan ekonominya
pada pemanfaatan sumber daya laut dan jasa-jasa laut, ditandai dengan beberapa
ciri sosial yang lebih kompleks dan menyolok dari pada yang mencirikan
masyarakat perkotaan dan pedesaan pedalaman. Ciri sosial dimaksudkan adalah
ciri kehidupan kolektif internal, berhubungan dengan dunia masyarakat luar,
dengan lingkungan hidup flora dan fauna laut, dan dengan lingkungan fisik alam
sekitar.
 Terdapat 6 karakteristik sosial mencolok masyarakat maritim, terutama
masyarakat nelayan dan pelayar, yaitu:
(1). Hubungan dengan dan ketergantungan secara fisik dan psiko-
sosio-budaya pada lingkungan alamnya,
(2). Pemanfaatan lingkungan dan sumber daya laut secara bersama,
(3). Hubungan dengan dan kebutuhan secara mutlak pada
kelembagaan lokal,
(4). Hubungan dengan dan ketergantungan secara mutlak pada pasar lokal,
regional, dan global,
Lanjutan ......
(5). Hubungan dengan dan ketergantungan pada berbagai
pihak berkepentingan dari luar,
(6). Mobilitas geografi yang tinggi dan jaringan
kesukubangsaan yang luas.
Diasumsikan bahwa terbentuknya karakteristik sosial
masyarakat maritim tersebut terkondisikan oleh sifat
lingkungan sumber daya laut pada satu sisi, dan dipengaruhi
secara dominan oleh budaya masyarakat maritim itu sendiri.
 Masyarakat maritim terutama nelayan dan pelayar, merupakan
kesatuan sosial yang sekali menggeluti pekerjaannya akan
terbentuk hubungan menyatu dengan lingkungan alam laut
(biota dan nonbiota) yang dimanfaatkannya dan tidak mudah
meninggalkannya untuk bergeser ke dunia kehidupan di darat.
Lanjutan ......
 Menyatunya dengan lingkungan laut sekaligus melibatkan adaptasi
fisiologi dan psiko-sosio-budaya. Adaptasi fisiologi berupa
penyesuaian pemandangan, penciuman, pendengaran, ukuran rongga
pernapasan, mungkin juga tekanan darah. Adaptasi psiko-sosio-
budaya berupa penyesuaian dengan kondisi laut (badai, ombak, arus,
keteduhan dan ketenangan, iklim dan suhu, keluasan ruang, perilaku
biota laut) yang mereproduksi perasaan dan sikap menyatu dengan
laut, kebebasan bergerak, berpandangan luas, keterbukaan, dan lain-
lain.
 Ketergantungan pada lingkungan laut juga mereproduksi tatanan
komunalisme, yakni paham menyatu dengan dan menganggap laut
dan isinya sebagai subyek-subyek dengan mana mereka berinteraksi
dan mendapatkan berkah, jadi bukan semata sebagai obyek yang
dipelajari dan diketahui sepenuhnya untuk dieksploitasi menurut
kemauan manusia (Palson; 2001).
Lanjutan .......
 Memanfaatkan laut dan isinya secara bersama merupakan ciri sosial
budaya yang umum dan mencolok dari masyarakat maritim, khususnya
nelayan di dunia. Lingkungan laut dan sumber daya perikanan yang
dikandungnya dimanfaatkan dengan berbagai model pengelolaan dan
penguasaan seperti pemilikan komunal, pemilikan keluarga, pemilikan
perusahaan namun dalam sistem pemilikan dan kontrol wilayah laut
yang berlapis-lapis itu justru ditemukan praktik pemanfaatan secara
bebas dan terbuka.
 Dalam wilayah perairan Indonesia, praktik pemanfaatan secara bebas
dan terbuka pada gilirannya telah memicu persaingan terbuka yang
menjurus pada konflik antar pemangku kepentingan dari berbagai asal
dan suku, bangsa, terutama antar nelayan sendiri. Konflik antar
pemangku kepentingan berdampak pada kemiskinan pada pihak-pihak
yang kalah dalam persaingan pada satu sisi, dan kerusakan lingkungan
serta kemerosotan sumber daya perikanan pada sisi lainnya.
3.3 Budaya Maritim
 Dalam kepustakaan antropologi, terdapat tiga spesifikasi kajian
berkaitan hubungan masyarakat dengan lingkungan laut. Pertama:
antropologi maritim (maritime anthropology) yang penekanannya
pada aktivitas kepelayaran dan pengetahuan serta teknologi dan
infrastruktur berkaitan pelayaran (maritime culture)(Pins;
1965;1984). Kedua: antropologi marin (marine anthropology) yang
kajiannya menekankan pada aktivitas pemanfaatan sumber daya
laut (hayati dan nonhayati), terutama penangkapan ikan, serta
berbagai pranata yang berkaitan dengannya antara lain agama dan
kepercayaan, mitologi dan cerita rakyat, seni dan seremoni (marine
culture)(Nishimura; 1976). Ketiga: antropologi penangkapan
ikan/perikanan (anthropology of fishing/fishery) yang menekankan
studinya pada aktivitas, pengetahuan, kelompok kerja, dan sarana
prasarana serta berbagai pranata berkaitan dengannya (Anderson
dan Wadel; 1978)
Lanjutan ..........
(1). Ide/Gagasan
Gagasan/ide dalam budaya maritim (perikanan kenelayanan,
kepelayaran) tentu sangat luas. Berkenaan dengan pemanfaatan sumber
daya dan rekayasa jasa-jasa laut, dalam budaya maritim Bugis, Bajo,
Makassar, Mandar, dan Buton mengakar beberapa gagasan utama
saling terkait yang banyak menjadi pedoman bagi keputusan/pilihan
perilaku usaha nelayan.
 “Menangkap ikan dan hasil laut lainnya merupakan media interaksi

manusia dan lingkungan alam, nmakhluk gaib yang menguasai dan


menjaga sumber daya laut pada lokasi-lokasi tertentu. Perolehan
nelayan merupakan pemberian oleh makhluk gaib dan penguasa laut.
Hubungan yang terjadi diantara manusia/nelayan dan makhluk gaib
dan penguasa laut tersebut adalah hubungan antar subyektif, bukan
hubungan subyek manusia dengan obyek alam yang dikuasai dan
pasif” (Gagasan nelayan kawasan timur Indonesia dan pasifik) .
Lanjutan .......
 “Ikan biota laut bernilai ekonomi lainnya adalah obyek eksploitasi tanpa
batas menurut permintaan pasar ekspor semata, dicari secara terus
menerus dengan meninggalkan daerah-daerah perikanan lama ke daerah-
daerah subur yang baru ditemukan”(Gagasan nelayan modern dan
kapitalis).
 “Kondisi sumber daya perikanan adalah rentan terhadap penangkapan
berlebihan dengan mekanisasi perikanan industrial yang tergantung pada
pasar bebas. Lingkungan dan sumber daya perikanan tidak mampu
memulihkan dirinya sendiri, kecuali harus dilindungi “(Gagasan kaum
saintis, para pakar dan praktisi lingkungan, biota laut).
 “Laut yang luas dengan segala isinya tidak ada orang tertentu
memilikinya, ini ciptaan Allah SWT untuk dimanfaatkan oleh manusia
dengan doa dan usaha keras, dengan teknologi eksploitasi apa saja tidak
akan menghabiskan isi laut kecuali mengurangi populasinya” (Gagasan
nelayan Bugis dan Makassar).
(2). Sistem Pengetahuan
a. Pengetahuan pelayaran:
 Pelaut (pelayar dan nelayan) mutlak
memerlukan dan memiliki pengetahuan tentang
musim, kondisi cuaca dan suhu, kondisi dasar,
dan tanda-tanda alam lainnya untuk
menentukan waktu-waktu kegiatan pelayaran
yang efektif dan menjamin keselamatan di laut.
Masyarakat nelayan dan pelayar di nusantara
ini, misalnya mempunyai pengetahuan tentang
dua tipe musim utama, yaitu musim barat dan
musim timur dengan pola atau karakteristik
masing-masing.
Lanjutan ........
 Perubahan musim, perubahan cuaca dan suhu, kondisi air
laut, kondisi dasar, yang mempengaruhi secara positif atau
negatif bagi aktivitas pelayaran dan ekploitasi sumber daya
perikanan, pelayar dan nelayan berpedoman pada
perangkat pengetahuan mereka tentang tanda-tanda di laut
dan angkasa berupa kilat, awan hitam, bunyi kemudi
perahu, cahaya laut, yang dihubungkan dengan peristiwa
atau hal datangnya angin kencang, angin tornado, adanya
batu karang dan makhluk berbahaya di laut, dan lain-lain.
Pelaut dan nelayan mendasarkan pengetahuannya dengan
indra penglihatan, pendengaran, penciuman, firasat dan
keyakinan.
Lanjutan ......
 Berdasarkan pengalaman dan warisan pengetahuan, pelayar
dan nelayan mempunyai perangkat-perangkat pengetahuan
tentang lokasi-lokasi berbahaya, seperti selat-selat dimana
banyak pusaran air, tempat-tempat berdiam banyak hiu,
gurita dan paus. Pengetahuan tentang tempat-tempat
keramat dihuni hantu-hantu laut, demikian juga tempat-
tempat aman untuk dilalui dan beristirahat. Khusus bagi
nelayan, mereka juga mempunyai pengetahuan tentang
kondisi dasar (dalam, dangkal, berpasir, berlumpur, berbatu-
batu, rata, landai, curam) dan kondisi air laut (berombak
dan berarus). Pengetahuan seperti ini diperlukan bagi
pilihan penggunaan tipe-tipe alat tangkap.
Lanjutan ......
 Berbeda dengan nelayan dan pelayar serta petambak di
kawasan pesisir dan pulau-pulau yang kebanyakan
menggunakan pengetahuan tradisional, kelompok-
kelompok awak perikanan dan pelayaran modern, kesatuan
angkatan laut, peneliti dan praktisi laboratorium dan
museum biologi laut pada umumnya menggunakan
pengetahuan sains dan teknologi komunikasi pelayaran
yang canggih (kompas, ramalan cuaca, radar, GPS,
pemancar radio dan televisi, telepon, dan sebagainya).
b. Pengetahuan tentang lingkungan dan sumber daya laut
 Terdapat dua kategori besar pengetahuan masyarakat
maritim tentang lingkungan dan sumber daya laut (hayati
dan nonhayati), yakni; pengetahuan tentang jenis/spesis
bernilai ekonomi dan ilmiah serta kelestarian ekonsistem
semata, dan pengetahuan tentang kondisi populasi dan
perilaku serta tempat/lokasinya.
 Nelayan mempunyai klasifikasi pengetahuan lokal seperti:
Jenis ikan karang yang bernilai ekonomi, jenis udang laut
atau lobster yang merupakan komoditas ekspor andalan,
jenis-jenis tripang yang mahal harganya, penyu, hiu,
siput/kerang, akar bahar, rotan laut dan agar-agar merupakan
tangkapan utama nelayan untuk diekspor sejak abad ke-16.
c. Pengetahuan tentang perilaku ikan
Pengetahuan tentang perilaku ikan yang menjadi tangkapan
utama nelayan dapat dicontohkan pada beberapa masyarakat
nelayan di dunia, misalnya:
(1).Nelayan penangkap zalm di Amerika Tengah dan Canada
mengetahui persis pola perkembangbiakan dan musim migrasi ikan
zalm dari sungai-sungai besar ke laut lepas kemudian kembali lagi ke
habitat utamanyadi sungai-sungai besar,
(2).Nelayan karapu dari Pulau Sembilan (Sinjai) mengetahui pola
perkembangbiakan, tempat-tempat, musim dan saat munculnya ikan
karapu di perairan gugusan karang Pulau Sembilan,
(3).Nelayan tahu jenis-jenis ikan suka hidup di air dalam atau dangkal,
di dasar berpasir atau berlumpur, di habitat terumbu karang dan
padang lamun serta hutan mangrof atau muara-muara sungai. Nelayan
mengetahui pula saat muncul dan menghilangnya ikan-ikan tertentu.
Lanjutan .....
(4). Nelayan Eropa mengetahui pola perilaku ikan haring
(ikan berkelompok besar) di laut lepas Atlantik. Nelayan
Jaawa dan Madura, Bugis (Mandar), dan Makassar
mengetahui pola perkembangbiakan dan rute-rute migrasi
ikan layang yang melalui perairan pantai Utara Jawa dan
Selat Makassar.
(5). Nelayan Mandar dan Galesong (Makassar) mengetahui
lokasi-lokasi dan pola perkembangbiakan ikan terbang.
Menurut nelayan, jenis-jenis layang dan ikan terbang hanya
suka hidup di air laut yang kadar garamnya tinggi.
d. Nelayan juga mempunyai pengetahuan tentang lokasi
dan letak rumah ikan di laut.
 Dibandingkan dengan pengetahuan komunitas saintis dari
berbagai bidang ilmu (biologi laut, ilmu perikanan,
kelautan), klasifikasi pengetahuan nelayan lokal tradisional
adalah miskin. Hal ini disebabkan nelayan hanya perlu
memberi nama pada jenis-jenis ikan dan biota lainnya yang
bernilai ekonomi dan berbahaya, bermakna simbolik, dan
berfungsi praktis bagi kehidupan masyarakat nelayan.
Sedangkan komunitas saintis (dosen, mahasiswa, peneliti
dan lain-lain) mengetahui ratusan bahkan ribuan jenis ikan
dan biota laut lainnya dengan nama/istilah latin. Mereka tahu
lokasi dan perkembangbiakan , kondisi populasi dan
perilaku biota laut melalui pendidikan dan penelitian ilmiah.
e. Pengetahuan tentang lingkungan sosial
 Setiap segmen masyarakat maritim memiliki pengetahuan
tentang lingkungan sosial di sekelilingnya dengan siapa
mereka berinteraksi, bekerjasama, meminta jasa
perlindungan keamanan atau sebaliknya melakukan
persaingan dan konflik memperebutkan potensi sumber
daya dan jasa-jasa laut.
 Pengetahuan akan kategori-kategori lingkungan sosial
difungsikan oleh masyarakat maritim (sebagai individu atau
kelompok) acuan dan menentukan sikap dan langkah
pembuatan keputusan.
IV. EKONOMI MARITIM
4.1 Pemetaan Potensi Sumberdaya Maritim
 WMI mengandung berbagai jenis sumberdaya alam yang terdapat

di daratan kawasan pesisir, laut dangkal, serta laut dalam.


Sumberdaya alam ini dapat berperan sebagai pelengkap, pengganti
maupun pilihan satu-satunya bagi upaya pemenuhan kebutuhan
umat manusia dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya.
 Di sepanjang pantai kepulauan WMI terdapat hutan bakau yang

luas dan di perairan pantainya terdapat bentangan wilayah


terumbu karang sepanjang 17.500 km, serta rawa nipa dan rawa
pasang surut di sekitar muara delta sungai. Kesemuanya
merupakan lingkungan bagi kehidupan biota laut dengan standing
crop populasi ikan yang tinggi merupakan sumber bahan pangan,
minuman, bahan pangan, energy dan lain-lain.
Lanjutan .....
 Para ahli menduga bahwa di bawah dasar laut terdapat
sumberdaya minyak dan gas bumi yang besar, diperkirakan juga
bahwa dasar laut mengandung banyak bahan galian atau
tambang. Saat ini hanya mineral-mineral letakan (placer
deposist) terutama tima yang terdapat pada sistem Paparan
Sunda di sektor barat laut yang telah memberikan nilai
ekonomis bagi perekonomian Indonesia.
 Wilayah pesisir dan lautan Indonesia kaya dan beragam
sumberdaya alamnya telah dimanfaatkan sebagai salah satu
sumber bahan makanan utama, khususnya protein hewani sejak
berabad-abad lamanya, selain itu wilayah pesisir dan lautan
Indonesia memiliki berbagai fungsi lain, seperti transportasi dan
pelabuhan, kawasan industri, agribisnis dan agroindustri,
rekreasi dan pariwisata.
Lanjutan .....
 Menurut perhitungan yang dilakukan oleh Tim
CIDA/BAPPENAS (1988), pada tahun 1987 nilai ekonomi
total yang dihasilkan oleh sebelas kegiatan pembangunan
(pemanfaatan) sumberdaya pesisir dan lautan sebesar Rp. 36,6
trilliun, atau sekitar 22% dari total produk domestik bruto.
Berbagai kegiatan pembangunan ini merupakan sumber mata
pencaharian dan kesejahteraan bagi sekitar 13,6 juta orang, dan
secara tidak langsung mendukung kegiatan ekonomi bagi
sekitar 60% dari total penduduk Indonesia yang bermukim di
kawasan pesisir. Tahun 1990 kontribusi ekonomi kegiatan
sektor kelautan meningkat menjadi Rp. 43,3 trilliun atau sekitar
24% dari total produk domestik bruto, dan menyediakan
kesempatan kerja bagi sekitar 16 juta orang (Dahuri; 1998).
Lanjutan .....
 Sumberdaya kemaritiman Indonesia yang tersebar
diseluruh wilayah nusantara mulai dari wilayah laut
teritorial, laut nusantara, maupun wilayah laut yang
termasuk dalam Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE), telah
dideteksi dan ditentukan melalui pemetaan potensi
sumberdaya kelautan dan perikanan yang bernilai
ekonomis terdapat pada 26 titik kawasan ekonomi
unggulan pada sektor kelautan dan perikanan, diantaranya:
Laut Selat Malaka, Laut Natuna, Laut Batam, Laut Selat
Bangka, Laut Cilacap, Laut Madura, Laut Bontang, Laut
Tukang Besi, Laut Banda, Laut Bone, Laut Halmahera,
Laut Aru, Laut Tomini, dan lain-lain.
4.2 Potensi Sumberdaya Perikanan
A. Sumberdaya Dapat Pulih (Renewable Resources)
(1). Sumberdaya Perikanan Laut:
Ikan Pelagis besar (451.830 ton/tahun) dan Ikan Pelagis kecil
(2.423.000 ton/tahun), Ikan Demersal (3.163.630 ton/tahun),
Udang (100.720 ton/tahun), Ikan karang (80.082 ton/tahun),
Cumi-cumi (328.960 ton/tahun), (Dirjen Perikanan 1995).
Dan masih banyak lagi hasil perikanan laut seperti Ikan
Hias, Ikan Karang, Pertambakan, dan lain-lain.
(2). Hutan Mangrove :
Hutan mangrove mempunyai fungsi ekonomis seperti
penyedia kayu, daun-daunan sebagai bahan baku obat-
obatan, bubur kayu, bahan kertas, chips, dan arang.
Lanjutan .....
(3). Padang Lamun dan Rumput Laut: dimanfaatkan sebagai
tempat kegiatan marikultur berbagai jenis ikan, kerang-
kerangan, dan tiram; tempat rekreasi atau pariwisata;
Sumber pupuk hijau. Padang Lamun kelompok tumbuhan
laut lainnya yang mempunyai nilai ekonomis penting
adalah rumput laut. Potensi rumput laut (alga) di perairan
Indonesia mencakup 26.700 ha dengan potensi produksi
482.400 ton/tahun. Pemanfaatan rumput laut untuk
industri terutama pada senyawa kimia yang terkandung di
dalamnya, khususnya karegenan, agar-agar, dan algin
(Nontji;1987).
Lanjutan ....
(4). Terumbu Karang: Fungsi dan peran terumbu karang
adalah sebagi pelindung pantai dari hempasan ombak
dan arus kuat yang berasal dari laut, sebagai habitat,
tempat mencari makanan, tempat asuhan dan
pembesaran, tempat pemijahan bagi berbagai biota yang
hidup di terumbu karang, sebagai tempat penangkapan
berbagai jenis biota laut konsumsi dan berbagai ikan hias,
bahan konstruksi bangunan dan pembuatan kapur, bahan
perhiasan, bahan baku farmasi. Indonesia memiliki
kurang lebih 50.000 km² ekonsistem terumbu karang
yang tersebar di seluruh wilayah pesisir dan lautan
(Dahuri; 2001)
Lanjutan ....
B. Sumberdaya Tak Dapat Pulih:
a. Bahan tambang dan mineral: Bahan bangunan, Garam,
Pasir Besi dan Pasir Kuarsa, Titanium, Batu Apung,
Lempug Koalin, Mineral Radio Aktif, Emas, dan lain-lain.
b. Minyak dan gas bumi
C. Energi Kelautan : Gelombang, Pasang Surut, Angin,
OTEC (Ocean Thermal Energy Conversion).
 OTEC meruapakan salah satu bentuk pengalihan energi yang

tersimpan dari sifat fisik air laut menjadi eneri listrik. Suhu air
laut akan menurun sesuai dengan bertambahnya kedalaman.
Perbedaan suhu air di permukaan dengan suhu air dibagian
dalam dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan energi listrik.
Lanjutan ......
 Menurut beberapa literatur, perbedaan suhu secara vertikal
sangat besar terjadi di laut tropis sehingga Indonesia
merupakan salah satu negara yang beriklim tropis sangat
potensial untuk mengembangkan OTEC sebagai salah satu
energi alternatif.

D. Jasa-Jasa Lingkungan : Media transportasi dan


komunikasi, Pengaturan iklim, Keindahan alam, sumber
energi, sarana pendidikan dan penelitian, pertahanan
keamanan, Penyerapan limbah, Wisata bahari, kawasan
lindung, dan sistem penunjang kehidupan serta fungsi
fisiologis lainnya.
4.3. Pembangunan Ekonomi Maritim Indonesia
Kawasan selatan Indonesia beserta sumber daya
alamnya memiliki makna strategis bagi
pembangunan ekonomi Indonesia, karena dapat
diandalkan sebagai salah satu pilar ekonomi
nasional. Fakta-fakta yang mengindikasikan hal ini
antara lain:
 Secara sosial, kawasan selatan dihuni tidak

kurang dari 56 juta jiwa atau 27,54% dari total


penduduk Indonesia yang bertempat tinggal
dalam radius 50 km dari garis pantai. Menjadi
cikal bakal perkembangan urbanisasi Indonesia
dimasa yang akan datang.
Lanjutan ......
 Secara ekonomi, kawasan selatan Indonesia
telah memberikan kontribusi terhadap
pembentukan PDB nasional sebesar 21% pada
tahun 1998. Poteni yang belum
dikembangkan adalah: (i). Potensi perikanan
yang saat ini baru sekitar 31-53% dari
potensi lestarinya yang termanfaatkan, (ii).
Besaran nilai investasi baik PMA dan PMDN
yang masuk pada bidak kelautan dan
perikanan selama 30 tahun tidak lebih dari
2% dari total investasi di Indonesia.
Lanjutan ......
 Wilayah selatan Indonesia juga kaya akan
beberapa sumber daya pesisir dan lautan yang
potensial dikembangkan lebih lanjut meliputi: (a).
Pertambangan, dengan diketahuinya 14
cekungan dari total 60 cekungan minyak di
Indonesia, (b). Perikanan, dengan potensi 2,1 juta
ton/tahun yang tersebar pada 3 wilayah laut dari
9 wilayah laut nasional, (c). Pariwisata bahariyang
diakui dunia dengan keberadaan Pulau Bali, Pulau
Nias, Pulau Komodo dll. (d). Keaneka ragaman
hayati sebagai daya tarik bagi pengembangan
kegiatan “ecotourism”.
Lanjutan.....
 Secara geofisik, kawasan ini memiliki kerawanan yang
tinggi terutama merupakan daerah aktivitas gunung
berapi mulai dari Aceh-Lampung, Jawa hingga Laut
Banda. Jalur patahan yang tergores sepanjang wilayah
pulau Sumatra, serta potensi longsor tersebar yang
diakibatkan kemiringan lahan yang cukup tinggi pada
kawasan selatan Indonesia.
 Secara biofisik, kawasan selatan termasuk bagian
wilayah posisir yang merupakan pusat biodiversity laut
tropis dunia karena hampir 30% hutan bakau dan
terumbu karang dunia terdapat di Indonesia.
 Secara politik dan hankam, wilayah selatan merupakan
kawasan perbatasan antar negara (dengan negara
Australia, Timor Leste, Papua Nugini) yang sensitive
dan memiliki implikasi terhadap pertahanan dan
keamanan NKRI.
4.4 IUU Fishing
 IUU Fishing (Illegal Unreported, Unregulated) secara
harfiah dapat diartikan sebagai kegiatan perikanan
yang tidak sah, tidak dilaporkan pada institusi
pengelola perikanan yang berwenang, dan kegiatan
perikanan yang belum diatur dalam peraturan yang
ada.
(1). Illegal Fishing
Yang termasuk sebagai praktek Illegal Fishing:
 Dilakukan oleh orang atau kapal asing pada suatu

perairan yang menjadi yuridiksi suatu negara tanpa izin


dari negara tersebut, atau bertentangan dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku di negara
tempat berlangsungnya kegiatan penangkapan.
 Bertentangan denga peraturan nasional yang berlaku

dan/atau peraturan internasional


Lanjutan ........
 Dilakukan oleh kapal yang mengibarkan bendera
suatu negara yang menjadi anggota organisasi
pengelolaan perikanan regional tetapi beroperasi
tidak sesuai dengan ketentuan pelestarian dan
pengelolaan yang diterapkan oleh organisasi
tersebut atau ketentuan hukum internasional yang
berlaku.
 Kegiatan Illegal Fishing yang umum terjadi di
perairan Indonesia diantaranya: penangkapan ikan
tanpa izin, menggunakan izin palsu,
menggunakan alat tangkap yang dilarang dan
penangkapan jenis ikan (spesies) yang tidak
sesuai dengan izin yang diberikan.
Lanjutan .......
 Penyebab Illegal Fishing:
o Meningkat dan tingginya permintaan ikan (DN/LN)
o Berkurang/habisnya SDI di negara lain
o Lemahnya armada perikanan nasional
o Izin/dokumen pendukung dikeluarkan lebih dari
satu instansi.
o Lemahnya pengawasan dan penegakan hukum di
laut
o Lemahnya delik tuntutan dan putusan pengadilan
o Belum ada visi yang sama aparat penegak hukum
o Lemahnya peraturan perundangan dan ketentuan
pidana
Lanjutan .......
(2). Unreported Fishing
Unreported Fishing adalah kegiatan penangkapan

ikan yang dilakukan di area yang menjadi


kompetensi institusi pengelolaan perikanan
nasional, namun tidak pernah dilaporkan atau
dilaporkan secara tidak benar, atau tidak sesuai
dengan ketentuan pelaporan yang telah ditetapkan
oleh institusi tersebut.
Kegiatan Unreported Fishing yang umum terjadi di

Indonesia diantaranya: penangkapan ikan yang


tidak melaporkan hasil tangkapan yang
sesungguhnya atau pemalsuan data hasil
tangkapan, hasil tangkapan ikan yang langsung
dibawa ke negara lain (transhipment di tengah
laut).
Lanjutan .......
 Penyebab Unreported Fishing:
 Lemahnya peraturan perundangan
 Belum sempurnanya sistem pengumpulan data hasil
tangkapan/angkutan ikan
 Belum ada kesadaran pengusaha terhadap pentingnya
menyampaikan data hasil tangkapan/angkutan ikan
 Hasil tangkapan dan fishing ground dianggap rahasia dan tidak
untuk diketahui pihak lain (saingan)
 Lemahnya ketentuan sanksi dan pidana.
 Wilayah kepulauan menyebabkan banyak tempat pendaratan ikan
yang sebagian besar tidak termonitor dan terkontrol
 Sebagian besar perusahaan yang memiliki armada penangkapan
memiliki pelabuhan tersendiri
 Laporan produksi yang diberikan oleh pengurus perusahaan kepada
dinas terkait cenderung lebih rendah, umumny tidak mencapai 20%
dari produksi yang sebenarnya.
Lanjutan ........
(3). Unregulated Fishing
 Kegiatan penangkapan ikan disebut Unregulated Fishing

yaitu kegiatan penangkapan ikan:


 Pada suatu area atau stok ikan yang belum diterapkan

ketentuan pelestarian dan pengelolaannya, atau kegiatan


penangkapan yang dilakukan dengan cara yang tidak
sesuai dengan tanggung jawab negara untuk pelestarian
dan pengelolaan sumberdaya ikan sesuai aturan
internasional
 Pada area yang menjadi kewenangan institusi/ organisasi

pengelolaan perikanan regional, yang dilakukan oleh


kapal tanpa kewarganegaraan atau yang mengibarkan
bendera suatu negara yang bukan anggota organisasi
tersebut dengan cara yang tidak sesuai atau bertentangan
dengan ketentuan pelestarian dan pengelolaan dari
organisasi tersebut.
Lanjutan .......
 Kegiatan Unregulated Fishing di perairan Indonesia, antara lain
disebabkan masih belum diaturnya mekanisme pencatatan data
hasil tangkapan dari seluruh kegiatan penangkapan ikan yang
ada, belum diatur wilayah perairan-perairan yang diperbolehkan
dan dilarang, belum diatur aktivitas sport fishing, kegiatan-
kegiatan penangkapan ikan menggunakan modifikasi dari alat
tangkap ikan yang dilarang.
 Penyebab Unregulated Fishing:
 Potensi SDI di perairan Indonesia masih dianggap memadai dan
belum membahayakan
 Sibuk mengatur yang ada karena banyak masalah
 Orientasi jangka pendek
 Beragamnya kondisi daerah perairan dan SDI
 Belum masuknya Indonesia menjadi anggota organisasi
perikanan internasional.
Lanjutan ......
 UU RI No. 31 Tahun 2004 tentang Perikanan, pasal
85 dinyatakan: “Setiap orang yang dengan sengaja
di wilayah pengelolaan perikanan RI memiliki,
menguasai, membawa, dan/atau menggunakan alat
penangkapan ikan dan/atau alat bantu
penangkapan ikan yang berada di kapal penangkap
ikan yang tidak sesuai dengan ukuran yang
ditetapkan, alat penangkapan ikan yang tidak
sesuai dengan persyaratan, atau standar yang
ditetapkan untuk tipe alat tertentu dan/atau alat
penangkapan ikan yang dilarang sebagaimana yang
dimaksud pasal 9, dipidana dengan pidana penjara
paling lama 5(lima) tahun dan denda paling banyak
Rp. 2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah).
V. ZONA EKONOMI EKSKLUSIF (ZEE)
5.1 Pengertian
 Konvensi Hukum Laut PBB 1982 Pasal 55 dan 56 ayat 1a

menyebutkan bahwa ZEE adalah suatu daerah di luar dan


berdampingan dengan laut teritorial, lebar zona ini tidak
lebih dari 200 mil laut dari garis pangkal.
 Di perairan ZEE, Indonesia memiliki hak berdaulat atas

eksplorasi dan eksploitasi, konservasi dan pengelolaan


sumber daya alam, baik hayati maupun nonhayati yang
terdapat di kolom air. Hak berdaulat lainnya adalah
berkenaan dengan kegiatan untuk keperluan eksplorasi dan
eksploitasi ekonomi pada zona tersebut, seperti produk
energi dari air, arus dan angin.
Lanjutan ......
 Disamping hak berdaulat atas kekayaan alam yang terkandung di
kolom air, Indonesia di zona ini mempunyai kewenangan untuk
memelihara lingkungan laut, mengatur dan mengizinkan
penelitian ilmiah kelautan, serta memberikan izin pembangunan
pulau buatan, instalasi, dan bangunan laut lainnya.

5.2 UU RI N0 5 Tahun 1983 Tentang ZEE Indonesia


Pasal 2
 ZEE Indonesia adalah jalur di luar dan berbatasan dengan laut

wilayah Indonesia sebagaimana ditetapkan berdasarkan undang-


undang yang berlaku tentang perairan Indonesia yang meliputi
dasar laut, tanah di bawahnya dan air di atasnya dengan batas
terluar 200 (dua ratus) mil laut diukur dari garis pangkal laut
wilayah Indonesia.
Lanjutan .........
Pasal 3:
(1). Apabila ZEE Indonesia tumpang tindih dengan ZEE
negara-negara yang pantainya saling berhadapan atau
berdampingan dengan Indonesi, maka batas ZEE antara
Indonesia dan negara tersebut ditetapkan dengan
persetujuan antara RI dan negara yang bersangkutan.
(2). Selama persetujuan sebagaimana dalam ayat (1)
belum ada dan tidak terdapat keadaan-keadaan khusus
yang perlu dipertimbangkan, maka batas ZEE antara
Indonesia dan negara tersebut adalah garis tengah atau
garis sama jarak antara garis-garis pangkal laut wilayah
Indonesia atau titik-titik terluar Indonesia dan garis-
garis pangkal laut wilayah atau titik-titik terluar negara
tersebut, kecuali jika dengan negara tersebut telah
tercapai persetujuan tentang pengaturan sementara
yang berkaitan dengan batas ZEE Indonesia termaksud.
5.3 Batas ZEE, Laut Teritorial, dan Landas Kontinen

 ZEE adalah zona yang luasnya 200 mil atau 370,4 km


dari garis dasar pantai, yang mana dalam zona tersebut
sebuah negara pantai mempunyai hak atas kekayaan
alam di dalamnya, dan berhak menggunakan kebijakan
hukumnya, kebebasan benavigasi, terbang di atasnya,
ataupun melakukan penanaman kabel dan pipa.
 Batas teritorial adalah batas yang ditarik dari sebuah
garis dengan jarak 12 mil ke arah lautan bebas.
Sedangkan laut terletak pada sebelah dalam garis dasar
disebut laut pedalaman. Garis dasar adalah garis khayal
yang menghubungkan titik-titik dari ujung pulau
terluar. Sebuah negara mempunyai kedaulatan penuh
sampai batas laut teritorial.
Lanjutan .....
 Landas kontinen adalah dasar dan lapisan tanah
dibawah laut yang berbatasan dengan pantai tetapi
berada di luar daerah laut wilayah sampai kedalaman
200-350 meter atau daerah yang lebih dalam lagi
dimana dalam airnya memungkinkan eksploitasi
sumber-sumber daya alam di daerah tersebut. Dasar
dan lapisan tanah di bawah laut yang dimaksud di
atas yang berbatasan dengan pantai kepulauan.
 Sebuah negara bisa menetapkan landas kontinennya
secara maksimal yaitu 350 mil apabila mempunyai
teknologi yang canggih untuk melakukan eksploitasi
dan eksplorasi terhadap jarak 350 mil tersebut.
6. LINGKUNGAN MARITIM

Pengertian
 Lingkungan maritim adalah suatu keadaan dimana di

dalamnya terjadi proses atau aktivitas pelayaran dan


perniagaan yang berhubungan dengan kelautan.Di dalam
lingkungan maritim terdapat semua aspek yang berkaitan
dengan pelayaran dan perdagangan, diantaranya
mennggunakan alat transportasi laut.
 Alat transportasi laut berperan sebagai sarana
pengangkutan yang secara nasional dapat menjangkau
seluruh wilayah melalui perairan sehingga dapat
menunjang, mendorong, dan menggerakkan pertumbuhan
daerah yang memiliki potensi sumber daya alam yang besar
dalam upaya meningkatkan dan memeratakan pmbangunan
dan hasilnya.
Lanjutan .....
Berdasarkan PP RI No. 21 Tahun 2010 tentang Perlindungan
Lingkungan Maritim, dijelaskan beberapa aspek yang berkaitan
dengan pelayaran dan perdagangan:
Pasal 1 ayat 1:

Perlindungan lingkungan maritim adalah setiap upaya untuk


mencegah dan menanggulangi pencemaran lingkungan
perairan yang bersumber dari kegiatan yang terkait dengan
pelayaran,
Pasal 1 ayat 2:

Pencegahan pencemaran dari kapal adalah upaya yang harus


dilakukan Nakhoda dan/atau awak kapal sedini mungkin untuk
menghindari atau mengurangi pencemaran tumpahan minyak,
bahan cair beracun, muatan berbahaya dalam kemasan, limbah
kotoran, sampah, dan gas buang dari kapal ke perairan dan
udara.
Lanjutan .......
 Peraturan-peraturan tentang wilayah maritim juga diatur dalam
badan khusus PBB yaitu International Maritime Organization
(IMO), tujuan utama IMO adalah untuk memajukan kerjasama
antara negara-negara anggotanya dalam masalah teknis
dibidang pelayaran, dengan perhatian khusus akan keselataman
di laut dan untuk menjamin tercapainya taraf keselamatan serta
efisiensi pelayaran setinggi-tingginya.
 Kegiatan-kegiatan IMO secara garis besarnya:

 Kegiatan yang berhubungan dengan pemeliharaan


keselamatan maritime dan efisiensi pelayaran
 Kegiatan yang berhubungan dengan pencegahan dan
pengawasan pencemaran lingkungan laut yang disebabkan
oleh kapal-kapal
 Kegiatan lain yang berhubungan dengan perkapalan serta

kegiatan di laut yang berhubungan khususnya mengenai


bantuan dibidang teknis kepala negara-negara berkembang
7. ILMU DAN TEKNOLOGI MARITIM
 Industri maritim merupakan salah satu industri strategis
yang dipilih sebagai bagian dari berbagai ujung tombak
industri berbasis teknologi dan strategis globalisasi demi
melancarkan pembangunan dalam negeri dan kemajuan
peranan Indonesia dalam persaingan internasional.
 Secara umum, industri maritim nasional relatif tertinggal
jauh dari berbagai negara, padahal industri maritim yang
termasuk didalamnya industri galangan kapal dan jasa
perbaikan (docking), industri mesin kapal dan
perlengkapannya, industri pengolahan minyak dan gas
bumi sangat menentukan kemampuan nasional dalam
memanfatkan potensi laut.
 Kemampuan bangsa Indonesia dalam industri maritim
sangat terbatas karena tingginya nilai investasi yang harus
ditanamkan.
Lanjutan ......
 Pembangunan konstruksi di pesisir dan laut memerlukan
kemampuan rekayasa yang sesuai dengan kondisi alam
(design with the natural) pesisir dan laut yang memiliki
kondisi ekosistem dan fisik berbeda dengan daratan.
Dengan demikian faktor bangunan kelautan (penyiapan
lahan sampai konstruksi di pesisir dan bangunan lepas
pantai) harus dikaji dengan seksama agar tidak
menimbulkan bencana yang berdampak pada manusia
dan lingkungan serta sumber daya alam.
 Jasa kelautan yang terdiri dari segala jenis kegiatan yang
bersifat menunjang dan memperlancar sektor kelautan
seperti jasa pelayanan pelabuhan, keselamatan
pelayaran, perdagangan, pengembangan sumber daya
kelautan seperti pendidikan dan pelatihan
Lanjutan .........
 Peluang pasar pada jasa kelautan yang potensial
harus dipersiapkan dari sekarang karena karakteristik
bisnisnya yang memerlukan kualifikasi sumberdaya
manusia yang prima dan dukungan sarana informasi,
komunikasi serta dukungan teknologi maju.
 Melalui pembenahan pada bidang maritim tentu akan
berdampak juga pada peningkatan ekonomi negara.
Untuk mempercepat kemandirian di bidang maritim
dibutuhkan kolaborasi antara pemerintah dan swasta.
 Harus diakui bahwa Indonesia masih lemah dalam
bidang ilmu dan teknologi kelautan, padahal untuk
pengelolaan kelautan yang optimal memerlukan ilmu
dan teknologi yang canggih.

Anda mungkin juga menyukai