Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

KASUS SOLBANDERA

Diajukan untuk memenuhi tugas matakuliah Hukum Perdata Internasional

Dosen:
DR. HETTY HASSANAH, S.H., M.H.

Disusun oleh:

Kelas D
SEKOLAH TINGGI HUKUM BANDUNG

2020/2021

II
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ii
KATA PENGANTAR iii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Kronologi Peristiwa 1
BAB II PEMBAHASAN 3
A. Titik Taut Hukum Perdata Internasional 3
1. Titik Taut Primer 3
2. Titik Taut Sekunder 4
3. Lex Fori 4
4. Lex Cause 5
B. Asas – Asas yang Digunakan Dalam Kasus Solbandera 5
BAB III ANALISIS HUKUM KESELURUHAN 6
BAB IV PENUTUP 8
A. Kesimpulan 8
DAFTAR PUSTAKA 10

II
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, serta hidayah, sehingga kami tim penyusun dapat menyelesaikan tugas makalah
yang berjudul ”Kasus Solbandera” ini dengan tepat waktu.

Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Manfaat makalah ini adalah untuk
menambah pengetahuan dan wawasan kami, karena setelah mengerjakan makalah ini, lebih
banyak wawasan yang kami dapatkan.

Semoga makalah yang telah disusun ini dapat menambah pengetahuan, dan bermanfaat
bagi para pembaca. Terimakasih kami ucapkan kepada Ibu DR. HETTY HASSANAH, S.H.,
M.H., selaku dosen mata kuliah Hukum Perdata Internasional yang senantiasa memberikan
informasi dan bimbingan kepada kami sehingga makalah ini dapat selesai tepat waktu. Kami
berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini kami memohon maaf yang sebesar-
besarnya. Dengan segala kerendahan hati, kritik dan saran yang membangun, kami harapkan dari
para pembaca guna untuk meningkatkan dan memperbaiki pembuatan makalah pada tugas yang
lain dan pada waktu mendatang.

Bandung, 20 Oktober 2021

Tim Penyusun

III
BAB I
PENDAHULUAN

A. Kronologi Peristiwa
Hoge Raad telah memberi keputusan yang mengenyampingkan semua keraguan bahwa pada
dasarnya para pihak dapat menentukan pilihan hukum dalam melakukan kontrak-kontrak
mereka. Dalam perkara ini Solbandera Valencia Sinaasappelen Import Maatschappij N.V
menggugat Blue Star Line Limited. Pihak penggugat yang telah memegang konosemen yang
telah dikeluarkan oleh Reederij yang digugat. Kapal Celtie Star dari maskapai tergugat telah
mengangkut suatu jeruk sinaas dari Rio de Jenero ke Hoek van Holand. Jeruk ini telah menjadi
rusak karena menurut penggugat pihak pengangkut tidak menyediakan instalasi pendingin yang
cukup dan karena pegawai kapal bersangkutan kurang merawat buah-buahan itu, maka menderita
kerugian 25.249, 42.

Pihak tergugat mengajukan pembelaan bahwa dalam klausula konosemen bersangkutan


dibawah no. 23 tercatat ketentuan sebagai berikut: This contract, wherever made, shall be
constructed and governed by English law, and claims in connection therewith setteled direct
with the carries in London to the exclusion of proceedings ini the courts of any other country.

Dalam konteks ini jika terjadi sebuah perkara maka yang akan berlaku adalah hukum Inggris.
Arrondissements Rect bank Rotterdam dalam taraf pertama membenarkan pendirian tergugat dan
gugatan Solbandera dinyatakan tidak dapat diterima. Dalam upaya banding dari pihak
Solbandera mendalilkan bahwa perjanjian pengangkutan sengketa harus tunduk pada pasal 470
dan 470a jo 517 d WvK. menurut ketentuan "vrijtekenings-chausule" bersangkutan tidak dapat
diperlakukan.

Berkenaan dengan adanya klausula-klausula yang melepaskan tanggungjawab ini maka


justru konosemen-konosemen bersangkutan telah menyatakan bahwa hakim Inggris yang akan
mengadili sesuatu sengketa karena menurut hukum Inggris dapat dilakukan pelepasan
tanggungjawab itu. Pasal-pasal yang digunakan W.v.K Belanda ini dianggap sifatnya
"dwingend". Pembanding mendaliikan bahwa dengan melaktukan pilihan hukum dan pilihan

1
hakim asing sebagai lembaga yang berkompeten. TIdak dapat dikesampingkan ketentuan-
ketentuan Belanda yang bersifat memaksa.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Titik Taut Hukum Perdata Internasional


Dalam menyelesaikan suatu kasus Hukum Perdata Internasioal dibutuhkan adannya
penentuan hukum yang tepat untuk membereskannya Hukum perselisihan pada dasarnya
berfungsi untuk menetukan hukum yang seharusnya diterapkan untuk menyelesaikan masalah
hukum yang melibatkan lebih dari satu asas, kaidah, atau peraturan hukum.

Metode penyelesaiannya perkara hukum perdata internasional adalah menentukan:


● Titik-titik taut merupakan faktor-faktor atau fakta-fakta khusus didalam suatu peristiwa
hukum yang menunjukan pertalian khusus dengan sistem aturan atau sistem hukum tertentu.
Singkatna merupkan fakta didalam perkara yang mengaitkan perkara tersebut kepada suatu
sistem aturan atau sistem hukum tertentu.
● Kualifikasi merupakan proses yang dilaksanakan dengan tujuan untuk mendefinisikan
persolaan/masalah hukum yang muncul dari perkara yang dihadapi serta menetapkan
kategori yuridis dari masalah hukum tersebut.

1. Titik Taut Primer


Titik primer atau titik taut pembeda adalah fakta yang membedakan kasus yang dihadapi
tersebut dari kasus yang sepenuhnya tunduk pada satu atura/sistem hukum dan karena itu
menunjukan bahwa kasus tersebut adalah kasus hukum perdata internasional. Membuktikan
bahwa suatu kasus merupakan kasus perdata internasional yakni dengan melihat, menelaah,
membuktikan didalam kasus tersebut melibatkan lebih dari satu sistem hukum negara dalam
perkara tersebut.

Yang menjadi titik taut primer dalam kasus ini ialah soal tempat kedudukan badan
hukum. Yaitu Solbandera Valencia Sinaasappelen Import Maatschappij N.V. berkedudukan
di negara Belanda sedangkan Blue Star Line Limited berkedudukan di Inggris. Berdasarkan
gugatan yang diajukan pada kasus ini berada di Belanda.

3
2. Titik Taut Sekunder
Titik taut sekunder atau titik taut penentu adalah fakta yang digunakan untuk menentukan
hukum apa atau hukum mana yang seharusnya diberlakuka terhadap perkara yang melibatka
lebih dari satu sistem hukum/kaidah.

Yang menjadi titik taut sekunder kasus ini ialah hukum dimana maksud para pihak
(choise of law). Dalam klausula konosemen no. 23 tercatat ketentuan sebagai berikut: This
contract, wherever made, shall be constructed and governed by English la, and claims in
connection therewuth setteled direct with the carries in London to the exclusion of
proceedings ini the courts of any other country. (Kontrak ini, di mana pun dibuat, akan
dibuat dan diatur oleh hukum Inggris, dan klaim sehubungan dengannya diselesaikan
langsung dengan pengangkutan di London dengan mengesampingkan proses pengadilan di
pengadilan negara lain mana pun.) karena dalam pembuatan perjanjian ini disepakati hukum
inggris jika terjadi persoalan atau sengketa.

Kualifikasi hukum: yaitu Solbandera Valencia Sinaasappelen Import Maatschappij N.V.


adalah badan hukum Belanda dan tunduk pada hukum Belanda. Sedangkan Blue Star Line
Limited adalah badan hukum Inggris dan tunduk pada hukum Inggris

Kualifikasi fakta: kategori yuridis terhadap fakta yang ditemukan, menjadikan kasus ini
dalam kualifikasi pihak yang dirugikan. Karena kelalaian yang dilakukan pihak Blue Star
Line Limited yaitu berupa Jeruk telah menjadi rusak oleh pihak pengangkut karena tidak
menyediakan instalasi pendingin yang cukup dan pegawai kapal bersangkutan kurang
merawat buah-buahan itu.

3. Lex Fori
Teori lex fori beraggapan bahwa kualifikasi harus dilakukan berdasarkan hukum dari
pengadilan yang mengadili perkara (lex fori) karena sistem kualifikasi adalah bagian dari
hukum intern lex fori tersebut.

4
Berdasarkan prinsip kewilayahan dan kedaulatan teritorial merupakan kewenangan
pengadilan Belanda karena gugatannya diajukan dikarenakan penggugat dalam perkara
tersebut tinggal didaerah wilayah hukum Belanda.

4. Lex Cause
Teori lex cause ini beranggapan bahwa proses kualifikasi dalam perkara HPI dijalankan
sesuai dengan sistem serta ukuran-ukuran dari keseluruhan sistem hukum yang berkaitan
dengan perkara.

Karena perbuatan hukum dalam kasus ini adalah choise of law maka lex causae/ hukum
sebenarnya yang dipakai dalam kasus ini menggunakan hukum Inggris.

B. Asas – Asas yang Digunakan Dalam Kasus Solbandera


1) Asas lex loci contractus
Prinsip ini dianggap masih dapat digunakan untuk menetapkan hukum yang berlaku
terhadap transaksi/perjanjian yang dibuat, dalam arti bahwa sistem hukum dari tempat
penyelenggaraan itulah yang dianggap sebagai “the proper law of contract”.
2) Asas lex loci solutionis
Dengan semakin kecilnya peranan asas lex loci contractus, maka perhatian banyak di
alihkan ke arah sistem hukum dari tempat pelaksanaan perjanjian (locus solutionis).
3) Asas kebebasan para pihak
Asas yang ketiga ini sebenarnya merupakan perkembangan apresiasi terhadap asas utama
dalam hukum perjanjian, yaitu asas bahwa “setiap orang pada dasarnya memiliki
kebebasan untuk meningkatkan diri pada perjanjian”.
4) Asas Choice of law
Dalam melakuan perjanjian atau kontrak dagang yang bersifat internsional , pilihan
hukum (choise of law) merupakan sesuatu yang dapat digambarkan oleh para pihak
dalam melakukan kontrak dengan melakukan pilihan terhadap hukum digunaan dalam
menyelesaikan sengketa (dispute). Dengan kata lain, bahwa para pihak dapat memilih
huum tertenntu sesuai dengan kesepakatan masing-masing pihak jika terdapat persoalan
atau sengketa.

5
BAB III
ANALISIS HUKUM KESELURUHAN

Analisis kasus Solbadera berikut fakta-faktanya:

● Solbandera Valencia Sinaasappelen Import Maatschappij, N.V menggugat “Blue star line
limited” ke Arrondissements Rect bank Rotterdam (Pegadilan Belanda).
● Solbandera pemegang konosemen telah dikeluarkan oleh reederij yang digugat.
● Kapal “Celtic Star” dari maskapai tergugat telah mengangkut suatu partij jeruk sinaas dari
Rio de Janeiro ke Hoek van Holland.
● Partij jeruk ini telah menjadi rusak karena menurut penggugat pihak pengangkut tidak
menyediakan instalasi pendingin yang cukup dan karena pegawai kapal bersangkutan
kurang merawat buah-buahan itu. Kerugiannya adalah Nf. 25.249,42.
● Blue star line limited mengajukan pembelaan bahwa dalam klausula konosemen jika timbul
perkara harus dilakukan di London dan harus hukum Inggris-lah yang berlaku dengan
ketetuan klausula konosemen di bawah no.23 tercatat “This contract,wherever made, shall
be construed and governed by English Law , and claims in connection therewith settled
direct with the carriers in London to the exclusion of proceedings in the courts of any other
country”.
● Arrondissements Rect bank Rotterdam dalam taraf pertama membenarkan pendirian
tergugat dan gugatan Solbandera dinyatakan tidak dapat diterima.

Berdasarkan fakta-fakta diatas, pada dasarnya setiap orang/badan hukum dalam membuat
perjanjian bebas menentukan hukum mana yang akan di tentukan untuk menyelesaikan sengketa
pada kemudian hari (Choice of Law). Salbondera Valencia dan Blue star line mereka sepakat
menentukan hukum mana yang akan menyelesaikan sengketa di kemudian hari, ketentuan itu
terdapat dalam klausula konosemen No. 23 tercatat bahwa “This contract,wherever made, shall
be construed and governed by English Law , and claims in connection therewith settled direct

6
with the carriers in London to the exclusion of proceedings in the courts of any other country”,
(Kontrak ini, di mana pun dibuat, akan dibuat dan diatur oleh hukum Inggris, dan klaim
sehubungan dengannya diselesaikan langsung dengan pengangkutan di London dengan
mengesampingkan proses pengadilan di pengadilan negara lain mana pun). Dalam ketentuan
tersebut kedua belah pihak sudah sepakat apabila suatu saat ada sengketa maka yang digunakan
adalah hukum Inggris dan mengesampingkan hukum lain. Berdasarkan kasus diatas Solbandera
Valencia Sinaasappelen Import Maatschappij, N. V yang menggugat Blue Star line di pengadilan
Belanda, yang selanjutnya oleh pengadilan Belanda ditolak, dikarenakan pengadilan Belanda
mengacu kepada klausula konosemem tersebut yang seharusnya perkara tersebut diadili di
Inggris/menggunakan hukum Inggris.

7
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Solbandera Valencia Sinaasappelen Import Maatschappij N.V. adalah badan hukum Belanda dan
tunduk pada hukum Belanda. Sedangkan Blue Star Line Limited adalah badan hukum Inggris dan
tunduk pada hukum Inggris, yang kemudian kedua pihak tersebut membuat suatu perjanjian yang
mana di dalam salah satu perjanjian tersebut terdapat ketentuan yang tercantum dalam klausula
konosemen no. 23, yaitu “Kontrak ini, di mana pun dibuat, akan dibuat dan diatur oleh hukum
Inggris, dan klaim sehubungan dengannya diselesaikan langsung dengan pengangkutan di
London dengan mengesampingkan proses pengadilan di pengadilan negara lain mana pun”.
Kedua belah pihak sepakat bahwa jika dikemudian hari ada sengketa maka yang digunakan
adalah hukum inggris/perkara tersebut diadili di Inggris Kemudian pada tahun 1947 Solbandera
menggugat Blue star line di pengadilan Belanda namun pada saat itu pengadilan Belanda
menolak gugatan Salbondera dikarenakan pengadilan Belanda mengacu pada perjanjian yang
mereka sudah sepakati, menyebutkan bahwa perkara tersebut seharusnya menggunakan hukum
inggris/diadili di Inggris yang mengenyampingkan hukum manapun.

8
9
DAFTAR PUSTAKA

10

Anda mungkin juga menyukai