Seluruh negara di dunia beranggapan masalah terhadap perlindungan anak
yang berhadapan dengan hukum ialah hal yang sangat penting, anak merupakan generasi penerus bangsa di masa depan. di sebabkan karena itu negara-negara di dunia memikirkan untuk mendapatkan berbagai bentuk alternatife penyelesaian terbaik bagi anak. secara konvensi internasional yang mengatur sistem peradilan pidana anak dan menjadi salah satu standar perlakuan dalam sistem peradilan pidana, seperti deklarasi universal tentang hak asasi manusia (universal declaration of human rights), konvensi internasional hak-hak sipil dan politik (international convention on civil and political rights), konvensi hak-hak anak (convention on the rights of the child), standar minimum perserikatan bangsa- bangsa mengenai administrasi peradilan anak (standard minimum rules for the administration of juvenile justice (the beijing rules), pedoman perserikatan bangsa-bangsa untuk pencegahan kenalakan remaja (united nations guidelines for the prevention of juvenile delinquency), pengaturan perserikatan bangsa-bangsa untuk perlindungan remaha yang dirampas kebebasannya (united nations rules for the protection of juvenile deprived of their liberty). Negara Republik Indonesia pada tahap percepatan era globalisasi saat ini, berupaya untuk melakukan pembaruan perlindungan kepada anak tindak pidana maupun korban dengan adanya aturan Undang-Undang No. 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak, Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, dan Undang-Undang No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak dan Surat Keputusan Direktur Jenderal Badan Peradilan Umum No: 1691/DJU/SK/PS.00/12/2020 tentang Pedoman Penerapan Restorative Justice di Lingkungan Peradilan Umum. Dimana penyelesaian hukum Indonesia masih menggunakan pendekatan retributive justice yang masih belum memberikan efek jera bahkan terkadang pengulangan tindak pidana bisa dilakukan setelah keluar dari penjara atau bisa jadi lebih dari pada tindakan sebelumnya, maka dengan ini sistem penyelesaian suatu perkara perlu diterapkan dengan pendekatan restorative justice. Restorative Justice adanya pemulihan kepada korban atau musyawarah bersama dengan mengkaji Putusan Nomor 8/Pid.Sus-Anak/2020/PN Bdg. Pada tahap putusan yang di ambil oleh hakim memiliki nilai unsur restorative justice dengan pemberian maaf dari korban/keluarga korban, restitusi atau tebusan ganti rugi dan keringanan hukuman pidana walaupun anak pelaku untuk ditahan dalam Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA Bandung) selama 5 (lima) bulan. Metode penelitian yang dilakukan penelitian deskriptif, pendekatan yuridis normatif, bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, bahan hukum tersier, pendekatan perundang-undangan, studi dokumen dan studi literature. Kata Kunci : Restorative Justice, Pembaruan Sistem Peradilan Pidana Anak, Anak Berhadapan Dengan Hukum, Surat Putusan Direktur Jenderal Badan Peradilan Umum.