Anda di halaman 1dari 10

Lecturer Notes Program Studi Hukum

Hukum Pidana Universitas Nusa Putra

SESI 4

HUKUM PIDANA ANAK DAN PERLINDUNGAN ANAK

Oleh: Muhammad Ridho Sinaga, SH., MH.

Tujuan Instruksional Umum


Setelah mengikuti perkuliahan sesi ini, mahasiswa diharapkan mampu
menjelaskan

A. Pengertian dan Tujuan Sistem Peradilan Pidana Anak


Sebelumnya sudah dikenal istilah system peradilan pidana yang digunakan
dalam menyelesaikan kasus-kasus pidana yang melibatkan orang dewasa.
Meskipun ada beberapa hal masih menggunakan istilah-istilah dan berbagai
ketentusan yang terdapat dalam system peradilan pidana pada umumnya. Namun
system peradilan pidana anak terdapat istilah-istilah dan berbagai ketentuan yang
tidak ditemukan didalmnya karena hanaya secara khusus diatur didalam system
peradilan pidana anak. Karena adanya kekhususan dalam system peradilan
pidana anak maka pengertianya sedikit berbeda dengan system peradilan pidana
pada umumnya.
Menurut Mahir Sikki Z.A10 menyebutkan bahwa system peradilan pidana
adalah keseluruhan proses penyelesaiaan perkara anak yang berhadapan dengan
hukum mulai tahap penyidikan sampai dengan tahap pembimbingan setelah
menjalani proses pidana yang berdasarkan perlindungan, keadilan, non
diskriminasi, kepentingan terbaik bagi anak, pengahrgaan terhadap anak,
kelangsungan hidup dan tumbuh kembang anak, proporsional, perampasan
kemerdekaan dan pemidanaan sebagai Upaya terkahir.
Dalam pasal 1 UU No 11 tahun 2012 tentang system peradilan pidana anak
menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan system peradilan pidana anak
adalah keseluruhan proses penyelesaiaan perkara anak yang berhadapan dengan
hukum, mulai tahap penyidikan sampai dengan tahap pembimbingan setelah
menjalani pidana, yang didalamnya dilengkapi oleh seperangkat aturan dan

© 2020 - Universitas Nusa Putra


Lecturer Notes Program Studi Hukum
Hukum Pidana Universitas Nusa Putra

penegak hukum serta petugas sosial lainnya yang mempunyai tujuan Bersama
berdasarkan prinsip-prinsip yang telah ditentukan dalam undang-undang.
Adapun tujuan system peradilan pidana anak adalah tidak dapat dipisahkan
dengan tujuan system peradilan pidana pada umumnya yang meliputi 3 hal yakni
tujuan jqangka pendek, jangka menengah dan tujuan jangka Panjang. Tujuan
jangka pendek adalah diharapkan anak yang berhadapan dengan hukum dapat
menyadari perbuatanya sehingga tidak melakukan atau mengulangi lagi
perbuatanya dan dapat mengurangi tingkat atau paling tidak melakukan atau
mengulangi tingkat atau paling tidak menakan tingkat kejahatan yang dilakukan
oleh anak. Tujuan jangka menengah diharapkan adanya penyelesaiaan baik non
formal maupun formal terhadap anak yang berhadapan dengan hukum dengan
korban maupun dengan keluarganya, dan diharapkan pula akan dapat mencegah
kejahatan dikalangan para remaja. Adapun tujuan jangka Panjang adalah
diharapkan tercipta perlindungan terhadap anak yang berhadapan dengan hukum
dan para korban sehingga dapat tumbuh berkembang dalam suasana damai dan
Sejahtera.
B. Asas-Asas dadlam Sistem Peradilan Pidana Anak
Kedudukan anak sebgaai generasi muda yang akan meneruskan cita-cita luhur
bangsa, calon-calon pemimpin bangsa di masa mendatang dan sebagai sumber
harapan bagi generasi terdahulu, perlu mendapat kesempatan seluas-luasnya
untuk tumbuh dan berkembang dengan wajar baik secara Rohani jasmani dan
sosial.
Pada prinsipnya berbagai asas yang berlaku dalam peradilan pidana anak, baik
asas-asas yang bersifat umum maupun yang khusus. Namun berikut ini hanya
menguraikan beberapa asas yang khusus berlaku untuk tingkat pemeriksaan di
pengadilan. Asas-asas tersebut dirangkum dari berbagai undang-undang
khususnya UU No 11 Tahun 2012.
UU No 11 Tahun 2012 adapun asas-asas yang dimaksudkan adalah sebagai
berikut:
a. Adanya pembatasan umur anak
Asas ini menjelaskan bahwa adanya Batasan umur untuk dapat diadili pada
siding anak. Batasan ini baik Batasan minimal yakni setelah mencapai umur 8
(delapan) tahun atau sudah kawin dan batasan minimal yakni 18 tahun. Latar

© 2020 - Universitas Nusa Putra


Lecturer Notes Program Studi Hukum
Hukum Pidana Universitas Nusa Putra

belakang penenetuan batasan umur minimjum dan maksimum seperti itu karena
pada umur tersebut secara psikologis dan pedagofis anak dapat dianggap sudah
mempunyai rasa tanggungjawab
b. Pengadilan Anak merupakan Kompetensi Absolut dari Peradilan Umum
Asas ini ditarik dari ketentuan pasal 1 ayat (2) pasal 2, 3 dan 40 UU No 3
Tahun 1997 serta pasal 16 UU No 11 Tahun 2012, bahwa pengadilan anak
memeriksa dan mengadili perkara anak nakal. Hukum acaranya adalah
mengacu pada UU 8/1081 tentang KUHAp dan oleh karena status pelakunya
pengadilan anak adalah kekuasaan kehakiman yang berada di lingkungan
peradilan umum.
c. Pengadilan Anak Memeriksa anak dalam Suasana Kekeluargaan
Dalam siding anak memang diperlukan pemeriksaan agar dapat menimbulkan
suasana kekeluargaan. Anak bukan sebagai obyek dan lawan yang diperlakukan
sebagai terdakwa melainkan tetap diperlukan sebagai anak dalam suatu
keluarga. Dengan suasana kekeluargaan demikian anak tidak merasa ketakutan
yang dapat menganggu perkembangan kejiwaanya dan anak pun diharapkan
dapat mengeluarkan perasaanya, peristiwanya atau latar belakang kejadian
secara jujur terbuka tanpa tekanan dan rasa takut. Suasana kekeluargam ini
ditandai dengan petugas yakni hakim, penuntut umum dan penasihat hukum
tidak memakai toga, pemeriksaan atau persidangan dilaukan secra tertutup dan
dihadiri oleh anak dan orang tuanya wali atau orang tua asuh.
d. Pengadilan Anak mengharuskan adanya “Splisting Perkara”
Asas ini mengharuskan persidangan terhadap anak dilakukan terpisah dengan
orang dewasa jika anak tersebut melakukan kejhatan Bersama-sama dengan
orang dewasa atau dengan anggota Angkatan bersenjata. Ditinjau dari aspek
psikologis dan karakteristik jelas timbul perbedaan prinsip antara anak dan
orang dewasa sehingga diperlukan adanya pemisahan perkara.
e. Bersidang dengan Hakim Tunggal dan Hakim Anak ditetapkan oleh Ketua
Mahkamah Agung
Pada prinispnya persidangan anak, dilakukan dengan “Hakim Tunggal” baik
untuk pengadilan negeri, pengadilan tinggi, maupun mahkamah agung. Namun
pemeriksaan perkara anak dengan hakim mejelis dalam hal tindak pidana yang
diancam dengan pidana penjara 7 (tujuh) tahun atau lebih atau sulit

© 2020 - Universitas Nusa Putra


Lecturer Notes Program Studi Hukum
Hukum Pidana Universitas Nusa Putra

pembuktianya . kemudian berdasarkan pasal 9 UU no 3 /1997 atau pasal 43 UU


No 11 Tahun 2012 menentukan bahwa terhadap hakim anak baik di tingkat PN,
PTmaupun MA ditetapkan oleh ketua mahkamah Agung berdasarkan usul
ketua PN atau ketua PT. Hakim anak haruslah mempunyai minta perhatian
dedikasi dan memahami masalah anak.
f. Penjatuhan Pidana lebih ringan pada Orang Dewasa
Jika anak melakukan perbuatan yang dinyatakan terlarang bagi anak baik
menurut perundang-undangan maupun bagi anak baik emnurut perundang-
undangan maupun menurut peraturan hukumyang hidup dan berlaku dalam
Masyarakat yang bersangkutan maka hakim hanya dapat menjatuhakn
Tindakan. Selanjutnya mengenai pidana penjara terhadap anak nakal maka
paling lama ½ dari masimum orang dewasa dan bila tindak pidana tersebut
diancam pidana mati/seumur hidup aka penjara yang dapat dijatuhkan pada
anak itu paling lama 10 tahun,
g. Adanya Kehadiran Penasihat Hukum
Sekalipun UU peradilan anak tidak mengharuskan penasihat hukum
mendapingi seorang anak, akan tetapi jika seorang anak menggunakan hak
utnuk didampingi seorang advokat, maka kewajiban bagi hakim untuk
menghadirkan advokat yang bersangkutan dan bagi advokat sendiri ada
kewajiban untuk harus hadir di siding pengadilan.
Selain asas-asas tersebut disebutkan pula dalam UU No 11 Tahun 2012
tepatnya dalam pasal 2 Bahwa system peradilan pidana anak dialksanakan
berdasarkan asas-asas:
1. Perlindungan
2. Keadilan
3. Non diskriminasi
4. Kepentingan terbaik bagi anak
5. Penghargaan terhadap anak
6. Kelangsungan hidup dan tum buh kembang anak
7. Pembinaan dan pembimbingan anak
8. Proporsional
9. Perampasan kemerdekaan dan pemidanaan sebgai Upaya terkahir dan
10. Penghindaran pembalasan

© 2020 - Universitas Nusa Putra


Lecturer Notes Program Studi Hukum
Hukum Pidana Universitas Nusa Putra

C. Pihak-Pihak dalam Peradilan Anak


1) Anak

Anak yang diamksudkan disini adalah anak yang berkonflik dengan hukum
yang telah berumur 12 (dua belas) tahun yang di duga melakukan tindak
pidana.

Menurut psal 3 UU No 11 Tahun 2012 bahwa setiap anak dalam proses


peradilan pidana berhak:

a. Diperlukan secara manusiawi dengan memperhatikan kebutuhan sesuai


dengan umumnya
b. Dipisahkan dari orang dewasa
c. Memperoleh bantuan hukum dan bantuan lain secara efektif
d. Melakukan kegiatan reaksional
e. Bebas dari penyiksaan, penghukuman atau perlakuan lain yang kejam, tidak
manusiawi serta merendahkan derajat dan martabatnya
f. Tidak dijatuhi pidana mati atau pidana seumur hidup
g. Tidak dipublikasikan identitasnya
h. Memperoleh advokasi sosial
i. Memperoleh kehidupan pribadi
j. Memperoleh aksebilitas terutama bagi anak cacat
k. Memperoleh pendiidkan
2) Penyidik Anak

Penyidik anak adalah penyidik yang menangani perkara anak pada tingkat
penyiidikan. Menurut pasal 26 ayat (1) UU 11 Tahun 2012. Penyidikan
terhadap perkara anak dilakukan oleh penyidik yang ditetapkan berdasarkan
surat keputusan kepala kepolisian RI atau pejabt lain yang ditunjuk oleh
KEpala Kepolisian RI. Sementara pemeriksaan terhadap anak korban atau anak
saksi dilakukan oleh penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1). Syarat

© 2020 - Universitas Nusa Putra


Lecturer Notes Program Studi Hukum
Hukum Pidana Universitas Nusa Putra

untuk dapat ditetapkan sebaai penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi:

a. Telah berpengalaman sebagai penyidik


b. Mempunyai minat,perhatian, dedikasi dan emmahami masalah anak dan
c. Telah mengikuti pelatihan teknis tenang peradilan anak

Dalam hal belum terdapat penyidik yang memenuhi persyaratans sebagaimana


dimaksud di atas tugas penyidikan dialksanakan oleh penyidik yang melakukan
tugas penyidikan tindak pidana yang dilakukan oleh orang dewasa.

Adapun kewenangan penyidik anak adalah pada dasarnya sama dengan


kewenangan penyidik sebagaimana diatur dalam pasal 7 KUHAP. Dalam
pemeriksaan tersangka, penyidik wajib memeriksa tersangka dalam suasana
kekeluargaan, wajib memeinta pertimbangan atau saran dari pembimbing
kemasyarakatan dan apabila perlu juga dapat meminta pertimbangan atau saran
dari ahli pendiidkan, ahli Kesehatan jiwa, ahli agama, pekerja sosial
profersional atau tenaga kemasyrakatan sosial, dan tenaga ahli lainya.

3) Penunut Umum Anak

Berdasarkan pasal 41 UU no 11 Tahun 2012 dapat diektahui bahwa penuntuttan


terhadap perkara anaj dilakukan oleh penuntut umum yang ditetapkan
berdasarkan keputusan jaka agung atau pejabat lain yang ditunjuk oleh Jaksa
Agung syarat untuk dapat ditetapakan sebagai penuntut umu meliputi:

a. Telah berpengalaman sebagai penuntut umum


b. Mempunyai minat, perhatian, dedikasi, dan emamhami masalah anak dan
c. Telah mengikuti pelatihan teknis tentang peradilan anak

Dalam hal belum terdapat penuntut umum memenuhi persyaratan sebagaiman


dimaksud pada ayat (2) tugas penuntuttan dilaksanakan oleh penuntut umum
yang melakukan tugas penutnuttan bagi tindak pidana yang dialkuakn oleh
orang dewasa.

Menruut pasal 42, penutntut umum wajib mengupayakan diversi paling lama 7
(tujuh) harui setelah menrima berkas perjkara, penyidik dan diversi tersebur
dilaksankan paling lama 30 hari.

© 2020 - Universitas Nusa Putra


Lecturer Notes Program Studi Hukum
Hukum Pidana Universitas Nusa Putra

Penuntut umum anak pad adasarnya mempunyai wewenang seperti yang diatur
dalam pasal 14 KUHAP. Dalam hal penutnut umum berpendapat bahwa dari
hasil penyidikan dapat dilakukan penuntutan, makai a wajib dalam waktu
secapatnya membuat suart dakwaan sesuai dengan ketentuan dalam KUHAP.

4) Penasihat hukum Anak

Penasihat hukum anak adalah pendaping bagi anak yang melakukan tindak
pidana untuk mendapatkan bantuan hukum selama dalam waktu dan pada
setiap tingkatan pemeriksaan. Penasihat hukum dapat berupa advokat atau
pemberi bantuan hukum lainya yang berprofesi memberi jasa hukum, baik di
dalam maupun di luar pengadilan, yang emmenuhi persyaratan brdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pada dasarnya penasihat hukum anak mempunyai sejumlah hak dan kewajiban.
Kewajibany adalah memperhatikan kepentingan anak dan kepentingan umum
tetap terpelihara serta berusaha agar suasana kekeluargaan tetap terjaga dan
peradilan berjalan lancer. Sedangkan hak-hak secara diatur dalam pasal 51 ayat
(3) yakni berhak berhubungan dengan terdakwa, pasal 58 ayat (2) yakni berhak
datang Ketika pemeriksaan saksi dilakukan, dan ketentuan pasal 69-74
KUHAP.

5) Hakim Anak

Hakim anak pad adasarnya terdiri dari Hakim Tunggal, namun dalam hal
tertentu persidangan dapat dilakukan oleh Hakim majelis yang ditetapkan oleh
Ketua Pengadilan negeri, prinsip ini bebrbeda dengan ketentuan dalam pasal 15
ayat (1) UU no 14 Tahun 1970 yang mempergunakan “hakim majelis” dan
apabila diperlukan dengan hakimtunggal. Masalahnya mana yang harus diikuti.
Cenderung menggunakan hakim Tunggal mengingat perkara anak perlu
diselesaikan secepat mungkin, lebih lagi dengan hakim Tunggal dapat
menghindarkan suasana persidanganya dapat menimbulkan ketakutan bagi si
anak jika dihadapkan kepada majelis.

6) Petugas Kemasyarakatan

© 2020 - Universitas Nusa Putra


Lecturer Notes Program Studi Hukum
Hukum Pidana Universitas Nusa Putra

Petugas kemasyarakatan pemasyarakatan terdiri dari : pembimbing


kemasyarakatn dari departemen hukum dan HAM , pekerja sosial profesional
dari Departemen sosial dan tenaga kesejahteraan sosial dari organisasi soail
kemaysrakatan sedangkan lembaga kemasyarakatan anak, Anak didik
kemasyarajatan, Klien pemasyarakatan, Balai pertimbangan Tim pengamat
pemasyrakatan serta keamnaan dan Ketertiban LAPAS.

Petugas kemasyrakatan diatur dalam pasal 33-39 UU no 3 tahun 1997 ddan


dalam pasal 63-68 UU no 11 Tahun 2012 sedangkan lembaga kemasyarakatn
anak lapas anak diatur dalam pasal 31,60, 61,62, 63 UU no 3 Tahun 1997 dan
pasal 18,19,20,21,24,38 UU No 12 Tahun 1995 tentang pemasyarakatn bagian
ini akan dibicarkan lebih lanjut pada bab tersendiri.

7) Balai Pertimbangan Pemasyarakatan dan Tim Pengamat

Balai pertimbangan pemasyaraktan adalah suatu badan penasihat menteri yang


bersifat non structural dan keanggotaanya terdiri dari ahli dibidangnya
pemasyarakatan yang emrupakan wakil instansi pemerintah terkait, badan non
pemerintah dan perorangan lainya seperti dari kalangan organisasi advokat, dan
lembaga swadaya amsyarakat dengan tugas memebri saran dan pertimbangan
kepada maneteri.

Selain menyebutkan pihak-pihak yang dimaksud akan dijelakan pula


berbagai hak dan kewenangan yang dimilikinya, termasuk pula berbagai
persyaratan yang harus dimilikinya bagi pejabat-pejabat tertentu
sebagaimana disebutkan dalam Undang-undang. Diantar pihak-pihak yang
dimaksud berikut ini akan dijelaskan sebagai berikut:

D. Prinsip-Prinsip Perlindungan Anak


a. Anak tidak dapat berjuang sendiri

Salah satu prinsip yang digunakan dalam perlindungan anak adalah: anak adalah
itu modal utama kelangsungan hidup manusia, bansa dan keluarga, untuk itu
hak-haknya harus dilindungi. Anak tidak dapat melindungi sendiri, hak-haknya,

© 2020 - Universitas Nusa Putra


Lecturer Notes Program Studi Hukum
Hukum Pidana Universitas Nusa Putra

banyak piha yang mempengaruhi kehidupanya. Negara dan


masyarakatberkepentingan untuk mengusahakan perlindungan hak-hak anak.

b. Kepentingan Terbaik anak

Agar perlindungan anak dapat diselenggarkan dengan baik, dianut prinsip yang
menyatakan bahwa kepentingan terbaik bagi anak harus dipandang sebagai of
paramount importance (memperoleh prioritas tertinggi) dalam setiap keputusan
yang mneyangkut anak. Tanpa prinsip ini pwejuangan untuk melindungi anak
akan mengalami banyak batu sandungan. Prinsip the best interest of child
digunakan karena dalam banyak hal anak korban disebabkan ketidaktahuan
(ignorance) karena usia perkembangnya. Jika prinsip ini diabaikan, maka
Masyarakat menciptakan monster-monster yang lebih buruk di kemudian hari.

c. Ancangan daur Kehidupan

Perlindungan anak mengacu pada pemahaman bahea perlindungan harus dimulai


sejak dini dan terus menerus. Janin yang berada dalam kandungan perlu
dilindungi dengan gizi, termasuk yodium dan kalsium yang baik melalui ibunya.
Jika ia telah lahir, maka diperlukan air susu ibu dan pelayanan Kesehatan orimer
dengan memberikan pelayanan imunisasi dan lain-lain, sehingga anak terbebas
dari berbgai kemungkinann cacat dan penyakit.

d. Lintas Sektoral

Nasib anak tergantung dari berbgai factor yang makro maupun mikro yang
langsung maupun tidak langsung. Kemiskinan, perencanaan kota dan segala
penggususran, sistem Pendidikan yang menkankan hapalan dan bahan-bahan
yang tidak relevan, komunitas yang penuh dengan ketikadilan dan sebagainya
tidak dapat diatanagani oleh sektor, terlebih keluarga atau anak itu sendiri.
Perlindungan terhadap anak adalah perjuangan yang membutuhkan sumbangan
semua orang di semua tingkatan.

Prinsi-prinsip perlindungan hukum pidana terhadap anaktercermin dalam pasal


37 dan pasal 40 konvensi hak-hak anak yang sidahkan dengan keputusan
presiden NO.36 Tahun 1990.

© 2020 - Universitas Nusa Putra


Lecturer Notes Program Studi Hukum
Hukum Pidana Universitas Nusa Putra

Pasal 59 UU NO 23 Tahun 2002 menentukan bahwa pemerintah dan Lembaga


negara lainya berkewajiban dan bertanggungjawab untuk memberikan
perlindungan khusus kepada anak dalam situasi darurat, anak yang berhadap
dengan hukum, anak dan kelompok minoritas dan terisolasi, anak di ekploitasi
secara ekonomi dan/atau seksual, anak yang menjadi korban penyalahgunaan
narkotika, alcohol, psikotropika dan zat adiktif lainnya (napza), anak korban
perlakuan salah dan penelantaran.

Pasal 64 bayat (1) uu Nomor 23 Tahun 2002 menentukan bahwa perlindungan


khusus bagi anak yang ebrhadapan denga hukum meliputi anak yang berkofnlik
dnegan hukum dan anak korban tindak pidana, merupakan kewajiban dan
tanggungjawab pemerintah dan amsyarakat. Perlindungan khusus bagi anak yang
berhadapan dnegan hukum sebagaimana dimaksud ayat (1) dilaksanakan melalui
Perlakuan atas anak secara manusiawi sesuai dengan martababt dan ahak-hak
anak;penyediaan petugas pendamping anak sejak dini, penyediaan sarana da
prasaranan khusus, penjatuhan sanksi yang tepat untuk kepentingan yang terbaik
bagi anak, pemantaun dan pencatatan terus menerus terhadap perkembangan
anak yang berhadapan dengan hukum, pemberian jaminan untuk
mempertahankan hubungan orang tua atau keluarga dan perlindungan dari
identitas melalui media masa utnuk menghindari labelisasi.

© 2020 - Universitas Nusa Putra

Anda mungkin juga menyukai