Anda di halaman 1dari 37

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan proses tidak tahu menjadi tahu serta pembelajaran
pengetahuan, keterampilan, dan kebiasaan sekelompok orang yang diturunkan dari
generasi ke generasi berikutnya melalui pengajaran, pelatihan, atau penelitian. Sekolah
adalah tempat siswa untuk menempuh jenjang pendidikan dan memperoleh pembelajaran
yang didampingi oleh guru sebagai pengajar dan pendamping siswa seperti guru BK yang
memberikan bimbingan dan konseling jika siswa memiliki atau menghadapi suatu
masalah. Pendidikan bersifat interface (saling berhadapan), bukan hanya permasalahan
yang terkait dengan siswa dan sekolah, tetapi juga antara keluarga dengan sekolah, serta
masyarakat dengan sekolah.
Masalah-masalah siswa di sekolah tidak hanya masalah personalnya saja namun
seperti malas belajar, kesulitan dalam belajar, dan kurangnya motivasi belajar dalam diri
siswa. Masalah yang dihadapi anak juga terrdapat faktor lingkungan yang mempengaruhi
siswa, seperti di keluarga yaitu broken home yang membuat anak malas sekolah,
perceraian, dan pertengkaran orang tua. Selain itu akibat dari pergaulan teman sebaya
yang kurang baik juga dapat berpengaruh terhadap siswa. Sekolah pun memiliki
pengaruh yang cukup besar, jika ada anak yang bermasalah dengan guru di sekolah,
ataupun dengan sistem peraturan sekolah yang tidak dapat diterima oleh siswa sehingga
sering dilanggar oleh siswa.
Menanggapi masalah-masalah yang dialami siswa di sekolah diperlukan
penanganan dari berbagai pihak seperti guru BK, orang tua, dan tak luput pekerja sosial
bidang pendidikan untuk melakukan intervensi terhadap siswa. Pekerja sosial bidang
pendidikan membantu meningkatkan responsiveness sekolah dalam memenuhi kebutuhan
dan aspirasi dari anak, sekolah, dan masyarakat. Serta membantu memobilisasi sumber-
sumber yang ada di masyarakat yang bisa dimanfaatkan dalam meningkatkan kualitas
pelayanan.

1
BAB II

DESKRIPSI LAPANGAN

Observasi lapangan dilakukan pada :


Hari/tanggal : Senin, 24 November 2016
Senin, 31 Oktober 2016
Senin, 7 November 2016

Tempat : SMAN 3 Cimahi, Bandung

Pada tanggal 24 November 2016, mahasiswa melakukan observasi pertama. Mahasiswa


memperkenalkan diri, serta menjelaskan maksud dan tujuan kedatangan mahasiswa. Selain itu
mahasiswa juga meminta meminta izin kepada pihak sekolah untuk melakukan wawancara
kepada siswa. Dimana wawancara tersebut dilakukan untuk mengenali permasalahan yang
dialami oleh siswa disekolah tersebut.
Pada tanggal 31 Oktober 2016 dan 7 November 2016, mahasiswa melakukan proses
wawancara kepada klien. Klien yang diwawancara oleh pekerja sosial, merupakan klien yang
direkomendasikan oleh pihak BK.

A. Identitas Sekolah

Nama Sekolah : SMAN 3 Cimahi


Alamat Sekolah : Jl. Pesantren No.161
Kelurahan : Cibabat
Kota : Cimahi
Provinsi : Jawa Barat
Kode Pos : 40513
Telepon : (022) 6652807
Nomer Sk Pendirian : 0601/0/1985
Berdiri tangga : 22 november 1985

B. Sejarah Berdirinya Sekolah


Pendidikan adalah unsur penunjang perubahan pada manusia, dan sekolah
merupakan salah satu lembaga yang mencetak kader – kader perubahan tersebut. Ilmu
yang didapat akan terus berubah sesuai dengan perkembangan jaman, tetapi hal itu tentu

2
tidak akan tercapai dengan baik jika tidak ditunjang dengan fasilitas yang memadai baik
fisik maupun psikhis.
Berawal dari menempati 2 lokal yang dipinjamkan SMPN 2 Cimahi, SMAN 3
Cimahi berdiri sebagai filial / sekolah binaan dari SMAN 2 Cimahi pada tahun 1984.
Kemudian atas dasar prakarsa PYMT Kepala Sekolah pada saat itu yakni Bpk. Drs
Tatang Bachrum Adji, Bpk. Moch Wasid SH dibantu oleh Bpk. Drs. Dede Suyatna,
membeli sebidang tanah yang luasnya 9.326 M2 di jln. Pesantren Cibabat, Cimahi Utara.
Dilahan itulah dibangun 3 ruangan belajar,1 ruang Guru dan 1 ruang TU. Maka
berpindahlah kegiatan SMAN 3 Cimahi dari SMPN 2 Cimahi di jln. Jend Sudirman ke
jln. Pesantren Cimahi Utara yang secara Yuridis ditetapkan berdiri sendiri dengan SK
Pendirian Sekolah No 0601/10/1985 pada tanggal 22 November 1985. Kepemimpinan
saat itu dipegang oleh ibu Dra. Hj. Ratu Yetty Amin Argakusumah dan Bpk. Moch.
Wasid. SH.
Tahun Ajaran 1986 – 1990, barulah ada Kepala Sekolah yang definitive yaitu
Bpk. Ardjo. Dibawah pimpinan beliau bertambahlah ruangan belajar SMAN 3 Cimahi
menjadi 10 ruangan, yang dilengkapi dengan 1 ruang LAB IPA, 1 sarana ibadah mesjid
yang diberi nama “ AL – MUQODAS “, 1 lapangan olah raga Siswa da rehab ruang Guru
plus ruang TU.
Tahun Ajaran 1990 – 1995, tampuk pimpinan beralih ke Bpk. Drs. Ace Rukoman,
ruang belajar bertambah lagi 4 ruangan hingga jumlahnya menjadi 14 ruangan, ditambah
1 ruang Wakasek, 1 ruang OSIS, 1 ruang kantin. Pintu gerbang depan dan pembentengan
batas sekolah dengan masyarakatpun ditata dan dibenahi. Lapang olah raga siswa
diperbaiki ditambah dengan penataan dan penghijauan lingkungan.
Hingga pada periode 1995 – 1999 pada saat kepemimpinan Bpk. Drs. Sukarja AS;
pembangunan fisik sekolah tidak ada, kecuali rehab untuk beberapa ruangan. Periode
tahun ajaran 1999 – 2002 SMAN 3 Cimahi dipimpin oleh Bpk. Drs. Asep Ikhsan. Belaiu
menambah 4 ruang belajar, 1 ruang perpustakaan, 1 LAB. Komputer yang dilengkapi
dengan 20 buah computer Pentium 2, 1 ruang BP dan terjadi penggatian nama mesjid
menjadi “ NURUL IKHSAN “.
Tahun Ajaran 2003 – 2004 kepemimpinan dipegang oleh Bpk. Jojo Sutia, pun
tidak ada penambahan pembangunan fisik sekolah tetapi LAB. IPA sempat direnovasi.
Pada tahun ajaran 2004 – 2005 Kepala Sekolah dijabat PYMT Bpk. Drs. Edi
Junaedi, dengan pelaksana harian Bpk. Drs. Yayat Hidayat. Pada tahun ini SMAN 3

3
Cimahi mendapat bantuan 1 set perangkat LAB. BAHASA. Sesuai dengan
perkembangan dan kemajuan elektronika; juga kebetulan SMAN 3 Cimahi pada tahun ini
hanya satu – satunya SMA Negeri di Cimahi yang mempunyai jurusan Bahasa.
Tahun Ajaran 2005 – 2006, Bpk. Drs. Asep Ikhsan kembali menjadi PYMT,
sebagai pelaksana harian tetep dipercayakan kepada Bpk. Drs. Yayat Hidayat.
Pembangunan fisik SMAN 3 dilanjutkan kembali dengan menambah 1 buah sarana
lapangan olah raga, 1 ruang UKS, 1 ruang Tata Boga ( adanya MULOK pada kurikulum
2004 yang memuat adanya mata pelajaran tambahan untuk keterampilan. SMAN 3
Cimahi memilih keterampilan Tata Boga dan Elektronika ); 1 ruang piket Guru. Ruang
Kepala Sekolah dan Tata Usaha pindah ke lantai dua, sementara lantai dasar digunakan
untuk lahan parker sesuai dengan kebutuhan dan kapasitas kendaraan yang terus
bertambah baik untuk roda dua maupun roda empat.
Bulan Desember 2006 terjadi pergantian Kepala Sekolah, Bpk. Drs. Asep Ikhsan
dilaih tugaskan ke SMAN 1 Cimahi dan Bpk. Drs. Rochiman Satisha bertugas di SMAN
3 Cimahi. Ditahun Ajaran 2006 – 2007 SMAN 3 Cimahi menata lingkungan yang bersih
dan sehat dengan merenovasi wc siswa dan guru, perbaikan kursi dan meja belajar siswa,
termasuk lapangan olah raga yang ada di lahan sebelah utara diperbaiki dan dibuat lapang
tennis hinga berfungsi ganda, baik untuk guru ataupun siswa; karena Tenis dijadikan
kegiatan ekstra kurikuler ditambah dengan Mading, EAC ( English Activity Corner)
Jurnalist ( dilengkapi dengan kamera khusus ). Penataan halaman yang rindang dan
hijau, taman yang rapih hingga terlihat asri adalah sarana yang menunjang kenyamanan
aktivitas suatu komunitas sehingga bisa dijadikan lahan kegiatan yang memadai baik
untuk “ Flexibility Learning dan Pentas Kreasi Seni “ siswa SMAN 3 Cimahi ataupun
ajang silaturahmi dengan para orang tua siswa dan Alumni.
Tahun Pelajaran 2007 – 2008 SMAN 3 Cimahi mendapat bantuan dana Block
Grant (RKB) untuk 2 lokal tetapi yang berhasil dibangun menjadi 4 lokal ,( 2 ruang
belajar, 1 ruang perpustakaan dan 1 ruang Multi Media) Tuntutan kemajuan dan
perkembangan ilmu pengetahuan di era globalisasi ini tidak hanya bisa mengandalkan
buku sumber dan referensi Guru saja. Electonic Learning sebagai salah satu penunjang
kelancaran dan perkembangan ilmu pengetahuan sangat dibutuhkan. Komputerisasi dan
Internetisasi tidak lagi menjadi sesuatu yang spesial, tetapi sudah menjadi kebutuhan

4
khalayak orang banyak untuk lebih mengetahui perkembangan yang terjadi di Era
Globalisasi.
Kemajuan teknologi yang demikian pesat menjadi suatu bahan pemikiran yang
benar – benar dipertimbangkan oleh Bpk. Drs. Rochiman Satisha sehingga berdirilah 1
ruang Multi Media yang dilengkapi dengan pemasangan jaringan INTERNET dan
pengadaan HOT SPOT AREA . Dengan harapan SDM / Sumber Daya Manusia baik
kalangan Guru, Karyawan maupun Siswa bisa mengakses ilmu pengetahuan
pembelajaran atau pengetahuan Umum, dengan mudah agar tidak ketinggalan dengan
kemajuan jaman dan persaingan yang demikian pesat juga cepat.
Divisi ICT yang dilengkapi dengan 15 buah komputer dan kelengkapannya
ditambahkan sebagai salah satu bidang ekstrakurikuler untuk menunjang pesatnya
pembelajaran melalui IT bisa dipelajari dengan hasil yang memuaskan sesuai dengan
program unggulan yang dicanangkan oleh Kepala Sekolah.
Pada tahun Pelajaran 2007 -2008 ini pula terjadi perubahan yang membanggakan
SMAN 3 Cimahi menjadi “ CLUSTER 1 “, hal ini yang menjadi pendorong peningkatan
kinerja. Pada saat Penerimaan Siswa Baru, SMAN 3 Cimahi mencoba menggunakan
lembar pendaftaran dengan “ SCANNER SYSTEM “. Selain bangunan baru yang
dibangun ternyata 3 ruang belajar. Ruang Guru pun terkena renovasi total termasuk
pengadaan meja dan loker guru. Pemasangan DIGITAL AUDIO SYSTEM & CCTV di
ruang belajar, ruang guru, ruang Tata Usaha dan Ruang Kepala Sekolah, mesjid dan arena
upacara, melengkapi sarana dan prasarana SMAN 3 Cimahi, hingga effisiensi dan
efektivitas terlaksana dengan baik. Terjadi pengembalian nama untuk sarana ibadah dari “
NURUL IKHSAN “ dikembalikan kenama semula “ AL – MUQODAS “.
Penegakkan disiplin untuk guru, karyawan dan siswa, beliau sentuh juga pada
tahun ajaran ini. Peningkatan kinerja guru dengan berbagai langkah dijalankannya pula;
seperti mengadakan “ Study Banding “, BINTEK dan Workshop untuk meningkatkan
kualitas yang akan menunjang suatu keberhasilan. Hal ini menjadikan SMAN 3 Cimahi
sering dijadikan base / Pusat kegiatan Dinas Pendidikan Kota Cimahi seperti : Seleksi
Pelajar Berprestasi. Olimpiade Mata Pelajaran, Seleksi CPNS, Pelaksanaan UN susulan
dan Rapat Dinas Pendidikan Kota Cimahi.
Pada Tahun pelajaran 2008 – 2009, lahan parkir kendaraan siswa ( berhasil
menjadi juara I lahan parkir terbaik tingkat kota Cimahi ), pintu gerbang, benteng, ruang
piket guru, ruang Kesiswaan, ruang Sarana, yang beliau kerjakan. LAB. Komputer

5
direnovasi, sarana prasarananya diganti ( dilengkapi dengan 20 set computer Pentium 4,
web cam, audio, LCD dan WIFI. Laboratorium ini langsung akses dengan jaringan
Internet. Tidak hanya untuk siswa, kepentingan gurupun dilengkapi dengan computer
yakni : Ruang Guru, ruang LITBANG.
Ruang Guru jadi pusat kegiatan guru untuk sharing ( tidak hanya sebagai shelter ).
Melaui MGMP masing masing mata pelajaran bisa berkiprah bebas untuk membahas
materi pembelajaran, cara mengajar melalui CCTV ataupun hal lainnya, karena ruangan
guru sudah dilengkapi dengan LCD dan Infocus. Diharapkan bisa menjadi inspirasi dan
upaya perubahan paradigma, kinerja, sharing dan problem solving untuk menuju suatu
perbaikan.
Tahun Pelajaran 2009 – 2010, SMAN 3 Cimahi membangun 1 ruang LAB Fisika,
1 ruang BP RKB 1 buah, 3 wc siswa dan 1 buah kantin.
Di tahun Pelajaran 2010 – 2011, ternyata tidak hanya lahan terbuka yang
diperhatikan oleh Kepala SMA Negeri 3 Cimahi, lahan kumuh yang berada dibelakang
kelas XI IPA 1 – 4 beliau jadikan lahan untuk tumbuhan TOGA , GREEN HOUSE dan
lahan COMPOSTING, yang menunjang lingkungan sehat, kebutuhan mata pelajaran
Biologi dan kelengkapan UKS.
Untuk memenuhi kelengkapan sarana dan prasarana beliau kembali membangun 1
ruang kelas, 1 ruang serba guna, 4 buah wc, 1 buah ruang penjaga, pembuatan kran wash
hand dibeberapa ruang kelas dan merenovasi lantai lahan parkir, 2 ruang kelas; 1 ruang
digunakan untuk pelayanan UKS lengkap dengan fasilitasnya ( ruang UKS terdahulu
digunakan untuk sekretariat UKS dan PMR ) ditambah pengadaan TOGA KERING agar
bisa memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan bagi para siswa.
Penghijauan ruang terbukapun beliau lengkapi ,kegigihan dan kerjasama yang
beliau lakukan menghasilkan SMAN 3 Cimahi terpilih untuk mengikuti LOMBA
SEKOLAH SEHAT ketingkat “ Bakorpembang “ mewakili Kota Cimahi melalui surat
SEKWILDA NO 21/TP.UKS KOTA/CMI/2010 pada tanggal 18 Oktober 2010.
Tahun Pelajaran 2011 – 2012 SMA Negeri 3 Cimahi mengawali KBM dengan 1
shift, untuk itu dibangun 4 ruang kelas baru dan merenovasi 4 kelas lama. 1 ruang UKS,
dan penambahan 6 buah infocus, TV, lap top, speaker aktif, dalam rangka memfasilitasi
KBM.

C. Visi dan Misi Sekolah


1. Visi

6
Unggul dalam prestasi, arif dalam berfikir, bijak dalam bertindak, sinergi dalam
mengabdi, serta mampu bersaing secara global yang bertumpu pada nilai keimanan
dan ketaqwaan.
2. Misi
a. Memberikan pelayanan yang optimal oleh seluruh warga dalam berbagai bidang.
b. Mewujudkan dan menegakkan tata tertib / aturan kedisplinan seluruh warga.
c. Menigkatkan kualitas dan profesionalisme tenaga kependidikan.
d. Menciptakan proses KBM dengan paradigma baru yang berorientasi pada siswa
kreatif dan inovatif.
e. Mewujudkan setiap kegiatan akademik dan non akademik sebagai wahana
pengembangan diri untuk meningkatkan keterampilan.
f. Menumbuhkembangkan potensi di bidang ICT dan bahasa asing dengan
memegang teguh karakter bangsa dalam bersaing secara global.
g. Meningkatkan kerjasama baik di lingkungan sekolah maupun lintas sekolah.
h. Menerapan nilai-nilai IMTAQ dalam kehidupan sehari-hari.
i. Terselenggaranya proses KBM yang berorientasi Sekolah Berbudaya Lingkungan.
j. Mewujudkan prilaku warga sekolah yang berbudaya lingkungan.

7
BAB III

PEMAHASAN KASUS

A. Pembahasan Klien 1 (Klien AN/ Gia Tresna Sujana S.)


1. Asesment
a. Identitas klien
Nama :A N
Ttl : Bandung, 7 september 2000
Asal : Cimahi
Domisili : Cimahi
Jenis kelamin : laki-laki
Umur : 16 tahun
Suku : sunda – tionghoa
Bahasa sehari-hari : sunda – indonesia
Alamat tempat tinggal : aparetemen the edge no.45 B lantai 10 Baros cimahi, kota
cimahi
Sekolah : SMAN 3 Cimahi
Hobi : sepak bola
b. Kondisi fisik biologis
Jenis kelamin : laki-laki
Umur : 16 tahun
Kondisi fisik dari AN ini bisa dibilang cukup baik , AN terlihat bersih dan terlihat
modis , AN mamiliki tubuh yang tinggi kira kira sekitar 170cm dan sedikit berisi,
berkulit putih karna AN adalah ketruna tionghoa, memiliki rambut lurus dengan gaya
potongan rambut masa kini.
c. Kondisi psikologis
Kondisi psikologis AN ini cukup sedikit rumit karna AN terkadang menjadi
seorang yang tidak percaya diri dan pemalas akan etapi juga terkadang ada jiwa
semangat akan tetapi bukan dari hal yang positif.
d. Kondisi sosial
Kondisi sosial AN taerbilang kurang baik , karna dilihat dari kondisi sosial di
lingkungan primernya saja AN hanya tinggal dengan ibu dan cici nya ,tutur AN ,
karna ayah nya bekerja di jakarta dan kaka nya yang kost di bandung, ayah dan ibu
dari AN ini sudah bercerai semenjak AN masih duduk di bangku sekolah dasar, dari
hubungan sosial di sekolahnya saja AN bisa dibilang orang yang cukup sulit bergaul
di lingkungan SMAN 3 Cimahi, karna terlihat AN sulit menyesuaikan dengan
pergaulan SMAN 3 Cimahi yang cukup tinggi.

8
e. Kondisi spiritual
AN menganut kepercayaan muslim, akan tetapi ayah dari AN ini seorang kristen ,
menjadikan kondisi spiritual dari AN ini kurang kuat , AN ikut ibunya sedari kecil ,
ditambah lagi dengan kondisi rumah dai AN yang sepi dan tidak mempunyai sosok
ayah atau pemimpin di rumah membuat AN kurang kuat spiritualnya.
f. Lokasi kajian
Lokasi kajian yakni bertempat di SMAN 3 Cimahi ,Kota Cimahi.
Sekolah menengah atas ini berlokasi di jl.pasantresn no.161 cimahi utara.
g. Proses wawancara
Hari : Senin 7-10-2016
Waktu : 10:00 sd selesai
Tempat : SMAN 3 Cimahi
Pada awal wawancara AN terlihat malu-malu dan enggan untuk bercerita , setelah
melakukan small talk cukup lama dengan AN , akhirnya AN bisa dimintai keterangan
dengan tidak langsung menanyakan ke inti masalah daripada si klien, dan akhirnya
AN pun terbuka mengenai masalah yang dialaminya dari masalah pribadi sampai
masalah di sekolah ia kemukakan.
h. Deskripsi masalah
Disini An mempunyai masalah yang cukup kompleks dimana AN mengalami
perceraian orang tua dari ia masih kecil dan kurang perhatiannya dari orang tua, tidak
mendapatkan sosok seorang ayah , kurang bisa bergaul dengan teman-teman nya,
kurangnya motivasi belajar dari AN, banyaknya faktor penunjang penimbul masalah
dari AN , dari orang tuanya yang sudah bercerai sehingga AN tidak bisa mendapatkan
kasihsayang kedua orang tuanya secara utuh , mempengaruhi tumbuh kembang psikis
dari si AN ini , bisa menimbulkan permasalahan yang tad misalnya , kurang bisa
brgaul, kurangnya motivasi dalam segala hal, dan juga menjadikan AN ini ana yang
sedikit membangkang pada peraturan.
2. Rencana Intervensi
a. Tujuan penanganan masalah
1) Membuat klien kembali kepada peranan dan tugas-tugas yang sesuai dan
memang seharusnya dijalankan seorang anak 16 tahun
2) Mengembalikan motivasinya di dalam segala hal
3) Membuat orang tua AN ini sadar akan pentingnya memperhatikan anak-anak
nya.
b. Rencana intervensi
1) Yang pertama dilakukan pekerja sosial adalah mendekati klien terlebih
dahulu , kurang lebih waktu yang dibutuhkan untuk ini adalah 1 bulan

9
2) Setelah itu, menentukan prilaku yag harus di rubah dari AN ini apa dan
melakukan teknik kondisioning behaviour, teknik ini membuthkan waktu
kurang lebih 6 bulan , karna teknik ini memang membuthkan waktu yang
lama.
3) Kemudian, pekerja sosial memberikan advice kepada klien ,dan menceritakan
pengalaman pekerja sosial agar klien tersadarkan
4) Melakukan pendekatan terhada orang tua dari An dan memberikan sosialisasi
bahwa pentingnya perhatian terhadap anak dan apa pengaruhnya terhadap
perkembangan anak sehingga orang tua dari Anini mengerti. Ini membutuhkan
waktu urang lebih sekitar 1 minggu.

B. Pembahasan Kasus 2 (Klien Ay / Raticha Intan Salsabila)


1. Assessment
Nama klien : AY
Tempat, Tanggal Lahir : 20 Agustus 2001
Jenis Kelamin : Laki-laki
Hobi : Olahraga
Cita-Cita : Pengacara
Pendidikan : Sekolah Menengah Atas (SMA)
Kelas : X (Sepuluh)
Alamat : Bandung

Anak ke - : 4 dari 4 bersaudara

Wawancara hari pertama, Pekerja Sosial memperkenalkan diri dan menjelaskan


tujuan saya melakukan wawancara dengan AY. AY merupakan siswa SMAN 3 Cimahi
kelas 10 jurusan IPS. AY adalah anak ke empat dari empat bersaudara, kakak
pertamanya laki-laki dan sudah menikah, kakak keduanya perempuan dan sudah
bekerja, dan kakak ketiganya laki-laki masih kuliah di salah satu Universitas di
Bandung. AY mengikuti ekstrakulikuler di sekolahnya dan muay thai di luar sekolah.
AY ingin melanjutkan sekolahnya nanti ke perguaruan tinggi di fakultas pendidikan
dan ingin menjadi pengacara. Pada setiap kali mengalami kesulitan belajar, AY
meminta tolong kepada temannya untuk mengajarkan apa yang tidak ia mengerti,
terkadang juga AY meminta tolong langsung kepada guru yang bersangkutan untuk
mendapatkan penjelasan kembali pelajaran yang dirasa sulit. Pelajaran yang AY
rasakan lumayan sulit yaitu geografi harus menggambar pecahan-pecahan batu-batu
karena ia tidak suka menggambar dan pelajaran matematika yang memang sudah
10
dirasa sulit dari dulu. AY mengatakan bahwa dia merupakan anak yang tidak bisa
diam di kelas dan suka jahil kepada temannya. AY pergi ke BK apabila ingin curhat
tentang keinginannya yang menjadi pengacara dan pernah dipanggil ek guru BK
karena pernah tidak masuk sekolah dua kali karena telat datang dan tidak masuk
sekolah karena ban motornya bocor. Kegiatan AY di rumah yaitu baca novel, main hp
(kalau tidak diperintahkan apa-apa oleh ibu nya), karena AY mengatakan kalau ia
adalah anak yang dekat dengan ibu nya, selalu dimanja dan diberikan apapun
keinginannya. AY juga mengatakan kalau dirinya pernah masih tidur bersama ibu nya
hingga ia kelas 2 SMP. Tetapi walaupun dimanja oleh ibu nya, AY juga tetap diberi
hukuman apabila melakukan kesalahan, seperti apabila setelah pulang sekolah tidak
langsung pulang dan tidak memberitahu terlebih dahulu kepada orang tuanya, maka
uang jajannya dipotong lima ribu perhari. Selain dekat dengan ibu nya, AY pun
memiliki pacar yang bersekolah di sekolah yang sama tetapi berbeda kelas
dengannya. Kemudian pada hari itu saya menanyakan kepada AY apakah bersedia
melakukan wawancara selanjutnya di luar hari sekolah, dan dia menyatakan bahwa
bersedia. Dan menentukan tempat beserta waktu pertemuan selanjutnya melalui
"chat". Pada hari dimana telah ditentukan untuk pertemuan kedua, tiba-tiba saja AY
mengatakan kalau hari itu tidak bisa bertemu. Kemudian pada hari senin depannya
saya dan teman kelompok kembali ke SMAN 3 Cimahi untuk melakukan wawancara
terakhir dengan masing-masing klien kami. Dan pada hari tersebut klien saya sedang
sakit dan tidak bisa melakukan wawancara. Pada akhirnya saya menanyakan lagi
kepada dia apakah bisa bertemu di lain waktu, dan akhirnya ia dapat bertemu untuk
melakukan wawancara kedua dengan saya ditempat yang ia tentukan.
Wawancara kedua yang saya lakukan dengan AY yaitu melanjutkan dari
wawancara pertama. Berkaitan dengan pertanyaan yang saya ajukan tentang interaksi
AY dengan keluarganya, ia menjawab bahwa interaksinya normal dan berjalan
harmonis, AY bertemu dengan kedua orang tuanya setiap hari kecuali di waktu AY
sekolah. Keinginan AY menjadi seorang pengacara mulai dari ia kelas 6 SD, yang
pada awalnya di kelas 1 SD ingin menjadi Akpol. Hal-hal yang telah ia lakukan
sebagai upaya untuk menunjang keinginannya menjadi pengacara yaitu dengan
menghapal tentang Undang-undang dan peraturan-peraturan yang ada di Indonesia.

11
AY juga mendapatkan dukungan dari keluarganya, bentuk dukungan yang diberikan
yaitu membantu AY untuk menghapal materi-materi tentang bagaimana menjadi
pengacara dan memotivasi AY untuk tetap semangat. AY mengikuti salah satu
komunitas yang berada diluar sekolahnya yang bernama "Waluh" dari awal masuk
kelas 10.Kegiatan yang dilakukan komunitas tersebut yaitu bermain karambol, kartu,
ngobrol-ngobrol. Pada saat hari pertama melakukan wawancara, saya melihat celana
seragam AY ada coretan spidol, aaya menanyakan coretan apakah itu dan AY
mengatakan bahwa coretan itu diakibatkan karena ia menggunakan celana seragam
yang ketat. Padahal sudah menjadi aturan SMAN 3 cimahi kalau seragam yang
digunakan oleh siswa tidak boleh ketat. Ternyata pelanggaran yang AY lakukan pada
hari itu bukanlah pelanggaran yang pertama kalinya, melainkan sudah yang ke lima
kali. Padahal sanksi yang telah diberikan oleh guru BK sebelum-sebelumnya sudah
sampai celananya di gunting, tetapi tetap saja AY tidak jera dan tetap melakukan
pelanggaran itu lagi. AY merasa malu dan tidak percaya diri kalau harus memakai
celana yang "gombrang". Setelah ditanyakan lebih mendalam, ternyata perilaku
melanggarnya itu disebabkan oleh lingkungan pergaulannya. AY memiliki lima orang
teman laki-laki dan dua orang teman perempuan di kelasnya. Kelima teman laki-
lakinya tersebut juga memakai celana seragam yang ketat seperti yang AY gunakan,
selain itu komunitas "Waluh" yang ia ikuti pun menggunakan celana seragam yang
ketat. Hal tersebut sangat mempengaruhi perilaku AY yang walaupun ia memiliki
hubungan yang baik dengan keluarganya. Selain itu, AY juga suka merorok, tetapi ia
mengatakan bahwa ia merokok kalau sedang ingin saja dan tidak sampai candu,
karena pacarnya pun marah dan langsung membuang rokok AY apabila sampai
ketahuan merokok. Pacar bagi AY dapat memberikan pengaruh positif, karena
pacarnya memberikan motivasi dan dukungan kepada AY untuk semangat belajar dan
jangan sampai bolos sekolah, tetapi juga ada pengaruh negatif yang dirasakan, yaitu
saat ada masalah diantara AY dengan pacarnya akan berpengaruh kepada belajarnya
yang menjadi malas.
Permasalahan yang menjadi fokus dalam pemecahan masalah yaitu :
a. Perilaku melanggar aturan sekolah (menggunakan celana seragam ketat)
b. Perilaku merokok
2. Rencana Intervesi

12
Berdasarkan permasalahan yang dianalisis tersebut, dalam melakukan
Perubahan Perilaku terhadap klien, pekerja sosial menyusun beberapa rencana
intervensi, diantaranya :
a. Merubah perilaku maladaptive klien yang suka melanggar peraturan sekolah
b. Merubah kebiasaan merokok klien

Rencana Intervensi yang akan dilakukan oleh pekerja sosial tersebut adalah
dengan menggunakan beberapa teknik pengubahan perilaku, antara lain :

a. Teknik token ekonomi, teknik token ekonomi diterapkan untuk mendorong klien
merubah perilaku maladaptifnya seperti melanggar aturan sekolah yakni
menggunakan celana seragam ketat.
Teknik token ini akan digunakan selama satu bulan (20 hari sekolah) dengan
diberikan kupon pada setiap harinya AY tidak menggunakan celana seragam yang
ketat, dan apabila jumlah kupon yang dikumpulkan sudah mencapai batas
minimal yang telah ditentukan, AY akan mendapatkan sepatu olahraga yang ia
inginkan dari ibu nya. Adapun aturan yang harus dijalankan yaitu :
1) Untuk mendapatkan kupon, AY tidak diperbolehkan menggunakan celana
seragam yang ketat
2) Jika AY melanggar, AY tidak akan mendapatkan kupon dihari ia melanggar
3) Jika AY melanggar tiga hari berturut-turut, maka kupon yang dimiliki AY
akan dikurangi satu
4) Jika AY berhasil mengumpulkan kupon minimal sebanyak 22 kupon, ia
dapat menukarkan kupon tersebut dengan sepatu olahraga yang ia
inginkan.
b. Teknik penguatan negatif, teknik ini digunakan untuk mempertahankan perilaku
baru yang telah dicapai klien sebagai hasil dari penerapan teknik token ekonomi.
Teknik ini lakukan setelah teknik token ekonomi, agar AY tidak menggunakan
celana seragam hanya karena menginginkan hadiah. Apabila setelah dari 20 hari
diatas AY masih melanggar menggunakan celana seragam yang ketat, maka
hadiah sepatu olahraga yang diberikan oleh ibunya akan diambil kembali dan
bahkan beberapa barang seeperti hp dan motor akan disita oleh ibunya.

Teknik penghukuman negatif, teknik ini digunakan untuk menekan perilaku


merokok agar tidak lagi merokok.Teknik ini dilakukan dengan bantuan dari pacar
dan teman dekatnya yang satu kelas dengan AY. Jika AY ketahuan merokok, maka

13
temannya tidak akan menemani AY selama satu minggu, dan pacarnya tidak akan
mau bertemu dengan AY selama satu minggu. Dalam hal ini, yang mengawasi AY
tidak hanya pacarnya saja, tetapi tujuh orang teman dekatnya yang berada di satu
kelas yang sama dengan AY juga sebagai pengawas AY agar tidak merokok.

(Wawancara dengan Klien)

(Tools assessment yang digunakan pekerja sosial)

C. Pembahasan Kasus 3 (Klien M/ Wewen Destiani)


1. Asesment
a. Identitas Klien
Nama :M
TTL : Cimahi, 17 September 2000
Usia : 16 tahun
Jenis kelamin : Laki – laki (L)
Pendidikan : SMA (Sekolah Menengah Atas)
Kelas : X (Sepuluh)
Alamat : Jalan Penembakan Utara No. 5
14
No.Hp : 089659858009
Anak ke : III dari III bersaudara
Nama Orang Tua
Ayah : Horence Gustian Natanael S
Ibu : Yenny Widyanti Y.
Pekerjaan Orang Tua
Ayah : Wiraswasta

Ibu : Ibu Rumah Tangga

(Pekerja Sosial dan Klien M)

Klien M adalah seorang siswa dari SMAN 3 Cimahi, saat ini klien M berada
pada kelas X MIPA 3. Klien M mengikuti salah satu ekstrakulikuler disekolah
tersebut yaitu Band serta Seni Musik, hal ini dikarenakan klien M memiliki hobi
bermusik, klien M dapat memainkan beberapa alat musik seperti gitar, bast, drum,
piano, dan lain – lain. Keahlian ini didapatkan dari sang ayah yang merupakan
seorang seniman, dimana ayah dari klien M juga dapat memainkan berbagai alat
musik.

15
b. Masalah
Wawancara dengan klien M dilakukan pada :
Hari/tanggal : Senin, 31 Oktober 2016 dan Senin, 7 November 2016
Waktu : 10.45 – 11.30 WIB dan 10.25 – 11.00 WIB

Tempat : SMAN 3 Cimahi, Kota Cimahi

Dalam melihat permasalahan klien M, pekerja sosial melihatnya dari berbagai


aspek, diantaranya :

1. Aspek Sosial
Aspek Sosial ini berkaitan dengan hubungan atau relasi antara klien M
dengan lingkungan sekitarnya, baik itu dengan keluarga, teman, dan masyarakat
sekitar.
a) Hubungan dengan Keluarga
Dalam hal ini relasi atau hubungan antara klien M dengan keluarganya
cukup baik terutama dengan Ibunya. Dimana klien M sangat dekat dengan
Ibunya, ia sering kali bercerita ataupun meminta pendapat dari Ibunya
mengenai berbagai hal, misalnya, mengenai universitas mana yang akan ia
masuki setelah lulus SMA.
Hubungan klien M dengan Ayahnya tidak terlalu dekat dibandingkan
dengan Ibunya, hal ini dikarenakan klien M sangat jarang bertemu dengan
Ayahnya. Ayah klien M sering tidak berada dirumah karena pekerjaannya di
luar kota, yaitu di Kalimantan. Sehingga klien M sangat jarang bertemu
dengan Ayahnya.
Selain itu klien M terkadang kesal dengan Ayahnya, karena sikap sang
Ayah yang menurut klien M “pilih kasih”, dimana Ayah klien M sangat
menyayangi kakak perempuannya, dan selalu membelanya ketika klien M
bertengkar dengan kakak perempuannya. Ayah klien M juga sering kali
memberikan uang jajan yang lebih pada kakaknya dibandingkan dengan
dirinya.
Klien M merupakan anak bungsu dari 3 bersaudara, ia cukup dekat
dengan kakak laki – lakinya, namun tidak terlalu dekat dengan kakak
perempuannya. Menurut klien M kakak perempuannya sangant cerewet dan
seringkali menyuruhnya melakukan berbagai hal, selain itu karena sikap

16
Ayahnya yang sangat menyayangi kakak perempuannya membuat klien M
“kesal” dengan kakaknya.
b) Hubungan dengan Teman
Hubungan atau relasi antara klien M dengan teman disekitar lingkungan
sekolahnya cukup baik, karena menurut penuturan dari klien M, ia sangat
nyaman dengan teman – temannya, terutama dengan teman kelasnya. Klien M
memiliki 2 sahabat dekat dikelasnya yaitu Andrian dan Anggara.
c) Hubungan dengan Masyarakat

Klien M tidak terlalu banyak berinteraksi dengan masyarakat di sekitar


rumahnya, ia lebih senang berada dirumah bersama dengan keluarganya.

Secara keseluruhan klien M tidak memiliki masalah dalam menjalin relasi


dan hubungan dengan orang lain disekitarnya, ia hanya memiliki hubungan yang
renggang dengan kakak perempuannya. Hal ini digambarkan dari diagram venn
yang dibuat oleh klien M bersama dengan pekerja sosial :

(Gambar Diagram Venn)


Dari gambar diagram venn tersebut terlihat bahwa klien M tidak memiliki
konflik dengan orang – orang sekitarnya, ia hanya kurang dekat dengan kakak
perempuannya. Dan dalam diagram venn tersebut juga telihat kedekatan klien M
dengan orang – orang sekitarnya terutama dengan Ibu dan teman – temannya.
Selain menggunakan diagram venn untuk melihat hubungan klien dengan
orang – orang sekitarnya, pekerja sosial juga mencoba menggunakan ekomap
untuk melihat bagaimana hubungan klien dengan ligkungan sekitarnya, namun
dalam ekomap juga terlihat bahwa klien tidak memiliki konflik atau masalah

17
dengan lingkungan yang ada disekitar dirinya. Ia hanya kurang bersosialisasi dan
kurang akrab dengan masyarakat disekitar lingkungannya, seperti dengan
masyarakat, tetangga serta teman – teman sebaya disekitar rumahnya. Berikut
adalah gambar ekomap yang dibuat oleh klien M dengan dibantu dan diarahkan
oleh pekerja sosial :

(Gambar Ekomap) (Peksos mengarahkan klien M)


2. Aspek Kongnitif
Klien M mengambil jurusan IPA di SMAN 3 Cimahi. Ia mengambil jurusan
tersebut berdasarkan atas hasil tes masuk, selain itu kedua orang tuanya lebih
cenderung mendukungnya untuk mengambil jurusan IPA dibandingkan dengan
IPS. Sehingga klien M memutuskan untuk mengambil jurusan IPA dibandingkan
dengan jurusan IPS.
Namun klien M sendiri mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri
dengan mata pelajaran yang ada pada jurusan IPA tersebut, terutama untuk mata
pelajaran Fisika, Kimia, dan Matematika, sehingga ia sering kali harus melakukan
remedial ketika ulangan harian pada ketiga mata pelajaran tersebut. Sedangkan
pada mata pelajaran yang lain seperti PKN, Sejarah, dan Biologi, klien M tidak
mengalami masalah dalam memahami ketiga mata pelajaran tersebut, terutama
untuk mata pelajaran Sejarah, dimana klien M sangat menyukai mata pelajaran
tersebut.
Klien M sangat tidak menyukai mata pelajaran Fisika, Kimia, dan
Matematika. Menurut klein M ketiga mata pelajaran tersebut sangat sulit untuk
dipahami atau dimengerti, karena selain membutuhkan keterampilan dalam
berhitung juga dibutuhkan kemampuan dalam menghafal rumus, terutama untuk
mata pelajaran Kimia. Klien M selalu mempersepsi bahwa ketiga mata pelajaran
tersebut sulit baginya, dan ia tidak mampu untuk mengerjakan soal yang diberikan
oleh gurunya.

18
3. Aspek Perilaku

Dari aspek perilaku, klien M sering kali merasa malas ketika akan belajar,
dan lebih senang untuk bermain dengan teman – temannya dibandingkan dengan
belajar. Hal ini dikarenakan ia tidak dapat memahami pelajaran yang akan ia
pelajari, terutama untuk mata pelajaran Fisika, Kimia, dan Matematika. Sehingga
ia menjadi malas ketika akan belajar, serta seringkali remedial dan harus
mengulang pada mata pelajaran tersebut.

2. Rencana Intervesi
a. Tujuan Rencana Intervensi
Adapun tujuan rencana intervensi dalam penyelesaian masalah klien M adalah :
1) Mengubah persepsi klien M tentang dirinya yang tidak mampu untuk memahami
pelajaran, terutama untuk mata pelajaran Matematika, Fisika, dan Kimia
2) Mengubah persepsi klien M tentang mata pelajaran yang sulit
3) Menghilangkan atau menurukan perilaku malas belajar pada klien M
b. Sistem Sumber
Pelaksanaan itervensi pada klien M tidak terlepas dari pemanfaatan sistem
sumber, adapun sistem sumber yang dimanfaatkan oleh pekerja sosial dalam
pelaksanaan rencana intervensinya adalah :
1) Sistem sumber informal, yaitu keluarga klien M terutama Ibu klien M, karena
klien M sangat dekat dengan Ibunya
2) Sistem sumber formal, yaitu guru – guru yang ada disekolah klien M
c. Pendekatan
Dalam menangani permasalahan klien, pekerja sosial menggunakan 2
pendekatan yaitu :
1) Pendekatan kongkitif – behavioristik
Pendekatan ini merupakan pendekatan yang berkaitan dengan pengubahan
persepsi atau pemahaman seseorang yang nantinya akan mempengaruhi
perilakunya.
Pekerja sosial ingin mengubah persepsi klein M tentang :
a) Dirinya yang tidak mampu untuk mengerjakan soal yang diberikan oleh
gurunya serta tidak mampu memahami penjelasan dari gurunya
b) Mata pelajaran yang sulit
c) Tidak menyukai mata pelajaran Fisika, Kimia, dan Matematika
Persepsi – persepsi negative diatas ketika diubah menjadi persepsi –
persepsi yang positif, maka akan melahirkan perilaku yang positif pula pada diri

19
klien M. Selain itu pengubahan persepsi klien M juga secara tidak langsung akan
berdampak pada pengurangan perilaku malas belajar pada diri klien M.
2) Pendekatan ekologi
Dalam Paula Allen “Social Work Services in School”, pendekatan ekologi
adalah pendekatan yang melihat masalah yang dihadapi oleh individu merupakan
hasil interaksi antara individu dengan lingkungannya.
Keluarga merupakan salah satu lingkungan yang berada disekitar klien M.
Lingkungan keluarga yang cenderung menginginkan klein M untuk mengambil
jurusan IPA dibandingkan dengan jurusan IPS menyababkan klien M akhirnya
mengambil jurusan IPA. Tuntutan dari keluarga yang menginginkan klien M
untuk mengambil jurusan IPA yang tidak sesuai dengan minat atau keinginan
klien M, menyebabkan permasalahan tersendiri pada klien M, yakni tidak mampu
menyesuaikan diri dengan mata pelajaran pada jurusan yang diambilnya.
d. Metode
Metode yang digunakan dalam mengatasi permasalahan klien M adalah metode
case work. Menurut Pearlman, case work adalah suatu proses yang diberikan oleh
suatu badan kesejahteraan sosial untuk membantu individu – individu supaya lebih
efektif mengatasi masalahnya didalam fungsi sosialnya. Penanganan permasalahan
dalam metode ini dilakukan secara face to face.
e. Tehnik
Tehnik yang digunakan oleh pekerja sosial disesuaikan dengan permasalahan
yang dihadapi oleh klien M, serta disesuaikan pula dengan metode yang dipilih oleh
pekerja sosial. Adapun tehnik – tehnik yang digunakan dalam pemecahan masalah
klien M adalah :
1) Konseling
Menurut Ivey & Fullmer (1996), konseling merupakan suatu kegiatan untuk
memberikan alternative – alternative, membantu klien dalam melepaskan dan
merombak pola – pola lama, memungkinkan melakukan proses pengambilan
keputuasan dan menemukan pemecahan yang tepat terhadap masalah.
Dalam konseling ini pekerja sosial membantu klien untuk mengatasi serta
memecahkan permasalahan yang dihadapinya.
2) Pengubahan perilaku
Tehnik pengubahan perilaku ini dilakukan untuk mengubah perilaku malas
belajar pada klien M, adapun tehnik yang digunakan adalah :
a) Reinforcement positif

20
Merupakan suatu tehnik dalam meningkatkan suatu perilaku yang
diinginkan dengan memberikan konsekuensi positif (sesuatu yang
menyenangkan) untuk meningkatkan perilaku.
Dalam kasus klien M perilaku yang ingin ditingkatkan adalah perilaku
rajin belajarnya. Hal ini dilakukan dengan bekerja sama dengan keluarga klien
M, terutama dengan Ibunya, karena klien M lebih dekat dengan Ibunya
dibandingkan dengan anggota keluarga yang lainnya. Tehnik ini dilakukan
dengan cara :
Ketika klien M belajar dengan rajin maka Ibunya akan memberikan pujian
serta akan menaikkan uang jajannya, sehingga perilaku malas klien M akan
berkurang dan perilaku rajin belajarnya akan memingkat.

Belajar Mendapatkan pujian dan


Perilaku rajin belajar
b) Punishment positife uang saku ditambah
meningkat
(konsekuensi
Punishment positife merupakan suatupositif)
tehnik dalam menurunkan atau
menghilangkan suatu perilaku yang tidak diinginkan dengan memberikan
konsekuensi negative (sesuatu yang tidak menyenangkan). Dalam kasus klien
M perilaku yang ingin dihilangkan atau dikurangi adalah perilaku malas
belajar.

Malas belajar Uang saku dikurangi Perilaku malas belajar


(konsekuensi negatif) menurun

3) Support
Pekerja sosial memberikan dukungan atau support kepada klien untuk
berubah, terutama untuk mengubah perilaku malas belajarnya.
4) Reasurance
Tehnik reassurance ini merupakan tehnik yang digunakan untuk
memberikan keyakinan pada diri klien. Terutama untuk meyakinkan klien M
bahwa ia mampu untuk menyesuaikan diri dengan mata pelajaran dalam jurusan
yang telah ia ambil, selain itu pekerja sosial dapat meyakinkan klien bahwa :
a) Ia mampu mengerjakan soal yang diberikan oleh gurunya
b) Mata pelajaran dalam jurusan yang ia ambil merupakan mata pelajaran yang
mudah dan menyenangkan untuk dipelajari

21
Tehnik ini dapat mengubah persepsi negative klien M tentang dirinya yang
tidak mampu untuk memahami mata pelajaran.

f. Peran Pekerja Sosial


Ada beberapa peran yang dilakukan oleh pekerja sosial dalam penanganan
masalah yang dihadapi oleh klien M, diantaranya :
1) Konselor
Pekerja sosial melakukan perannya sebagai konselor yang melakukan
konseling kepada klien M mengenai permasalaha yang dihadapi.
2) Broker
Menghubungka klien M dengan sistem sumber yang dapat dimanfaatkan
dalam memecahkan permasalahan klien M. Berkaitan dengan peran broker
tersebut, pekerja sosial disini berusaha untuk menghubungkan klien M dengan
lembaga pendidikan non-formal berupa tempat les. Sehingga klien M dapat
meningkatkan keterampilan dan kemampuannya dalam beberapa mata pelajaran
yang tidak ia kuasai, terutama untuk mata pelajaran Fisika, Kimia, dan
Matematika.
3) Home – school liaision

Home – school liaison merupakan suatu peran pekerja sosial dimana pekerja
sosial berusaha untuk menghubungkan antara rumah dengan pihak sekolah untuk
membantu dalam proses penanganan permasalahan klien M.

D. Pembahasan Kasus 4 (Klien MV/ Itsmi Fathya)


1. Identitas
Nama: MV
Umur: 15 Tahun
Tempat Tanggal Lahir: Cimahi, 22 Januari 2001
Alamat: Perumahan Pondok Mutiara, Cimahi
Jumlah saudara: -
Kelas: X IPA 8
Sekolah: SMAN 3 Cimahi
2. Deskripsi masalah
MV adalah anak sulung. Dia merasa betah sekolah di SMA nya tersebut karena
teman-temannya beda seperti di SMP, teman-teman SMA lebih asyik dan bercandanya
nyambung dengan dia. Dulu MV pernah ikut ekstrakulikuler di sekolah yaitu sepakbola,
hanya dua kali ikut latihan akhirnya MV mengundurkan diri begitu saja karena merasa
bosan. Namun ada yang MV kurang suka dari sekolah karena terdapat beberapa guru

22
yang suka marah-marah tidak jelas seperti memperbesar masalah kecil dan marah tanpa
ada penyebabnya. Menurut penuturan MV, ia pernah mendapatkan pengalaman yang
kurang mengenakan dengan beberapa guru yaitu dengan guru Kimia saat 2 bulan
bersekolah di SMA barunya. Ketika itu, hari Rabu, guru Kimia berkata kepada salah satu
teman MV saat kelas MV sedang berlangsung mata pelajaran olahraga bahwa beliau akan
masuk ke kelas setelah istirahat kedua. Tetapi kenyataannya saat itu guru Kimia masuk ke
kelas MV pada pukul 11.20, dan posisi MV sedang tidak berada di kelas melainkan
sedang jajan di kantin, karena temannya memanggil MV yang saat itu tidak tahu sehingga
MV segera masuk ke kelas pada pukul 11.45. Guru Kimia langsung memarahi MV ketika
ia telat masuk kelas. Guru Kimia membentak MV di depan teman-temannya, dan dengan
perasaan malu, MV tetap mengikuti pelajaran hingga berakhir.
Hal tersebut membuat MV jengkel kepada gurunya karena ia merasa tidak salah.
Tidak hanya dengan guru Kimia, ia juga bermasalah dengan guru Seni Budaya. Saat itu,
ia telat masuk ke kelas dan sedang berlangsung tes dan akhirnya ia tidak diperbolehkan
mengikuti tes tersebut. Menurut pengakuan dari MV, semenjak kejadian itu ia sering
membolos hingga 16 hari. Tetapi tidak berurutan selama 16 hari, MV sering membolos di
mata pelajaran Kimia dan Seni Budaya. Saat membolos, MV bilang ke orang tua bahwa
ia pergi sekolah padahal ia ke warnet untuk bermain game. Terkadang ia membolos
sendiri ataupun bersama teman dekatnya. MV memiliki teman dekat di sekolah sebanyak
2 orang. MV membolos dengan alasan malas untuk pergi sekolah, dan pernah beralasan
tidak enak badan ke orang tua padahal ia malas sekolah. MV dipanggil oleh guru BK
karena masalah membolosnya tersebut dan disuruh untuk menceritakan semua
masalahnya ke guru BK bahkan wali kelas pun sudah tahu bahwa ia memiliki masalah
dengan guru Kimia. Karena jarang masuk ke kelas khususnya saat pelajaran Kimia, guru
Kimia meminta kepada guru BK untuk memanggil orang tua MV. Akhirnya guru BK
memanggil orang tuanya, tetapi tanpa sepengetahuan MV. Sebenarnya MV pun pernah
menceritakan masalah kekesalannya kepada orang tuanya tetapi ayah khususnya tidak
memberikan solusi dan malah melarang MV untuk bermain bersama teman-temannya
dan disuruh untuk mengikuti Kursus Bahasa Inggris, handphone milik MV pun pernah
disita dan dibanting oleh ibu MV karena ia terlalu sering main dan membolos.
Berdasarkan penuturan MV, ayahnya merupakan sosok yang tidak banyak bicara dan

23
tegas namun tidak pernah main tangan. Berbeda dengan ibu MV, yang baik, pengertian,
tetapi suka main tangan seperti memukul. Hingga saat ini ia memiliki masalah dengan
nilai-nilainya di sekolah yang masih banyak nilai merah dan kosong di rapot sementara.

3. Faktor Penyebab Masalah


a. Beberapa guru pelajaran yang memberikan kesan kurang baik terhadap MV
karena sikapnya dianggap oleh MV terlalu berlebihan.
b. Memiliki pergaulan yang kurang baik di luar sekolah, bahkan ia memiliki
basecamp berupa warung bersama teman-temannya.
c. Sikap MV yang cuek dan tidak mau ambil pusing sehinga membuat ia selalu
mangambil keputusan yang kurang tepat.
4. Akibat Dari Masalah
Akibat dari perilaku bolos yang dilakukan oleh MV menyebabkan ia memiliki
nilai-nilai kosong dan nilai merah di hampir semua mata pelajaran. Bahkan ia tidak
diperbolehkan untuk mengikuti ujian, dan saat ia akan mengganti nilai yang kosong
dengan tugas pengganti, tetapi ditolak oleh guru-guru yang bersangkutan. Guru-guru
berdalih, ia harus mengubah sikap membolosnya tersebut.
5. Rencana Intervensi
a. Tujuan Intervensi
1) Membantu MV untuk meningkatkan motivasi belajarnya
2) Membantu MV mengubah perilaku menyimpangnya yaitu membolos
b. Sasaran Intervensi
Sasaran intervensi yang akan dilaksanakan tidak hanya MV secara personal
melainkan lingkungan-lingkungan yang berpengaruh terhadap MV.
1) MV sebagai sasaran intervensi yang utama.
2) Keluarga yaitu ayah dan ibu yang memiliki pengaruh besar terhadap MV.
3) Lingkungan sekolah seperti guru-guru yang menjadi faktor penyebab masalah
karena sikapnya yang kurang baik serta guru BK yang memiliki tugas dan
wewenang dalam mmemberikan bimbingan konseling MV di sekolah selama
ini.
c. Sistem Sumber
Sistem sumber yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber pertolongan bagi MV
antara lain:
1) Keluarga, terutama ayah dan ibu.
2) Guru di sekolah dapat menempatkan diri sebagai teman bicara bagi MV.
3) Teman sebaya dapat dijadikan sistem sumber bagi MV karena pergaulan
menjadi faktor penyebab MV semakin berani membolos di sekolah.
d. Program Intervensi

24
Program intervensi yang akan dilakukan adalah upaya untuk meningkatkan peran
diri MV sendiri untuk mengubah perilakunya melalui aspek kognitif, afektif, dan
psikomotorik agar MV dapat menyelesaikan masalahnya sendiri, dengan upaya
sebagai berikut:
1) Memberikan pemahaman kepada MV mengenai sikap dan tingkah lakunya
memberikan dampak kurang baik terhadap akademiknya di sekolah.
2) Memberikan support kepada MV untuk meningkatkan sikap dan perilakunya
kea rah yang lebih positif.
3) Memberikan motivasi untuk meningkatkan semangat belajar dan tidak malas
untuk pergi ke sekolah.
e. Metode dan Teknik Intervensi
Metode yang digunakan untuk menyelesaikan masalah MV adalah dengan metode
social casework dan teknik yang digunakan antara lain:
1) Small talk
Teknik ini digunakan saat kontak permulaan dengan MV. Manfaat
menggunakan teknik ini adalah agar MV dapat berbicara masalahnya tanpa
canggung.
2) Ventilation
Saat MV menceritakan masalahnya, ia juga mengungkapkan emosi secara
terbuka. Dengan membantu MV menyatakan emosinya, maka dapat
melaksanakan tindakan pemecahan masalah serta dapat memusatkan
perhatiannya pada perubahan diri MV.
3) Support
Memberikan dukungan dan semangat kepada MV diharapkan dapat
mengurangi malas sekolah yang dialami oleh MV dan dapat meningkatkan
motivasi belajar untuk MV.
4) Mediasi
Menghubungkan MV dengan sistem sumber yang terdapat di lingkungan,
karena faktor penyebab yang berpengaruh terhadap perilakunya yang
menyimpang akibat dari sistem sumber yang kurang responsif.
5) Reward and punishment
Pengubahan perilaku untuk mengarahkan perilaku MV kea rah yang lebih
positif adalah dengan menggunakan teknik reward and punishment. Dengan
memberikan pujian, hadiah kepada MV untuk membangkitkan semangat
belajarnya jika ia melakukan hal yang positif. Sebaliknya jika ia melakukan
kesalahannya lagi ada hukuman tertentu seperti meniadakan barang

25
kesukaannya sehingga ia dapat tergugah untuk tidak mengulangi kesalahannya
lagi.

(Pekerja sosial dengan Klien MV)

E. Pembahasan Kasus 5 (Klien PRA/ Indra Surya Perdana Kusuma)


1. Asesment
Dalam Observasi dan wawancara ini, penulis melakukan observasi dan wawancara
kepada siswa SMAN 3 Cimahi
a. Identitas Responden
Nama : “PRA”
TTL : Bandung, 1 November 2000
Asal : Cimahi
Domisili : Cimahi
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 16 tahun
Agama : Islam
Suku : Sunda
Bahasa sehari-hari : Sunda, Indonesia
Alamat Tempat Tinggal : Jalan Pesantren Komplek Budi Asri, Cimahi Utara
Sekolah : SMAN 3 Cimahi Kelas X IPS 2
Hobi : Sepakbola, Pencak Silat
b. Kondisi Fisik/Biologis
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 16 tahun
Berdasarkan hasil pengamatan, klien adalah anak yang sehat. Postur tubuh yang
dimiliki “PRA” termasuk rata-rata dengan tinggi 149 cm dan berat badan 45 kg, dia
tidak pernah mengalami gangguan kesehatan yang serius.

26
Berdasaarkan keterangan “PRA” waktu umur 4 tahun dia sempat dirawat
karena penyakit infeksi paru-paru, namun hingga saat ini dia tidak pernah lagi
mengalami gangguan kesehatan yang serius. Selama ini dia sehat-sehat saja.
c. Kondisi Psikologi
Seperti anak-anak SMA pada umumnya, “PRA” merupakan anak yang masih
gemar bermain, mencoba hal-hal baru, seiring dengan tugas perkembangan seusianya
yakni anak yang sedang mencari jati diri, “PRA” juga termasuk anak yang senang
bermain dengan teman-temannya. Dia juga merasa sangat senang ketika bersama
dengan teman-teman daripada berada di rumah. Menurut penuturan “PRA” sikap
yang dominan mencerminkan dirinya adalah percaya diri, emosional, tetapi dia
mengaku mempunyai rasa empati yang tinggi terhadap sesama. Sedangkan dari aspek
kognitif nya “PRA” merupakan anak yang sulit belajar, saat disekolah maupun
dirumah dia kurang semangat untuk belajar, menurut keterangannya dia belajar hanya
saat tertentu saja seperti saat disuruh orang tua, mau ujian sekolah dan ketika ada
tugas saja, namun didalam mata pelajaran dan tugas disekolah tidak ada masalah.
“PRA” juga cukup terbuka dan cukup santai dengan adanya proses wawancara,
dia cukup kooperatif saat proses wawancara berlangsung. Saat ingin diambil
gambarnya, klien memperbolehkan pengambilan gambar dan tidak malu-malu saat
berpose.
d. Kondisi Sosial
Kehidupan sosial “PRA” cukup baik. Menurut hasil wawancara dan
pengamatan disekolah dia seseorang yang mempunyai banyak teman, mudah bergaul
dan dapat membaur dengan teman-temannya. Namun dalam kehidupan sosial
teruatama terhadap tetangga kurang baik dan tidak membaur, dia lebih memilih
bermain diluar dengan teman sekolahnya dibandung bermain dengan lingkungan
rumahnya.
Di dalam keluarganya, “PRA” menjelaskan hubungannya baik-baik saja, dia
lebih dekat dengan ibunya dibandingkan dengan ayahnya. Ayah nya bekerja sebagai
wirausaha dan ibunya seorang Ibu Rumah Tangga. Dia memiliki 1 orang kakak dan 1
orang adik, kakak “PRA” saat ini sedang duduk dibangku kuliah sementara adiknya
baru memasuki SMP. Dalam keluarga tersebut, mereka tinggal serumah, ayah “PRA”,
ibu, dan 2 orang saudaranya, dan keluarganya cukup baik.
e. Kondisi Spiritual

27
“PRA” menganut agama Islam. “PRA” adalah orang asli Cimahi dan suku
Sunda. Menurut hasil wawancara dia mengakui bahwa dalam kegiatan ibadahnya
masih sedikit malas. Adapun menurut keterangannya dia rutin mengaji dirumahnya
bersama adiknya setiap hari Rabu-Jumat.
f. Lokasi Kajian
Lokasi observasi yang kami ambil adalah SMAN 3 Cimahi. Tempat wawancara
kami adalah di SMAN 3 Cimahi juga yang terletak di jalan Pesantren Komplek Budi
Asri Cimahi Utara.
g. Proses Wawancara
Hari : Senin, 31 Oktober 2016 dan 7 November 2016
Waktu : Pukul 10.45-11.45
Tempat : SMAN 3 Cimahi.
Sebelumnya, saya dan tim kelompok terlebih dahulu melakukan penjajakan
awal kesekolah pada tanggal 24 Oktober 2016 untuk mengatahui kondisi sekolah dan
meminta perizinan untuk melakukan observasi juga meminta siswa yang bermasalah
untuk dapat di wawancara. Setelah penjajakan awal, minggu berikutnya saya dan
kelompok kembali ke sekolah untuk memulai wawancara dan observasi dengan
disiswa terkait.
Tanpa proses yang cukup sulit dapat menerima persetujuan dari “PRA” untuk
menjadi responden observasi dan wawancara. Pertemuan Awal dengan “PRA” saya
memulai dengan perkenalan diri dan menjelaskan maksud dan tujuan saya datang ke
sekolah untuk melakukan observasi dan wawancara. Saya pun tidak terlalu lama
melakukan wawancara. Sekitar 1 jam saya melakukan wawancara dengan responden.
Pada saat wawancara, responden terbuka dengan kondisi dan permasalahannya.
Saya mencoba menggali masalah yang di alaminya dengan waktu 2 kali pertemuan
dengan responden.
h. Deskripsi Masalah
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara terhadap “PRA” dapat di
gambarkan bahwa “PRA” adalah anak yang cukup baik supel dan mudah berbaur,
namun ada beberapa masalah terkait sikap dan pergaulannya disekolah maupun diluar
sekolah. Fokus masalah yang dimiliki “PRA” adalah bolos sekolah atau “mabal”
yakni pergi dari rumah untuk berangkat sekolah akan tetapi tidak sampai disekolah
atau bolos ketempat lain. Berdasarkan hasil wawancara bahwa “PRA” telah dua kali
dipanggil BK terkait masalah bolos sekolah, pertama dipanggil BK dia diberi
peringatan awal karena sudah 5 kali bolos sekolah tanpa keterangan, akan tetapi

28
setelah diberi peringatan oleh BK “PRA” masih saja bolos sekolah minggu
berikutnya tanpa keterangan, akhirnya BK pun memanggil kedua kalinya beserta
surat pemanggilan untuk orang tuanya.
Hasil analisis terhadap fokus masalah yang dihadapi “PRA” diketahui bahwa
awalnya “PRA” merupakan siswa yang baik tidak ada masalah sedikitpun dirumah
atau pun disekolah akan tetapi dua bulan awal masuk sekolah dia mulai terpengaruh
pergaulan yang salah dengan teman-teman sekolahnya, berdasarkan keterangan
“PRA” penyebab ia bolos sekolah yaitu timbul rasa malas untuk pergi sekolah,
terlambat masuk sekolah atau kesiangan yang pada akhirnya memilih untuk tidak
masuk dan pergi ketempat lain, penyebab lainnya karena terpengaruh oleh ajakan
temannya, bahkan “PRA” pun sempat jadi orang yang mengajak temannya untuk
tidak masuk sekolah. Setelah digali lebih dalam terkait masalah yang dialami “PRA”
bahwa diketahui penyebab utama membolos sekolah adalah terpengaruh pergaulan
yang salah, dimana dia mudah terpengaruh oleh ajakan temannya, dan sangat rentan
untuk mencoba hal-hal yang baru. Dia mengaku kegiatannya sewaktu membolos
sekolah diantaranya pergi ke “warnet” atau warung internet untuk bermain game
online, mengajak teman atau sahabatnya untuk kumpul, dan “PRA” pun coba-coba
untuk merokok walaupun intensitasnya belum terlalu sering.
Masalah lainnya yang diakui oleh “PRA”, bahwa ia merasa kurang perhatian
dari sosok Ayah, akan tetapi itu masih dalam batas wajar karena kondisi ayahnya
yang sibuk bekerja, dan adapun beberapa masalah yang dirasa oleh “PRA” disekolah
yakni seperti kesulitan dalam belajar atau memahami beberapa mata pelajaran
disekolah dengan alasan gurunya yang terlalu cepat menjelaskan, gurunya galak atau
judes.
2. Rencana Intervensi
a. Tujuan Intervensi
Tujuan penanganan masalah pada observasi ini adalah untuk membantu “PRA”
dalam mengatasi masalah agar mengubah prilaku menyimpangnya yaitu
membolos.
b. Sasaran Intervensi
Sasaran intervensi yang akan dilaksanakan tidak hanya kepada “PRA” akan
tetapi juga melibatkan lingkungan-lingkungan yang berpengaruh terhadap “PRA”
yakni Keluarganya terutama Ayah dan Ibu .
c. Sistem Sumber

29
Sistem sumber yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber pertolongan bagi “PRA”
adalah keluarga terutama Ayah dan Ibu, Guru-guru disekolah, dan teman dekat
“PRA”.
d. Program Intervensi
Dalam melakukan intervensi dalam kasus ini, Pekerja Sosial memfokuskan
sasaran intervensi pada 2 hal, yakni kepada “PRA” dan kepada keluarganya,
dalam hal ini adalah Ayah dan ibu dari “PRA”. Program intervensi yang akan
dilakukan adalah upaya untuk mengubah perilakunya melalu aspek kognitif,
afektif, dan psikomotorik agar “PRA” dapat menyelesaikan masalahnya sendiri,
dengan beberapa upaya sebagai berikut:
1) Mencari Potensi yang ada pada dirinya, apa yang di sukai dan seperti apa
ekpektasinya dan menggali akar permasalahanya dengan konseling.
Memberikan pemahaman kepada “PRA” mengenai sikap dan tingkah lakunya
memberikan dampak kurang baik terhadap akademiknya di sekolah.
2) Menjelaskan bahwa kegiatan membolosnya hanya dapat merugikan dirinya
sendiri.
3) Memberikan support kepada “PRA” untuk meningkatkan sikap dan
perilakunya ke arah yang lebih positif.
4) Memberikan motivasi untuk meningkatkan semangat belajar dan tidak malas
untuk pergi ke sekolah.
e. Metode dan Teknik Intervensi
Metode yang digunakan untuk menyelesaikan masalah “PRA” adalah dengan
metode social casework dan teknik yang digunakan antara lain:
1) Small talk
Teknik ini digunakan saat kontak permulaan dengan “PRA”. Manfaat
menggunakan teknik ini adalah agar “PRA” dapat mengungkapkan
masalahnya tanpa canggung.
2) Ventilation
Teknik ini digunakan untuk membawa ke permukaan perasaan-perasaan dan
sikap-sikap yang diperlukan, sehingga perasaan-perasaan dan sikap-sikap
tersebut dapat mengurangi masalah yang dihadapi klien. Tujuan ventilation
adalah untuk menjernihkan emosi yang tertekan karena dapat menjadi
penghalang bagi gerakan positif klien. Dengan membantu klien menyatakan
perasaan-perasaannya, maka pekerja sosial akan lebih siap melaksanakan

30
tindakan pemecahan masalah serta dapat memusatkan perhatiannya pada
perubahan prilaku pada diri ”PRA”.
3) Support
Memberikan dukungan dan semangat kepada “PRA” diharapkan dapat
mengurangi bolos sekolah yang dialami oleh “PRA” dan dapat meningkatkan
motivasi belajar untuk “PRA”.
4) Mediasi
Menghubungkan “PRA” dengan sistem sumber yang terdapat di lingkungan,
karena faktor penyebab yang berpengaruh terhadap perilakunya yang
menyimpang akibat dari sistem sumber yang kurang responsif.
5) Reward and punishment
Pengubahan perilaku untuk mengarahkan perilaku “PRA” ke arah yang lebih
positif adalah dengan menggunakan teknik reward and punishment. Dengan
memberikan pujian, hadiah kepada “PRA” untuk membangkitkan semangat
sekolah dan belajarnya jika ia melakukan hal yang positif. Sebaliknya jika ia
melakukan kesalahannya lagi ada hukuman tertentu seperti sanksi dari orang
tuanya sendiri, tidak dikasih uang jajan dll.

(Foto pekerja sosial dengan klien PRA)

31
BAB IV

PENUTUP

Simpulan

Masalah yang dihadapi oleh siswa dilingkungan sekolah sangatlah beragam. Masalah – masalah
tersebut bukan hanya timbul dari diri individu secara personal, namun juga dapat dapt muncul
karena pengaruh dari lingkungan sosial disekitarnya. Lingkungan sosial tersebut dapat terdiri
dari :

1. Lingkungan keluarga
2. Lingkungan teman sebaya
3. Lingkungan sekolah
4. Lingkungan masyarakat

Pekerja sosial pendidikan dalam menangani hal tersebut harus benar – benar memahami sumber
masalah yang menyebabkan munculnya suatu perilaku yang menyimpang (maladaptif). Pekerja
sosial juga perlu untuk mampu bekerjasama dengan berbagai pihak yang dapat mendukung
proses intervensinya.

32
DAFTAR PUSTAKA

1. Sukoco, Dwi Heru. 1991. Profesi Pekerjaan Sosial Dan Proses Pertolongannya. Bandung
: SKS
2. Payne, Malcolm. 2014. Modern Social Work Theory. New York : PALGRAVE
MACMILLAN
3. Rustanto, Bambang. Pekerjaan Sosial di Sekolah. 11 Nov 2016.
www.bambang_rustanto.blogspot.com
4. Shentia, Helent. Pekerja Sosial di Sekolah. 11 Nov 2016. www.academia.edu
5. Zanu, Mahatir. Pekerja Sosial Pendidikan . 11 Nov 2016. www.atir69.blogspot.com

33
LAMPIRAN

(Bangunan depan sekolah) (Laboratorium Fisika)

(Laboratorium Komputer) (Laboratorium Bahasa)

34
(Laboratorium Kimia) (Laboratorium Biologi)

(Ruang Kesenian) (Ruang Multimedia)

(Ruang UKS) (Mesjid Al – Muqodas)

(Lapangan Upacara) (Lapangan Futsal dan Basket)

35
(Perpustakaan) (Taman Sekolah)

(Wawancara dengan Ibu Lubi/ Pihak Human) (Wawancara dengan Ibu Yuyu/ Pihak BK)

(Foto bersama dengan pihak Sekolah) (Mahasiswa STKS)

36
37

Anda mungkin juga menyukai