Anda di halaman 1dari 5

(1) Kondisi Geografis

Secara goegrafis MI Al-Ishlah Bandung letaknya sangat strategis, yakni di salah satu
pusat kota Bandung, tepatnya di jalan KH. Wahid Hasyim (d.h. Kopo) No. 224/198 A,
Kelurahan Babakan Asih Kecamatan Bojongloa Kaler, Kota Bandung. MI Al-Ishlah
Bandung berada dalam binaan Kantor Kementrian Agama Kota Bandung dan Dinas
Pendidikan Kecamatan Bojongloa Kaler Kota Bandung, termasuk Kelompok Kerja
Kepala Madrasah (K3M) Wilayah III bersama dengan MI Salafiyah 3, MI
Miftahussalaam, MI Qoshrul Muttaqin, MI Thoriqul Huda, MI, Persis 29, MI Bahrul
Ihsan, MI Al-Hikmah, dan MI Baabussalaam.
Karena kota Bandung merupakan daerah penyangga Ibu Kota Negara, maka
masyarakatnya lebih bersifat heterogen dan lebih akomodatif terhadap berbagai perubahan
yang datang dari dalam maupun luar negeri. Kondisi masyarakat yang demikian tentu saja
membawa pengaruh kuat terhadap perkembangan pendidikan khususnya terhadap
keberadaan MI Al-Ishlah Bandung.
Posisi MI Al-Ishlah Bandung dibandingkan dengan sekolah atau madrasah lain
memiliki kedudukan yang sangat strategis, di mana beberapa kebijakan umum mengenai
pengelolaan madrasah banyak sekali yang bersumber atau dimotori oleh MI Al-Ishlah
Bandung. Bahkan produk-produk administrasi yang didesain oleh MI Al-Ishlah Bandung,
menjadi rujukan bagi madrasah lain di KKM III Kecamatan Bojongloa Kaler, bahkan juga
dijadikan rujukan oleh madrasah-madrasah di Kota Bandung yang dikoordinasikan dengan
Kantor Kementrian Agama Kota Bandung.
(2) Kondisi Demografis
MI Al-Ishlah Bandung didirikan pada tahun 1976 dengan Kepala Madrasah pertama
Bapak Enjang Hidayat, BA, di bawah naungan Yayasan Al-Ishlah yang didirikan oleh
Bapak K.H. Djalaluddin Musa dengan Akte Notaris Masri Husen, SH nomor 40 tahun
1976. Seiring dengan perubahan Undang-undang 2004 tentang Yayasan, pada tahun 2007
Yayasan Al-Ishlah berubah nama menjadi Yayasan Bina Ishlah Persada dengan Akte
Notaris Amalia Ratnakomala, SH nomor 06, tanggal. 10 Agustus 2007.
Yayasan Bina Ishlah Persada merupakan pengembangan dari Masjid Al-Ishlah yang
sudah berdiri sejak tahun 1927 dengan pendirinya Bapak KH.Muhammad Djalaluddin
Musa yang lebih dikenal dengan sebutan Mama Adjengan Musa. Masjid Al-Ishlah
merupakan salah satu masjid tertua di wilayah Bandung Selatan, yang pada awal
berdirinya lebih dikenal sebagai Masjid Situsaeur atau Masjid Adjengan Musa.
Berbeda dengan Masjid Al-Ishlah yang tanahnya merupakan wakaf dari Bapak H.
Umar maka tanah yang sekarang di atasnya berdiri MI Al-Ishlah merupakan wakaf dari
Bapak Kiagus H. Anang Thayib. Pada mulanya tanah MI Al-Ishlah Bandung berfungsi
sebagai lahan penampung/saluran air bersih untuk keperluan peribadatan di Masjid Al-
Ishlah yang pada waktu itu masih menggunakan air sawah sebagai sumber air bersih.
Dalam perkembangannya setelah Masjid Al-Ishlah tidak lagi menggunakan air sawah
sebagai sumber air keperluan peribadatan, di atas tanah penampung air tersebut didirikan
bangunan rumah milik Bapak KH.Muhammad Djalaluddin Musa sebagai pengelola
Masjid Al-Ishlah, yang selanjutnya kepemilikan bangunan rumah tersebut beralih ke
Bapak K.H. Djalaluddin Musa tanpa mengubah status wakaf dari tanah tersebut.
Pada tahun 1970-an, tanah dan bangunan rumah tersebut diubah fungsinya menjadi
Madrasah Diniyah Al-Ishlah yang dikelola oleh Bapak Mu'allim Ahmad Shodikin yang
menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar pada pagi dan sore hari. KBM pagi hari
bagi siswa yang bersekolah pada sore hari, dan KBM sore hari bagi siswa yang
bersekolah pada pagi hari. Inilah cikal bakal berdirinya MI Al-Ishlah, dimana banyak
permintaan didirikannya sekolah formal di lingkungan Masjid Al-Ishlah, sehingga
didirikanlah Yayasan Al-Ishlah pada tahun 1976 untuk membidani berdirinya MI Al-
Ishlah Bandung.
Seiring dengan perjalanan waktu, MI Al-Ishlah beberapa kali berganti pimpinan
setelah ditinggalkan oleh Bapak Enjang Hidayat,BA. Para kepala yang pernah bertugas di
MI Al-Ishlah adalah Bapak KH. Anwar Sya'roni, Sm.Hk., Bapak KH. Hasan Mukarrom,
BA. dan Bapak Rahmat Setiawan, S.Ag. yang wafat tanggal 17 Juni 2003, pada saat
beliau masih menjabat sebagai Kepala MI Al-Ishlah sejak tahun 1987. Kini MI Al-Ishlah
dipimpin oleh Drs. Kiagus Ahmad Ismail yang diangkat oleh Yayasan pada tanggal 18
Juni 2003.
Lazimnya sebuah lembaga yang biasa mengalami pasang surut, maka MI Al-Ishlah
Bandung pun mengalaminya. Ada saatnya mengalami kemajuan, dan ada pula saatnya
mengalami kemunduran. Akan tetapi segala kemajuan dan kemunduran tersebut terus
dijadikan sebagai wahana pembelajaran untuk terus lebih meningkatkan kinerja seluruh
warga MI Al-Ishlah, sehingga diharapkan dari waktu ke waktu, MI Al-Ishlah Bandung
terus memperoleh kemajuan dan menjadi dambaan masyarakat yang berada di sekitarnya
untuk menitipkan putra-putrinya menjadi generasi penerus bangsa di masa yang akan
datang.
Kini MI Al-Ishlah sudah mulai menampakkan hasil dari segala upaya tersebut. Dua
bidang tanah di sebelah timur dan utara madrasah sudah menjadi hak milik madrasah.
Fasilitas yang dimilikinyapun sudah mulai terlihat membanggakan, gedung madrasah
terdiri dari empat lantai, laboratorium komputer, mesin foto kopi, perpustakaan, KBM
yang tidak lagi menggunakan kapur tulis tetapi dengan spidol whiteboard, serta peralatan
elektronik lainnya untuk mendukung kenyamanan belajar, seperti TV LED, Proyektor
(Infocus), handycam dan lain-lain. Kualitas siswa yang terus meningkat secara signifikan,
tenaga pengajar yang hampir seluruhnya sarjana pendidikan, merupakan situasi dan
kondisi yang memberi secercah harapan, semoga MI Al-Ishlah dimasa yang akan datang
menjadi madrasah yang menjadi kebanggaan bagi warga MI Al-Ishlah khususnya dan
masyarakat Kota Bandung pada umumnya. Semoga.
(3) Kondisi Sosial Ekonomi
Kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitar MI Al-Ishlah bersifat heterogen terdiri
dari PNS/Polri, TNI, karyawan swasta, dan kebanyakannya berprofesi sebagai pedagang.
sehingga latar belakang sosial ekonomi bisa di katakan sebagai kalangan menengah.
(4) Analisis Lingkungan Strategis
1. Lingkungan Internal
Analisis lingkungan internal dalam hal ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan
menjeaskan faktor-faktor yang menjadi kekuatan dan kelemahan MI Al-Ishlah.
a. Strength (Kekuatan)
1) Adanya dukungan dari Kantor Kementrian Agama Kota Bandung, Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan Kota Bandung, para stakeholder, dan masyarakat.
2) Tersedianya lahan yang masih memungkinkan untuk dikembangkan ke lahan-
lahan disekitarnya untuk menunjang pelakksanaan pengembangan madrasah.
3) Adanya struktur oganisasi dan tata kerja yang baru guna mendukung sistem kerja
yang relatif professional.
4) Tersedianya SDM berpendidikan S-2 : 5%, S-1 : 80 %, D-2 : 5%, D-1/SMA : 10%,
yang cenderung kreatif dan inovatif dalam pembelajaran.
5) Persyaratan standar pelayanan minimal (SPM) secara keseluruhan atau pada
umumnya telah terpenuhi.
6) Partisipasi dan daya kritis masyarakat dan stakeholder terhadap pendidikan cukup
tinggi.
7) Adanya dukungan Komite Madrasah dalam melaksanakan program-program
madrasah.
b. Weakness (Kelemahan)
1) Kualitas SDM belum seluruhnya berpendidikan S-1 sebagai pemenuhan standar.
2) Masih kurang memadainya sarana dan prasarana pendidikan terutama ruang
belajar.
3) Tingkat kinerja kelembagaan yang masih belum optimal, terutama dalam
pengadministrasian dan pendokumenan.
4) Kompetensi dan relevansi input dan output, pendidikan yang masih belum optimal.
5) Kurikulum madrasah yang syarat beban.
6) Belum tergalinya sumber-sumber dana secara optimal yang berasal dari
masyarakat/dunia usaha bagi kegiatan pendidikan.
7) Pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) belum optimal.
8) Komite Madrasah belum berfungsi secara optimal dan professional.

2. Lingkungan Eksternal
Analisis lingkungan eksternal dalam hal ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan
menjelaskan faktor-faktor yang menjadi peluang dan ancaman bagi pendidikan MI Al-
Ishlah. Kajian eksternal pada hakekatnya adalah analisis dan evaluasi atas kondisi di luar
lingkungan MI Al-Ishlah.
a. Opportunity (Peluang)
1) Adanya undang-undang No. 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional
yang telah diubah dengan Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional.
2) Semakin tingginya minat dan dukungan partisipasi dan dukungan partisipasi
masyarakat dalam kemajuan pendidikan MI Al-Ishlah dengan angka animo
mendaftar yang menunjukkan grafik meningkat setiap tahun.
3) Dapat tercapainya juara atau peringkat terbaik dalam bidang akademis di kota
Bandung, provinsi, atau nasional.
4) Dapat tercapainya juara atau peringkat terbaik dalam bidang ekstrakulikuler di kota
Bandung, provinsi Jawa Barat atau Nasional.
b. Threat (Ancaman/tantangan)
1) Adanya Perda Kota Bandung No. 20 tahun 2000 yang belum ditindaklanjuti
dengan berbagai petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis untuk pengelolaan
madrasah secara konsisten.
2) Surat Keputusan Mendiknas No. 44/U/2002 tentang Pembentukan Dewan
Pendidikan dan Komite Sekolah belum diterapkan secara maksimal.
3) Masih adnya hambatan terhadap otonomi sekolah dan Manajemen Berbasis
Sekolah (MBS).
4) Semakin tingginya persaingan positif antar sekolah-madrasah yang dalam
pengelolaannya lebih baik dan memiliki berbagai keunggulan.
5) Banyak MI Negeri dan Swasta maupun SD Negeri dan Swasta yang menjadi juara
dalam berbagai kejuaraan pada setiap perlombaan kurikuler dan ekstrakurikuler.
6) Perubahan budaya karena desakan budaya asing (yang tidak tersaring) akan
mempengaruhi budaya madrasah.
7) Semakin pesatnya perkembangan teknologi informasi.

Anda mungkin juga menyukai