Fisafat berasal dari kata Philosopy yang secara epistimologis berasal dari philos atau philein
yang artinya cinta dan shopia yang berarti hikmat atau kebijaksanaan. Sehingga secara etimologi
fisafat berarti cinta kebijaksanaan (love of wisdom) dalam arti yang sedalam-dalamanya. Filsafat
pendidikan merupakan penggunaan nilai-nilai pancasila sebagai dasar dan pandangan hidup
bernegara. Dalam prinsipnya, Pancasila sebagai Filsafat merupakan perluasan manfaat dari yang
bermula sebagai dasar dan ideologi, merambah hingga produk filsafat. Pancasila sebagai produk
filsafat berarti digunakan sebagai pandangan hidup dalm kegiatan praktis. Ini berarti filsafat
pancasila mempunyai fungsi dan peranaan sebai pedoman dan pegangan dalam sikap, tingkah
laku dan perbuatan dalam kehidupan sehari-hari baik dalam bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara bagi bangsa Indonesia. Pancasila sebagai filsafat juga berarti bahwa pancasila
mengandung pandangan, nilai, dan pemikiran yang dapat menjadi substansi dan isi pembentukan
ideologi pancasila.
Pancasila sebagai dasar dan nilai yang dijunjung tinggi oleh masyarakat, bangsa, dan
negara Indonesia memandang bahwa manusia adalah makhluk tertinggi ciptaan Tuhan Yang
Maha Kuasa dan Maha Mulia yang dianugerahi kemampuan atau potensi untuk tumbuh dan
berkembang, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat atau sosial. Kedudukan
manusia dihadapan Tuhan adalah sama dan sama-sama memiliki harkat dan martabat sebagai
manusia mulia. Paulus Wahana (dalam H.A.R. Tilaar. 2002: 191) mengemukakan gambaran
manusia pancasila sebagai berikut:
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa manusia Pancasila adalah manusia yang
bebas dan bertanggung jawab terhadap perkembangan dirinya sebagai individu dan
perkembangan masyarakat (sosial) Indonesia Manusia ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa
dianugerahi kemampuan atau potensi untuk bertumbuh dan berkembang sepanjang hayat.
Menurut Kaelan, pada tahun 2000, (dalam Surajiyo, 2008) menjelaskan bahwa pancasila
merupakan suatu kesatuan dari sila-silanya harus merupakan sumber nilai, kerangka berpikir
serta asas moralitas bagi pembangunan ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh karena itu, sila-sila
dalam Pancasila menunjukkan sistem etika dalam pembangunan iptek. Isi dari Nilai/kandungan
Pancasila sebagai Berikut:
3. Persatuan Indonesia
a) Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan
bangsa dan negara sebagai kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan
golongan.
b) Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara diperlukan.
c) Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa.
d) Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan bertanah air Indonesia.
e) Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan
keadilan sosial.
f) Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal Ika. f.
Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa.
Upaya mewujudkan Pancasila sebagai sumber nilai adalah dijadikannya nilai nilai dasar
menjadi sumber bagi penyusunan norma hukum di Indonesia. Operasionalisasi dari nilai dasar
pancasila itu adalah dijadikannya pancasila sebagai norma dasar bagi penyusunan norma hukum
di Indonesia. Negara Indonesia memiliki hukum nasional yang merupakan satu kesatuan sistem
hukum. Sistem hukum Indonesia itu bersumber dan berdasar pada pancasila sebagai norma dasar
bernegara.
Upaya lain dalam mewujudkan pancasila sebagai sumber nilai adalah dengan
menjadikan nilai dasar Pancasila sebagai sumber pembentukan norma etik (norma moral) dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Nilai-nilai pancasila adalah nilai moral.
Oleh karena itu, nilai pancasila juga dapat diwujudkan kedalam norma - norma moral (etik).
Norma - norma etik tersebut selanjutnya dapat digunakan sebagai pedoman atau acuan dalam
bersikap dan bertingkah laku dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Bangsa Indonesia saat ini sudah berhasil merumuskan norma - norma etik sebagai
pedoman dalam bersikap dan bertingkah laku. Norma - norma etik tersebut bersumber pada
pancasila sebagai nilai budaya bangsa. Rumusan norma etik tersebut tercantum dalam ketetapan
MPR No. VI/MPR/2001 tentang Etika Kehidupan Berbangsa, Bernegara, dan Bermasyarakat.
Ketetapan MPR No. VI/MPR/2001 tentang etika Kehidupan Berbangsa, bernegara, dan
bermasyarakat merupakan penjabaran nilai-nilai pancasila sebagai pedoman dalam berpikir,
bersikap, dan bertingkah laku yang merupakan cerminan dari nilai - nilai keagamaan dan
kebudayaan yang sudah mengakar dalam kehidupan bermasyarakat.
Pendidikan dapat di artikan sebagai suatu proses, dimana pendidikan merupakan usaha
sadar dan penuh tanggung jawab dari orang dewasa dalam membimbing, memimpin, dan
mengarahkan peserta didik dengan berbagai problema atau persoalan dan pertannyaan yang
mungkin timbul dalam pelaksanaannya.
Pendidikan juga dapat diartikan sebagai hasil, dimana pendidik itu merupakan wahana
untuk membawa peserta didik mencapai tingkat perkembangan optimal sesuai dengan potensi
pribadinya sehingga menjadi manusia yang sadar dan bertanggung jawab akan tugas-tugas
hidupnya sebagai manusia, sesuai dengan hakiki dan ciri-ciri kemanusiaannya.
Dalam UU Sisdiknas tahun 2003 bab 2 pasal 3 dijelaskan tujuan pendidikan sebagai
berikut; pendiddikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak
serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan utuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa terhadap TYME, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kretif, mandiri dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
2. Pendidikan Nasional
Tata cara bernegara di Indonesia di atur dalam UUd 1945 yang selama ini belum pernah
mengalami amandemen kecuali setelah berukir reformasi tahun 1998. Dengan tidak adanya
perubahan terhadap pembukaan UUD 1945, menunjukan bahwa bangsa Indonesia tetap
memiliki komitmen yang kuat untuk melakukan upaya sebagai langkah mencerdaskan
kehidupan bangsa dalam rangka mengangkat harkat dan martabat bangsa Indonesia di mata
dunia Internasional.
Acuan penyelenggaran sistem penidikan nasional,UUD 1945 Pasal 31 hasil amandemen
2002 yaitu:
1) Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib
membiayainya.
2) Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang
meningkatkan keimanan dan ketaqwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa.yang diatur dengan undang-undang.
3) Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya duapuluh persen dari
anggaran pendapatan dan belanja negara serta dari anggaran pendapatan dan belanja
daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional.
Sebagai mana yang telah dijelaskan sebelumnya pendidikan adalah suatu proses sosial
budaya untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia. Dengan demikian pendidikan secara
nyata merupakan proses sosialisasi antar warga melalui interaksi insani menuju masyarakat yang
berbudaya. Nana Sudjana (1989) menyebutkan tiga gejala yang diwujudkan dalam kebudayaan
umat manusia yaitu berupa:
1) Ide dan gagasan seperti: konsep, nilai, norma, peraturan sebagi hasil ciptaan dan karya
manusia.
2) Kegiatan seperti tindakan yang berpola dari manusia dalam bermasyarakat.
3) Hasil karya cipta manusia.
Pendidikan merupakan suatu proses budaya, maka senantiasa dalam upaya membina dan
mengembangkan cipta, rasa dan karsa ke dalam tiga wujud di atas. Wujud pertama, yaitu ide dan
gagasan sifatnya cenderung abstrak. Adanya dalam pikiran manusia dan warga masyarakat di
tempat kebudayaan itu berada. Gagasan itu menjadi motivasi, pendorong, serta memberi jiwa
dan makna bagi kehidupan manusia dalam bermasyarakat sehingga pola pikir tersebut menjadi
suatu sistem yang dianut. Wujud yang kedua adalah kegiatan yang berpola dari manusia, yaitu
aktivitas manusia dalam berinteraksi dengan lingkungannya.
Dalam pemahaman yang hampir sama, Daoed Joesoef dalam Raka Joni (1983: 40)
menyebutkan bahwa Sumber ratusan ribu nilai yang ada dalam masyarakat untuk dikembangkan
melalu proses pendidikan ada tiga hal yaitu:
1) Pikiran atau logika
2) Perasaan atau estetika
3) Kemauan (etika)
Pendidikan telah menjadi watak dan karakter budaya bangsa, namun sejauh ini hasilnya
belum seperti yang diharapkan. Walaupun demikian dalam memenuhi kebutuhan masyarakat
akan pendidikan, dilihat dari aspek kuantitatif secara nasional pemerintah telah mengambil
berbagai kebijakan yang berkaitan dengan pendidikan seperti :
Sistem pendidikan nasional indonesia yang berlatar belakang plural harus dapat
memahamkan bahwa manusia itu beraneka ragam, hendaknya saling memahami, mengargai,
menerima, dan kerja sama dengan peraturan yang adil dan propesional, mengambangkan
kerjasama demi kejayaan bnagsa. Dengan model pendidikan seperti ini diakui adanya
keberagaman budaya, dan setiap sub-budaya diberikan kesempaan seluas-luasnya untuk
berkembang dan dipelihara. Model pendidikan multikultural semakin di perkuat lagi dengan
adanya otonomi daerah, sehingga masing-masing budaya etnis yang ada di dalam masyarakat
dapat berkembang dan dikembangkan dengan seluas-luasnya.