Anda di halaman 1dari 8

1.

Pandangan Filsafat Pancasila Tentang Manusia


Kodrat manusia merupakan keseluruhan sifat-sifat asli, kemampuan-kemampuan atau bakat-bakat alami,
kekuasaan, bekal disposisi yang melekat pada keberadaan/eksistensi manusia sebagai makhluk pribadi
sekaligus makhluk sosial ciptaan Tuhan YME. Harkat manusia adalah nilai manusia sebagai makhluk Tuhan
yang memiliki kemampuan-kemampuan yang disebut cipta, rasa dan karsa. Derajat manusia adalah tingkat
kedudukan atau martabat manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang memiliki bakat, kodrat, kebebasan
hak, dan kewajiban asasi.

A. Sifat dan Hakekat Manusia


1. Pengertian dan Sifat Hakekat Manusia Ciri-ciri karakteristik, yang secara prinsipil membedakan manusia
dari hewan
2. Pendidikan Bersifat Filosofis. Filosofis berarti berdasarkan pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi
mengenai hakikat segala yang ada, sebab, asal dan hukum, termasuk termasuk teori yang mendasari alam
pikiran atau suatu kegiatan (berintikan logika, estetika, metafisika, epistemology dan falsafah) Untuk
mendapatkan landasan pendidikan yang kukuh diperlukan adanya kajian yang bersifat mendasar, sistematis
dan Universal tentang ciri hakiki manusia
3. Pendidikan Bersifat Normatif Normatif berarti bersifat norma atau mempunyai tujuan/aturan. Pendidikan
mempunyai tugas untuk menumbuh kembangkan sifat hakikat manusia sebagai sesuatu yang bernilai luhur,
dan hal itu menjadi keharusan.

B. Wujud Sifat Hakekat Manusia


2. Pandangan Filsafat Pancasila Tentang Masyarakat
Nilai yang terkandung dalam Pancasila, Nilai-nilai itulah sebagai Ciri kepribadian
masyarakat-bangsa dan negara Indonesia. Rakyat Indonesia adalah keseluruhan jumlah
semua orang, warga dalam lingkungan negara Indonesia. Hakekat rakyat Indonesia adalah
pilar negara dan yang berdaulat. Segala sesuatu yang merupakan hak dalam hubungan
hidup kemanusiaan yang mencakup hubungan antara negara dengan warga negara,
hubungan negara dengan negara, dan hubungan antar sesama warga negara yang
dinamakan adil (Surajiyo, 2008).
Untuk menghindarkan masalah etno-nasionalisme yang dapat berakibat disintegrasi bangsa,
Hamdi Huruk (dalam H.A.R. Tilaar, 2002: 76) mengemukakan program sebagai berikut •
Didalam menyikapi dorongan etno-nasionalisme yang
1) Kemampuan Menyadari Diri. Kemampuan mengeksplorasi potensi yang ada, dan mengembangkannya
kearah kesempurnaan dan menyadarinya sebagai kekuatan
2) Kemampuan Bereksistensi. Manusia bersifat aktif dan manusia dapat menjadi manajer terhadap
lingkungannya.
3) Pemilikan Kata Hati Kemampuan membuat keputusan tentang baik/benar dengan yang buruk/salah bagi
manusia. Cara meningkatkan : melatih akal/kecerdasan dan kepekaan emosi
4) Moral (etika)Perbuatan yang dilakukan/nilai-nilai kemanusiaan. Bermoral sesuai dengan kata hati yang
baik bagi manusia, dan sebaliknya. Etiket hanya sekedar kemampuan bersikap/mengenai sopan santun
5) Kemampuan Bertanggung Jawab
Suatu perbuatan harus sesuai dengan tuntutan kodrat manusia
6) Rasa kebebasan
Kebebasan yang terikat (bertanggung jawab). Tugas pendidikan membuat peserta didik merasa merdeka
dalam menjalankan tuntutan kodrat manusia.
7) Kesediaan Melaksanakan Kewajiban dan Menyadari HakDapat ditempuh dengan pendidikan disiplin:
a. Disiplin Rasional -> dilanggar -> rasa Salah
b. Disiplin Afektif -> dilanggar -> rasa Gelisah
c. Disiplin Sosial -> dilanggar -> rasa Malu
d.Disiplin Agama -> dilanggar -> rasa Berdosa
8) Kemampuan Menghayati Kebahagiaan. Kesanggupan menghayati kebahagiaan berkaitan dengan 3 hal :
Usaha, norma-norma, danTakdir.

C. Dimensi- Dimensi Hakekat Manusia


1. Keindividualan (pribadi yang berbeda dari yang lain)
2. Kesosialan (ketergantungan kebutuhan pada orang lain)
3. Kesusilaan (menyangkut etika dan etiket)
4. Keberagaman (keyakinan ada kekutan yang mengendalikan seluruh aspek kehidupan di luar kemampuan
makhluk hidup di dunia)
5.Intelektual (mengembangkan wawasan dan iptek, terampil mengkomunikasikan pengetahuan dan
memecahkan masalah)
6. Produktivitas (Kesanggupan memilih pekerjaan sesuai dengan kemampuan, keserasian hidup
berkeluarga, pandai menempatkan diri sebagai konsumen dan produsen, serta kreatif dan berkarya)
Pancasila sebagai dasar dan nilai yang dijunjung tinggi oleh masyarakat, bangsa, dan negara Indonesia
memandang bahwa manusia adalah makhluk tertinggi ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa dan Maha Mulia
yang dianugerahi kemampuan atau potensi untuk tumbuh dan berkembang, baik sebagai individu maupun
sebagai anggota masyarakat atau sosial. Kedudukan manusia di hadapan Tuhan adalah sama dan sama-
sama memiliki harkat dan martabat sebagai manusia mulia.
Menurut Paulus Wahana dalam H. A.R. Tilaar 2002 : 191) mengemukakan gambaran manusia pancasila
sebagai berikut:
1. Manusia adalah makhluk monopluralitas yang memungkinkan manusia itu dapat
melaksanakan sila-sila yang tercantum di dalam pancasila.
2. Manusia adalah makhluk ciptaan tuhan yang tertinggi yang dikaruniakan memiliki
kesadaran dan kebebasan dalam menentukan pilihannya.

3. Dengan kebebasannya manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan dapat menentukan


sikapnya dalam hubungannya dengan pencipta Nya.
4. Sila pertama menunjukkan bahwa manusia perlu menyadari akan
kedudukannya sebagai ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa dan oleh sebab itu harus
mampu menentukan sikapnya terhadap hubungannya dengan pencipta Nyalll,
5. Manusia adalah otonom dan memiliki harkat dan martabat yang luhur.
6. Sila kedua yaitu kemanusiaan yang adil dan beradab menuntut akan kesadaran
keluhuran harkat dan martabatnya yaitu dengan menghargai akan martabat sesama
manusia.
7. Sila persatuan Indonesia berarti manusia adalah makhluk sosial yang berada di
dalam dunia Indonesia bersama-sama dengan manusia Indonesia lainnya.
8. Manusia haruslah dapat hidup bersama, menghargai satu dengan yang lain dan tetap
membina rasa persatuan dan kesatuan bangsa yang kokoh,

9. Manusia adalah makhluk yang dinamis yang melakukan kegiatannya bersama-sama


dengan manusia Indonesia yang lain,

10. Sila keempat atau sila demokrasi dituntut manusia Indonesia yang saling
menghargai, memiliki kebutuhan bersama di dalam menjalankan dan mengembangkan
kehidupannya,
11. Dalam sila kelima manusia Indonesia dituntut saling memiliki kewajiban menghargai
orang lain dalam memanfaatkan sarana yang diperlukan bagi peningkatan taraf kehidupan
yang lebih baik.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa manusia Pancasila adalah manusia
yang bebas dan bertanggung jawab terhadap perkembangan dirinya sebagai individu dan
perkembangan masyarakat (sosial) Indonesia. Manusia ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa
dianugerahi kemampuan atau potensi untuk bertumbuh dan berkembang sepanjang hayat.

egatif maka dihindarkan cara-cara pemecahan koersif (militeristk), tetapi dengan


menggunakan metode persuasive dan dialogis, serta mengikut sertakan masyarakat
setempat,
3. Perlu diakui identitas etnis dalam afli kultural bukan dalam arti politik.
4. Menyadarkan kelompok-kelompok yang berkeinginan kepada separatisme, bahwa
berpisah dengan negara dan bangsa Indonesia akan merugikan.
5. Menghindari berbagai pelanggaran HAM dan menghormati HAM.
Oleh karena itu, budaya etnis masing-masing suku harus diberi kesempatan yang
seluas luasnya untuk diperkembangkan sebagai modal dasar mengembangkan demokrasi
atau sikap demokratis, saling menghargai, dan menghormati bagi setiap warga negara.
Itulah yang menjadi nilai-nilai dasar Pancasila terhadap masyarakat Indonesia.

3. Pandangan Filsafat Pancasila Tentang Pendidikan


Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara
(Pasal I UU RI NO. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional)
Sebagai usaha sadar dan terencana, pendidikan tentunya harus mempunyai dasar dan
tujuan yang jelas, sehingga dengan demikian baik isi pendidikan maupun cara-cara
pembelajarannya dipilih, diturunkan dan dilaksanakan dengan mengacu kepada dasar dan
tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Selain itu, pendidikan bukanlah proses
pembentukan peserta didik untuk menjadi orang tertentu sesuai kehendak sepihak dari
pendidik. Menurut Surajiyo 2008 Karena manusia (peserta didik) hakikatnya adalah Pribadi
Yang memiliki potensi dan memiliki keinginan untuk menjadi dirinya sendiri, maka upaya pendidikan harus
dipandang sebagai upaya bantuan dan memfasilitasi peserta didik dalam rangka mengembangkan potensi
dirinya. Upaya pendidikan adalah pemberdayaan peserta didik. Hal ini hendaknya tidak dipandang sebagai
upaya dan tujuan Yang bersifat individualistic semata, sebab sebagaimana telah dikemukakan bahwa
kehidupan manusia itu multi dimensi dan merupakan kesatuan Yang integral.
Selain hal di atas, dimensi hitorisitas, dinamika, perkembangan kebudayaan dan tugas hidup Yang diemban
manusia mengimplikasikan bahwa pendidikan harus diselenggarakan sepanjang hayat. Pendidikan
hendaknya diselenggarakan sejak dini, pada setiap tahapan perkembangan hingga akhir hayat. Sebab itu,
pendidikan hendaknya diselenggarakan baik pada jalur pendidikan informal, formal, maupun nonformal
Yang dapat Saling melengkapi dan memperkaya.
Tujuan Pendidikan berdasarkan Pandangan Pancasila tentang hakikat realitas, manusia, pengetahuan dan
hakikat nilai mengimplikasikan bahwa pendidikan seyogyanya bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia Yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara Yang demokratis serta bertanggung
jawab. Hal ini sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 3 UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang sistem Pendidikan
Nasional. Tujuan pendidikan tersebut hendaknya kita sadari betul, sehingga pendidikan Yang kita
selenggarakan bukan hanya untuk mengembangkan Salah satu potensi peserta didik agar menjadi manusia
Yang berilmu saja, bukan hanya untuk terampil bekerja saja, dsb., melainkan demi berkembangnya seluruh
potensi peserta didik dalam konteks keseluruhan dimensi kehidupannya secara integral.
Kurikulum disusun sesuai dengan jemang pendidikan dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia
dengan memperhatikan:
1. Peningkatan iman dan takwa
2. Peningkatan akhlak mulia;
3. Peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat peserta didik;
4. Keragaman potensi daerah dan lingkungan;
5. Tuntutan pembangunan daerah dan nasional;
6. Tuntutan dunia kerja;
7. Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni;
8. Agama
9. Dinamika perkembangan global; dan
10. Persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan.
Ketentuan mengenai pengembangan kurikulum sebagaimana dimaksud di atas diatur lebih lanjut dengan
Peraturan Pemerintah (Pasal 36 UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional).
Metode Pendidikan. Berbagai metode pendidikan Yang ada menłpakan alternative untuk diaplikasikan.
Sebab, tidak ada satu metode mengajar pun Yang terbaik dibanding metode lainnya dalam segala konteks
pendidikan. Pemilihan dan aplikasi metode pendidikan hendaknya dilakukan dengan mempertimbangkan
tujuan pendidikan Yang hendak dicapai, hakikat manusia atau peserta didik, karakteristik isi/materi
pendidikan, dan fasilitas alat bantu pendidikan Yang tersedia. Penggunaan metode pendidikan diharapkan
mengacu kepada pada prinsip cara belajar siswa aktif (CBSA) dan sebaiknya bersifat multi metode.
Peranan Pendidik dan Peserta Didik. Ada berbagai peranan pendidik dan peserta didik Yang harus
dilaksanakannya, namun pada dasarnya berbagai peranan tersebut tersurat dan tersirat dalam semboyan:
”ing ngarso sung tulodo” artinya pendidik harus memberikan atau menjadi teladan bagi peserta didiknya;
“ing madya mangun karso”,artinya pendidik harus mampu membangun karsa pada diri peserta didiknya;
dan” tutwuri handayani” artinya bahwa sepanjang tidak berbahaya pendidik harus memberi kebebasan
atau kesempatan kepada peserta didik untuk belajar mandiri

4. Pandangan Filsafat Pancasila Tentang Nilai


Pembangunan nasional adalah upaya bangsa untuk mencapai tujuan nasional sebagaimana Yang sudah
dinyatakan dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Pancasila sebagai dasar negara, pandangan
hidup bangsa. Dan sumber nilai bagi bangsa Indonesia. Menurut Kaelan, 2000, (dalam Surajiyo, 2008, 161)
menjelaskan bahwa Pancasila merupakan satu kesatuan dari silasilanya harus merupakan sumber
nilai„ kerangka berpikir serta asas moralitas bagi pembangunan ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh
karena itu, sila-sila dalam Pancasila menunjukkan sistem etika dalam pembangunan iptek, sepełti berikut ini;

 Sila KeTuhanan Yang Maha Esa


Sila ini menempatkan manusia di alam semesta bukan sebagai pusatnya, melainkan sebagai bagian
Yang sistematik dari alam Yang diolahnya. Pengolahan bukan berarti mengeksploitasi alam sesuai
dengan kebutuhan, akan tetapi harus diimbangi dengan pelestarian alam.
 Sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradap
Sila ini menekankan bahwa pembangunan dan pelaksanaan pendidik harus menjaga
keseimbangan antar daerah, keberadaan masyarakat dan warga negara. Letak dan jarak atau
geografis sehingga dapat tercapai berdiri sama tinggi duduk sama rendah dan bahu membahu
membangun bangsa ini.
 Sila Persatuan Indonesia
Sila ini memberikan kesadaran bagi bangsa indonesia bahwa rasa nasionalisme merupakan modal
dasar bagi persatuan dan kesatuan bangsa. Nilai kesatuan dan persatuan mengikat bangsa
Indonesia dalam membangun sepełti semboyan bersatu kita teguh bercerai kita runtuh. Rasa
sektarian dan kedaerahan jangan sampai merusak kesatuan dan persatuan bangsa, hal ini akan
akan dibungkus kuat dan rapi dengan rasa nasionalisme.
 Sila Kerakyatan Yang Dipimpin oleh Hikmah Kebijaksanaan Dal am Permusyawaratan/Perwakilan
Mendasari bahwa setiap warga negara memiliki kebebasan untuk mengembangkan dirinya sesuain
dengan potensinya, masing-masing warga negara menghormati kebebasan berkarya demi
kemajuan dan perkembangan bangsa Yang berdasarkan Pancasila. Terbuka juga mengandung
makna bahwa terbuka untuk mengkritik dan dikritik tentang sesuatu Yang ditemukan atau
dilakukan.
 Sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Sila ini mengandung bahwa manusia Indonesia harus menjaga kesimbangan keadilan dalam
hubungannya dengan dirinya sendiri, manusia dengan Tullan, manusia dengan manusia lain,
manusia dengan masyarakat bangsa dan negara serta manusia dengan alam lingkungannya,
dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Pancasila adalah sumber nilai bagi pembangunan
bangsa Indonesia. Pancasila menjadi kerangka kognitif dalam identifikasi diri sebagai bangsa,
sebagai landasan, arah dan etos, serta sebagai moral pembangunan nasional.

Penerapan Nilai-nilai pancasila dalam sistem pendidikan


Implementasi Nilai Nilai Pancasila dalam Pendidikan Pancasila merupakan dasar negara Indonesia termasuk
juga dasar pendidikan di Indonesia. Implementasi nilai-nilai sila pancasila dalam pendidikan antara lain
sebagai berikut.

1. Implementasi sila Ketuhanan dalam pendidikan


Di dalam suatu sekolah biasanya guru mengajarkan mengenai pendidikan agama. Dari situ kita dapat
memahami lebih dalam mengenai sila ini. Melalui pembelajaran keagamaan seseorang hanya memiliki
Tuhan yang Esa. Dari pembelajaran keagamaan ini juga kita dapat lebih mendekatkan diri kita kepada Tuhan
kita. Seperti yang dijelaskan dalam Al-Qur’an surah AlKafirun yaitu untukmu agamamu dan untukku
agamaku. Untuk itu melalui pembelajaran ini kita belajar tentang agama kita masing-masing agar kita dapat
bertaqwa kepada Tuhan kita.
Selain melalui pembelajaran juga ada praktek langsung dalam kehidupan sehari-hari dimana seorang guru
mencontohkan pada muridnya bagaimana cara beribadah kepada Tuhan kita. Namun bukan hanya sekedar
contoh namun guru mengajak secara langsung kegiatan praktiknya kepada murid-muridnya.
Selain itu implikasi sila tersebut dalam pendidikan di sekolah adalah tersedianya fasilitas tempat beribadah
yang kebanyakan adalah tempat beribadah untuk urnat Islam yang setiap hari digunakan untuk shalat.

2. Implikasi sila kemanusiaan dalam pendidikan


Implementasi nilai kemanusiaan dalam pendidikan ini adalah pemerintah megusahakan pendidikan di
Indonesia dengan tanpa adanya kekerasan dalam pembelajarannya. Termasuk juga kekerasaan saat
penerimaan murid baru Yang biasanya terjadi masa orientasi sekolah Yang sering diwarnai dengan
kekerasaan. Sekarang kebanyakan sekolah-sekolah melarang hal Yang demikian.
Di sekolah biasanya tidak hanya diajarkan mengenai materi pengetahuan saia namun juga diajarkan
bagaimana saling tolong menolong dengan teman kita. Selain itu dalam suatu pembelajaran seorang guru
harus memperhatikan nilai kemanusiaan, yaitu dengan tidak menggunakan kekerasan dan menghargai
muridnya. Seorang guru dilarang menggunakan kekerasan pada muridnya saat pengajaran.
Implementasi sila kemanusiaan dalam pendidikan juga dilakukan oleh murid-muridnya. Seorang murid kini
diajarkan oleh gurunya dalam pengaplikasian nilai-nilai pancasila bahkan sejak anak duduk di bangku SD.
Pengajaran nilai kemanusiaan ini dapat membiasakan anak untuk memiliki rasa kemanusiaan terhadap
sesama manusia lainnya.
Dengan pengajaran Yang demikian maka anak akan tergugah hatinya untuk mencintai sesamanya. Hal ini
terlihat dengan perwujudan dari anak Yang mau peduli dengan temannya, membantu temannya Yang
membutuhkan, menjenguk temannya Yang sakit, saling menyayangi dengan temannya, dan lain
sebagainya.
Dari contoh Yang sederhana demikian, maka kelak anak tersebut akan memiliki jiwa kemanusiaan Yang
nantinya akan bermanfaat bagi orang lain. Selain itu, ia tidak akan menjadi pribadi Yang egois Yang hanya
mementingkan diri sendiri, namun ia akan memperhatikan dan ikut merasakan kesusahan orang lain,
terutama temannya sendiri.

3. Implikasi sila persatuan dalam pendidikan


Implementasi sila persatuan dalam pendidikan di Indonesia ini tenvujud melalaui tujuan pendidikan Yang
sama yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Dimana kurikulum Yang disusun oleh pemerintahlah Yang
menyamakan sistem pendidikan di Indonesia. Dengan adanya alat pemersatu pendidikan tersebut maka
diharapkan tujuan pendidikan dapat tercapai dengan mudah.
Di sekolah, sekolah tidak mengajarkan persaingan pada setiap muridnya, namun sekolah mengajarkan
muridnya untuk bekerja sama dan mengajarkan untuk selalu tetap kompak walaupun ada perbedaan di
antara mereka. Perbedaan diantara mereka akan mengantarkan mereka dalam kerukunan jika mereka
saling menghargai dan saling bersatu satu dan yang lainnya.
Implikasi sila persatuan dalam pendidikan ini terwujud juga dengan adanya upacara yang dapat
mempersatukan mereka. Selain itu kegiatan-kegiatan di sekolah yang melatih mereka untuk Saling bersatu
juga akan mengajarkan mereka tentang makna persatuan. Contoh kegiatan yang diadakan sekolah tersebut
adalah Saat kegiatan pramuka, lomba-lomba Saat class meeting, pertukaran pelajar antar sekolah, perayaan
ulang tahun sekolah, kemudian dalam ekstrakurikuler juga dapat mengajarkan siswa tentang pentingnya
bekerja sama dan bersatu dalam pembentukan kegiatan serta acara yang diadakan agar berjalan sukses.
Dari ekstrakurikuler tersebut juga siswa diajarkan untuk bersatu agar ekskul tersebut dapat berjalan lancar
dan sukses.
Selain penerapan dari siswanya, guru beserta staff sekolah yang lainnya juga harus bekerja sama agar
membentuk siswa yang unggul serta mencintai tanah airnya. Agar kelak setelah dewasa nanti siswa
diharapkan bekerja sama dengan orang lain dalam menghadapi persaingan dan masalah yang akan timbul
dalam kehidupan nantinya. Selain itu penerapan nilai persatuan ini terwujud dengan adanya Persatuan Guru
Republik Indonesia yang disingkat PGRI.

4. Implikasi sila kerakyatan dalam pendidikan


Implementasi sila kerakyatan tersebut dalam pendidikan adalah dimana adanya usulan usulan pendidikan
dari sekolah-sekolah kepada pemerintah untuk memajukan sistem pendidikan di Indonesia. Melalui usulan
dari sekolah-sekolah tersebut jika disetujui oleh pemerintah maka diharapkan sekolah mampu menjalankan
pembelajaran guna mencerdaskan kehidupan bangsa sesuai apa yang telah dicita-citakan bangsa Indonesia.
Implementasi yang demikian terwujud melalui permusyawarahan yang dilakukan oleh guru-guru di sekolah.
Kemudian perwakilan dari guru di sekolah tersebut bermusyawarah dengan sekolah lain dan seterusnya
yang kemudian perwakilan dari beberapa sekolah tersebut bermusyawarah dengan menteri pendidikan
dan pihak lain yang terkait untuk membentuk suatu kurikulum dan kebijakan pendidikan yang nantinya
digunakan untuk kepentingan dan kesuksesan pendidikan di Indonesia.
Sedangkan implementasi kerakyatan bagi murid dalam pendidikan ini adalah dimana terdapat contoh
sederhana. Contoh tersebut adalah dimana anak diajarkan untuk bertanya kepada gurunya apa yang tidak
ia pahami. Selain itu anak juga diperbolehkan untuk menanggapi apa yang diajarkan oleh guru.
Pendidikan sekarang ini bukanlah pendidikan yang hanya ketika seorang guru mengajarkan kepada
muridnya tentang suatu materi yang kemudian murid menerima begitu saja apa yang diberikan oleh
gurunya- Namun pendidikan yang sekarang ini adalah dimana seorang murid berhak menerima atau
menyanggah, serta mengemukakan pendapatnya. Karena sekarang biasanya murid lebih pintar dari guru,
dan pengetahuan yang diterima siswa bukan hanya dari guru semata. Saat ini guru bukanlah figur yang
selalu benar, karena guru juga seorang manusia biasa yang dapat juga berbuat salah.

5. Implikasi sila keadilan dalam pendidikan


Implikasi sila keadilan dalam pendidikan dari segi pemerintah adalah dimana pemerintah memberikan
bantuan operasional yang sama kepada setiap sekolah sesuai dengan jenjang pendidikannya masing-
masing. Pemerintah memberikan bantuan yang sama rata dan adil agar sekolah dapat melengkapi sarana
dan prasarana serta fasilitas yang kurang guna kesejahteraan sekolah.
Di sekolah juga sekarang sekolah tidak membedakan muridnya dari kalangan yang tidak mampu atau
mampu. Sekolah menerima murid baru sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan sebelumnya,
bukan karena uang sumbangan yang lebih besar dari yang lainnya seorang murid diterima. Apabila seorang
murid memenuhi persyaratan yang telah ditentukan namun ia kurang mampu, maka sekolah akan
membantu murid tersebut agar tetap dapat melanjutkan sekolah.
Kini di sekolah-sekolah juga dilengkapi dengan ruang BK dimana setiap siswa yang bermasalah baik
akademik, biaya atau lainnya boleh meminta bantuan kepada sekolah. Hal ini menunjukkan betapa sekolah
mencoba berlaku adil kepada setiap muridnya.
Implikasi sila tersebut dalam pendidikan bagi muridnya sendiri adalah, dimana tidak hanya seorang murid
yang tidak memilih-milih teman, dia mau berteman dengan siapa saja dan berlaku adil kepada semua
temannya.

Anda mungkin juga menyukai