Anda di halaman 1dari 82

PENGANTAR PENDIDIKAN

(KIP4010)
Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan
Universitas Widya Dharma Klaten

Dosen:
Drs. Tukiyo, M.Pd.
Nela Rofisian, S.Pd, M.Pd.
HAKIKAT MANUSIA DAN
PENGEMBANGANNYA
Sasaran pendidikan: manusia.
Pendidikan membantu tumbuh kembang-
nya potensi kemanusiaan peserta didik.
Pendidik sebagai fasilitator dapat
menjalankan fungsinya dengan baik jika
memahami peserta didik.
Manusia memiliki sifat khassifat
hakikat manusia, yang hanya dimiliki oleh
manusia.
Pemahaman sifat khas manusia sangat
penting bagi pendidik, sebab menjadi
landasan dalam:
1. Merancang dan melaksanakan
komunikasi interaksi edukatif terhadap
peserta didik.
2. Menghadapi perkemb sain dan teknologi
yg sangat pesat yg memiliki dampak
positif maupun negatif.
Sifat Hakikat Manusia
 ciri2 karakteristik yang membedakan
manusia dengan hewan
Wujud sifat hakikat manusia:
1. Kemampuan menyadari diri
2. Kemampuan bereksistensi
3. Pemilikan kata hati
4. Pemilikan moral
5. Kemampuan bertanggung jawab
6. Rasa kebebasan (kemerdekaan)
7. Kesediaan melaksanakan kewajiban dan menyadari
hak
8. Kemampuan menghayati kebahagiaan (Tirtarahardja
1. Kemampuan menyadari diri
memiliki ciri khas/karakteristik diri yang
berbeda dg orang lain& lingk nonmanusia
2. Kemampuan bereksistensi
Kemampuan menerobos ruang & waktu
3. Pemilikan kata hati (conscience of man)
= hati nurani, lubuk hati, suara hati,
pelita hati, dll  kemampuan pada
diri manusia yg memberi penerangan
tentang baik buruk perbuatannya
sebagai manusia
(Kemampuan membuat keputusan
tentang baik/benar dan buruk/salah)
4. Moral
Jika kata hati sbg bentuk pengertian
yang menyertai perbuatan, maka moral
(etika) adalah perbuatan itu sendiri
Jarak antara kata hati dan moral adalah
kemauan.
Etika/moral: perbuatan baik/buruk/benar/slh
Etiket: sopan santun
Banyak orang yg etiket (sopan santun)-nya
tinggi, tetapi moralnya rendah. Berilah
contoh!
5. Tanggung jawab
keberanian menentukan bahwa
suatu perbuatan sesuai dengan tuntutan
kodrat manusia, hanya karena itu suatu
perbuatan dilakukan sehingga sanksi (oleh
kata hati, masyarakat, agama) diterima
dengan kesadaran & kerelaan.
Ada hubungan erat antara kata hati, moral,
dan tanggung jawab.
6. Rasa kebebasan
Rasa bebas sesuai dg tuntutan kodrat
manusia.
Rasa merdeka jika perbuatan (moral)nya
sesuai kata hati  siap bertanggung jawab
tanpa rasa khawatir.
Implikasinya: internalisasi nilai-nilai dan
aturan2 dalam dirinya.
7. Kesediaan melaksanakan kewajiban dan
menyadari hak
Kewajiban terhadap diri sendiri, masya-
rakat, dan Tuhan.
8. Kemampuan menghayati
kebahagiaan
 integrasi dari sejumlah pengalaman
(+) yg menyenangkan dan tidak
menyenangkan (-), serta antara proses
dan hasil.
Kebahagiaan tdk terletak pada keadaannya secara
faktual (misal lulus S1 lalu bekerja) maupun pada
prosesnya, melainkan pada kesanggupan
menghayati semua itu dengan keheningan jiwa
dan menduduk-kan hal-hal tersebut dalam
rangkaian 3 hal: usaha, norma-norma, dan takdir.
Dimensi Hakikat Manusia

Tinjauan dari dimensi/sisi lain:


Dimensi keindividualan
Dimensi kesosialan
Dimensi kesusilaan (mencakup etika dan
etiket)
Dimensi keberagaman
(Tirtarahardja & Sulo, 2005: 17)
Pengembangan Dimensi Hakikat
Manusia
Pengembangan yang utuh:
Keutuhan terjadi antara:
- aspek jasmani dan rohani
- dimensi keindividualan, kesosialan,
kesusilaan, dan keberagaman;
- aspek kognitif, afektif, dan psikomotor
Pengembangan yg tidak utuh:
Hanya pada salah satu/beberapa aspek;
menyebabkan kepribadian yang pincang/
timpang/tidak mantap
Sosok Manusia Indonesia Seutuhnya
Pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan
pembangunan seluruh masyarakat Indonesia:
Lahiriah: pangan, sandang, perumahan,
kesehatan, & batiniah: pendidikan, rasa aman,
bebas mengeluarkan pendapat yang
bertanggung jawab, rasa keadilan (ada
keselarasan keduanya)
Merata di seluruh tanah air
Keselarasan hubungan manusia dan Tuhan,
antarmanusia, dengan lingkungan alam,
antarbangsa2, cita2 hidup di dunia & akhirat
Hakikat Pendidikan
(1) Pertolongan secara sadar dan
disengaja kepada anak yang belum
dewasa dalam pertumbuhannya
menuju ke arah kedewasaan dalam
arti dapat berdiri sendiri dan
bertanggung jawab susila atas segala
tindakannya menurut pilihannya
sendiri (M.J. Langeveld);
(2) proses pembentukan kecakapan-
kecakapan yang fundamental secara
intelektual dan emosional ke arah alam
dan sesama manusia (John Dewey);
(3) tuntunan kepada manusia yang
belum dewasa untuk menyiapkan agar
dapat memenuhi sendiri tugas
hidupnya (tuntunan dari lahir sampai
dewasa dalam arti jasmani dan rohani)
(Brodjonagoro);
(4) daya upaya untuk memajukan
bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan
batin, karakter), pikiran (intelek) dan
tubuh anak; dalam pengertian Taman
Siswa tidak boleh dipisah-pisahkan
bagian-bagian itu, agar supaya kita
dapat memajukan kesempurnaan
hidup, yakni kehidupan dan
penghidupan anak-anak yang kita
didik selaras dengan dunianya (Ki
Hajar Dewantara);
(5) usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa, dan
negara (UU No. 20 Th 2003 tentang
Sisdiknas Bab I Pasal 1).
Berdasarkan uraian tersebut, dahulu
pendidikan diartikan sebagai
tuntunan, sedangkan sekarang lebih
mengarah pada upaya yang
memungkinkan tumbuhnya keaktifan
individu untuk mengembangkan
potensinya.
Apakah Pendidikan Itu Penting?
Menurut teori nativisme, pendidikan
itu tidak perlu sebab pembawaan
anak itu tidak dapat diubah.
Teori empirisme menyatakan bahwa
pendidikan itu perlu, sebab anak lahir
bagaikan kertas putih bersih dan tidak
memiliki pembawaan apa pun.
Sementara itu teori konvergensi
memadukan keduanya, bahwa anak
lahir di dunia telah memiliki
pembawaan dan dalam
perkembangannya dipengaruhi oleh
lingkungan termasuk pendidikan.
Sebagai contoh, sebuah negara yang
memandang pentingnya pendidikan
adalah Jepang. Pentingnya
pendidikan diakui oleh bangsa
Jepang sebagaimana dikemukakan
pada tahun 2005 oleh sebuah
penerbitan yang sangat berpengaruh
di Jepang menyarankan dilakukannya
perubahan arah pendidikan di Jepang.
Statementnya demikian: ”Pendidikan
merupakan pondasi bagi
kemakmuran bangsa khususnya di
Jepang sebagai bangsa yang amat
miskin sumber daya alam harusnya
ada upaya yang terus-menerus
pengembangan sumber daya manusia
bukan hanya berkiprah di berbagai
bidang di dalam negeri, tetapi juga di
luar negeri” (Katsuno, 2012).
SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL
(SISDIKNAS)

Diatur dalam UU No. 20 Tahun 2003


tentang Sisdiknas  UU Sisdiknas, terdiri
dari 22 Bab, 77 Pasal.
Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas):
keseluruhan komponen pendidikan yang
saling terkait secara terpadu untuk
mencapai tujuan pendidikan nasional.
Fungsi dan tujuan pendidikan nasional:
mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa
yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan
YME, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab (Pasal 3).
Prinsip Penyelenggaraan Pendidikan
Demokratis, berkeadilan, tdk
diskriminatif
Satu kesatuan yg sistemik dg sistem
terbuka dan multimakna
Proses pembudayaan dan pemberdayaan
peserta didik sepanjang hayat
Memberi keteladanan, membangun
kemauan, dan mengembangkan
kreativitas peserta didik
Mengembangkan budaya calistung bagi
segenap warga masyarakat
Memberdayakan semua komponen
masyarakat melalui peran serta dalam
penyelenggaraan dan pengendalian mutu
layanan pendidikan
(Pasal 4)
Hak dan Kewajiban Warga Negara
Mempunyai hak yang sama untuk
memperoleh pendidikan yang bermutu.
WN yang berkebutuhan khusus berhak
memperoleh pendidikan khusus.
WN di daerah terpencil/terbelakang/
masyarakat adat terpencil berhak
memperoleh layanan pendidikan khusus.
WN yg memiliki potensi kecerdasan/
bakat istimewa berhak memperoleh
pendidikan khusus.
Setiap WN berhak mendapat kesempatan
meningkatkan pendidikan sepanjang hayat
WN berusia 7 – 15 tahun wajib mengikuti
pendidikan dasar.
Setiap WN bertanggung jawab terhadap
keberlangsungan penyelenggaraan
pendidikan.
(Pasal 5 dan 6)
Hak dan Kewajiban Orang Tua
OT berhak berperan serta dalam memilih
satuan pendidikan dan memperoleh
informasi tentang perkembangan
pendidikan anaknya.
OT dari anak usia wajib belajar
berkewajiban memberikan pendidikan
dasar kepada anaknya.
(Pasal 7)
Hak dan Kewajiban Masyarakat
Masyarakat berhak berperan serta dalam
perencanaan, pelaksanaan, pengawasan,
dan evaluasi program pendidikan.
Masyarakat berkewajiban memberikan
dukungan sumber daya dalam
penyelenggaraan pendidikan.
(Pasal 8 dan 9)
Hak dan Kewajiban Pemerintah dan
Pemerintah Daerah
Pemerintah dan Pemda berhak mengarah-
kan, membimbing, membantu, dan menga-
wasi penyelenggaraan pendidikan sesuai
peratuaran perundang-undangan yang
berlaku.
Pemerintah dan Pemda wajib memberikan
layanan dan kemudahan, serta menjamin
terselenggaranya pendidikan yang bermutu
bagi setiap WN tanpa deskriminasi.
Pemerintah dan Pemda wajib menjamin
tersedianya dana guna terselenggaranya
pendidikan bagi setiap WN yang berusia 7
– 15 tahun.
(Pasal 10 - 11)
Hak dan Kewajiban Peserta Didik
Peserta didik berhak:
Mendapatkan pendidikan agama sesuai
agamanya dan diajarkan oleh pendidik
yang seagama.
Mendapatkan pelayanan pendidikan
sesuai bakat, minat, dan kemampuannya.
Mendapatkan beasiswa bagi yang
berprestasi yang orang tuanya tidak
mampu membiayai pendidikannya.
Mendapatkan biaya pendidikan bagi
mereka yang orang tuanya tidak mampu
membiayai pendidikannya.
Pindah ke program pendidikan pada jalur
dan satuan pendidikan lain yang setara.
Menyelesaikan program pendidikan
sesuai dengan kecepatan belajar masing2
dan tidak menyimpang dari ketentuan
batas waktu yang ditetapkan.
Peserta didik berkewajiban:
Menjaga norma-norma pendidikan untuk
menjamin keberlangsungan proses dan
keberhasilan pendidikan.
Ikut menanggung biaya penyelenggaraan
pendidikan, kecuali bagi peserta didik
yang dibebaskan dari kewajiban tersebut
sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
(Pasal 12)
Jalur, Jenjang dan Jenis Pendidikan

Jalur Pendidikan:
Pendidikan formal
Pendidikan nonformal
Pendidikan informal
Pendidikan tersebut diselenggarakan
dengan sistem terbuka melalui tatap muka
dan/atau melalui jarak jauh.
(Pasal 13)
Pendidikan formal: jalur pendidikan
yg terstruktur dan berjenjang yang
terdiri atas pend dasar, pendidikan
menengah, dan pendidikan tinggi
Pendidikan nonformal: jalur
pendidikan di luar pendididkan
formal yg dapat dilaksanakan secara
terstruktur dan berjenjang
Pendidikan informal: pendidikan
keluarga dan lingkungan
Jenjang Pendidikan
Pendidikan dasar
Pendidikan menengah
Pendidikan tinggi
(Pasal 14)
Jenis Pendidikan
Pendidikan umum
Pendidikan kejuruan
Pendidikan akademik
Pendidikan profesi
Pendidikan vokasi
Pendidikan keagamaan
Pendidikan khusus
(Pasal 15)
Pendidikan umum: pendidikan dasar
dan menengah yang mengutamakan
perluasan pengetahuan yg diperlukan
oleh peserta didik utk melanjutkan
pendidikan ke jenjang yg lebih tinggi
Pendidikan kejuruan: pendidikan
menengah yg mempersiapkan peserta
didik terutama untuk bekerja dalam
bidang tertentu
Pendidikan akademik: pendidikan
tinggi program sarjana dan
pascasarjana yg diarahkan terutama
pada penguasaan disiplin ilmu
pengetahuan tertentu
Pendidikan profesi: pendidikan
tinggi setelah progran sarjana yang
mempersiapkan peserta didik untuk
memiliki pekerjaan dg persyaratan
keahlian khusus
Pendidikan vokasi: pendidikan tinggi yg
mempersiapkan peserta didik untuk
memiliki pekerjaan dengan keahlian
terapan tertentu maksimal setara dengan
program sarjana
Pendidikan keagamaan: pendidikan
dasar, menengah, dan tinggi yg
mempersiapkan peserta didik utk dpt
menjalankan peranan yg menuntut
penguasaan pengetahuan tentang ajaran
agama dan/atau menjadi ahli ilmu agama
Pendidikan khusus: penyelenggaraan
pendidikan untuk peserta didik yang
berkelainan (berkebutuhan khusus)
atau peserta didik yang memiliki
kecerdasan luar biasa yang
diselenggarakan secara inklusif atau
berupa satuan pendidikan khusus
pada tingkat pendidikan dasar dan
menengah.
Pendidikan Dasar
Merupakan jenjang pendidikan yang
melandasi jenjang pendidikan menengah

Bentuk pendidikan dasar:


SD/MI/bentuk lain yang sederajat
SMP/MTs/bentuk lain yang sederajat
(Pasal 17)
Pendidikan Menengah
Merupakan lanjutan pendidikan dasar
Terdiri: - pend menengah umum
- pend menengah kejuruan

Bentuk pendidikan menengah umum:


SMA
MA
SMK
MAK
Bentuk lain yang sederajat (Pasal 18)
Pendidikan Tinggi
 Merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan
menengah, mencakup program pendidikan diploma,
sarjana, magister, spesialis, dan doktor yang
diselenggarakan oleh Perguruan Tinggi (PT)
 Diselenggarakan dengan sistem terbuka (Pasal 19)

Bentuk PT:
 Akademi
 Politeknik
 Sekolah Tinggi
 Institut
 Universitas (Pasal 20)
 Dalam UU 12/2012 ditambah Akademi Komunitas
PT wajib menyelenggarakan
pendidikan, penelitian, dan
pengabdian kepada masyarakat 
tridharma PT.
PT dapat menyelenggarakan program
akademik, profesi, dan/atau vokasi,
serta memberikan gelar akademik,
profesi, dan/atau vokasi.
(Pasal 20, 21)
Universitas, institut, dan sekolah tinggi yang
memiliki program doktor berhak memberikan
gelar doktor kehormatan (doktor honoris causa)
kepada individu yang layak berkenaan dengan
jasa yang luar biasa dlm bidang iptek,
kemasyarakatan, keagamaan, kebudayaan, atau
seni (Pasal22).
Di PT berlaku kebebasan akademik, kebebasan
mimbar akademik, dan otonomi keilmuan
(Pasal 24).
PT menetapkan persyaratan kelulusan untuk
mendapatkan gelar akademik, profesi, atau
vokasi.
Pendidikan Nonformal
Diselenggarakan bagi warga masyarakat yang
memerlukan layanan pendidikan yang
berfungsi sebagai pengganti, penambah,
dan/atau pelengkap pendidikan formal dalam
rangka mendukung pendidikan sepanjang
hayat.
Berfungsi: mengembangkan potensi peserta
didik dg penekanan pada penguasaan
pengetahuan dan keterampilan fungsional serta
pengembangan sikap dan kepribadian
profesional.
PNF meliputi:
pend kecakapan hidup,
PAUD,
pend kepemudaan,
pend pemberdayaan perempuan,
pend keaksaraan,
pend keterampilan dan pelatihan kerja,
pend kesetaraan,
pend lain yg ditujukan untuk mengemb
kemampuan peserta didik.
Kursus dan pelatihan diselenggarakan
bagi masyarakat yang memerlukan bekal
pengetahuan, keterampilan, kecakapan
hidup, dan sikap untuk mengembangkan
diri, mengembangkan profesi, bekerja,
usaha mandiri, dan/atau melanjutkan
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Hasil PNF dapat dihargai setara dengan
hasil PF setelah melalui proses penilaian
penyetaraan oleh lembaga yang ditunjuk
Pemerintah/Pemda dengan mengacu
standar nasional pendidikan (Pasal 26).
Pendidikan Informal
Dilakukan oleh keluarga dan lingkungan,
berbentuk kegiatan belajar secara mandiri.
Dapat diakui setara dengan pendidikan
formal/nonformal setelah lulus ujian
sesuai standar nasional pendidikan (Pasal
27).
PAUD
PAUD: upaya pembinaan yg ditujukan
kepada peserta didik sejak lahir sampai
dengan usia enam tahun yg dilakukan
melalui pemberian rangsangan pend untuk
membantu pertumbuhan dan
perkembangan jasmani dan rohani agar
anak memiliki kesiapan dlm memasuki
pendidikan lebih lanjut.
PAUD diselenggarakan sebelum jenjang
pendidikan dasar.
PAUD dapat melalui pend formal, nonformal,
dan/atau informal.
PAUD jalur pend formal berbentuk: TK, RA,
atau bentuk lain yang sederajat.
PAUD jalur pend nonformal berbentuk KB,
TPA (Taman Penitipan Anak), bentuk lain
yang sederajat.
PAUD jalur pend informal berbentuk
pendidikan keluarga atau pend yg diseleng-
garakan oleh lingkungan (Pasal 28).
Pendidikan Kedinasan
Pendidikan kedinasan: pendidikan profesi
yang diselenggarakan oleh kementerian
atau lembaga pemerintah nonkementerian
Berfungsi meningkatkan kemampuan dan
keterampilan dlm pelaksanaan tugas
kedinasan bagi pegawai dan calon
pegawai negeri suatu
kementerian/lembaga pemerintah
nonkementerian.
Melalui jalur pend formal dan nonformal.
(Pasal 29)
Pendidikan Keagamaan
Diselenggarakan Pemerintah atau
kelompok masyarakat pemeluk agama.
Berfungsi mempersiapkan peserta didik
menjadi anggota masyarakat yang
memahami dan mengamalkan nilai-nilai
ajaran agama dan/atau menjadi ahli ilmu
agama.
Dapat diselenggarakan melalui jalur
formal, nonformal, atau informal.

Bentuk pendidikan keagamaan:


Pendidikan diniyah
Pesantren
Pasraman
Pabhaja samanera
Bentuk lain yang sejenis
(Pasal 30)
Pendidikan Jarak Jauh
Pendidikan jarak jauh: pendidikan
yg peserta didiknya terpisah dari
pendidik dan pembelajarannya
menggunakan berbagai sumber
belajar melalui teknologi komunikasi,
informasi, dan media lain.
Dapat diselenggarakan pada semua jalur,
jenjang, dan jenis pendidikan.
Berfungsi memberikan layanan pendidikan
kepada sekelompok masyarakat yang tidak
dapat mengikuti pendidikan secara tatap
muka atau reguler.
Diselenggarakan dalam berbagai bentuk,
modus, dan cakupan yang didukung oleh
sarana dan layanan belajar serta sistem
penilaian yang menjamin mutu lulusan sesuai
standar nasional pendidikan.
(Pasal 31)
Pendidikan Khusus dan Pendidikan
Layanan Khusus
Pendidikan khusus: pendidikan bagi peserta
didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam
mengikuti proses pembelajaran karena
kelainan fisik, emosional, mental, sosial,
dan/atau memiliki potensi kecerdasan dan
bakat istimewa.
Pendidikan layanan khusus: pendidikan bagi
bagi peserta didik di daerah terpencil,
dan/atau mengalami bencana alam, bencana
sosial, dan tidak mampu dari segi ekonomi
(Pasal 32).
Bahasa Pengantar
Bahasa Indonesia sebagai bahasa negara
menjadi bahasa pengantar dalam pendidikan
nasional.
Bahasa daerah dapat digunakan dalam tahap
awal pendidikan apabila diperlukan dalam
penyampaian pengetahuan dan/atau
keterampilan tertentu.
Bahasa asing dapat digunakan pada satuan
pendidikan tertentu untuk mendukung
kemampuan berbahasa asing peserta didik
(Pasal 33)
Wajib Belajar
Setiap WN yang berusia 6 tahun dapat
mengikuti program wajib belajar.
Pemerintah dan Pemda menjamin
terselenggaranya wajib belajar minimal pada
jenjang pendidikan dasar tanpa memungut
biaya.
Wajib belajar merupakan tanggung jawab
negara yang diselenggarakan oleh lembaga
pendidikan Pemerintah, Pemda, dan
masyarakat.
(Pasal 34)
Standar Nasional Pendidikan
1. Standar isi
2. Standar proses
3. Standar kompetensi lulusan
4. Standar tenaga kependidikan
5. Standar sarana dan prasarana
6. Standar pengelolaan
7. Standar pembiayaan
8. Standar penilaian pendidikan
SNP digunakan digunakan sebagai acuan
pengembangan kurikulum, tenaga
kependidikan, sarana dan prasarana,
pengelolaan, dan pembiayaan.
Pengembangan SNP serta pemantauan
dan pelaporan pencapaiannya secara
nasional dilaksanakan oleh suatu badan
standardisasi, penjaminan, dan
pengendalian mutu pendidikan.
(Pasal 35)
Kurikulum
Pengemb kurikulum mengacu SNP
Pengemb kurikulum dengan prinsip
diversifikasi sesuai dengan satuan
pendidikan, potensi daerah, dan pesrta didik.
Kurikulum dikdasmen wajib memuat: pend
agama, PKn, bahasa, matematika, IPA, IPS,
seni dan budaya, penjas & OR,
keterampilan/kejuruan, dan muatan lokal.
Kurikulum pendidikan tinggi wajib memuat:
pend agama, PKn, bahasa.
Kerangka dasar dan struktur kurikulum
dikdasmen ditetapkan Pemerintah.
Kurikulum dikdasmen dikembangkan oleh
setiap kelompok atau satuan pend dan
komite sekolah/madrasah, di bawah
koordinasi dan supervisi Disdik/Kemenag
Kab/Kota utk dikdas, dan Provinsi utk
dikmen.
Kerangka dasar dan struktur kurikulum,
serta kurikulum dikti dikembangkan oleh
PT ybs, mengacu SNP setiap prodi.
(Pasal 38)
Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Pendidik merupakan tenaga profesional
yang bertugas merencanakan dan
melaksanakan proses pembelajaran,
menilai hasil pembelajaran, melalukan
pembimbingan dan pelatihan, serta
melakukan penelitian dan pengabdian
kepada masyarakat, terutama bagi
pendidik pada perguruan tinggi.
Tenaga kependidikan (tendik) bertugas
melaksanakan administrasi, pengelolaan,
pengembangan, pengawasan, dan
pelayanan teknis untuk menunjang proses
pendidikan pada satuan pendidikan.
(Pasal 39)
Tendik meliputi:
Pengelola satuan pendidikan
Penilik
Pamong belajar
Pengawas
Peneliti
Pengembang
Pustakawan
Laboran
Teknisi sumber belajar
Dik dan tendik berhak memperoleh:
Penghasilan & jaminan kesejahteraan
sosial yg pantas dan memadai
Penghargaan sesuai tugas & prestasi kerja
Perlindungan hukum dlm melaksanakan
tugas dan hak atas hasil kekayaan
intelektual (HaKI)
Kesempatan menggunakan sarpras &
fasilitas pend utk menunjang kelancaran
pelaksanaan tugas.
Dik dan tendik berkewajiban:
Menciptakan suasana pend yang
bermakna, menyenangkan, kreatif,
dinamis, dan dialogis.
Mempunyai komitmen secara profesional
untuk meningkatkan mutu pendidikan.
Memberi teladan dan menjaga nama baik
lembaga, profesi, dan kedudukan sesuai
dengan kepercayaan yang diberikan
kepadanya.
(Pasal 40)
Pendidik harus:
Memiliki kualifikasi minimum dan
sertifikasi sesuai dengan jenjang
kewenangan mengajar.
Sehat jasmani dan rohani.
Memiliki kemampuan untuk
mewujudkan tujuan pendidikan
nasional.
(Pasal 42)
Pendidik dihasilkan oleh perguruan tinggi
yang terakreditasi.
Sertifikasi pendidik (guru) diselenggara-
kan oleh perguruan tinggi yang memiliki
program pengadaan tenaga kependidikan
(FKIP, FIP, IKIP, STKIP) yang
terakreditasi.
Sertifikasi pendidik (dosen) diselenggara-
kan oleh perguruan tinggi terakreditasi
Pendidik pada pendidikan dasar dan
menengah disebut guru, pada pendidikan
tinggi disebut dosen.
Sarana dan Prasarana Pendidikan
Satuan pend formal dan nonformal
menyediakan sarana dan prasarana yang
memenuhi keperluan pendidikan sesuai
dengan pertumbuhan dan perkembangan
potensi fisik, kecerdasan intelektual,
sosial, emosional, dan kejiwaan peserta
didik.
Pendanaan Pendidikan
Pendanaan pendidikan menjadi tanggung jawab
bersama:
Pemerintah
Pemerintah Daerah
Masyarakat (Pasal 46)

Dana pend selain gaji pendidik dan biaya


pendidikan kedinasan dialokasikan minimal
20% dari APBN sektor pendidikan, dan
minimal 20% dari APBD (Pasal 49)
Peranserta Masyarakat dalam
Pendidikan
Meliputi:
Perseorangan
Kelompok
Keluarga
Organisasi profesi
Pengusaha
Organisasi kemasyarakatan

Masyarakat dpt berperan serta sebagai sumber,


pelaksana, dan pengguna hasil pendidikan.
Evaluasi, Akreditasi, dan Sertifikasi
Evaluasi dilakukan untuk pengendalian
mutu pendidikan secara nasional
Evaluasi dilakukan terhadap: peserta
didik, lembaga, dan program pendidikan
pada jalur formal dan nonformal (Pasal
57).
Dilakukan oleh lembaga mandiri secara
berkala, menyeluruh, transparan, dan
sistemik untuk menilai pencapaian SNP.
(Pasal 58)
Akreditasi dilakukan untuk menentukan
kelayakan program dan satuan
pendidikan, dilakukan oleh Pemerintah
dan/atau lembaga mandiri (Pasal 60).
Sertifikasi berbentuk Ijazah dan
Sertifikasi Kompetensi (Pasal 61).
Pendirian Satuan Pendidikan
Setiap satuan pendidikan formal dan
nonformal wajib memperoleh izin
Pemerintah atau Pemda.
Pemerintah atau Pemda memberi atau
mencabut izin pendirian satuan
pendidikan sesuai peraturan perundang-
undangan.
(Pasal 62)
Penyelenggaraan Pendidikan oleh
Lembaga Negara Lain
Satuan pendidikan yang diselenggarakan
oleh perwakilan negara asing di wilayah
NKRI, bagi peserta didik WNA, dapat
menggunakan ketentuan yang berlaku di
negara yang bersangkutan atas
persetujuan Pemerintah RI.
(Pasal 64)
Pengawasan
Pemerintah, Pemda, Dewan Pendidikan,
dan Komite Sekolah/Madrasah melakukan
pengawasan atas penyelenggaraan
pendidikan pada semua jenjang dan jenis
pendidikan sesuai kewenangan masing-
masing (Pasal 66).
Ketentuan Pidana
Perseorangan, organisasi, atau
penyelenggara pendidikan yang
memberikan ijazah, sertifikat kompetensi,
gelar akademik, profesi, dan atau vokasi
tanpa hak dipidana penjara paling lama
10 tahun atau pidana denda paling banyak
1 miliar rupiah.
PT yang ditutup tetapi masih beroperasi,
dipidana s.d.a.
Menggunakan ijazah atau gelar tanpa hak
atau palsu, dikenakan pidana penjara
paling lama 5 tahun atau pidana denda
paling banyak 500 juta rupiah
Penyelenggara satuan pendidikan tanpa
izin Pemerintah/Pemda dipidana penjara
paling lama 10 tahun atau pidana denda
paling banyak 1 miliar rupiah.

Anda mungkin juga menyukai