Disusun Oleh:
Kelompok 10
1
Eni Fariyatul Fahyuni dan Istikomah, Pancasila Belajar & Mengajar Kunci Sukses Guru dan Peserta Didik
dalam Interaksi Edukatif, hal 30-31.
2
Ibidd.hlm.29-30
Potensi-potensi rohaniah meliputi segi pikir, rasa, karsa, cipta, karya maupun budi nurani.
Potensi-potensi rohaniah ini membutuhkan kesadaran cinta kasih, kesadaran akan keagamaan,
dan nilai-nilai budaya supaya kepribadian kita sehat dan sejahtera. Di samping itu juga rohani
kita harus tenang, sabar, optimis, mempercayai orang lain, bahkan mencintai sesama manusia,
tidak iri hati, tidak menyimpan rasa benci atau dendam dan sebagainya.
Pembagian potensi diatas didasarkan kepada U. Noorsyan membagi potensi kepada :
a. Potensi jasmaniah; fisik, badan, dan panca indra yang sehat (normal).
b. Potensi pikir (akal, rasio, intelegensi, intelektual).
c. Potensi rasa (perasaan, emosi) baik perasaan eti-moral maupun perasaan estetis.
d. Potensi karsa (kehendak, kemauan, keinginan, hasrat atau kecenderungan-kecenderungan
nafsu, termasuk prakarsa).
e. Potensi cipta (daya cipta, kreativitas, fantasi, khayal dan imajinasi).
f. Potensi karya (kemampuan menghasilkan kerja).
g. Potensi budi nurani (kesadaran budi, hati nurani, kata hati).3
Ketujuh potensi diatas dapat dikelompokkan kepada potensi jasmaniah dan potensi
rohaniah yang dapat dikembangkan dan diwujudkan manusia seutuhnya dalam rangka
mencapai tujuan pendidikan yang dicita-citakan.
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Potensi Siswa
Terdapat dua faktor yang dapat mempengaruhi potensi pada diri siswa, dua faktor tersebut
yaitu:
• Faktor dari dalam (keturunan)
Keturunan seorang anak dalam keluarganya akan mempengaruhi potensi yang dimiliki
oleh anak tersebut. misalnya seorang anak yang keturunan bermain musik, maka tidak khayal
jika anak tersebut berpotensi pula dalam bidang musik. Contoh keturunan lain yaitu keturunan
ilmu pasti, keturunan bertubuh tinggi, keturunan olahragawan, dan lain sebagainnya.
• Faktor dari luar (lingkungan)
Faktor-faktor dari luar yang amat besar sekali pengaruhnya terhadap potensi siswa adalah
faktor rumah tangga. Rumah tangga tempat anak dibesarkan, pendidikan dalam keluarga,
pertama sekali anak mendapat pengalaman dan pengetahuan dari rumah tangga, oleh karena
itu orang tua disebut sebagai pendidik yang utama, karena mereka lebih dekat dengan anak,
terutama ibu yang mengasuhnya dari dalam kandungan sampai tumbuh dewasa. Dengan
3
Wasty Soemanto, Pancasila Ilmu Teknologi (Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan), (Jakarta: PT Rineka Cipta,
1990) hal 41.
demikian ibu memiliki kesempatan yang sangat besar untuk memberi pendidikan dan
pengajaran pada anak dalam bentuk contoh, sikap dan petunjuk. Seperti kata pepatah
“Bagaimana cetak begitu bentuknya” yang artinya adalah bagaimana anak itu dididik maka
seperti itulah anak akan tumbuh dan berkembang.
Dapat dikatakan demikian karena menurut penelusuran Dr. Sumardi, M.Sc. dalam
bukunya Password Menuju Sukses telah teridentifikasi tiga belas jenis kecerdasan, yaitu
kecerdasan bahasa, logika, visual-ruang, raga, musik, sosial (interpersonal), pribadi
(intrapersonal), masak (kuliner), alam (natural), emosi, spiritual, keuletan, dan keuangan.
Sembilan kecerdasan pertama dikemukakan pertama kali pada tahun 1983 oleh Howard
Gardner, seorang psikolog Amerika Serikat dan diberi label multiple intelligences atau
kecerdasan majemuk. Kecerdasan emosi dikemukakan oleh Daniel Goleman. Kecerdasan
keuletan dimunculkan oleh Paul G. Stoltz dan kecerdasan keuangan digagas oleh Robert T.
Kiyosaki.4
Pemahaman tentang berbagai potensi peserta didik mutlak harus dimiliki oleh setiap
pendidik. Hal itu sejalan dengan tujuh prinsip penyusunan kurikulum tingkat satuan pendidikan
(KTSP), yaitu :
• Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan
lingkungannya,
• Beragam dan terpadu,
• Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni,
• Relevan dengan kebutuhan kehidupan,
• Menyeluruh dan berkesinambungan,
• Belajar sepanjang hayat, dan
4
Ibidd.hlm.29
• Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah.
Agar kita dapat mengenali potensi peserta didik, cara yang paling mudah dan sederhana
adalah dengan mengajukan pertanyaan, ”Apa yang paling senang kamu lakukan dan orang lain
menilai hasilnya sangat bagus dan luar biasa?”. Sebagian peserta didik mungkin menjawab
suka mengerjakan Matematika. Itu artinya dia memiliki kecerdasan logika. Sebagian siswa
mungkin merasa senang apabila menulis atau belajar bahasa asing. Artinya, dia memiliki
kecerdasan linguistik. Sebagian lagi mungkin senang bermain musik, dan sebagainya.
Ternyata, banyak sekali potensi yang dimiliki peserta didik. Tugas pendidik adalah
bagaimana agar potensi-potensi tersebut dapat berkembang dengan maksimal, baik melalui
kegiatan intrakurikuler maupun ekstrakurikuler.
Pengembangan potensi siswa melalui kegiatan intrakurikuler dapat terwujud melalui
proses belajar yang melibatkan peserta didik secara aktif (active learning). Dengan demikian,
siswa terus mengasah kecerdasan logika saat merumuskan ide-ide atau pendapat, kecerdasan
bahasa saat menyampaikan secara lisan ide atau pendapat tersebut, kecerdasan keuletan saat
harus beradu argumen dengan teman, kecerdasan intrapersonal saat harus bersikap toleran
kepada yang lain, dan seterusnya.
Selain dalam kegiatan intrakurikuler, pengembangan potensi siswa dapat dilakukan
melalui kegiatan ekstrakurikuler. Hal ini sejalan dengan Panduan Penyusunan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan oleh BSNP. Dalam panduan tersebut pengembangan potensi siswa
disebut Kegiatan Pengembangan Diri. Lebih lanjut dijelaskan bahwa kegiatan pengembangan
diri dapat dilakukan antara lain melalui kegiatan pelayanan konseling yang berkenaan dengan
masalah diri pribadi dan kehidupan sosial, belajar, dan pengembangan karier peserta didik serta
kegiatan keparamukaan, kepemimpinan, dan kelompok ilmiah remaja.
5
Wasty Soemanto, Pancasila Pendidikan (Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan), hal 42-43
untuk belajar dan mendapat pengetahuan dimulai pada usia 7 tahun (disebut masa intelek).
Pada usia ini sang-anak sudah siap diisi dan dibekali dengan pengetahuan.
Kedua; anak memiliki keyakinan, kepercayaan, yang semu, dalam arti kata ia butuh
bimbingan rohani dan mental pada usia belajar orang tua dan guru mendapat kesempatan yang
banyak memantapkan keyakinan dan kepercayaan anak untuk mengisi dan membekali dengan
pengetahuan, manakala ia sudah dewasa, ia telah mendapat keyakinan, kepercayaan yang
sangat sukar untuk diubah oleh seorang pendidik, baik orang tua maupun guru di sekolah.
Ketiga; anak memiliki banyak pengharapan terhadap sesuatu, pengharapan-pengharapan
pada diri anak memungkingkan untuk dilakukan, diciptakan melalui pengetahuan yang
diberikan kepadanya. Kita dapat memberi contoh, tauladan yang banyak kepada anak, yang
pada akhirnya dia dapat menemui pengharapannya, namun pengharapan itu dibekali dengan
motivasi ekstinsik disamping motivasi intrinsic yang telah ada pada diri sang anak.
• Menyeimbangkan antara Intellegensi dan Emosi
Bukanlah menjadi jaminan bagi seseorang yang memikili intellegensi yang tinggi akan
dapat berkembang tanpa memiliki kecakapan emosional yang tinggi. Akan tetapi bagi
seseorang yang memiliki intellegensi yang tinggi belum tentu memiliki kecakapan emosional
yang tinggi pula.Anak yang berbakat adalah anak yang memiliki intellegensi yang tinggi dan
kecakapan emosional yang tinggi, mereka kelak menjadi orang yang mampu berbuat, berkarya,
aktif, kreatif, dan mandiri.
Kemampuan otak seseorang membutuhkan latihan terus menerus, ia ibarat sebilah
pisau dari besi yang bagus, bila tidak diasah di atas gerinda ia tidak akan tajam. Pengasahannya
tidak dilakukan sekali saja akan tetapi berkali-kali dilakukan. Otak perlu selalu diasah dengan
berfikir, seperti menganalisa, memecahkan masalah, berhitung, berdiskusi, bermain catur,
mengisi teka teki silang, dan lain sebagainnya.
6
Muhibbin Syah, Pancasila Pendidikan dengan Pendekatan Baru Edisi Revisi, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2004), hal 41.
dengan tingkat perkembangan anak. Guru harus memiliki materi yang memungkinkan anak
menyadari masalahnya sendiri. Jika materi yang disampaikan sesuai dengan perkembangan
anak, maka pembelajaran yang dilaksanakan akan membuat anak merasa nyaman.
Guru harus teriibat aktif di dalam proses belajar mengajar, di dalam memilih materi
pelajaran dan menciptakan situasi belajar sehingga anak teriibat secara aktif. Implikasi lainnya
adalah bahwa guru harus mempertimbangkan kemampuan berpikir anak sesuai dengan tingkat
perkembangan usia anak. Anak SD cara berpikirnya berbeda dengan SMP ataupun SMA. Guru
dalam hal ini perlu memahami tahap perkembangan mana anak itu berada. Dengan demikian
guru perlu mendiagnosa kesulitan anak belajar, tahap kemampuan anak, karena hal ini
merupakan dasar untuk mengadaptasi metode pengajaran yang akan digunakan.
9. Meningkatkan Daya Ingat
Bagi pelajar, mengingat materi pelajaran yang diberikan guru di kelas menjadi sebuah
keharusan. Hanya saja, karena beberapa faktor seringkali siswa lupa begitu saja apa yang
dipelajarinya di kelas tadi. Kalau sudah begitu, diperlukan cara meningkatkan daya ingat,
supaya apa yang disampaikan guru selalu membekas di pikiran Cara Efektif untuk
Meningkatkan Daya Ingat Pelajar Daya ingat perlu dilatih agar semakin berkembang dan
berfungsi dengan baik. Berikut ini adalah cara-cara untuk meningkatkan daya ingat pada
pelajar.
a. Membuat Rangkuman Materi Pelajaran
b. Menggunakan Gambar untuk Belajar
c. Menerangkan Kembali
d. Membuat Review
e. Membuat Akronim
Kita pasti sangat sering mendengar kata “mejikuhibiniu” yaitu warna pelangi yang
merupakan akronim atau singkatan dari “merah jingga kuning hijau nila ungu”. Mengingat
materi pelajaran dengan membuat akronim seperti itu menjadi lebih mudah. Contoh akronim
lainnya misalnya Jabodetabek, Jagorawi dan sebagainya. Kamu bisa membuat akronim atau
singkatan atas materi yang dipelajari supaya lebih mudah diingat.
f. Asah Otak
g. Menjaga Mood dan Emosi
Kemampuan mengingat adalah hal yang penting bagi pelajar karena bisa mempengaruhi hasil
belajarnya. Daya ingat harus selalu diasah supaya tidak mengalami penurunan dan
menyebabkan kamu menjadi sering lupa, termasuk materi pelajaran.
10. Meningkatkan Kemauan Belajar Siswa
Sesuatu hal yang baik pasti banyak ujian dalam melakukannya. Belajar merupakan
perbuatan yang baik. Dengan belajar kita dapat menambah wawasan ilmu untuk bekal kita
hidup baik di dunia maupun di akhirat. Dalam melaksanakan belajar tidak bisa dipungkiri
terkadang kita merasa bosan, malas atau perasaan lain yang menyebabkan semangat belajar
kita hilang dan penyebab anak sekolah menjadi malas belajar. Hal ini merupakan hal yang
wajar, dan kebanyakan orang mengalaminya. Ketika kita merasa malas belajar, maka kita dapat
melakukan hal-hal yang dapat memotivasi kita untuk menambah semangat belajar.
Motivasi dalam meningkatkan semangat belajar dibagi menjadi dua, yaitu motivasi internal
dan motivasi eksternal. Motivasi internal merupakan motivasi yang berasal dari dalam diri
individu sendiri. Motivasi ini memang lebih sulit ditumbuhkan dibanding motivasi eksternal,
tetapi jika seseorang telah berhasil menumbuhkan motivasi internal dalam dirinya, maka
kepercayaan diri akan terbentuk sehingga akan menimbulkan sikap positif dan sadar akan
kebutuhan dirinya dalam belajar.
Sementara motivasi eksternal merupakan motivasi yang berasal dari luar diri individu yang
mampu mempengaruhi diri individu. Motivasi eksternal bisa berasal daari lingkungan, sosial,
penghargaan atau hukuman, teman, peran orang tua dalam mendidik anak serta masih banyak
hal lain yang dapat mempengaruhi motivasi belajar seseorang. Setiap orang pasti lebih paham
tentang dirinya masing-masing dengan apa yang bisa memotivasinya dalam meningkatkan
semangat belajar. Kenali diri anda terlebih dahulu jika anda belum menemukan cara untuk
mengatasi rasa malas anda dalam belajar atau anda dapat mencoba beberapa cara meningkatkan
semangat belajar dalam diri :
a. Bergaul dengan orang bersemangat belajar
b. Buat target yang ingin dicapai
c. Menunda kesenangan
d. Buktikan pada orang-orang bahwa anda pintar
e. Atur waktu belajar
f. Fokus lima menit
g. Stop atau strat di bagian menarik
h. Singkirkan atau menjauh dari gangguan
i. Buat sebuah reward atau hukuman
j. Menonton film motivasi atau membaca novel motivasi
11. Meningkatkan Kecerdasan Emosional
Kecerdasan emosional merupakan salah satu faktor yang dapat menunjang kesuksesan
anak, baik di sekolah maupun di dunia kerja nantinya. Dalam hal ini, peran orang tua sangat
dibutuhkan untuk membentuk maupun mengembangkan kecerdasan emosional anak.
Kecerdasan emosional atau emotional quotient (EQ) adalah kemampuan seseorang untuk
memahami, menggunakan, dan mengelola emosi. EQ dapat membantu siapa saja, termasuk
anak-anak, untuk membangun hubungan yang kuat, membuat keputusan, dan menghadapi
situasi sulit. Tak hanya itu, dengan EQ yang baik, seseorang akan lebih mudah bersosialisasi
dengan siapa saja, lebih percaya diri, dan dapat tumbuh menjadi pribadi yang baik. EQ juga
berperan penting dalam mendukung prestasi anak di sekolah. Berikut ini adalah beberapa cara
yang bisa dilakukan untuk mengembangkan EQ anak :
a. Memberikan contoh yang baik dalam berperilaku
b. Membantu anak mengenali emosi
c. Membangun empati anak
d. Membiasakan anak bekerja sama
e. Mengembangkan keterampilan memecahkan masalah
C. Kesimpulan
1. Siswa memiliki 2 potensi belajar yaitu :
a. Potensi belajar jasmaniah yakni jasmani yang sehat dengan panca indra yang
normal yang secara fisiologi berkerja sama dengan sistem syaraf dan kejiwaan.
b. Potensi belajar rohaniyah meliputi segi pikir, rasa, karsa, cipta, karya maupun
budi pekerti. Potensi-potensi rohaniah ini membutuhkan kesadaran cinta kasih,
kesadaran akan keagamaan, dan nilai-nilai budaya supaya kepribadian kita sehat
dan sejahtera
2. Cara mengembangkan potensi yang ada pada anak SD
• Pengembangan Pengetahuan pada Usia Belajar
• Menyeimbangkan antara Intellegensi dan
Emosi.
3. Meningkatkan daya pikir ditujukan untuk mengembangkan kualitas berpikir siswa agar
dalam proses perkembangan kognitifnya memperoleh peluang yang optimal untuk
berkembang secara optimal pula
4. cara-cara untuk meningkatkan daya ingat pada pelajar.
• Membuat Rangkuman Materi Pelajaran
• Menggunakan Gambar untuk Belajar
• Menerangkan Kembali
• Membuat Review
• Membuat Akronim dan lainnya
5. cara meningkatkan semangat belajar dalam diri :
• Bergaul dengan orang bersemangat belajar
• Buat target yang ingin dicapai
• Menunda kesenangan
• Buktikan pada orang-orang bahwa anda pintar
• Atur waktu belajar
6. cara yang bisa dilakukan untuk mengembangkan EQ anak :
• Memberikan contoh yang baik dalam berperilaku
• Membantu anak mengenali emosi
• Membangun empati anak
• Membiasakan anak bekerja sama
• Mengembangkan keterampilan memecahkan masalah
DAFTAR PUSTAKA
Corey, Gerald. 2007. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung:
RefikaAditama.
Gunarsa, Singgih D. 2011. Konseling dan Psikoterapi. Jakarta: Penerbit Libri.
Santrock, John W. 2008. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Prenada Media Group.
Wihartati, Wening. 2015. Pemahaman Individu (Paradigma Psikologi dan
Agama)Semarang: Karya Abadi Jaya.