Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

MENINGKATKAN POTENSI BELAJAR : DAYA


FIKIR, DAYA INGAT, KEMAUAN, DAN
KECERDASAN EMOSIONAL

Disusun Oleh:

Kelompok 10

Nama : Najwa Hasibuan (0306233206)


Nur Sakinah Lubis (0306232169)
Salsa Bila Hasibuan (0306232147)
Mata Kuliah : Psikologi Pendidikan

Dosen Pengampu : Risanni Ritonga,M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA MEDANT.A
2023/2024
A. Latar Belakang
Pada hakekatnya pendidikan tidak dapat terlepas dari kehidupan manusia, baik sebagai
makhluk individu maupun sebagai makhluk sosial. Setiap individu akan tumbuh dan
berkembang cepat atau lambat didalam lingkungan yang terus berubah. Lingkungan tersebut
yang antara lain ditentukan oleh kemampuan pendidik dalam memahami tujuan yang hendak
dicapai, potensi anak didik, keadaan anak didik dengan segala latar belakangnya, sarana
pendidikan, ketepatan memilih bentuk komunikasi pendidikan dan keadaan lingkungan,
sehingga memungkinkan terjadinya interaksi edukatif atau tindakan yang bersifat mendidik
dalam pergaulan pendidikan. Pernyataan diatas sesuai dengan prinsip pendidikan seperti
tercantum dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara: “Pendidikan berlangsung seumur hidup
dan dilaksanakan dalam lingkungan rumah tangga, sekolah, dan masyarakat. Karena itu
pendidikan adalah tanggung jawab bersama antar keluarga, masyarakat dan pemerintah”.
Tiap-tiap lingkungan pendidikan tersebut memberi pengaruh pada proses pendidikan
yang diterimanya, baik secara langsung maupun tidak langsung. Kadar besarnya pengaruh dari
masing-masing lingkungan tidak dapat diukur. Yang jelas ada pengaruh yang berarti dan
mempunyai kesamaan dalam pencapaian tujuan yang dicita-citakan oleh bangsa, negara dan
agama. Jadi yang menjadi tujuan sebenarnya adalah anak didik. Untuk mengetahui gambaran
tentang anak, tidak terlepas dari potensi-potensi belajar yang dimilikinya. Sebab tujuan
pendidikan manusia seutuhnya dan seumur hidup ialah untuk mengembangkan potensi
kepribadian sesuai dengan kodrat dan hakekatnya, yaitu seluruh aspek pembawaannya
seoptimal mungkin. Dengan demikian secara potensial keseluruhan potensi anak didik diisi
kebutuhannya supaya berkembang secara wajar.
B. Pembahasan
1. Pengertian potensi
Potensi berasal dari bahasa latin yaitu potentia yang artinya kemampuan. Selain itu, kata
potensi berasal dari bahasa inggris yanitu potency.
Untuk melihat tentang beberapa pengertian potensi, penulis mengemukakan rumusan yang
ditulis dalam majalah “ANDA” “Potensi adalah kemampuan terpendam yang mempunyai
kemungkinan untuk dapat dikembangkan; suatu yang dapat menjadi aktual”. M. Ngalim
Purwanto mengatakan potensi adalah “seluruh kemungkinan-kemungkinan atau kesanggupan-
kesanggupan yang terdapat pada suatu individu dan selama masa perkembangannya benar-
benar dapat diwujudkan (direalisasikan)”.1
Dari kedua pengertian diatas, potensi dapat dirumuskan sebagai keseluruhan kemampuan
yang terpendam yang ada dalam diri siswa, yang memungkinkan dapat berkembang dan
diwujudkan dalam bentuk kenyataan. Potensi-potensi belajar yang ada dalam diri seorang
siswa tidak sama dengan potensi yang dimiliki orang lain. Sesuai dengan yang dikemukakan
oleh Agus Soejono “Potensi seseorang tidak sama dengan potensi yang dimiliki orang lain.
Seorang lebih tajam pikirannya, atau lebih halus perasaan, atau lebih kuat kemauan atau lebih
tegap, kuat badannya daripada yang lain”.2 Dari uraian diatas, jelaslah bahwa potensi itu
beraneka ragam, berbeda dan bervariasi. Potensi seseorang berlainan dengan orang lain dalam
jenis dan tinggi rendahnya.

2. Jenis-Jenis Potensi Belajar Yang Ada Dalam Diri Siswa


• Potensi jasmaniah
Potensi jasmaniah yakni jasmani yang sehat dengan panca indra yang normal yang secara
fisiologi berkerja sama dengan sistem syaraf dan kejiwaan. Potensi jasmaniah ini memerlukan
gizi dan berbagai vitamin termasuk udara yang bersih dan lingkungan yang sehat sebagai pra
kondisi hidupnya. Jika kebutuhan ini sebagian tidak tercukupi, maka tubuh orang yang
bersankutan akan lemah, bahkan dapat sakit.
• Potensi rohaniah

1
Eni Fariyatul Fahyuni dan Istikomah, Pancasila Belajar & Mengajar Kunci Sukses Guru dan Peserta Didik
dalam Interaksi Edukatif, hal 30-31.

2
Ibidd.hlm.29-30
Potensi-potensi rohaniah meliputi segi pikir, rasa, karsa, cipta, karya maupun budi nurani.
Potensi-potensi rohaniah ini membutuhkan kesadaran cinta kasih, kesadaran akan keagamaan,
dan nilai-nilai budaya supaya kepribadian kita sehat dan sejahtera. Di samping itu juga rohani
kita harus tenang, sabar, optimis, mempercayai orang lain, bahkan mencintai sesama manusia,
tidak iri hati, tidak menyimpan rasa benci atau dendam dan sebagainya.
Pembagian potensi diatas didasarkan kepada U. Noorsyan membagi potensi kepada :
a. Potensi jasmaniah; fisik, badan, dan panca indra yang sehat (normal).
b. Potensi pikir (akal, rasio, intelegensi, intelektual).
c. Potensi rasa (perasaan, emosi) baik perasaan eti-moral maupun perasaan estetis.
d. Potensi karsa (kehendak, kemauan, keinginan, hasrat atau kecenderungan-kecenderungan
nafsu, termasuk prakarsa).
e. Potensi cipta (daya cipta, kreativitas, fantasi, khayal dan imajinasi).
f. Potensi karya (kemampuan menghasilkan kerja).
g. Potensi budi nurani (kesadaran budi, hati nurani, kata hati).3
Ketujuh potensi diatas dapat dikelompokkan kepada potensi jasmaniah dan potensi
rohaniah yang dapat dikembangkan dan diwujudkan manusia seutuhnya dalam rangka
mencapai tujuan pendidikan yang dicita-citakan.
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Potensi Siswa
Terdapat dua faktor yang dapat mempengaruhi potensi pada diri siswa, dua faktor tersebut
yaitu:
• Faktor dari dalam (keturunan)
Keturunan seorang anak dalam keluarganya akan mempengaruhi potensi yang dimiliki
oleh anak tersebut. misalnya seorang anak yang keturunan bermain musik, maka tidak khayal
jika anak tersebut berpotensi pula dalam bidang musik. Contoh keturunan lain yaitu keturunan
ilmu pasti, keturunan bertubuh tinggi, keturunan olahragawan, dan lain sebagainnya.
• Faktor dari luar (lingkungan)
Faktor-faktor dari luar yang amat besar sekali pengaruhnya terhadap potensi siswa adalah
faktor rumah tangga. Rumah tangga tempat anak dibesarkan, pendidikan dalam keluarga,
pertama sekali anak mendapat pengalaman dan pengetahuan dari rumah tangga, oleh karena
itu orang tua disebut sebagai pendidik yang utama, karena mereka lebih dekat dengan anak,
terutama ibu yang mengasuhnya dari dalam kandungan sampai tumbuh dewasa. Dengan

3
Wasty Soemanto, Pancasila Ilmu Teknologi (Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan), (Jakarta: PT Rineka Cipta,
1990) hal 41.
demikian ibu memiliki kesempatan yang sangat besar untuk memberi pendidikan dan
pengajaran pada anak dalam bentuk contoh, sikap dan petunjuk. Seperti kata pepatah
“Bagaimana cetak begitu bentuknya” yang artinya adalah bagaimana anak itu dididik maka
seperti itulah anak akan tumbuh dan berkembang.

4. Mengenali dan Mengembangkan Berbagai Potensi Peserta Didik


Manusia diciptakan sebagai makhluk yang unik. Masing-masing diberi kelebihan dan
kekurangan. Tidak ada satu pun manusia yang hanya memiliki sisi positif. Sebaliknya, tidak
ada manusia yang hanya memiliki sisi negatif. Berdasarkan paradigma itulah seorang guru
harus senantiasa optimis bahwa peserta didiknya memiliki potensi, bahkan memiliki banyak
potensi. Kelemahan kita adalah kurang cermat dalam mengenali potensi-potensi yang
terpendam dalam setiap peserta didik.

Dapat dikatakan demikian karena menurut penelusuran Dr. Sumardi, M.Sc. dalam
bukunya Password Menuju Sukses telah teridentifikasi tiga belas jenis kecerdasan, yaitu
kecerdasan bahasa, logika, visual-ruang, raga, musik, sosial (interpersonal), pribadi
(intrapersonal), masak (kuliner), alam (natural), emosi, spiritual, keuletan, dan keuangan.
Sembilan kecerdasan pertama dikemukakan pertama kali pada tahun 1983 oleh Howard
Gardner, seorang psikolog Amerika Serikat dan diberi label multiple intelligences atau
kecerdasan majemuk. Kecerdasan emosi dikemukakan oleh Daniel Goleman. Kecerdasan
keuletan dimunculkan oleh Paul G. Stoltz dan kecerdasan keuangan digagas oleh Robert T.
Kiyosaki.4
Pemahaman tentang berbagai potensi peserta didik mutlak harus dimiliki oleh setiap
pendidik. Hal itu sejalan dengan tujuh prinsip penyusunan kurikulum tingkat satuan pendidikan
(KTSP), yaitu :
• Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan
lingkungannya,
• Beragam dan terpadu,
• Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni,
• Relevan dengan kebutuhan kehidupan,
• Menyeluruh dan berkesinambungan,
• Belajar sepanjang hayat, dan

4
Ibidd.hlm.29
• Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah.
Agar kita dapat mengenali potensi peserta didik, cara yang paling mudah dan sederhana
adalah dengan mengajukan pertanyaan, ”Apa yang paling senang kamu lakukan dan orang lain
menilai hasilnya sangat bagus dan luar biasa?”. Sebagian peserta didik mungkin menjawab
suka mengerjakan Matematika. Itu artinya dia memiliki kecerdasan logika. Sebagian siswa
mungkin merasa senang apabila menulis atau belajar bahasa asing. Artinya, dia memiliki
kecerdasan linguistik. Sebagian lagi mungkin senang bermain musik, dan sebagainya.
Ternyata, banyak sekali potensi yang dimiliki peserta didik. Tugas pendidik adalah
bagaimana agar potensi-potensi tersebut dapat berkembang dengan maksimal, baik melalui
kegiatan intrakurikuler maupun ekstrakurikuler.
Pengembangan potensi siswa melalui kegiatan intrakurikuler dapat terwujud melalui
proses belajar yang melibatkan peserta didik secara aktif (active learning). Dengan demikian,
siswa terus mengasah kecerdasan logika saat merumuskan ide-ide atau pendapat, kecerdasan
bahasa saat menyampaikan secara lisan ide atau pendapat tersebut, kecerdasan keuletan saat
harus beradu argumen dengan teman, kecerdasan intrapersonal saat harus bersikap toleran
kepada yang lain, dan seterusnya.
Selain dalam kegiatan intrakurikuler, pengembangan potensi siswa dapat dilakukan
melalui kegiatan ekstrakurikuler. Hal ini sejalan dengan Panduan Penyusunan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan oleh BSNP. Dalam panduan tersebut pengembangan potensi siswa
disebut Kegiatan Pengembangan Diri. Lebih lanjut dijelaskan bahwa kegiatan pengembangan
diri dapat dilakukan antara lain melalui kegiatan pelayanan konseling yang berkenaan dengan
masalah diri pribadi dan kehidupan sosial, belajar, dan pengembangan karier peserta didik serta
kegiatan keparamukaan, kepemimpinan, dan kelompok ilmiah remaja.

5. Mengembangkan Potensi peserta didik


• Pengembangan Pengetahuan pada Usia Belajar
Pengembangan pengetahuan terhadap anak dimulai sejak usia belajar, menurut Neisser ada
tiga alasan mengapa harus dimulai pada masa dini.5
Pertama; pengetahuan awal, memungkinkan pendidikan, orang tua dan guru memberikan
pengetahuan padanya sesuai tingkat kemampuan kondisi anak, namun demikian perkembangan
psikologis anak diperhatikan, Menurut J.Byl, Aristoteles, dan Kretshmer bahwa anak siap

5
Wasty Soemanto, Pancasila Pendidikan (Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan), hal 42-43
untuk belajar dan mendapat pengetahuan dimulai pada usia 7 tahun (disebut masa intelek).
Pada usia ini sang-anak sudah siap diisi dan dibekali dengan pengetahuan.
Kedua; anak memiliki keyakinan, kepercayaan, yang semu, dalam arti kata ia butuh
bimbingan rohani dan mental pada usia belajar orang tua dan guru mendapat kesempatan yang
banyak memantapkan keyakinan dan kepercayaan anak untuk mengisi dan membekali dengan
pengetahuan, manakala ia sudah dewasa, ia telah mendapat keyakinan, kepercayaan yang
sangat sukar untuk diubah oleh seorang pendidik, baik orang tua maupun guru di sekolah.
Ketiga; anak memiliki banyak pengharapan terhadap sesuatu, pengharapan-pengharapan
pada diri anak memungkingkan untuk dilakukan, diciptakan melalui pengetahuan yang
diberikan kepadanya. Kita dapat memberi contoh, tauladan yang banyak kepada anak, yang
pada akhirnya dia dapat menemui pengharapannya, namun pengharapan itu dibekali dengan
motivasi ekstinsik disamping motivasi intrinsic yang telah ada pada diri sang anak.
• Menyeimbangkan antara Intellegensi dan Emosi
Bukanlah menjadi jaminan bagi seseorang yang memikili intellegensi yang tinggi akan
dapat berkembang tanpa memiliki kecakapan emosional yang tinggi. Akan tetapi bagi
seseorang yang memiliki intellegensi yang tinggi belum tentu memiliki kecakapan emosional
yang tinggi pula.Anak yang berbakat adalah anak yang memiliki intellegensi yang tinggi dan
kecakapan emosional yang tinggi, mereka kelak menjadi orang yang mampu berbuat, berkarya,
aktif, kreatif, dan mandiri.
Kemampuan otak seseorang membutuhkan latihan terus menerus, ia ibarat sebilah
pisau dari besi yang bagus, bila tidak diasah di atas gerinda ia tidak akan tajam. Pengasahannya
tidak dilakukan sekali saja akan tetapi berkali-kali dilakukan. Otak perlu selalu diasah dengan
berfikir, seperti menganalisa, memecahkan masalah, berhitung, berdiskusi, bermain catur,
mengisi teka teki silang, dan lain sebagainnya.

6. Peran guru dalam Pengembangan Potensi Siswa


Guru memegang peranan yang sangat strategis terutama dalam membentuk watak
bangsa serta mengembangkan potensi siswa. Kehadiran guru tidak tergantikan oleh unsur yang
lain, lebih-lebih dalam masyarakat kita yang multikultural dan multidimensional, dimana
peranan teknologi untuk menggantikan tugas-tugas guru sangat minim.Guru memiliki perana
yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan pendidikan. Guru yang profesional
diharapkan menghasilkan lulusan yang berkualitas. Profesionalisme guru sebagai ujung
tombak di dalam implementasi kurikulum di kelas yang perlumendapat perhatian. Dalam
proses belajar mengajar, guru mempunyai tugas untuk mendorong, membimbing, dan memberi
fasilitas belajar bagi siswa untuk mencapai tujuan. Guru mempunyai tanggung jawab uuntuk
melihat segala sesuatu yang terjadi dalam kelas untuk membantu proses perkembangan siswa.
Penyampaian materi pelajaran hanyalah merupakan salah satu dari berbagai kegiatan dalam
belajar sebagai suatu proses yang dinamis dalam segala fase dan proses perkembangan siswa.
Secara lebih terperinci tugas guru berpusat pada:
Mendidik dengan titik berat memberikan arah dan motifasi pencapaian tujuan baik
jangka pendek maupun jangka panjang. Memberi fasilitas pencapaian tujuan melalui
pengalaman belajar yang memadai. Membantu perkembangan aspek aspek pribadi seperti
sikap, nilai-nilai, dan penyusuaian diri, demikianlah dalam proses belajar mengajar guru tidak
terbatas sebagai penyampai ilmu pengetahuan akan tetapi lebih dari itu ia bertanggung jawab
akan keseluruhan perkembangan kepribadian siswa ia harus mampu menciptakan proses
belajar yang sedemikian rupa sehingga dapat merangsang siswa muntuk belajar aktif dan
dinamis dalam memenuhi kebutuhan dan menciptakan tujuan.
Begitu pentinya peranan guru dalam keberhasilan peserta didik maka hendaknya guru
mampu beradaptasi dengan berbagai perkembangan yang ada dan meningkatkan
kompetensinya sebab guru pada saat ini bukan saja sebagai pengajar tetapi juga sebagai
pengelola proses belajar mengajar. Sebagai orang yang mengelola proses belajar mengajar
tentunya harus mampu meningkatkan kemampuan dalam membuat perencanaan pelajaran,
pelaksanaan dan pengelolaan pengajaran yang efektif, penilain hasil belajar yang objektif,
sekaligus memberikan motivasi pada peserta didik dan juga membimbing peserta didik
terutama ketika peserta didik sedang mengalami kesulitan belajar.Salah satu tugas yang
dilaksanakan guru disekolah adalah memberikan pelayanan kepada siswa agar mereka menjadi
peserta didik yang selaras dengan tujuan sekolah. Guru mempengaruhi berbagai aspek
kehidupan baik sosial, budaya maupun ekonomi. Dalam keseluruhan proses pendidikan, guru
merupakan faktor utama yang bertugas sebagai pendidik. Guru harus bertanggung jawab atas
hasil kegiatan belajar anak melalui interaksi belajar mengajar.
Guru merupakan faktor yang mempengaruhi berhasil tidaknya proses belajar dan
karenya guru harus menguasai prinsip-prinsip belajar di samping menguasai materi yang
disampaikan dengan kata lain guru harus menciptakan suatu konidisi belajar yang sebagik-
baiknya bagi poeserta didik, inilah yang tergolong kategori peran guru sebagai
pengajar.Disamping peran sebagai pengajar, guru juga berperan sebagai pembimbing artinya
memberikan bantuan kepada setiap individu untuk mencapai pemahaman dan pengarahan diri
yang dibutuhkan untuk melakukan penyesuan diri secara maksimal terhadap sekolah. Hal ini
sesuai dengan pendapat Oemar H yang mengatakan bimbingan adalah proses pemberian
bantuan terhadap individu untuk mencapai pemahaman diri dan pengarahan diri yang
dibutuhkan untuk melakukan penyesuaian diri secara maksimal terhadap sekolah, keluarga
serta masyarakat.Sehubungan dengan perananya sebagai pembimbing, seorang guru harus :
1. Mengumpulkan data tentang siswa.
2. Mengamati tingkah laku siswa dalam situasi sehariu-hari.
3. Mengenal para siswa yang memerlukan bantuan khusus.
4. Mengadakan pertemuan atau hubungan dengan orang tua siswa, baik secara
individu maupun secara kelompok, untuk memperoleh saling pengertian tentang
pendidikan anak.
5. Bekerjasama dengan masyarakat dan lembaga-lembaga lainya untuk membantu
memecahkan masalah siswa.
6. Membuat catatan pribadi siswa serta menyiapkannya dengan baik.
7. Menyelenggarakan bimbingan kelompok atau individu.
8. Bekerjasama dengan petugas-petugas bimbingan lainnya untuk membantu
memecahkan masalah siswa.
9. Menyusun program bimbingan sekolah bersama-sama dengan petugas bimbingan
lainnya.
10. Meneliti kemajuan siswa, baik di sekolah maupun di luar sekolah.
11. Peran guru sebagai pengajar dan sebagai pembimbing memiliki keterkaitan yang
sangat erat dan keduanya dilaksanakan secara berkesinambungan dan sekaligus
berinterpenetrasi dan merupakan keterpaduan antara keduanya

7. Faktor-Faktor Yang Menghambat peran guru dalam pengembangan potensi


siswa
Faktor-faktor yang mempengaruhi potensi, sehingga terdapat perbedaan intelegensi
seseorang dengan yang lain ialah:
a. Pembawaan, Pembawaan ditentukan oleh sifat-sifat dan cirri yang dibawah sejak
lahir. Batas kesangupan kita yakni dapat tidaknya memecahkan suatu soal, pertama
ditentukan oleh pembawaan kita.Orang itu ada yang pintar ada pula yang bodoh.
Sekalipun menerima latihan dan pelajaran yang sama, perbedaan-perbedaan itu
masih tetap ada.
b. Kematangan, tiap organ dalam tubuh manusia mengalami pertumbuhan dan
perkembangan. Tiap organ (fisik maupun non fisik) dapat dikatakan telah matang
jika telah mencapai kesangupan menjalangkan fungsinya masing-masing. Anak
tidak dapat memecahkan soal-soal tertentu karena soal-soal itu masih terlampau
sukar baginya.Organ-organ tubuhnya dan fungsi-fungsi jiwanya masih belum
matang untuk mengenai soal itu dan kematangan erat hubungannya dengan umur.
c. Pembentukan, pembentukan ialah segala keadaan diluar diri seseorang yang
mempengaruhi perkembangan intelegensi. Dapat kita bedakan pembentukan
sengaja seperti yang dilakukan disekolah-sekolah) dan pembentukan tidak sengaja
(pengaruh alam sekitar)
d. Minat dan pembawaan yang khas, Minat mengarahkan perbuatan kepada suatu
tujuan dan merupakan dorongan bagi perbuatan itu. Dalam diri manusia terdapat
dorongan – dorongan(motif-motif) yang mendorong manusia untuk berinteraksi
dengan dunia luar. Motif menggunakan dan menyelidiki dunia luar (manipulate and
exploring motivasi) dari manipulasi dan eksplorasi yang dilakukan terhadap dunia
luar itu, lama kelamaan timbulah minat terhadap sesuatu, apa yang mereka minat
seseorang mendorongnya untuk berbuat lebih giat dan lebih baik
e. Kebebasan, kebebasan berarti bahwa manusia itu dapat memilih metode-metode
yang tertentu dalam memecahkan masalah-masalah. Manusia mempunyai
kebebasan memilih metode juga bebas dalam memilih masalah sesuai dengan
kebutuhannya. Dengan adanya kebebasan ini berarti bahwa minat itu tidak
selamanya menjadi syarat dalam pembentukan intelegensi. Sementara itu, Widada
mengemukakan bahwa untuk meningkatkan aktivitas dan kreativitas siswa, dan
potensi guru dapat menggunakan pendekatan sebagai berikut:
• Self esteem approach; guru memperhatikan pengembangan self esteem
(kesadaran akan harga diri) siswa.
• Creative approach; guru mengembangkan problem solving, brain storming,
inquiry, dan role playing.
• Value clarification and moral development approach; guru mengembangkan
pembelajaran dengan pendekatan holistik dan humanistik untuk
mengembangkan segenap potensi siswa menuju tercapainya self actualization,
dalam situasi ini pengembangan intelektual siswa akan mengiringi
pengembangan seluruh aspek kepribadian siswa, termasuk dalam hal etik dan
moral.
• Multiple talent approach; guru mengupayakan pengembangan seluruh potensi
siswa untuk membangun self concept yang menunjang kesehatan mental.
• Inquiry approach; guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menggunakan proses mental dalam menemukan konsep atau prinsip ilmiah
serta meningkatkan potensi intelektualnya.
Sedangkan untuk membangkitkan motivasi belajar siswa, menurut E. Mulyasa perlu
diperhatikan hal-hal sebagai berikut :6
• Bahwa siswa akan belajar lebih giat apabila topik yang dipelajarinya menarik dan
berguna bagi dirinya;
• Tujuan pembelajaran harus disusun dengan jelas dan diinformasikan kepada siswa
sehingga mereka mengetahui tujuan belajar yang hendak dicapai. Siswa juga
dilibatkan dalam penyusunan tersebut;
• Siswa harus selalu diberitahu tentang hasil belajarnya;
• Pemberian pujian dan hadiah lebih baik daripada hukuman, namun sewaktu-waktu
hukuman juga diperlukan;
• Manfaatkan sikap-sikap, cita-cita dan rasa ingin tahu siswa;
• Usahakan untuk memperhatikan perbedaan individual siswa, seperti : perbedaan
kemampuan, latar belakang dan sikap terhadap sekolah atau subyek tertentu;
• Usahakan untuk memenuhi kebutuhan siswa dengan jalan memperhatikan kondisi
fisiknya, rasa aman, menunjukkan bahwa guru peduli terhadap mereka, mengatur
pengalaman belajar sedemikian rupa sehingga siswa memperoleh kepuasan dan
penghargaan, serta mengarahkan pengalaman belajar kearah keberhasilan,
sehingga mencapai prestasi dan mempunyai kepercayaan diri.
8. Meningkatkan Daya Fikir
Meningkatkan daya pikir ditujukan untuk mengembangkan kualitas berpikir siswa agar
dalam proses perkembangan kognitifnya memperoleh peluang yang optimal untuk
berkembang secara optimal pula. Walaupun belajarselalu mengandung kegiatan berpikir,
namun apabila tidak diprogram secara khusus hanya sekedarnya saja, maka tidak akan
memadai untuk melatih siswa mengembangkan kemampuan berpikirnya secara optimal.
Pendekatan-pendekatan terhadap fase perkembangan siswa (anak) sebagaimana diuraikan di
atas, mengimplikasikan bahwa proses belajar mengajar harus memperhatikan tahap
perkembangan anak baik perkembangan kognitifnya, behavioristik nya maupun humanistik
nya. Pembelajaran yang akan dilakukan dapat terwujud secara efektif apabila disesuaikan

6
Muhibbin Syah, Pancasila Pendidikan dengan Pendekatan Baru Edisi Revisi, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2004), hal 41.
dengan tingkat perkembangan anak. Guru harus memiliki materi yang memungkinkan anak
menyadari masalahnya sendiri. Jika materi yang disampaikan sesuai dengan perkembangan
anak, maka pembelajaran yang dilaksanakan akan membuat anak merasa nyaman.
Guru harus teriibat aktif di dalam proses belajar mengajar, di dalam memilih materi
pelajaran dan menciptakan situasi belajar sehingga anak teriibat secara aktif. Implikasi lainnya
adalah bahwa guru harus mempertimbangkan kemampuan berpikir anak sesuai dengan tingkat
perkembangan usia anak. Anak SD cara berpikirnya berbeda dengan SMP ataupun SMA. Guru
dalam hal ini perlu memahami tahap perkembangan mana anak itu berada. Dengan demikian
guru perlu mendiagnosa kesulitan anak belajar, tahap kemampuan anak, karena hal ini
merupakan dasar untuk mengadaptasi metode pengajaran yang akan digunakan.
9. Meningkatkan Daya Ingat
Bagi pelajar, mengingat materi pelajaran yang diberikan guru di kelas menjadi sebuah
keharusan. Hanya saja, karena beberapa faktor seringkali siswa lupa begitu saja apa yang
dipelajarinya di kelas tadi. Kalau sudah begitu, diperlukan cara meningkatkan daya ingat,
supaya apa yang disampaikan guru selalu membekas di pikiran Cara Efektif untuk
Meningkatkan Daya Ingat Pelajar Daya ingat perlu dilatih agar semakin berkembang dan
berfungsi dengan baik. Berikut ini adalah cara-cara untuk meningkatkan daya ingat pada
pelajar.
a. Membuat Rangkuman Materi Pelajaran
b. Menggunakan Gambar untuk Belajar
c. Menerangkan Kembali
d. Membuat Review
e. Membuat Akronim
Kita pasti sangat sering mendengar kata “mejikuhibiniu” yaitu warna pelangi yang
merupakan akronim atau singkatan dari “merah jingga kuning hijau nila ungu”. Mengingat
materi pelajaran dengan membuat akronim seperti itu menjadi lebih mudah. Contoh akronim
lainnya misalnya Jabodetabek, Jagorawi dan sebagainya. Kamu bisa membuat akronim atau
singkatan atas materi yang dipelajari supaya lebih mudah diingat.
f. Asah Otak
g. Menjaga Mood dan Emosi
Kemampuan mengingat adalah hal yang penting bagi pelajar karena bisa mempengaruhi hasil
belajarnya. Daya ingat harus selalu diasah supaya tidak mengalami penurunan dan
menyebabkan kamu menjadi sering lupa, termasuk materi pelajaran.
10. Meningkatkan Kemauan Belajar Siswa
Sesuatu hal yang baik pasti banyak ujian dalam melakukannya. Belajar merupakan
perbuatan yang baik. Dengan belajar kita dapat menambah wawasan ilmu untuk bekal kita
hidup baik di dunia maupun di akhirat. Dalam melaksanakan belajar tidak bisa dipungkiri
terkadang kita merasa bosan, malas atau perasaan lain yang menyebabkan semangat belajar
kita hilang dan penyebab anak sekolah menjadi malas belajar. Hal ini merupakan hal yang
wajar, dan kebanyakan orang mengalaminya. Ketika kita merasa malas belajar, maka kita dapat
melakukan hal-hal yang dapat memotivasi kita untuk menambah semangat belajar.
Motivasi dalam meningkatkan semangat belajar dibagi menjadi dua, yaitu motivasi internal
dan motivasi eksternal. Motivasi internal merupakan motivasi yang berasal dari dalam diri
individu sendiri. Motivasi ini memang lebih sulit ditumbuhkan dibanding motivasi eksternal,
tetapi jika seseorang telah berhasil menumbuhkan motivasi internal dalam dirinya, maka
kepercayaan diri akan terbentuk sehingga akan menimbulkan sikap positif dan sadar akan
kebutuhan dirinya dalam belajar.
Sementara motivasi eksternal merupakan motivasi yang berasal dari luar diri individu yang
mampu mempengaruhi diri individu. Motivasi eksternal bisa berasal daari lingkungan, sosial,
penghargaan atau hukuman, teman, peran orang tua dalam mendidik anak serta masih banyak
hal lain yang dapat mempengaruhi motivasi belajar seseorang. Setiap orang pasti lebih paham
tentang dirinya masing-masing dengan apa yang bisa memotivasinya dalam meningkatkan
semangat belajar. Kenali diri anda terlebih dahulu jika anda belum menemukan cara untuk
mengatasi rasa malas anda dalam belajar atau anda dapat mencoba beberapa cara meningkatkan
semangat belajar dalam diri :
a. Bergaul dengan orang bersemangat belajar
b. Buat target yang ingin dicapai
c. Menunda kesenangan
d. Buktikan pada orang-orang bahwa anda pintar
e. Atur waktu belajar
f. Fokus lima menit
g. Stop atau strat di bagian menarik
h. Singkirkan atau menjauh dari gangguan
i. Buat sebuah reward atau hukuman
j. Menonton film motivasi atau membaca novel motivasi
11. Meningkatkan Kecerdasan Emosional
Kecerdasan emosional merupakan salah satu faktor yang dapat menunjang kesuksesan
anak, baik di sekolah maupun di dunia kerja nantinya. Dalam hal ini, peran orang tua sangat
dibutuhkan untuk membentuk maupun mengembangkan kecerdasan emosional anak.
Kecerdasan emosional atau emotional quotient (EQ) adalah kemampuan seseorang untuk
memahami, menggunakan, dan mengelola emosi. EQ dapat membantu siapa saja, termasuk
anak-anak, untuk membangun hubungan yang kuat, membuat keputusan, dan menghadapi
situasi sulit. Tak hanya itu, dengan EQ yang baik, seseorang akan lebih mudah bersosialisasi
dengan siapa saja, lebih percaya diri, dan dapat tumbuh menjadi pribadi yang baik. EQ juga
berperan penting dalam mendukung prestasi anak di sekolah. Berikut ini adalah beberapa cara
yang bisa dilakukan untuk mengembangkan EQ anak :
a. Memberikan contoh yang baik dalam berperilaku
b. Membantu anak mengenali emosi
c. Membangun empati anak
d. Membiasakan anak bekerja sama
e. Mengembangkan keterampilan memecahkan masalah
C. Kesimpulan
1. Siswa memiliki 2 potensi belajar yaitu :
a. Potensi belajar jasmaniah yakni jasmani yang sehat dengan panca indra yang
normal yang secara fisiologi berkerja sama dengan sistem syaraf dan kejiwaan.
b. Potensi belajar rohaniyah meliputi segi pikir, rasa, karsa, cipta, karya maupun
budi pekerti. Potensi-potensi rohaniah ini membutuhkan kesadaran cinta kasih,
kesadaran akan keagamaan, dan nilai-nilai budaya supaya kepribadian kita sehat
dan sejahtera
2. Cara mengembangkan potensi yang ada pada anak SD
• Pengembangan Pengetahuan pada Usia Belajar
• Menyeimbangkan antara Intellegensi dan
Emosi.
3. Meningkatkan daya pikir ditujukan untuk mengembangkan kualitas berpikir siswa agar
dalam proses perkembangan kognitifnya memperoleh peluang yang optimal untuk
berkembang secara optimal pula
4. cara-cara untuk meningkatkan daya ingat pada pelajar.
• Membuat Rangkuman Materi Pelajaran
• Menggunakan Gambar untuk Belajar
• Menerangkan Kembali
• Membuat Review
• Membuat Akronim dan lainnya
5. cara meningkatkan semangat belajar dalam diri :
• Bergaul dengan orang bersemangat belajar
• Buat target yang ingin dicapai
• Menunda kesenangan
• Buktikan pada orang-orang bahwa anda pintar
• Atur waktu belajar
6. cara yang bisa dilakukan untuk mengembangkan EQ anak :
• Memberikan contoh yang baik dalam berperilaku
• Membantu anak mengenali emosi
• Membangun empati anak
• Membiasakan anak bekerja sama
• Mengembangkan keterampilan memecahkan masalah
DAFTAR PUSTAKA

Baharudin. 2004. Paradigma Psikologi Islam. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Corey, Gerald. 2007. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung:
RefikaAditama.
Gunarsa, Singgih D. 2011. Konseling dan Psikoterapi. Jakarta: Penerbit Libri.
Santrock, John W. 2008. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Prenada Media Group.
Wihartati, Wening. 2015. Pemahaman Individu (Paradigma Psikologi dan
Agama)Semarang: Karya Abadi Jaya.

Djali. 2011. Psikologi Penddidikan. PT Bumi Aksara, Jakarta.

Gage NL dan DC Berliner, 1984. Educational Psychology. Houghton Mifflin,


Boston.Gredel B. 1991. Belajar dan Membelajarkan. Rajawali, Jakarta.
Slavin RE. 2000. Educational Psychology: Theory and Practice. Allyn & Bacon, Boston.
Uno HB dan M Kudrat. 2009. Mengelola Kecerdasan dalam Pembelajaran. PT Bumi
Aksara,Jakarta.
Yudhawati. 2011. Psikologi Pendidikan. PT Bumi Aksara, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai